Anda di halaman 1dari 18

PARTIAL MOLAR VOLUME

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Oleh :
Nama : Ari Pratama
NIM : 191420010
Program Study : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Diploma : IV
Tingkat : II (dua)

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MINERAL
ENERGI DAN DAN SUMBER DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
2020/2021
PERCOBAAN 4 :
PARTIAL MOLAR VOLUME

I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan volum molal parsial dengan bantuan kurva volum
molal nyata (0) untuk zat terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada
volum molal parsial tertentu.
2. Menghitung massa jenis larutan.

II. Keselamatan kerja


Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan
ini adalah:
1. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.
2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam
praktikum ini (MSDS terdapat dalam lampiran).
3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan
limbah cair, tidak diperkenankan membuang limbah ke dalam
wastafel.
4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah
padat.
5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
6. Hati-hati saat bekerja dengan listrik.

III. Dasar Teori


Campuran merupakan kumpulan dua materi atau lebih yang dapat
dipisahkandengan proses fisika. Campuran memiliki komposisi yang
beragam dan perbandingan yangtidak tetap, terbentuk melalui proses
fisika, dapat dipisahkan dengan proses fisika (seperti filtrasi, evaporasi
dan distilasi). Setiap komponen dalam campuran masih memiliki sifat
zat penyusunnya. Terdapat dua macam campuran yaitu campuran
homogen dan campuran heterogen. Komponen pada campuran
homogen tidak memiliki bidang batas sehingga tidak dapat dibedakan
atas senyawa penyusunnya. Zat penyusun pada campuran homogen
memiliki sifat yang sama dan merata dalam segala hal, seperti kesaman
rasa, massa jenis, warna dan bau. Campuran homogen disebut juga
larutan, yang terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut. Jumlah zat pelarut
lebih banyak dari pada zat terlarut. Contoh campuran homogen yaitu
air sirup, air gula, air garam, aloi dan lain-lain. Aloi merupakan
#ampuranlogam dengan logam lain atau non logam. contoh aloi:
kuningan (campuran dari tembaga dan seng), perunggu (campuran dari
tembaga dan timah). Komponen zat-zat penyusun dalam campuran
heterogen ter#ampur tidak merata, sehingga ada bagian dari campuran
yang memiliki sifat berbeda dan bidang batas yang nyata (Hiskia,
1990).
Volume molar parsial komponen suatu campuran berubah-ubah
bergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul
berubah jika komposisinya berubah dari A murni ke B murni.
Perubahan lingkungan molecular dan perubahan gaya-gaya yang
bekerja antar molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisi berubah. (Atkins, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan volume molar parsial
adala hadanya perbedaan antara gaya intermolekular pada larutan dan
pada komponen murni penyusun larutan tersebut, dan adanya
perbedaan antara bentuk dan ukuran molekul suatularutan dan pada
komponen murni penyusun larutan tersebut. Ada tiga sifat
termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan (juga disebut sebagai panas
differensial larutan), (ii) entalpi molal parsial, dan (iii) energi bebas
molal parsial (potensial kimia). Sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan
bantuan (i2) metode grafik, (ii) menggunakan hubungan analitik yang
menunjukkan V dan ni, dan (iii) menggunakan suatu fungsi yang
disebut besaran molal nyata (Rao dan fasad, 2003).
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat salah
satunya adalah dengan menggunakan piknometer. Piknometer adalah
suatu alat yang terbuat dari kaca, bentuknya menyerupai botol parfum
atau sejenisnya. Piknometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur nilai massa jenis atau densitas fluida. Terdapat beberapa
macam ukuran dari piknometer, tetapi biasanya volume piknometer
yang banyak digunakan adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume
ini valid pada temperatur yangtertera pada piknometer tersebut.
(Diogra, 1990)
Contoh perhitungan volum molal parsial:
Misalkan akan dicari volum molal parsial zat terlarut dalam
pelarut air sebanyak 1000 gram, maka:
V = n1V1+ n2V 2
1000 gram air = 55.51 mol sehingga:

V = n1V1+ n2V 2

Dimana V adalah volum seluruh larutan, n1 adalah jumlah mol air


dengan volum molal parsial V1, dan m adalah jumlah mol zat terlarut
dengan volum molal parsial V2. Jika V0 adalah volum molal air
murni, dan φ adalah volum molal nyata untuk zat terlarut, maka:

V = n1V 1+ n2φ
0

Diketahui pula bahwa,

𝑚
𝑉

Dan

𝑛 𝑉
Dimana M2 adalah berat molekul solut, ρlarutan adalah massa jenis
larutan dan ρa adalah massa jenis air murni.

