Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permanganometri
Titrasi permanganometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan kalium
permanganat yang berwarna ungu. Kalium permanganat merupakan zat baku
sekunder karena kalium permanganat tidak stabil, mudah terurai oleh cahaya dan
mudah terurai oleh zat organik membentuk MnO2. Reaksi kalium permanganat
dengan zat organik terbilang sangat lambat sehingga ketika membuat larutan kalium
permanganat harus dipanaskan dan disaring dengan glaswol atau kacamasir,
pemanasan berfungsi mempercepat reaksi permanganat dengan zat organik
membentuk MnO2 yang mengendap berwarna coklat berbentuk koloid (seperti
lumpur) sehingga dalam pembuatannya ketika setelah dipanaskan harus disaring
terlebih dahulu agar bebas dari MnO2 ini. Jika didalam larutan KMnO4 masih
terdapat MnO2 maka konsentrasi permanganat seiring berjalannya waktu makin
berkurang (terurai). Oleh karenanya perlu dilakukan standarisasi berkala (Subhi,
2010).
2.2 Kalium Permanganat (KMnO4)
Dalam permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksida secara meluas lebih
dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan
indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat 0,1
N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu
titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan
(Nurianti, 2012).
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat karena memiliki harga potensial
reduksi yang besar yang berarti kalium permanganat sangat mudah direduksi
sehingga memiliki daya oksidasi (sifat oksidator) zat lain yang menjadi lawannya,
dengan mekanisme reaksi;
MnO4- + 8H+ + 5e-

Mn2+ + 4H2O ( E0= +1,52)

Berdasarkan reaksi, kalium permanganat hanya bersifat oksidator dalam suasana


asam, namun pada suasana basa kalium permanganat ini tidak memiliki daya
oksidasi, melainkan malah mengendap menjadi Mn(OH)2 yang nantinya akan
membentuk MnO2 yang mengendap juga. Oleh karena itu pada saat titrasi penentuan
konsentrasi kalium permanganat harus ditambahkan asam sulfat. Kalium
permanganat juga dapat berfungsi sebagai zat yang memiliki kemampuan sebagai
autoindikator, artinya bentuk teroksidasi dan tereduksi dari kalium permanganat
memiliki warna yang berbeda sehingga pada saat proses titrasi yang melibatkan
kalium permanganat tidak perlu ditambahkan indikator redoks (Subhi, 2010).
2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri
Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan
reduksi. Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO 4- akan berubah menjadi
ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel (Rahayu, 2012).
Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada
volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam titrasi. Warna ini dipergunakan
untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam
reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4,
+6, dan +7. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Titrasi
dilakukan dalam lingkungan asam, sebab untuk menjaga supaya konsentrasi ion
hidrogen (H) tetap selama titrasi berlangsung karena dalam lingkungan netral atau
basa sebagian dari KMnO4 diubah menjadi MnO4 sehingga larutan berwarna coklat
yang akan menyukarkan pengamatan pada titik akhir titrasi (Kusumawardhani,
2013).
2.4 Standar-standar Primer untuk Permanganat
2.4.1 Arsen (III) Oksida
Senyawa As2O3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutanlarutan permanganat. Senyawa ini stabil non higroskopik, dan tersedia dengan

tingkat kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam natrium hidroksida,
dan larutan kemudian diasamkan dengan asam klorida dan titrasi dengan
permanganat :
5HAsO2 + 2MnO4 + 6H + 2H2O

2Mn +

5HAsO
Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan terkecuali sebuah katalis
ditambahkan. Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO, dan iodin monoklorida,
ICl, telah dipergunakan sebagai katalis.
2.4.2 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4, juga merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian yang tinggi, stabil saat pengeringan, dan non higroskopik. Reaksinya
dengan permanganat agak rumit, dan meskipun banyak penyelidikan telah
dilakukan, mekanisme tepatnya tidak pernah jelas. Reaksi berjalan lambat dalam
suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai 60C. Bahkan pada
suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
meningkat ketika ion mangan II terbentuk. Ion tersebut dapat memberikan efek
katelitinya dengan cara bereaksi cepat dengan permanganat untuk membentuk
mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana pada gilirannya
secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen. Persamaan
untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah :
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+

