Disusun oleh:
Kelompok 4
Efriandi (4202007001)
Mizi (4202007022)
Nurcahyo Widayanto (4202007008)
Nurul Ain Rahmada (4202007006)
Nuryutika (4202007005)
Lada adalah tanaman merambat yang terdiri dari daun, batang, dan buah.
Sejak masa penjajahan Belanda, lada dari Indonesia telah dikenal di pasar dunia
dengan nama Lampung Black Pepper untuk lada hitam yang berasal dari Lampung,
dan Muntok White Pepper untuk lada putih yang berasal dari Kepulauan Bangka
Belitung (Risfaheri, 2012). Di Indonesia pada umumnya, lada hitam dijadikan
sebagai bumbu dapur yang sering digunakan dalam masakan khas Indonesia. Buah
lada berbentuk bulat, saat masih muda lada berwarna hijau, ketika sudah matang
berwarna merah.
Setelah dilakukan pengolahan, lada terdapat tiga jenis yaitu lada hitam, lada
putih dan lada hijau. Namun lada hitam dan lada putih lebih seing dikenal dan
digunakan pada kegiatan industri makanan. Air merupakan salah satu komponen
utama dalam bahan dan produk pangan karena kandungan air dapat
memperngaruhi warna, tekstur, serta citarasa (Winarno, 2004). Analisis kadar air
dalam bahan pangan sangat penting dilakukan baik pada bahan pangan kering
maupun pada bahan pangan segar. Pada bahan pangan kering, kadar air sering
dihubungkan dengan indeks kestabilan khususnya saat penyimpanan.
Bahan pangan kering menjadi awet karena kadar airnya dikurangi sampai
batas tertentu. Pada bahan pangan yang segar, kadar air pada bahan pangan
memiliki hubungan dengan mutu organoleptik. Bahan pangan pada umumnya juga
mengandung senyawa anorganik yakni mineral atau abu. Walaupun jumlahnya pada
bahan pangan sangat sedikit, keberadaan mineral pada bahan pangan sangat
dibutuhkan oleh tubuh menusia. Di dalam tubuh, mineral berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Mineral tertentu dibutuhkan sebagai penyusun tulang gigi
dan jaringan lunak, otot, darah dan sel syaraf, dan sebagiannya dibutuhkan dalam
metabolisme tubuh ().
Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting
dalam industri pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap
kerusakan yang mungkin terjadi. Pengukuran kadar air dalam bahan pangan dapat
ditentukan dengan beberapa metode yaitu dengan metode pengeringan
(thermogavimetri), metode destilasi (thermovolumetri), metode fisis dan metode
kimiawi (Karl Fischer Method). Pada umumnya penentuan kadar air bahan pangan
dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven suhu 105° - 110° selama 5 jam
atau sampai diperoleh berat konstan. Metode ini dikenal dengan metode
pengeringan atau metode thermogavimetri yang mengacu pada SNI 01-2354.22006.
Semakin tinggi suatu kadar air suatu bahan pangan, akan semakin besar
kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal
(metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Pengurangan kadar air bahan
pangan akan berakibat berkurangnya ketersediaan air untuk menunjang kehidupan
mikroorganisme dan juga untuk berlangsungnya reaksi-reaksi fisikokimiawi. Dengan
demikian baik pertumbuhan mikroorganisme maupun reaksi fisikokimiawi keduanya
akan terhambat, bahan pangan akan dapat bertahan lebih lama dari kerusakan.
Pengaturan kadar air merupakan salah satu basis dan kunci terpenting dalam
teknologi pangan.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritas sebesar 100%,
sedangkan kadar air berdasakan berat kering dapat lebih dari 100% (Syarif dan
Halid, 1993).
Kadar air dikatakan memiliki pengaruh terhadap mutu bahan pangan. Maka
dari itu, salah satu penyebab dalam pengolahan bahan makanan air sering dikurangi
kadar airnya dengan cara penguapan atau pengentalan dan pengeringan. Tujuan
dari pengurangan kadar air pada bahan pangan yaitu untuk mengawetkan dan
mengurangi besar dan berat bahan makanan sehingga memudahkan dan
menghemat pengemasan. Umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 oC-110oC selama 3 jam atau
sampai mendapatkan berat konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan, namun pada bahan-bahan yang
tidak tahan panas seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak pemanasan dilakukan
dalam oven vakum dengan suhu lebih rendah. Selain itu, pengeringan dilakukan
tanpa pemanasan yaitu bahan dimasukkan dalam desikator dengan H 2SO4 pekat
sebagai pengering, hingga mencapai berat konstan (Winarno, 2004).
