Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL REKAYASA IDE

“PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAYAM MERAH”


MATA KULIAH : KIMIA ANALITIK KUALITATIF DAN
KUANTITATIF

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Sri Adelila Sari, S.Pd., M.Si.

DISUSUN OLEH:

NAMA : Evan S Naibaho

NIM : 4183331020

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan (Zingiberaceae) yang
banyak ditanam di pekarangan, kebun dan di sekitar hutan jati. Kunyit dikenal sebagai
penyedap, penetral bau anyir pada masakan dan juga sering dimanfaatkan sebagai ramuan
obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini kunyit sudah dimanfaatkan
secara luas oleh industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik dan tekstil (Winarto,
2003).Kunyit merupakan tanaman suku temu-temuan dinoid. Senyawa kurkuminoid ini yang
memberikan warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid ini menjadi pusat perhatian para
peneliti yang mempelajari keamanan, sifat antioksidan, antiinflamasi, efek pencegah kanker,
ditambah kemampuannya menurunkan resiko serangan jantung (Asghari G.A. Mostajeran
and M. Shebli, 2009).
Penggunaan kunyit secara umum biasanya dalam bentuk yang berbeda yaitu:
bumbu, gelendongan, belahan, irisan, dan bubuk atau tepung. Kualitas dari masing-masing
olahan kunyit dipengaruhi oleh komponen kandungan kurkumin,bentuk dan ukuran rimpang.
Jika ditujukan untuk pembuatan oleoresin perlu diperhatikan kandungan kurkuminnya,
demikian pula halnya jika ingin digunakan sebagai zat pewarna. Di sisi lain jika ingin
digunakan sebagai bumbu/zat aditif tambahan pada makanan, masalah aroma dan kandungan
minyak atsiri merupakan hal penting yang perlu diperhatikan (Purseglove et al, 1981).Di
Indonesia produktivitas kunyit termasuk cukup tinggi. Hal ini ditinjau berdasarkan data BPS
(Badan Pusat Statistik) yang menunjukan untuk produksi kunyit di Indonesia rata-rata selama
4 tahun (2011-2014) mengalami kenaikan sebesar 2,3 %.Pengolahan kunyit menjadi tepung
atau serbuk kunyit sudah banyak dilakukan, namun belum ada yang melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh metode pra penepungan terhadap bagian bahan kunyit yang
memiliki kualitas lebih unggul dalam hal kadar kurkuminoid sebagai parameter kualitas.
Salah satu cara yang digunakan untuk membuat kunyit menjadi produk yang diserbukkan
ialah kunyit dikeringkan dan dilakukan penepungan terlebih dahulu.Inti pengeringan adalah
terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan
bahan yang dikeringkan (Adawyah, 2008).
Dilihat dari segi bisnis, kunyit memiliki peluang bisnis yang menjanjikan jika
ditekuni secara matang, peluang bisnis tersebut antara lain, sebagai bumbu instan atau tepung
kunyit dalam bentuk sachet, tepung atau serbuk kunyit yang dijadikan bahan baku obat
tradisional dan kosmetik, sebagai pewarna kuning alami untuk industri Tekstil, Kerajinan,
dan Makanan dan pengembangan usaha tani monokultur untuk para petani kunyit.Kajian ini
akan meninjau bagian kunyit mana yang memiliki kualitas kurkuminoid lebih tinggi diantara
umbi induk dan rimpang pada varietas Curcuma Domestica vahl, serta metode pra
penepungan yang lebih optimal terhadap kualitas kurkuminoid dalam hal analisa
kurkuminoid dalam kunyit.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apakah bagian bahan kunyit berpengaruh terhadap kesempurnaan jalannya praktikum ?
2. Apakah metode yang akan dilakukan memiliki persen kesalahan yang sedikit ?
1.3 Tujuan
Penggantian kertas laksmus dengan menggunakan indikator asam-basa seperti kunyit.
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan dapat diduga bahwa metode pra
penepungan diduga berpengaruh terhadap kadar kurkuminoid pada bagian kunyit yang
dijadikan tepung.
1.5 kegunaan
- meningkatkan daya tahan tubuh
- membantu menjaga berat badan
- menjaga usus agar tetap sehat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit atau kunir (Curcuma domestica Vahl) adalah termasuk salah satu tanaman
rempah dan obat asli dari wilayah Asia. Khasiat atau manfaat dari tanaman Kunyit baik
sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu/obatobatan atau untuk menjaga kesehatan dan
kecantikan. Tetapi dapat juga dimanfaatkan sebagai zat pewarna, seperti zat pewarna dalam
makanan maupun dalam pewarna kerajinan kain tenun. Zat warna kurkumin merupakan
komponen aktif dari Kunyit yang berperan untuk warna kuning (Fachry.,dkk,2013).
Kunyit termasuk tanaman tahunan yang tumbuhnya merumpun. Susunan dari tanaman
kunyit terdiri dari akar, rimpang, batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga dan
kuntum bunga. Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama, yang bentunya bervariasi antara
bulat-panjang, pendek dan tebal lurus ataupun melengkung. Batang tanaman kunyit relatif
pendek membentuk tanaman semu dari pelepah daun yang saling menutupi. Kandungan zat
kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri, pati, serat dan abu. Rimpang
kunyit kandungan kimianya akan lebih tinggi apabila berasal dari dataran rendah
dibandingkan dengan kunyit yang berasal dari dataran tinggi (Sundari,2016).
Komponen utama dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid dan minyak atsiri.
Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) bahwa
kandungan kurkumin rimpang kunyit ratarata 10,92%. Zat warna kurkumin menurut
(Nugroho, 1998) adalah kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, larut dalam
minyak, dalam alkali berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna kuning
muda. Kurkumin memberikan perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu kurang dari 5 detik
sehingga dimungkinkan sebagai indikator (Sundari,2016).
Senyawa kurkumin bersifat polar, sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat polar
untuk menghasilkan senyawa kukumin dan aktivitas antioksidan yang tinggi. Selain itu sifat
kimia kurkumin adalah memiliki sifat tidak stabil akibat perubahan pH lingkungan.
Kurkumin dalam suasana asam akan berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam
suasana basa akan berwarna merah (Wahyuningtyas.,dkk,2017).
Zat warna kurkumin yang terdapat dalam ekstrak kunyit (Curcuma domestica) adalah
kristal berwarna kuning oranye, tidak larut dalam ether, larut dalam minyak, dalam alkali
berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna kuning muda. Kurkumin
memberikan perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu kurang dari 5 detik sehingga
dimungkinkan sebagai indikator. Trayek pH indkator kunyit yaitu apabila pH < 4,5
perubahan warnanya dari kuning apabila pH > 9,9 warnanya menjadi coklat kemerahan
(Safitri,2019).

