Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laju Reaksi

Ketika kita membicarakan laju reaksi kimia apa yang kita maksud adalah laju
dimana reaktan diguanakan atau setara dengan laju dimana produk terbentuk. Laju
reaksi memiliki satuan konsentrasi per satuan waktu mol/dm s (untuk reaksi fasa gas,
satuan konsentrasi lain yang sering digunakan, biasanya satuan tekanan- Torr, mbar
atau Pa). Untuk mengukur laju reaksi, kita butuh memonitor konsentrasi suatu
reaktan atau produk sebagai fungsi waktu. Sejauh ini ada sedikit masalah pada laju
reaksi yang kita definisikan, yang mana hal tersebut adalah stoikiometri reaksi.
Secara sederhana stoikiometri merupakan bilangan dari setiap mol reaktan dan
produk yang muncul pada persamaan reaksi. Sebagai contoh, persamaan reaksi untuk
proses Haber, digunakan secara industri untuk memproduksi ammonia :

N2 + 3H2 2NH3

N2 mempunyai koefisien stoikiometri 1, H2 3 dan NH3 2. Kita dapat menentukan laju


reaksi dengan tiga jalan, melihat perubahan konsentrasi dari N 2, H2 atau NH3.
Katakanlah kita memonitor N2 dan menetukan lajunya d[N2]/dt = x mol/dm s.
karena setiap mol N2 bereaksi kita kehilangan tiga mol H 2, jika kita memonitor H2
daripada N2 kita akan menetukan laju reaksinya d[H2]/dt = 3x mol/dm s. dengan
cara yang sama memonitor konsentrasi NH 3 akan menghasilkan laju reaksi 2x mol/
dm s. Jelasnya, reaksi yang sama tidak bisa memiliki tiga laju reaksi yang berbeda,
disini kita menghadapi masalah. Solusinya sebenarnya sangat sederhana : laju reaksi
didefinisikan sebagai laju perubahan konsentrasi suatu reaktaf atau produk dibagi
dengan koefisien stoikiometri masing-masing. Untuk reaksi di atas, lajunya biasanya
disimbolkan dengan huruf (v) sehingga

v = d[N2]/dt = (1/3) d[H2]/dt = (1/2) d[NH3]/dt (2.1)

catatan tanda negatif muncul ketika kita mendefinisikan laju menggunakan


konsentrasi salah satu reaktan. Ini dikarenakan perubahan laju reaktan adalah negatif
(karena digunakan di dalam reaksi) tapi laju reaksi merupakan besaran positif.
Hukum laju adalah sebuah persamaan yang berhubungan dengan laju reaksi
konsentrasi spesi kimia yang ada, dimana mungkin termasuk reaktan, produk atau
katalis. Banyak reaksi mengikuti hukum laju sederhana dimana persamaan ini
berbentuk :

= k [A]a[B]b[C]c (2.2)

dimana :

v = laju reaksi

k = konstanta laju reaksi

[A], [B] dan [C] = konsentrasi A, B dan C

a, b dan c = orde reaksi

(Vallance, 2000).

2.2 Reaktor Fasa Cair


Ada dua perbedaan utama antara reaktor, batch dan kontinyu. Dalam reaktor batch
sejumlah reaktan ditangani pada satu waktu. Dalam reaktor kontinyu, proses
berlanjut tanpa batas. Ini adalah jenis yang paling umum dari reator dalam
petrokimia dan layanan penyulingan.
Sebuah reaktor batch adalah sistem tertutup. Contohnya adalah batch bubut
kertas menjadi sesuatu aplikasi yang diinginkan. Sebuah reaktor semibatch bukanlah
sistem tertutup. Tipe ini berguna dalam kasus-kasus seperti pembuatan bahan kimia
tertentu dimana bahan kimia yang mudah menguap harus ditambahkan perlahan-
lahan ke dalam suatu bahan kimia yang tidak mudah menguap (contoh termasuk
pembuatan glikol).
Reaktor tubular (baik tabung bengkok panjang atau shell dan tube) dapat berupa
batch atau reaktor kontinyu. Reaktor kontinyu bekerja sepanjang waktu. Ini berarti
reaktan campuran sampai batas tertentu dengan produk. Sejauh ini disebut
backmixing. Sebuah menara memiliki banyak plat atau baffle di dalamnya dan dapat
mengurangi backmixing. Misalnya tangki tanpa plat. Reaktor kontinyu dapat
ditemukan dalam menara dan kolom. Menara dapat berupa packed atau plat (bubble
cap atau sieve tray). Design reaktor optimal mencoba untuk membatas jumlah daerah
mana ada reaksi berlangsung. Hal ini juga memungkinkan untuk memiliki reaktan
mengambil jalan lebih pendek dari yang diperlukan untuk reaksi optimun. Ini disebut
dengan shortcircuiting (Soares, 2002).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :


1. Luas permukaan sentuhan/ Ukuran partikel
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan
zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar
peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan
Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi
semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat
2. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel
memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin
banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat
ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan.
Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju
perubahan konsentrasi reaktan.
3. Suhu
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu
energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin
banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun
produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang
dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan
energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat dibedakan ke dalam
dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis
heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang
sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis
menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat)
untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah
sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk
dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas. Katalis homogen
umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi,
dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya (Subki, 2009).

2.4 Reaktor Batch dan Teori Kinetika Reaksi


Reaktor batch digunakan dalam skala operasi kecil, untuk mencoba proses baru
yang belum sepenuhnya dikembangkan, untuk produksi produk mahal dan untuk
proses yang sulit dikonversi oleh operasi kontinu. Reaktor batch memiliki kelebihan
yaitu dapat memberikan nilai konversi yang tinggi, yang dapat diperoleh dengan
membiarkan reaktan berada dalam reaktor dalam jangka waktu yang lama.
Kekurangannya adalah biaya yang mahal untuk setiap batch, produk yang dihasilkan
dapat bervariasi dari batch yang satu dengan batch yang lainnya, dan tidak efektif
untuk produksi skala besar (Fogler, 2006).

2.5 Aplikasi Reaktor Fasa Cair Simulasi Pengolahan Limbah Cair Berwarna
dengan Foto Fenton.
Limbah cair dari industri kopi yang berwarna kecoklatan banyak mengandung
bahan-bahan organik seperti pektin, protein dan gula. Komponen utama dalam
limbah ini adalah melanoidin. Senyawa ini memiliki gugus amino karbonil dengan
berat molekul yang besar, yang dihasilkan dari reaksi pencoklatan nonenzimatik
Maillard. Struktur melanoidin yang kompleks mengakibatkan limbah cair ini sulit
didegradasi secara biologis. Seperti umumnya sifat zat warna yang dibuang ke
perairan bebas, komponen ini iuga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke
dalam perairan, sehingga proses fotosintesis di perairan tersebut akan terganggu.
Proses penghilangan warna dari limbah kopi ini, dilakukan dengan metode
Foto-Fenton yang dilakukan secara batch. Reaksi ini akan mempercepat hilangnya
zat warna dalam limbah akibat hilangnya gugus aromatik dalam proses
depolimerisasi melanoidin. Model limbah kopi sintetik dibuat di laboratorium
dengan melarutkan kopi instant Nescafe Goldblend (Nestle Japan Group). Limbah
ditambahi asam sulfat agar memiliki pH=3.
Percobaan dilakukan dalam reaktor gelas bervolume 1 liter yang dilengkapi
dengan 4 buah lampu ultraviolet 15 W [black light) dengan panjang gelombang 352
nm. Reagen hidrogen peroksida dan besi sulfat cair ditambahkan pada awal proses
dengan perbandingan tertentu. Perubahan absorbansi, kandungan organik total serta
konsentrasi ion besi (ll) diukur selama reaksi berlangsung.
Hal ini tampak dari perubahan warna limbah dari coklat meniadi kuning hingga
jernih. Data kinetika kecepatan reduksi warnanya dinyatakan dalam hubungan
absorbansi warna relatif terhadap waktu dan dibagi menjadi tiga fasa. Fasa pertama
adalah fasa dimana terjadi peningkatan absorbansi pada awal penambahan reagen
Fenton. Pada fasa kedua terjadi penurunan absorbansi warna yang merupakan reaksi
orde dua, dikuti fasa ketiga yang merupakan reaksi orde pertama. Konstanta
kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh kekuatan lumen. Semakin besar intensitas
cahaya yang digunakan, semakin besar pula konstanta kecepatan reaksinya (Hwa dan
Riadi, 2012).
Mulai

Dimasukkan limbah kedalam reaktor

Ditambahkan reagen hidrogen peroksida dan


besi sulfat
Disinari sinar ultraviolet

Diukur perubahan absorbansi, kandungan organik


total serta konsentrasi ion besi (II)

Selesai

Gambar 2.1 Flowchart Pengolahan Limbah Cair Berwarna dengan Foto Fenton
(Hwa dan Riadi, 2012).

Anda mungkin juga menyukai