Berdasarkan SNI 01-2891-1992, analisis kadar air dapat dilakukan dengan dua
metode yakni metode oven dan metode destilasi. Kedua metode tersebut memiliki
prinsip yang berbeda yakni prinsip pada metode oven adalah dengan kehilangannya
bobot pada pemanasan 105°C dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada
sampel, sedangkan prinsip pada metode destilasi adalah dengan cara pemisahan air
dengan pelarut organik. Pada penelitian ini digunakan metode oven. Prinsip metode
penetapan kadar air dengan oven biasa atau thermogravimetri yaitu menguapkan air
yang ada dalam bahan dengan pemanasan pada suhu 105°C. Penimbangan bahan
dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif
mudah dan murah (Sudarmadji dkk, 2007).
Thermogravimetri adalah suatu metode atau jenis pengujian yang dilakukan
pada sampel untuk menentukan kadar air dengan menunjukkan perubahan berat
susut (weight loss) dan ada kaitannya dengan perubahan suhu. Metode ini
bergantung pada tingkat presisi yang tinggi dalam tiga pengukuran, yaitu berat,
suhu, dan perubahan suhu. Dalam penelitian atau pengujian, sering digunakan
untuk menentukan karakteristik bahan seperti polimer, menentukan suhu degradasi,
tingkat komponen organik dan anorganik pada ilmu pertanian. Thermogravimetri
sering juga disebut sebagai metode pengeringan, hal itu disebabkan oleh proses
pengerjaannya dilakukan dengan cara mengeringkan bahan untuk mempercepat
penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang dapat menyebabkan
terbentuknya air atau reaksi lain yang terjadi ketika pemanasan.
Metode penentuan kadar air secara thermogravimetri dipengaruhi oleh
beberapa faktor akurasi penentuan kadar air pada bahan. Faktor-faktor tersbut yaitu
suhu dan kelembaban ruang kerja atau laboratorium, suhu dan tekanan udara pada
ruang oven, ukuran dan struktur partikel sampel, ukuran wadah atau botol timbang
(Daud, A., dkk 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum uji kadar air ini adalah sebagai
berikut:
1. Nasi
2. Beras putih
3. Kedelai
4. Tempe
5. Tahu
6. Lada hitam
3.3 Prosedur Kerja
Ulangi terus
perlakuan hingga
mencapai berat Selesai
konstan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu dalam
proses pengujian kadar air terhadap lada dengan berbagai macam perlakuan
pengovenan penimbangan dan sebagainya. Pada uji kadar air dengan
sampel lada tidak mendapatkan nilai yang konstan karena membutuhkan
waktu yang lama dan pada teknis melakukan praktikum memiliki berbagai
hambatan seperti pada saat pengovenan, oven dibuka terlalu lama sehingga
membuat udara masuk dan membuat sampel terkena udara sehingga
membuat berat sampel tidak konstan. Pada saat proses memasukkan sampel
ke destilasi setelah pengovenan dilakukan dengan pelan-pelan karena takut
sampel terjatuh padahal hal itu membuat sampel terlalu lama terkena udara
sehingga sulit untuk menghasilkan nilai konstan. Terakhir pada proses
penimbangan sampel tutup pada timbangan analisis lama ditutup dan tidak
diperhatikan tutup yang ada diatas, dibelakang, disamping kiri dan kanan
timbangan sudah rapat atau tidaknya pintu tersebut. Lada merupakan
tanaman merambat yang terdiri dari daun, batang, dan buah. Dari praktikum
yang telah di lakukan dari kelompok 6 yakni pengujian kadar air terhadap lada
mendapatkan hasil sebagaimana yang telah tercantum di dalam tabel.
4.1 KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengujian kadar
air pada lada yang dilakukan dengan suhu 105° C selama 5 jam didapatkan kadar
air dari hasil pengeringan pertama sebanyak 0,0063 gram, kadar air pada
pengeringan kedua sebanyak 0,0071 gram, dan pengeringan ketiga didapatkan
kadar air sebanyak 0,0011 gram, hasil tersebut belum konstan dikarenakan hasil
yang ditentukan adalah sebanyak 0,02 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, A., dkk. 2012. Kajian penerapan faktor yang memengaruhi akurasi penentuan
kadar air metode thermogavimetri. Jurnal Online Politeknik Negeri
Pangkajene Kepulauan.
Ekaputri, T. W. 2014. Efek Ekstrak Lada Hitam (Piper nigrum L.) Terhadap Libido
Mencit (Mus musculus L.) Jantan yang Berbeda Umur. Jurnal Ilmiah : Biologi
Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. Vol. 2 No. 1 Mei
Febriyanti, A.P., dkk. 2015. Penetapan Kadar Piperin Dalam Ekstrak Buah Lada
Hitam (Piper Nigrum Linn.) Menggunakan Liquid Chromatography Tandem
Mass Spectrometry (Lc–Ms/Ms). Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, Vol.1,
No.2
Hendriati, L. dkk. 2021. Aktivitas Analgesik Patch Transdermal Ekstrak Etanol Buah
Piper ningrum L Dengan Beberapa Peningkat Transpor Pada Mencit. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis (JFSP). Vol.7, No.2. April.