Asam dan Basa


Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa berasal
dari bahasa Arab yang berarti abu. Sudah diketahui paling tidak selama tiga abad bahwa hasil
reaksi antara asam dan basa adalah garam.
Teori-teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam basa merupakan suatu babak
yang penting di dalam sejarah ilmu kimia. Lavoiser (1777) menyatakan bahwa semua asam
selalu mengandung suatu unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoiser,
diambil dari bhasa Yunani yang berarti “pembentukan asam”). Davy (1810) menunjukkan
bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hidrogen dan klor, tidak
mengandung oksigen dan dengan itu menetapkan bahwa hidrogenlah bukan oksigen yang
menjadi unsur dasar di dalam asam (Petrucci, 1987)
Asam:
a. Asam memiliki rasa masam misalnya, cuka yang mempunyai rasa dari asetat, lemon yang
mengandung asam sitrat.
b. Asam menyebabkan perubahan warna lakmus dari biru menjadi merah.
c. Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Basa:
a. Basa yang memiliki rasa pahit.
b. Basa terasa licin misalnya, sabun yang mengandung basa memiliki sifat ini.
c. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat tumbuhan; misalnya, mengubah warna
lakmus dari merah menjadi biru.
d. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik (Chang,2004).
Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika
konsentrasi hidrogen lebih tinggi dari pada suatu harga tertentu dan suatu warna lain jika
konsentrasi itu lebih rendah. Indikator asam basa dapat berubah warna apabila pH lingkungan
berubah. Apabila dalam suatu titrasi asam maupun basa merupakan elektrolit kuat, larutan
pada titik ekuivalen akan mempunyai pH = 7. Apabila asam ataupun basa merupakan
elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis pada titik ekivalen larutan
akan mempunyai pH>7. Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam
atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh (Sundari,2016).