IV. BAHAN DAN PERALATAN

a. Bahan

1. Garam NaCl

2. Aquades

b. Peralatan

1. Neraca

2. Labu takar 100 ml 4 buah

3. Piknometer 25 ml 1 buah

4. Gelas beaker 100 ml 1 buah

5. Spatula 1 buah

6. Pipet ukur 10 ml 1 buah

7. Pipet ukur 25 ml 1 buah

V. LANGKAH KERJA

Buat larutan NaCl 3 M Buat konsentrasi ½, ¼, 1/8,


sebanyak 100ml dan 1/16 dari konsentrasi
semula.
Timbanglah massa piknometer
Catat suhu dalam kosong We, piknometer berisi
piknometer air Wo, dan massa piknometer
yang berisi masing-masing
larutan

VI. HASIL PENGAMATAN

Sampel Berat (+Piknometer) Berat (gr) Suhu C

Aquades 40,6697 25,0304 30

½ 42,2333 26,5040 30

¼ 41,4970 35,8577 30

1/8 41,1615 25,5222 30

1/16 40,9540 25,3155 30

VII. PERHITUNGAN

 Mengukur Massa Jenis Aquades

m ( wO−we ) (40,6697−15,6393) g
ρ= = = =1,001 g /ml
v v 25 ml

 Mengukur Massa Jenis Larutan Nacl Untuk Masing-Masing Konsentrasi


Larutan Nacl

d o ( w−w e )
d=
(w o−we )

d = densitas larutan (g/ml)


w = massa piknometer dipenuhi larutan (gram)

we = massa piknometer kosong (gram)

wo = massa piknometer yang diisi air (gram)

do = densitas air pada temperature tertentu sesuai literatur (g/ml)

1) Massa jenis NaCl 1,5M

( 42,2333−15,6393 ) g
d=1,001 g/ ml =1,02354 g/ml
( 40,6697−15,6393 ) g

2) Massa jenis NaCl 0,75M

( 41,4970−15,6393 ) g
d=1,001 g/ml =1,03408 g /ml
( 40,6697−15,6393 ) g

3) Massa jenis NaCl 0,375M

( 41,1615−15,6393 ) g
d=1,001 g/ml =1,02067 g /ml
( 40,6697−15,6393 ) g

4) Massa jenis NaCl 0,1875M

( 41,9540−15,6393 ) g
d=1,001 g/ml =1,05236 g /ml
( 40,6697−15,6393 ) g

 Menghitung Molalitas Setiap Konsentrasi Larutan NaCl

1
m=
d M
( − 2
M 1000 )
1) Molalitas saat konsentrasi 1,5 M

1
m= =1,60277 molal
1,02354 g/ ml 58,44 g /ml
( 1,5 M

1000 )

2) Molalitas saat konsentrasi 0,75 M

1
m= =0,757384 molal
1,03408 g/ ml 58,44 g/ml
( 0,75 M

1000 )
3) Molalitas saat konsentrasi 0,375 M

1
m= =0,375467 molal
1,02067 g/ml 58,44 g /ml
( 0,375 M

1000 )
4) Molalitas saat konsentrasi 0,1875 M

1
m= =0,180046 mola
1,05236 g/ml 58,44 g /ml
( 0,1875 M

1000 )

 Menghitung Jumlah Volume Molal Semu (Ø)

∅=
{ M 2−( M 2−
1000 (w−w o)
m
) (
(wo −w e ) )}
d

1) Volume molal semu saat konsentrasi 1,5 M


( 1,5636 )

∅=
{
58,44
g
ml ( g
− 58,44 −
1000
ml 1,60277 )( ( 25,0304 ) )}
1,02354 g /ml

¿ 91,60797 ml /mol

2) Volume molal semu saat konsentrasi 0,75 M

0,8273 )

∅=
{
58,44
g
ml ( g
− 58,44 −
1000
ml 0,757384 )( ( (25,0304 ) )}
1,03408 g /ml

¿ 96,84733 ml /mol

3) Volume molal semu saat konsentrasi 0,375 M

( 0,4918 )

∅=
{
58,44
g
ml ( g
− 58,44 −
1000
ml 0,375467 )( ( 25,0304 ) )}
1,02067 g/ml

¿ 107,40156 ml /mol

4) Volume molal semu saat konsentrasi 0,1875 M

( 1,2843 )

∅=
{
58,44
g
ml ( g
− 58,44 −
1000
ml 0,180046 )( ( 25,0304 ) )}
1,05236 g/ml

¿ 313,48437 ml /mol

 Menghitung Volume Molar Pelarut (V1)

v1 =∅ + ( 2 √mm )( dd√∅m )
Mencari gradien atau d ∅ /d √ m

 Diketahui : m1 = 1,60277molal, √ m1= 1,0137 m1/2

m2 = 0,757384 molal, √ m2= 0,8702 m1/2

Ø1 = 91,60797 ml/mol

Ø2 =96,84733 ml/mol

 Ditanya : Gradien (d ∅ /d √ m) = …… ?
 Penyelesaian :

