Pelarut Aquadest
4.1.1 Data Percobaan untuk Sampel Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan
pelarut Aquadest (H2O)
Tabel 4.1 Data Percobaan Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan pelarut Aquadest
Sampel
Run
I
Natrium
Fosfat
(Na3PO4)
0,2
II
0,4
III
4.2
Berat Zat
terlarut
(gr)
0,6
Volume
pelarut
(ml)
6
6,5
7
6
6,5
7
6
6,5
7
Temperatur
Jernih
Keruh
(C)
(C)
69
46
63
42
51
34
% Berat
Zat
Terlarut
3,2258
2,9851
2,7778
71
65
53
51
47
33
6,2500
5,7971
5,4054
78
71
55
51
48
34
9,0909
8,4507
7,8947
Pelarut Ades
4.2.1 Data Percobaan untuk Sampel Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan
pelarut Ades
Tabel 4.2 Data Percobaan Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan pelarut Ades
Sampel
Run
Berat
Zat
terlarut
(gr)
Natrium
Fosfat
(Na3PO4)
IV
0,4
Temperatur
Volume
pelarut
(ml)
Jernih
(C)
Keruh
(C)
% Berat
Zat
Terlarut
6
6,5
7
71
67
54
47
42
33
6,2815
5,8265
5,7450
variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain
adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan
sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari
hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan
penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut
(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari
grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat
pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva
kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Menurut teori, volume berbanding terbalik dengan tekanan, sehingga
volume yang besar menyebabkan kelarutannya semakin rendah, hal ini
disebabkan apabila volume tinggi, maka tumbukannya antara partikel yang satu
dengan yang lain akan semakin jarang terjadi dan reaksi akan berjalan lambat
sehingga zat terlarut akan sulit larut dalam zat (Sitorus, 2013). Kombinasi dalam
satu pernyataan hokum Boyle, Charles, Gay Lussac dan Avogadro diperoleh
suatu persamaan yaitu :
PV = nRT...........................................(4.1)
Dimana:
P = tekanan gas (atm)
V= volume gas (L)
n = banyaknya mol, banyaknya mol didefinisikan sebagai perbandingan massa
(w) gas dengan berat molekulnya (M), yaitu
(mol)
Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu
larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Dan pada grafik diatas
ditunjukkan bahwa titik jenuh larutan kalium klorida pada run I pada suhu 36
o
C, 32 oC, 31 oC dan 30 oC, dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2
ml aquadest yaitu pada suhu 30 oC. Pada run II pada suhu 32 oC, 38 oC, 36 oC
dan 35 oC, dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest
yaitu pada suhu 35 oC. Pada run III pada suhu 40 oC, 34 oC, 34 oC dan 36 oC, dan
mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest yaitu pada suhu 30
o
C.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium
klorida pada run I,II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 2 gram. Regresi
adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan
bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)
diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi
simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada
variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain
adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan
sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari
hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan
penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut
(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari
grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat
pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva
kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Menurut teori, volume berbanding terbalik dengan tekanan, sehingga
volume yang besar menyebabkan kelarutannya semakin rendah, hal ini
disebabkan apabila volume tinggi, maka tumbukannya antara partikel yang satu
dengan yang lain akan semakin jarang terjadi dan reaksi akan berjalan lambat
sehingga zat terlarut akan sulit larut dalam zat (Sitorus, 2013). Kombinasi dalam
satu pernyataan hokum Boyle, Charles, Gay Lussac dan Avogadro diperoleh
suatu persamaan yaitu :
PV = nRT...........................................(4.2)
Dimana:
P = tekanan gas (atm)
V= volume gas (L)
n = banyaknya mol, banyaknya mol didefinisikan sebagai perbandingan massa
(w) gas dengan berat molekulnya (M), yaitu
(mol)
pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva
kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Data dari percobaan ini adalah pada run I diperoleh data temperatur jernih
untuk persen berat zat terlarut 33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%, dan
14,286% sebesar 78 C, 70 C, 68 C, 65 C dan 60 C dengan regresi sebesar
78,069 C, 70,903 C, 66,603 C, 63,736 C dan 61,689 C. Pada run II
diperoleh data temperatur jernih untuk persen berat zat terlarut 50,000%,
40,000%, 33,333%, 28,571%, 25,000% dan 22,222% sebesar 82 C, 87 C, 85
C, 74 C, 65 C dan 70 C dengan regresi sebesar 87,867 C, 81,502 C, 77,259
C, 74,228 C, 71,955 C dan 70,187 C. Pada run III diperoleh data temperatur
jernih untuk persen berat zat terlarut 33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%,
dan 14,286% sebesar 75 C, 68 C, 72 C, 69 C dan 72 C dengan regresi
sebesar 73,073 C, 71,713 C, 70,897 C, 70,353 C dan 69,964 C. Pada grafik
4.3 dapat disimpulkan bahwa semua grafik, baik pada sampel maupun regresi
kalium klorida 2 gram, 4 gram, dan 2 gram mengalami peningkatan.
Menurut teori, kelarutan biasanya dinyatakan dalam konsentrasi baik itu
massa zat pelarut, molaritas, molalitas, fraksi mol, atau istilah lain yang sama
dengan konsentrasi. Kelarutan zat terlarut dalam zat pelarut tergantung pada
temperatur atau suhu. Pada banyak padatan yang terlarut dalam cairan, kelarutan
meningkat dengan temperatur (Sisodiya, dkk., 2012). Semakin tinggi temperatur
semakin besar % massa sampel, dan sebaliknya semakin rendah temperatur
semakin kecil % massa sampel. Dan dari hubungan tersebut dapat disimpulkan
bahwa naiknya temperatur berbanding lurus dengan % massa sampel, karena
naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012).
Dari hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur
sebanding dengan jumlah massa zat, karena naiknya temperatur berbanding
lurus dengan kelarutan. Maka didapatkan hasil percobaan sesuai dengan teori
dimana semakin besar berat sampelnya (%), semakin besar pula temperaturnya.
pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva
kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Pada run I diperoleh data temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut
33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%, dan 14,286% sebesar 36 C, 32 C, 31
C, 30 C dan 30 C dengan regresi sebesar 35,468 C, 32,804 C, 31,206 C,
30,141 C dan 29,380 C. Pada run II diperoleh data temperatur keruh untuk
persen berat zat terlarut 50,000%, 40,000%, 33,333%, 28,571%, 25,000% dan
22,222% sebesar 32 C, 38 C, 36 C, 35 C, 35 C dan 35 C dengan regresi
sebesar 34,233 C, 34,788 C, 35,159 C, 25,423 C, 35,621 C dan 35,776 C.
Pada run III diperoleh data temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut
33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%, dan 14,286% sebesar 40 C, 34 C, 34
C, 36 C dan 30 C dengan regresi sebesar 39,242 C, 36,017 C, 34,081 C,
32,791 C dan 31,869 C.
Menurut teori, kelarutan biasanya dinyatakan dalam konsentrasi baik itu
massa zat pelarut, molaritas, molalitas, fraksi mol, atau istilah lain yang sama
dengan konsentrasi. Kelarutan zat terlarut dalam zat pelarut tergantung pada
temperatur atau suhu. Pada banyak padatan yang terlarut dalam cairan, kelarutan
meningkat dengan temperatur (Sisodiya, dkk., 2012). Semakin tinggi temperatur
semakin besar % massa sampel, dan sebaliknya semakin rendah temperatur
semakin kecil % massa sampel. Dan dari hubungan tersebut dapat disimpulkan
bahwa naiknya temperatur berbanding lurus dengan % massa sampel, karena
naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012).
Dari hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur
sebanding dengan jumlah massa zat, karena naiknya temperatur berbanding
lurus dengan kelarutan. Maka didapatkan hasil percobaan sesuai dengan teori
dimana semakin besar berat sampelnya (%), semakin besar pula temperaturnya.
4.2.6
30 oC. Pada run II pada suhu 32 oC, 38 oC, 36 oC, 35 oC dan 35 oC dan mulai
tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest yaitu pada suhu 35 oC.
Pada run III 40 oC, 36 oC, 34 oC, 34 oC dan mulai tidak jenuh setelah penambahan
volume 2 ml aquadest yaitu 30 oC
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium
klorida pada run I, II dan III dengan massa 2 gram, 4 gram dan 2 gram. Regresi
adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan
bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)
diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi
simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada
variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain
adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan
temperatur jernih terhadap volume larutan untuk pelarut ades belum terjadi
larutan jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu kalium klorida dapat larut dalam zat
pelarut ades. Hal ini terjadi kerena proses pemanasan yang dilakukan dimana
menurut teori naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan
(Octavianus, 2013).
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium
klorida pada run III. Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih
yang dinyatakan dengan bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan
bentuk hubungan (regresi) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel
bebas yang sering diberi simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada
regresi harus ada variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau
dengan kata lain adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang
lainnya dan sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan
atau mencari hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai
melakukan penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel
tersebut (Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi
dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita
lihat pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil
kurva kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Pada run III diperoleh data temperatur jernih untuk volume larutan 4,930
ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml dan 12,930 ml sebesar 75 oC, 68 oC, 72 oC, 69
o
dan 69,964 C.
Menurut teori, semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan
sebaliknya semakin rendah tempetur semakin kecil kelarutannya. Dan dari
hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding
terbalik dengan volume larutan, karena naiknya temperatur berbanding lurus
dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012). Dari hubungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding terbalik dengan volume
larutan.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.
C, 34 oC, 34 oC dan 36 oC, dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2
bebas yang sering diberi simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada
regresi harus ada variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau
dengan kata lain adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang
lainnya dan sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan
atau mencari hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai
melakukan penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel
tersebut (Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi
dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita
lihat pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil
kurva kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Pada run III diperoleh data temperatur keruh untuk volume larutan 4,930
ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml dan 12,930 ml dengan regresi sebesar 39,242
C, 36,017 C, 34,081 C, 32,791 C dan 31,869 C.
Menurut teori, semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan
sebaliknya semakin rendah tempetur semakin kecil kelarutannya. Dan dari
hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding
terbalik dengan volume larutan, karena naiknya temperatur berbanding lurus
dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012). Dari hubungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding terbalik dengan volume
larutan.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.