Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM UJI KADAR KOTORAN PADA MINYAK


KELAPA SAWIT
DOSEN PENGAMPU : HIDAYAT ASTA, SP, MP

TEKNISI : MASLAN, S. Tr. T

Disusun Oleh :

NURCAHYO WIDAYANTO 4202007008

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI PANGAN

JURUSAN AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI SAMBAS

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit,
serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak sawit dapat
dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan
dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan minyak kelapa sawit
mentah CPO (crude palm oil) menjadi andalan komoditas ekspor Indonesia. Kelapa sawit
sebagai salah satu komoditas pertanian andalan non migas mempunyai prospek yang baik
sebagai sumber pendapatan devisa maupun pajak, dalam proses produksi maupun pengolahan
mampu menciptakan kesempatan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Cyirillus Benikrisanto, 2006).

Kelapa sawit memiliki peran strategis karena kelapa sawit merupakan bahan baku
utama minyak goreng sehingga ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Minyak kelapa
sawit diperkenalkan pertama kali di Asia Tenggara pada tahun 1848 ketika empat bibit pohon
yang berasal dari Afrika Barat ditanam di Buitenzorg botanical gardens atau yang saat ini
dikenal dengan nama kebun raya Bogor di Jawa, akan tetapi hal ini tidak menjadi akar dari
munculnya industri kelapa sawit, bahkan pada saat itu pohon kelapa sawit hanya dijadikan
tanaman hias oleh para petani tembakau. Pada tahun 1905 Adrien Hallet yang merupakan
insinyur pertanian yang berasal dari Belgia tiba di Sumatra dan menyadari bahwa pohon
kelapa sawit tumbuh lebih cepat dan menghasilkan buah yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang ditanam di Kongo.

Selain itu buah yang dihasilkan terlihat menghasilkan lebih banyak pulp oil dan
memiliki biji buah yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman-tanaman kelapa sawit di
Afrika. Keunggulan yang dimiliki oleh kelapa sawit di Indonesia merupakan cerminan dari
kondisi tanah yang sangat subur, curah hujan yang mencukupi serta kondisi sinar matahari
yang bersinar di Asia Tenggara cukup untuk mendukung optimalisasi kondisi tanaman
tersebut. Perusahaan Deli Duras melihat peluang ini, dengan memanfaatkan kondisi sosial
saat itu yang terdapat lebih banyak populasi orang-orang usia produktif perusahaan ini
mengharapkan adanya hasil yang baik.
Selain itu didukung dengan tidak adanya hama dan penyakit yang biasanya
menyerang tanaman kelapa sawit menjadi alasan kuat perusahaan ini mendirikan perkebunan.
Perkembangan kelapa sawit mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian Indonesia, Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia sebagai
penghasil devisa negara diluar minyak dan gas. Kelapa sawitsangat pesat di kedua negara
hingga saat ini minyak mentah yang dihasilkan dari kelapa sawit, atau yang lebih dikenal
dengan Crude Palm Oil (CPO) menjadi komoditas ekspor Malaysia dan Indonesia paling
besar pada pasar dunia.Sebelumnya Indonesia merupakan produsen utama minyak kelapa
sawit, akan tetapi jumlah ekspornya lebih rendah dari pada Malaysia.

Hal ini dikarenakan konsumsi minyak kelapa sawit domestik yang tinggi akibat dari
jumlah penduduk yang banyak. Sejak tahun 2008 Indonesia merupakan negara produsen
sekaligus negara pengekspor kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Peluang Indonesia
untuk meningkatkan perannya sebagai eksportir minyak kelapa sawit sangat terbuka. Ini
mengingat hal-hal sebagai berikut :

 Pertama, Indonesia masih mempunyai relatif besar potensi cadangan minyak kelapa
sawit.
 Kedua, Indonesia merupakan eksportir minyak kelapa sawit terbesar kedua setelah
Malaysia dengan total ekspor 14.290,7 ribu ton pada tahun 2008. Dan saat ini pasar
utama minyak kelapa sawit Indonesia adalah India dengan total ekspor 4.789,7 ribu
ton tahun 2008.
 Ketiga, meningkatnya permintaan ekspor minyak kelapa sawit terhadap negara India
dengan volume permintaan (impor) yang cenderung meningkatkan dan memberi
peluang Indonesia sebagai eksportir minyak kelapa sawit.