Bab III

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan penelitian. penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dancenderung menggunakan analisis yang
menitik beratkan pada proses dan makna dari penelitian (Sugiyono, 2015).Penelitian ini berfokus
pada pembuatan kertas indikator alami. Ekstrak tanaman ini dibuat dalam bentuk kertas dan dilihat
bagaimana pengaruhnya terhadap larutan asam atau basa. Serta pengaruh lama penyimpanan
terhadap kualitas kertas indikator yang dibuat. Uji kelayakan indikator dilakukan sebagai data
tambahan untuk mengetahui penilaian guruterhadap kertas indikator asam-basa sebagai alat
praktikum untuk menentukan larutan yang bersifa asam atau basa.

Rancangan kegiatan

Berbagai metode ekstraksi telah digunakan untuk mengestrak zat warna dari tumbuhan. Siregar
(2009), menggunakan metode maserasi untuk mengestrak kelopak bunga kembang sepatu untuk
membuat kertas indikator. Hasil maserasi dari simplisa nabati yang mengandung antosianin dapat
digunakan sebagai bahan indikator asam basa, baik berupa indikator cair ataupun kertas.Pembuatan
kertas indikator asam basa dari tumbuhan, dapat dilakukan dengan merendam kertas pada larutan
hasil maserasi bahan nabati yang berantosianin. Perendaman kertas saring selama 120 menit pada
larutan hasil maserasi ekstrak etanol 70% kelopak bunga kembang sepatu dapat dijadikan sebagai
indikator asam basa. Perbandingan antara tumbuhan dan pelarut yaitu 1:1. Waktu perendaman dan
penggunaan etanol 70% untuk teknik maserasi memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan
perlakuan yang lain (Siregar, 2009). Hasil perendaman kertas saring tersebut menunjukkan
perubahan warna setelah diujikan pada larutan asam dan basa. Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti akan membuat kertas indikator asam basa dari ekstrak tumbuhan yang ada di lingkungan

Pengumpul Data

Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data yang mendukung dalam pembuatan kertas indikator
alami. Dalam penelitian ini, bahan alami yang diteliti di laboratorium adalah bunga kembang sepatu,
bunga asoka, perahu adam hawa dan kunyit. Proses penelitian pembuatan kertas indikator alami ini
akan didokumentasikan. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data angket penilaian kertas indikator alami adalah sebagai berikut:(1)
Menghitung skor penilaian tiap-tiap item/pernyataan.(2) Menghitung skor total tiap-tiap
item/pernyataan.

(3) Menghitung persentase perolehan skor per item

(4) Menghitung persentase rata-rata kelayakan kertas indikator alami secara keseluruhan

Bab IV

Pembahasan

PembahasanPembuatan kertas indikator dari tumbuhan sebagai alat praktikum dalammateri asam
basa dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan sekolah dalam penelitian dan pengumpulan
informasi melalui wawancara dan observasi ke sekolah. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan
hasil bahwa kertas lakmus yang terdapat disekolah tidak dapat digunakan karena sudah kadaluarsa.
Kegiatan praktikum tersebut membutuhkan kertas indikator alami ataupun buatan untukmenunjang
keterlaksanaannya. Indikator alami adalah suatu senyawa yang mempunyai warna khusus pada pH
tertentu yang berasal dari tumbuhan (akar, daun, bunga, buah atau biji) dan dapat dibuat melalui
ekstraksi dengan pelarut yang sesuai. Dalam penelitian ini digunakan kunyit (Curcuma domestica),
kembang sepatu (Hibicus rosasinensis), perahu adam hawa (Rhoeo discolor) dan bunga asoka
(Saraca Indica) dengan pelarut etanol 70%. Tahap dalam pembuatan kertas indikator dari
tumbuhan:Pembuatan Ekstrak(1) Mencuci tanaman tersebut hingga bersih, agar kotoran-kotoran
yang menempel pada tumbuhan tersebut hilang. Sehingga akan diperoleh ekstrak yang bersih. (2)
Menimbang bahan baku masing-masing sebanyak 20 gram menggunakan neraca analitik.