Meilawati, N.L.W., dkk. 2016. Respon Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) Varietas
Ciinten Terhadap Iridiasi Sinar Gamma. Jurnal Littri, Vol.22, No.2
Prasetyo, T.F., dkk. 2019. Implementasi Alat Pendeteksi Kadar Air Pada Bahan
Pangan Berbasis Internet Of Things. SMARTICS Journal, Vol.5 No.2
Risfaheri. 2012. Diversifikasi Produk Lada (Piper ningrum) Untuk Peningkatan Nilai
Tambah. Buletin Teknologi Pascananen Pertanian Vol 8 (1)
Syarief, R. Dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudarmadji. S. Dkk. 2007. Analisis bahan makanan dan pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Kadam, P. V, Yadav, K. N., Patel, F. A., Karjikar, F. A., dan Patil, M. J. 2013.
Pharmacognostic, Phytochemical and Physicochemical Studies of Piper
Nigrum Linn. Fruit (Piperaceae). International Research Journal of Pharmacy,
4(5), 189–193. https://doi.org/10.7897/2230-8407.04538
Al-Shahwany, A. W. 2014. Alkaloids and Phenolic Compound Activity of Piper
Nigrum against Some Human Pathogenic Bacteria. Biomedicine and
Biotechnology, 2(1), 20–28. https://doi.org/10.12691/bb-2-1-4
Pundir, R. K., dan Jain, P. 2010. Volume : I : Issue-2 : Aug-Oct -2010
COMPARATIVE STUDIES ON THE ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF BLACK
PEPPER ( PIPER NIGRUM ) AND TURMERIC ( CURCUMA LONGA )
EXTRACTS Lecturer in Biotechnology , Kurukshetra Institute of Technology &
Management , Bhor Lecturer in. International Journal of Applied Biology and
Pharmaceutical Tecnology, 1(2 Aug-Oct), 492–501.
Ahmad, N., Fazal, H., Abbasi, B. H., Farooq, S., Ali, M., dan Khan, M. A. 2012.
Biological role of Piper nigrum L. (Black pepper): A review. Asian Pacific
Journal of Tropical Biomedicine, 2(S), 1945–1953.
https://doi.org/10.1016/S2221-1691(12)60524-3
Nahak, G., dan Sahu, R. K. 2011. Phytochemical evaluation and antioxidant activity
of Piper cubeba and Piper nigrum. Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 01(08), 153–157.
Vasavirama, K., dan Upender, M. 2014. Piperine: A valuable alkaloid from piper
species. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
6(4), 34–38.
Loo, T. 1987. Ikhtisar Ringkas dari Dasar-Dasar Farmakognos. Bunda Karya.
Kolhe, S. R., Borole, P., dan Patel, U. 2011. Extraction and evaluation of piperine
from piper nigrum linn. International Journal of Applied Biology and
Pharmaceutical Technology, 2(2), 144–149. www.ijabpt.com
Sabina, E. P., Nasreen, A., Vedi, M., dan Rasool, M. 2013. Analgesic, Antipyretic
and Ulcerogenic Effects of Piperine: An Active Ingredient of Pepper. Journal
of Pharmaceutical Sciences and Research, 5(10), 203–206.
Kumar, A., Singh, P. K., Parihar, R., Dwivedi, V., Lakhotia, S. C., dan Ganesh, S.
2014. Decreased O-linked GlcNAcylation protects from cytotoxicity mediated
by huntingtin exon1 protein fragment. Journal of Biological Chemistry,
289(19), 13543–13553. https://doi.org/10.1074/jbc.M114.553321
Gorgani, L., Mohammadi, M., Najafpour, G. D., dan Nikzad, M. 2017. Piperine—The
Bioactive Compound of Black Pepper: From Isolation to Medicinal
Formulations. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety,
16(1), 124–140. https://doi.org/10.1111/1541-4337.12246
Zarai, Z., Boujelbene, E., Ben Salem, N., Gargouri, Y., dan Sayari, A. 2013.
Antioxidant and antimicrobial activities of various solvent extracts, piperine
and piperic acid from Piper nigrum. LWT - Food Science and Technology,
50(2), 634–641. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2012.07.036
Mukhlis, A.M.R. (2016). Pengeringan Spouted Bed Lada Putih (Piper nigrum L)
Dengan Perlakuan Preheating Gelombang Mikro (Tesis). Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Chandiko, W. (2017). Kadar Piperin Lada Hitam Bubuk dan Putih Setelah
Penyangraian (Skripsi). Universitas Nusa Bangsa, Bogor.
Utomo, A. D., Rahayu, W. S. & Dhiani, B. A. (2009). Beberapa Metode Pengeringan
Terhadap Kadar Flavonoid Herba Sambiloto (Andrographis paniculata).
Pharmacy, 06(01), 58-68.doi: 10.30595/pji.v6i1.402