Ekspor kelapa sawit Indonesia tidak hanya ke negara berkembang akan tetapi ke
beberapa negara maju. India merupakan negara tujuan ekspor kelapa sawit terbesar, akan
tetapi ekspor kelapa sawit Indonesia ke India tidak selalu mengalami peningkatan karena
banyak faktor yang mempengaruhi. Pada tahun 2006-2011 ekspor kelapa sawit Indonesia ke
India tidak stabil setiap tahunnya misalnya saja pada tahun 2009 ekspor kelapa sawit
Indonesia ke India sebesar 5.496,3 ribu ton, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 4.980,0 ribu
ton. Perkembangan Perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian, melalui tanaman
kelapa sawit sebagai salah satu primadonanya telah menjadi sumber penghasil devisa non
migas bagi Indonesia, penyerap tenaga kerja perkebunan, dan sumber pendapatan bagi petani.
Cerahnya prospek tanaman kelapa sawit ini telah mendorong pemerintah Indonesia
untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Prospek komoditas minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia sangat cerah sehingga mendorong
pemerintah dalam pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit
dapat ditemui hampir di seluruh wilayah di Indonesia terutama di daerah Riau, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Irian Jaya, Sumatera Utara, Bengkulu,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi SelatanKebutuhan kelapa sawit dalam negeri dan dunia akan
terus mengalami peningkatan sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk di dalam
negeri dan luar negeri yang terus mengalami peningkatan.

Kelapa sawit yang diproduksi diIndonesia sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri
sebagai bahan mentah dalam pembuatan minyak goreng, oleochemical, sabun, margarine, dan
sebagian besar lainnya diekspor dalam bentuk minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan
minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Dari total kelapa sawit yang dihasilkan,
menurut Kementerian Keuangan (2011), ekspor CPO pada tahun 2010 sebesar 50%,
sementara Crude Palm Kernel Oil (CPKO) mencapai 85% dari total minyak sawit yang
dihasilkan oleh Indonesia. PKO mempunyai produk turunan yang relative lebih sedikit
dibandingkan dengan CPO. Total produksi minyak sawit dunia diperkirakan lebih dari 45 juta
ton, dengan Indonesia dan Malaysia sebagai produsen dan eksportir utama dunia (Laporan
World Growth, Februari 2011).

Importir utama minyak sawit di antaranya adalah India, Cina, dan Uni Eropa.
Permintaan minyak sawit dalam beberapa tahun belakangan ini terus meningkat bersamaan
dengan banyaknya negara maju yang telah beralih dari menggunakan lemak-trans kepada
alternatif yang lebih sehat. Produk minyak sawit sering digunakan sebagai pengganti lemak-
trans karena minyak sawit merupakan salah satu lemak nabati sangat jenuh, dan harganya
relatif murah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (2013), produksi kelapa
sawit Indonesia sebesar 4.574,5ton pada tahun 2000 menjadi 17.390,5ton pada tahun2013,
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7% per tahun pada periode 2000-2013.

Sementara karet hanya mengalami pertumbuhan produksi sebesar 2,95%, lada 2,33%,
cengkeh, 2,69%, dan kakao sebesar 3,11%. Dengan tingkat produksi kelapa sawit yang cukup
tinggi maka Indonesia menjadi salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia, yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia dalam pendapatan devisa
negara diluar minyak dan gas maupun pajak. Total produksi ini membawa Indonesia
menduduki peringkat pertama dalam hasil produksi tahunan kelapa sawit karena total
produksi Indonesia lebih tinggi dibandingkan pembuatan minyak sawit atau CPO (Crude
Palm Oil). Jika produksi kelapa sawit meningkat maka begitu pula dengan produksi minyak
sawit.