(3) Dihaluskan menggunakan lumpang dan lalu, dengan tujuan agar zat warna pada tumbuhan
keluar. Untuk kembang sepatu tidak dihaluskan karena ekstrak yang dihasilkan terlalu kental,
sehingga sulit untuk dilakukan pemisahan antara filtrat dan residu (4) Dimasukkan ke dalam gelas
kimia kemudian ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 20 mL (tumbuhan dan pelarut 1:1).
Menurut Siregar (2009) pelarut etanol 70% menghasilkan ekstrak yang baik dengan perbandingan
antara pelarut dan tumbuhan adalah 1:1. Kemudian dimaserasi selama 24 jam. Proses maserasi
dapat dilihat pada gambar 4.4. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang paling
sederhana yaitu dengan merendam simplisa didalam pelarut dingin, tidak memerlukan pemanasan
yang dapat merusak zat aktif dalam simplisa. Menurut Siregar (2009) perendaman tumbuhan yang
telah dihaluskan dilakukan selama 24 jam dengan tujuan agar ekstrak yang dihasilkan baik. Hasil
maserasi dari tanaman tersebut yang mengandung zat warna dapat digunakan sebagai bahan
indikator asam basa.

(5) Disaring untuk memisahkan antara residu dan filtrat. Filtrat berupa ekstrak zat warna tanaman
yang akan digunakan untuk merendam kertas yang akan dijadikan kertas indikator.

Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
1. Penggantian kertas lakmus dengan menggunakan indikator asam-basa seperti kunyit tidak
berpengaruh terhadap kesempurnaan jalannya praktikum sama halnya dengan menggunakan
kertas lakmus.
2. Setelah di uji persen kesalahannya cukup sedikit yaitu 0,5% sudah bisa disebut akurat.

B. Saran
Rekayasa ide ini kami buat dengan semaksimal mungkin, dan kami berharap sangat
bermanfaat bagi para pembaca kami, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca kami demi kebaikan dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah,D. 2008. Kimia Analitik Kuantitatif. Jakarta : Erlangga


Chang,R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal.
96
Dwi,H. 2010. Pengaruh Pelarut Yang Digunakan Terhadap Optimasi Ekstraksi Kurkumin
Pada Kunyit (Curcuma Domestica Vahl.). Hal. 3
Fachry,A.R.,dkk. 2013. Ekstraksi Senyawa Kurkuminoid Dari Kunyit (Curcuma Longa Linn)
Sebagai Zat Pewarna Kuning Pada Proses Pembuatan Cat. Jurnal Teknik Kimia. Hal.
10.
Petrucci,R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Hal. 260
Safitri., Melati,H.A., Hadi,L. Pembuatan Kertas Indikator Alami Sebagai Alat Praktikum
Penentuan Sifat Asam Dan Basa Suatu Larutan. Artikel Penelitian. FKIP Untan
Pontianak
Sundari,R.2016. Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurkumin Kunyit (Curcuma domestica Val)
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Teknoin. Vol 22. No 8
Wahyuningtyas,S.E.P.,Mayun Permana.I.D.G.,Sri Wiadnyani,A.A.I.2017. Pengaruh Jenis
Pelarut Terhadap Kandungan Senyawa Kurkumin Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Kunyit (Curcuma domestica Val.). Jurnal ITEPA. Vol 6. No 2

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai