Anda di halaman 1dari 5

VOLUME MOLAL PARSIAL

I. TUJUAN
I.1. Menentukan volume molal parsial komponen larutan.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1. Hasil Percobaan

II.2. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCl dan akuades. Volume molal parsial
adalah volume perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut.Volume molal parsial ditentukan
oleh banyaknya mol zat terlarut yang terkandung dalam 1000 gram pelarut. Volume molal
parsial berubah-ubah sesuai dengan komposisinya. Hal ini disebabkan oleh perubahan
lingkungan molekular jika komposisinya diubah juga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan volume molar parsial menurut Rao dan
Fasad (2003) adalah adanya perbedaan antara gaya intermolekul pada larutan dan komponen
murni penyusun larutan tersebut, dan adanya perbedaan antara bentuk dan ukuran molekul suatu
molal parsial larutan utama, antara lain : Volume molal parsial dari komponen-komponen dalam
laruta, Entalpi molal parsial, dan Energi bebas molal parsial (potensial kimia).

Pada percobaan ini digunakan akuades sebagai pelarut dan NaCl sebagai zat terlarut.
Akuades sebagai pelarut berfungsi untuk melarutkan garam NaCl menjadi larutan NaCl. NaCl
digunakan sebagai bahan zat terlarut karena NaCl merupakan elektrolit kuat yang dapat terurai
menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa
adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu
(ɸ). Reaksi yang terjadi pada saat NaCl terurai menjadi ion-ionnya adalah sebagai berikut.

NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)

Penentuan volume molal larutan NaCl dapat diketahui dengan mengukur densitas dari
larutan air (akuades) dan NaCl. Pengukuran densitas dilakukan dengan cara berat piknometer
ditambah akuades atau larutan dikurangi dengan berat piknometer kosong, lalu dibagi dengan
volume air (Va). Pengukuran densitas ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi dengan volume molal parsial.

Percobaan ini, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan piknometer yang
berisi akuades. Tujuan dari pengukuran berat piknometer kosong dan ditambahkan akuades
adalah untuk menghitung densitas dan volume molal parsial. Pada saat mengukur piknometer
yang berisi akuades, tutup piknometer dibuka terlebih dahulu kemudian dimasukkan akuades ke
dalam piknometer hingga penuh atau sampai meluber keluar. Hal ini bertujuan agar saat
piknometer ditimbang, piknometer telah penuh berisi akuades dan tidak ada ruang yang tersisa,
lalu piknometer ditutup. Saat piknometer ditutup, diusahakan agar tidak ada gelembung udara di
dalam piknometer karena dapat mempengaruhi hasil perhitungan. Piknometer lalu dibersihkan
dengan lap atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi proses penimbangan. Temperatur
diukur pada saat piknometer yang berisi akuades
ditimbang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui d0 (berat jenis air murni pada temperatur ruang
tersebut).

Percobaan ini menggunakan variasi konsentrasi dari larutan NaCl, yaitu 3,0 M; 1,5 M;


0,75 M; 0,375 M; dan 0,1875 M. Variasi konsentrasi ini dapat diperoleh dengan cara membuat
larutan NaCl 3,0 M dari 17,55 gram garam NaCl dalam 100 ml akuades terlebih dahulu,
kemudian larutan NaCl 3,0 M tersebut diencerkan yang menjadi ½ dari konsentrasi 3,0 M, yaitu
1,5 M; ¼ dari konsentrasi 3,0 M, yaitu 0,75 M; 1/8 dari konsentrasi 3,0 M, yaitu 0,375 M; dan
1/16 dari konsentrasi 3,0 M, yaitu 0,1875 M. Pengenceran tersebut dapat didapatkan dengan
persamaan :
M1 x V1 = M2 x V2
Setelah didapatkan larutan NaCl dengan berbagai variasi konsentrasi, dilakukan
penimbangan piknometer yang berisi larutan NaCl tersebut. Penimbangan dilakukan dari
konsentrasi tinggi ke rendah, sehingga setelah dilakukan penimbangan piknometer perlu dicuci
terlebih dahulu agar tidak terpengaruh oleh konsentrasi yang besar, sehingga hasil yang
diperoleh akurat. Larutan dimasukkan ke dalam piknometer sama seperti akuades, yaitu dengan
cara mengisi larutan sampai penuh kemudian ditutup dalam keaadaan tidak ada gelembung.

Berdasarkan hasil penimbangan, diperoleh massa piknometer kosong sebesar 23,19 gram
pada suhu ruang 270C, piknometer berisi larutan 3,0 M sebesar 36,53 gram, piknometer berisi
larutan 1,5 M sebesar 35,97 gram, piknometer berisi larutan 0,75 M sebesar 35,55 gram,
piknometer berisi larutan 0,375 M sebesar 35,29 gram, dan piknometer berisi larutan 0,1875 M
sebesar 35,18 gram. Densitas air pada suhu 270C adalah sebesar 0,99654 g/ml.

Hasil perhitungan densitas berdasarkan percobaan ini adalah untuk larutan NaCl 3 M
sebesar 1,11526 g/ml, larutan NaCl 1,5 M sebesar 1,06844 g/ml, larutan NaCl 0,75 M sebesar
1,03333 g/ml, larutan NaCl 0,375 M sebesar 1,01159 g/ml, dan larutan NaCl 0,1875 M sebesar
1,00239 g/ml. Hasil yang diperoleh dalam penentuan densitas sesuai dengan teori yang ada, yaitu
semakin besar konsentrasi zat terlarut (NaCl), maka akan semakin besar densitas larutan tersebut.
Semakin kecil konsentrasi zat terlarut (NaCl), maka akan semakin kecil densitas larutan tersebut.
Hal tersebut karena densitas NaCl  lebih besar dibandingkan densitas air, yaitu NaCl sebesar 58,5
g/mol dan air 0,99654 g/mol, sehingga apabila komponen NaCl dalam larutan semakin banyak,
maka densitas dari larutan tersebut juga akan semakin banyak pula.
Selanjutnya, dilakukan penentuan molalitas dari masing-masing konsentrasi larutan.
Molalitas adalah hasil bagi antara jumlah mol terlarut dengan massa pelarut. Semakin besar
konsentrasi suatu larutan, maka akan semakin besar molalitasnya, dan sebaliknya. Molalitas dari
suatu larutan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.

…..

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil molalitas larutan NaCl 3 M sebesar


3,1923203 m, larutan NaCl 1,5 M sebesar 1,5295384 m, larutan NaCl 0,75 M sebesar 0,7579968
m, larutan NaCl 0,375 M sebesar 0,3789215 m, dan larutan NaCl 0,1875 M sebesar 0,1891220
m. Hasil yang diperoleh tersebut sesuai dengan teori yang ada, yaitu molalitas (m) sebanding
dengan konsentrasi (M), dimana semakin besar konsentrasi suatu larutan maka akan semakin
besar molalitasnya (m), dan sebaliknya. Pada hasil percobaan konsentrasi semakin menurun,
sehingga hasil perhitungan molalitas yang diperoleh juga semakin menurun. Hal tersebut karena
semakin besar konsentrasi maka mol zat terlarut akan semakin besar, sehingga molalitasnya juga
akan semakin besar pula, dan sebaliknya.

Setelah diperoleh data molalitas masing-masing konsentrasi, kemudian dilakukan perhitungan


volume molal parsial semu (ɸ).  Volume molal semu dapat didefinisikan volume larutan yang
mengandung komponen  dan  molal solvent murni pada T,P. Harga volume molal parsial semu
adalah volume molar air murni yang dapat diperoleh dari perhitungan berat molekul (18,016
untuk air) dibagi dengan berat jenis pada saat diamati. Perhitungan volume parsial semu
dirumuskan sebagai berikut.

,,,,,

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh volume parsial semu (ɸ) untuk larutan NaCl 3
M sebesar 18,993941, larutan NaCl 1,5 M sebesar 10,604679, larutan NaCl 0,75 M sebesar
9,4861105, larutan NaCl 0,375 M sebesar 18,434656, dan larutan NaCl 0,1875 M sebesar
27,383202.

Setelah itu, dibuat grafik antara ɸ dengan akar dari molalitas (√ m) untuk memperoleh


nilai slopenya. Setelah itu, dapat dicari dan dihitung volume molal parsial pelarut dan zat

terlarut. Dari grafik dapat diperoleh nilai slope , lalu dapat dicari dan volume molal parsial
d √m

pelarut (air) dapat dihitung. Lalu, dari harga lereng dan ɸ0, volume molal parsial zat terlarut
d √m
dapat dihitung.
Grafik ɸ vs √𝑚
30.000000
25.000000
20.000000
f(x) = − 4.66 x + 21.59
15.000000 R² = 0.12
10.000000
5.000000
0.000000
0.0000000 0.5000000 1.0000000 1.5000000 2.0000000

Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = -4,6569x + 21,586, R 2 = 0,1189. Slope



( )dari grafik tersebut adalah sebesar -4,6569 dan ɸ0 sebesar 21,586. Berdasarkan hasil
d √m
perhitungan diperoleh hasil………

Berdasarkan grafik, dapat diketahui bahwa volume molal semu berbanding terbalik
dengan konsentrasi. Hal ini disebabkan karena zat terlarutnya semakin banyak, sehingga volume
yang diperlukan untuk membentuk konsentrasi tertentu semakin kecil. Oleh karena itu,
didapatkan nilai volume molal semu yang kecil. Fenomena yang terdapat pada V₁ ternyata
bertolakbelakang dengan yang terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen
2 (V₂) diperoleh hasil bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal
parsial komponen 2 (V₂), dimana semakin besar nilai molalitas larutan tersebut, maka semakin
tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂) larutan tersebut.

III. KESIMPULAN

III.1.
Lembar Pengesahan

Praktikum Kimia Fisik I

Volume Molal Parsial

Mengetahui, Yogyakarta, 5 Desember 2018


Asisten Pembimbing Praktikan

(Monalisa Chintya R.) (Putri Pah Kumala Dewi)

Dosen Pembimbing

(Drs. Iqmal Tahir, M. Si.)

Anda mungkin juga menyukai