Hal ini berdampak sangat positif karena jumlah permintaan akan minyak sawit yang
semakin tinggi. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia memiliki
peluang yang sangat baik dengan Malaysia. Pergerakan harga minyak kelapa sawit yang tidak
stabil di pasar Internasional akan mempengaruhi pendapatan devisa Indonesia. Pergerakan
harga tersebut juga akan mempengaruhi keputusan baik eksportir maupun pelaku bisnis
minyak kelapa sawit. Pada saat harga internasional lebih besar dibandingkan harga domestik,
eksportir akan memilih untuk menjualnya ke pasar Internasional. Keputusan tersebut pada
akhirnya akan mempengaruhi harga di pasar domestik karena lebih dari 77% produksi
minyak kelapa sawit diekspor.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kadar kotoran atau Dirt yang
terkandung dalam minyak kelapa sawit.
C. Manfaat
Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak diantaranya :
1. Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dan rujukan dalam penelitian
selanjutnya.
2. Diharapkn juga laporan ini dapat menjadi sumber wawasan bagi seluruh pihak
yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
 Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit,
serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak sawit dapat
dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan
dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan minyak kelapa sawit
mentah CPO (crude palm oil) menjadi andalan komoditas ekspor Indonesia. Kelapa sawit
sebagai salah satu komoditas pertanian andalan non migas mempunyai prospek yang baik
sebagai sumber pendapatan devisa maupun pajak, dalam proses produksi maupun pengolahan
mampu menciptakan kesempatan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Cyirillus Benikrisanto, 2006).

Kelapa sawit memiliki peran strategis karena kelapa sawit merupakan bahan baku
utama minyak goreng sehingga ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Minyak
kelapa sawit mengandung lemak tak jenuh, vitamin E, vitamin A, beta karoten, dan
antioksidan. Kelapa sawit juga biasa dijadikan bahan kosmetik, sabun, pasta gigi, lilin,
pelumas, dan tinta. Jadi, tidak heran jika manfaat minyak kelapa sawit begitu beragam.
Indonesia termasuk produsen minyak kelapa sawit terbesar. Tentu mudah untuk menemui
produk minyak kelapa sawit ini di pasaran. Harga jualnya juga cukup terjangkau. Sehingga,
manfaat minyak kelapa sawit mudah dirasakan bagi siapa saja. Manfaat minyak kelapa sawit
antara lain adalah :

a) Menambah energi

Energi memang bisa didapat dari makanan pokok. Beras, jagung, ubi-ubian, dan
cadangan lemak dalam tubuh. Termasuk minyak kelapa sawit dengan kandungan lemak
baiknya. Lemak baik ini yang akan berperan sebagai sumber energi cadangan untuk tubuh.
Dalam 1 sendok makan minyak kelapa sawit (13.6 g) terdapat 120 kcal energi dan 13,6 g
lemak. Selain lemak baik, beta karoten dalam minyak kelapa sawit juga bisa memulihkan
energi. Bahkan mampu menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh manusia.

b) Menjaga kesehatan mata

Minyak kelapa sawit mampu menjaga kesehatan mata. Hal ini disebabkan karena beta
karoten dalam minyak kelapa sawit. Beta karoten akan berperan sebagai antioksidan.
Sehingga akan membantu mencegah masuknya radikal bebas. Maka kerusakan sel-sel tubuh,
termasuk sel yang ada di dalam mata dapat diatasi. Penyakit katarak juga bisa pulih dengan
konsumsi minyak kelapa sawit ini.

c) Mengurangi risiko penyakit jantung

Minyak kelapa sawit memiliki kadar kolestrol baik (HDL) cukup tinggi. Menurut
penelitian di American Journal of Health Nutrition, jumlah HDL dan LDL minyak ini masih
aman. Termasuk masih aman bagi jantung dan pembuluh darah. Asal penggunaannya tidak
berlebihan.

d) Mengurangi risiko penyakit kronis

Minyak kelapa sawit mampu mengurangi risiko penyakit kronis. Hal ini disebabkan
karena kandungan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol). Vitamin E ini termasuk sejenis
dengan vitamin A. Sama-sama zat antioksidan yang dapat mengurangi risiko penyakit kronis.
Sedangkan tokoferol berperan cegah mutasi sel yang akan menjadi sel kanker. Kandungan
antioksidan dalam tokoferol cukup tinggi. Tidak heran tokoferol mampu menghambat
kerusakan sel. Menurut penelitian dari National Institutes of Health (NIH), tokotrienol
mampu melindungi saraf pada otak. Jadi, sangat mampu mengurangi risiko penyakit stroke.
Selain itu, tokotrienol mampu memperlancar aliran darah dalam otak. Sehingga penyakit
Alzheimer dan demensia (kepikunan) bisa dihindarkan. 

e) Mendukung kehamilan sehat

Kandungan vitamin A (terutama beta karoten), D, E, dan K inilah yang mampu


mengatasi kekurangan vitamin pada ibu hamil. Membuat kesehatan janin bayi lebih terjaga.
Hal ini disebabkan kekurangan vitamin rentan terjadi pada ibu hamil. Namun, secara alami
minyak kelapa sawit mampu mempertahankan vitamin dalam tubuh dengan baik.