2Mn2+

10CO2

8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
2.4.3 Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai
sebuah standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi
III yang diproduksi selama proses pelarutan reduksi yang menjadi besi II. Jika
larutannya kemudian dititrasi dengan permanganat, cukup banyak ion klorida
yang dioksidasi selain besi II. Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat

berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi,
oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi II adalah agen pereduksi yang
lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan ini teroksidasi secara
bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan di dalam
oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat,
disebut larutan pencegah, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat
ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan
permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III) dengan
membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai
selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III)
dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya
lebih jelas (Kusumawardhani, 2013).
2.5 Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada
larutan pentiter KmnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KmnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO 2
sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitasi coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Pemberian KmnO4 yang terlalu
cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2

H2O2 + 2CO2

Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.


Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis:
MnO4- + 8H+ + 5e

Mn2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator dan umumnya titrasi


dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengalami titik akhir
titrasinya. Reaksi dalam suasana netral yaitu :

MnO4- + 4H+ + e

MnO4 + 2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi ke kanan dalam suasana
alkalis :
MnO4- + e

MnO42-

MnO42- + 2H2O + 2e
MnO4- + 2H2O + 3e

MnO2 + 4OHMnO2 + 4OH-

Larutan ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan
jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya
proanalisis dalam air lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru
saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya dipenangas uap selama satu/dua
jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi yang telah
dimurnikan atau melalui kain saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
perbedaan ini, namun beberapa pereduksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kelebihan sedikit
permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan
terjadinya endapan sejumlah MnO2. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan
dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi
larutan permanganat, jejak-jejak dari MnO2 yang ada dalam permanganat atau dari
agen-agen pereduksi di dalam air mengarah kepada dekomposisi. Tindakan ini
biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan
substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui gelas yang disenter untuk
menghilangkan MnO2 (Sadullah, 2011).
2.6 Aplikasi Permanganometri Pengujian Nilai Permanganometri dalam Air
Secara Asam
Kecenderungan pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat
terutama di perkotaan semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu
dikaji dalam rangka pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot
air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk
mengetahui proses pengolahan air minum di depot AMIU, kualitas air minum isi

ulang dari depot AMIU yang banyak beredar saat ini dan mengetahui kondisi
kesehatan lingkungan dan jumlah konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air
minum dari depot AMIU. Metodologi: Jumlah sampel depot air minum adalah 38,
sedangkan untuk sampel air setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air
minum sehingga jumlah sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas air yang
diperiksa meliputi parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes
416 tahun 1990 untuk air baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air
minum. Pemeriksaan sampel air berdasarkan Standard Method for Examination
Water and Wastewater dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL) Jakarta. Hasil wawancara terhadap pengusaha depot
menunjukkan sumber air di depot air minum adalah mata air (89,5%) yang berasal
dari Bogor (60,5%). Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan catridge
yang berisi pasir dan karbon aktif (50%) sebagai filter, ada juga yang hanya
menggunakan mikro filter (10,5%) dan menggunakan keduanya (39,5%). Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa seluruh sampel, baik air baku
maupun air minum untuk parameter kimia dan fisik masih memenuhi persyaratan
kesehatan kecuali pH. Dari hasil pengukuran pH menunjukkan 6 sampel air baku
(13,2 %) tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan Permenkes 416 tahun 1990
dan 3 sampel air minum (7,9%) tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Kepmenkes 907 tahun 2002 (Syambas, 2012).
Flowchart Pengujian Nilai Permanganometri dalam Air Secara Asam
Mulai
Diambil 50 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
yang sudah dibebaskan dari zat organik

Dipipet 10 ml larutan H2C2O4 2 N


masukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N
A

Dititrasi dengan KMnO4


Tidak
Apakah larutan
berubah menjadi warna
merah muda
Ya
Dipanaskan diatas hot plate sampai hampir mendidih
Ditambahkan 5 ml KMnO4 0,01 N
Dibiarkan mendidih selama 5 menit
Ditambahkan 15 ml asam oksalat 0,01 N setelah pemanasan
Dititrasi dengan KMnO4
Apakah larutan

Tidak

berubah menjadi warna


merah muda?
Ya
Dihitung volume KMnO4 yang digunakan

Selesai
Gambar 2.1 Flowchart Pengujian Nilai Permanganometri dalam Air Secara Asam
(Syambas, 2012)

Anda mungkin juga menyukai