f) Menyehatkan kulit

Kelapa sawit biasa dijadikan sabun, sampo, dan kosmetik. Hal ini disebabkan karena
kelapa sawit ampuh hilangkan minyak dan kotoran pada kulit. Selain itu, minyak kelapa
sawit juga mampu melembabkan kulit. Kandungan tokofenol dan tokotrienol (vitamin E) juga
dapat mencegah penuaan dini. Membuat kulit menjadi lebih mulus dan kencang.

 N-Heksan

Pelarut organik seperti n-heksana sering digunakan dalam industri seperti percetakan,
perangkat elektron pembersih, lem, pembuatan sepatu, furniture, serta ekstraksi minyak. Di
dalam tubuh, n-heksana akan dimetabolisme menjadi 2,5-heksandion. Berdasarkan beberapa
penelitian, metabolit ini dapat menyebabkan gangguan berupa polineuropati dan juga
apoptosis pada sel ovum. Dalam penelitian lain menyebutkan 2,5-heksandion dapat menjadi
biomarker dalam melihat paparan n-heksana. Untuk melihat risiko ini, dapat dilakukan analis
kandungan 2,5-heksandion melalui urin dan serum. Metode analisis yang sering digunakan
adalah Kromatografi Gas (KG) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini diantara lain adalah :

1. Cawan Gooch Crusible


2. Kertas saring
3. Desicator
4. Gelas Kimia
5. Oven
6. Neraca Analitik

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantara lain adalah :

1. Minyak CPO 5-10 gram


2. N-heksan
C. Prosedur Kerja

Timbang sampel 10
mulai Timbang kertas saring
gram

Letakkan kertas saring Masukkan dalam kertas Tambahkan N-heksan


dicorong saring 10 ml

Biarkan hingga tersisa


Oven selama 3 jam Dinginkan dalam
kotoran dan sisa
suhu 130oC desikator 15 menit
minyak dikertas saring

Timbang dan hitung


selesai
kadar kotoran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan didapat hasil :


Berat sampel Berat kertas Berat oven 1 Berat oven 2
saring
Sampe
l Sampel Sampel 1 2 kertas Kertas Kertas Kertas
1 2 saring saring saring 1 saring 2
1 2
CPO 10,0145 10,026 0,6820 0,6855 2,9128 2,3485 2,8090 2,6992
gram 9 gram gram gram gram gram gram gram

Keterangan :
1. Berat sampel 1 diekstraksikan dengan kertas saring 1
2. Berat sampel 2 diekstraksikan dengan kertass saring 2
w 3−w 2
3. Rumus mencari kadar kotoran adalah ×100%
w1
W1 = berat sampel
W2 = berat kertas saring
W3 = berat sampel setelah pengeringan

2,9128−0,6820
Oven 1 = Sampel 1 = ×100% = 0,22%
10,0145
2,3485−0,6855
Sampel 2 = ×100% = 0,17%
10,0269
2,8090−0,6820
Oven 2 = Sampel 1 = ×100% = 0,21%
10,0145
2,6992−0,6855
Sampel 2 = × 100 % = 0,20%
10,0269
B. Pembahasan
Praktikum uji kadar kotoran pada Crude Palm Oil yang telah dilakukan melalui
beberapa tahapan, yang pertama dilakukan adalah menimbang kertas saring yang telah di
oven selama 1 jam, lalu penimbangan sampel CPO sebanyak 10 gram per sampelnya,
kemudian menambahkan N-heksan sebagai pengekstrak kedalam sampel, setelah itu sampel
yang telah bercampur dengan N-heksan dimasukkan kedalam kertas saring yang telah
disimpan dicorong untuk proses penyaringan minyak CPO. Setelah selesai penyaringan
kotoran dan minyak yang masih melekat di kertas saring di oven selama 3 jam dengan suhu
130oC, kemudian dinginkan dalam desikator dan timbang kertas saring lalu hitung kadar
kotoran yang terdapat pada CPO.
Standar kadar kotoran untuk CPO adalah sebesar 0,02%. Jika hasil yang didapat pada
pengovenan pertama masih belum mencapai standar untuk kadar kotoran maka dilakukan
pengovenan ulang sampai hasil kadar kotoran pada CPO sesuai dengan standar, lakukan
pengovenan dengan lama setiap pengovenan adalah 1 jam. Dari praktikum yang dilakukan
dengan 2 kali pengovenan didapat hasil kadar kotoran pada CPO masih belum mencapai nilai
standar, pada oven pertama didapat hasil sampel 1 sebesar 0,22% kadar kotoran dan sampel 2
sebesar 0,17% kadar kotoran. Pada pengovenan kedua didapat hasil sampel 1 sebesar 0,21%
kadar kotoran dan sampel 2 sebesar 20% kadar kotoran, maka perlu untuk dilakukan
pengovenan lagi untuk mencapai nilai standar kadar kotoran untuk CPO.
Kadar kotoran adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam minyak, dimana dengan
ukuran kecil zat pengotor ini sulit untuk disaring, oleh karena itu perlu dimurnikan terlebih
dahulu dengan menggunakan alat purifier sebelum di simpan pada tangki timbun. Kadar
pengotor dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam
minykak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen zat pengotor terhadap
minyak atau lemak. Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam
rangkaian proses ppengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugas
(Marunduri, 2009).
Jenis-jenis kadar kotoran yang terdapat pada minyak sawit dan kemudian akan disaring oleh
vibrating screen yaitu berupa pasir, serabut, lumpur, dan lainlain. Menurut Pardameian
(2009) crude oil yang telah diencerkan, dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20-40
mesh untuk memisahkan bahan asing seperti pasir, serabut, dan bahan-bahan lainnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengujian kadar kotoran pada CPO dilakukan dengan beberapa tahapan, yang
pertama dilakukan adalah menimbang kertas saring yang telah di oven selama 1
jam, lalu penimbangan sampel CPO sebanyak 10 gram per sampelnya, kemudian
menambahkan N-heksan sebagai pengekstrak kedalam sampel, setelah itu sampel
yang telah bercampur dengan N-heksan dimasukkan kedalam kertas saring yang
telah disimpan dicorong untuk proses penyaringan minyak CPO. Setelah selesai
penyaringan kotoran dan minyak yang masih melekat di kertas saring di oven
selama 3 jam dengan suhu 130oC, kemudian dinginkan dalam desikator dan
timbang kertas saring lalu hitung kadar kotoran yang terdapat pada CPO.
2. Kadar kotoran pada CPO yang telah diuji dengan 2 kali pengovenan pada oven
pertama sampel 1 sebesar 0,22% dan sampel 2 sebesar 0,17% dan pengovenan
kedua sampel 1 sebesar 0,21% dan sampel 2 sebesar 0,20%.

B. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan penulis memberi saran :
1. Praktikum dilakukan dengan teliti dan hati-hati
2. Lakukan lebih lama pengovenan agar kadar kotoran yang didapat sesuai
dengan standar perusahan dan SNI.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I.Satyawibawa dan R. Hartono. 2002.Budidaya Pemanfaatan dan
Analisa Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar Swadaya.
Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan.
Jakarta. Agromedia Pustaka.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun
2014 - 2016. Direktorat Jendral Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Nur Kadim, Lina Arliana. 2014. Analisa Hubungan Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual
Minyak Kelapa Sawit Pada Pt. Langkat Nusantara Kepong PKS Padang Brahrang.
Informasi dan Teknologi Ilmiah, ISSN : 2339- 210X.
Pahan, l. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
Hilir. Penebar Swadaya.
Harold McGee. 2004. On Food And Cooking: The Science And Lore Of The Kitchen,
Scribner, edition. ISBN 978-0-684-80001-1.

Munawaroh, S. ; Handayani, P.; Astuti. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana, 2(1): 73- 78. Universitas Negeri
Semarang: Semarang.

Marunduri F.J.2009.Pengaruh Waktu Inap CPO pada Storage Tank Terhadap Kadar Asam
Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran di PTPN III Tebing Tinggi PKS Kebun
Rambutan. Medan : FMIPA USU.
LAMPIRAN
hot plate Gelas kimia Labu erlenmeyer Desikator

Sampel CPO 1 dan 2 Kertas saring 1 Kertas saring 2 Pemanasan sampel

Penimbangan Penyaringan minyak Pendinginan Oven 1 S:1


sampel

Oven 1 S:2 Oven 2 S:1 Oven 2 S:2

Anda mungkin juga menyukai