∅−∅ 1 m1/ 2−m11 /2


=
∅ 2−∅ 1 m21 /2−m11/ 2

∅−91,60797 m1 /2 −1,0137
=
96,84733−91,60797 0,8702−1,0137

∅−91,60797 m 1/ 2−1,0137
=
5,23936 −0,1435

5,23936 m 1/ 2−5,3111
∅−91,60797=
−0,1435
1
∅−91,60797=−36,5112 m 2 +37,0111

∅=−36,5112 m1 /2 +128,61907

Dengan Ø’ atau turunan dari Ø (d ∅ /d √ m) adalah gradien garis lurus, maka

d∅
=−36,5112
d m1 /2

Dengan gradien yang dianggap sama, maka kita dapat menghitung v1:

1) V1 saat konsentrasi 1,5M

v 1=91,60797+ ( 2 1,60277
√ 1,60277 ) (−36,5112 )=68,4967
ml
mol
2) V1 saat konsentrasi 0,75M

v 1=96,84733+ ( 2 0,757384
√0,757384 ) (−36,5112 )=80,9598
ml
mol
3) V1 saat konsentrasi 0,375M

v 1=107,40156+ ( 2 0,375467
√ 0,375467 ) (−36,5112 )=96,2153
ml
mol

4) V1 saat konsentrasi 0,1875M

v 1=313,48437+ ( 2 0,180046
√0,180046 ) (−36,5112 )=305,7381
ml
mol

 Menghitung Volume Molar Zat Terlarut (V2)

3
v 2=∅ +( 2 )( dd√∅m )
√ m

1) V2 saat konsentrasi 1,5M

√3 1,60277 (−36,5112 )=70,2478 ml/mol


v 2=91,60797+ ( 2 )
2) V2 saat konsentrasi 0,75M

√3 0,757384 (−36,5112 )=80,2067 ml /mol


v 2=96,84733+ ( 2 )
3) V2 saat konsentrasi 0,375M

√3 0,375467 (−36,5112 ) =94,2315 ml /mol


v 2=107,40156+ ( 2 )
4) V2 saat konsentrasi 0,1875M

3
√ 0,180046
v 2=313,48437+ ( )
(−36,5112 ) =303,1759 ml/ mol
2

VIII. ANALISA
Pada percoobaan Volume Molal Parsial, bahan yang digunakan
adalah Nacl dengan pelarut aquades. Volume molal memiliki 3 sifat
thermodinamika utama yaitu volume molal parsial dari komponen –
komponen dalam larutan, entalpi molal parsial (juga disebut sebagai
panas diferensial laarutan) dan energi bebas molal parsial (disebut
potensial kimia).
Sifat – sifat ini dapat ditentukan dengan bantuan melalui metode
grafik dan dengan menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran
molal myata yang ditentukan sebagai: ∅. Sifat thermodinamika molal
parsial yang jika salah satu sifat ( misalnya molal parsial)
komposisinya diubah, maka akan berpengaruh pada harga volume
molal itu sendiri. Misalnya, harga konsentrasi diubah, maka volume
molalnya juga akan berubah dari keadaan awal. Akan tetapi, jika salah
satu sifatnya diubah, misalnya molal parsialnya, maka hal tersebut
akan mempengaruhi harga molal parsialnya karena yang dihirung
perubahannya hanyalah jumlah molnya bukan sifat – sifat
thermodinamika parsialnya.
Percobaan kali ini menggunakan variasi dari larutan NaCl. NaCl
doogunakan sebagai bahan dikarenakan NaCl merupakan elektrolit
-
kuat yang dapat terurai menjadi ion Na dan Cl+ didalam air dan
mampu menyerap air tanpa adanya perubahan volume suatu larutan
sehingga disebut volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi
antara lain :
NaCl(aq) Na+ (aq) + Cl- (aq)
Penentuan volum molal larutan NaCl fapat diketahui dengan
mengukur berat jenis dari larutan NaCl. Pengukuran massa jenis
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan
volum molal parsial. Pada percobaan ini temperature dari salah satu
dari larutan NaCl diukur untuk mewakili suhu dari sampel uji NaCl.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi NaCl dalam larutan maka densitas dari larutan juga
semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan teori dikarenakan massa
jenis NaCl lebih besar dibandingkan air (massa jenis NaCl = 58,5
g/dm3 ; massa jenis air = 1,00 g/dm3) sehingga komponen NaCl dalam
larutan semakin banyak, massa jenis dari larutan tersebut juga semakin
banyak pula.
Pertama yang dilakukan adalah menimbang piknometer kosong
dan dicatatt sebagai We (We = 15,6393 gram). Selanjunya piknometer
diisi aquades dan ditimbang sebagai W0 (W0 = 40,6697 gram).
Penimbangan ini dapat dikatakan belum akurat karna pada saat
penimbangan piknometer berisi air, piknometer masih terdapat air
bekas tumpahan dari dalam sehingga mempengaruhi massa dari
pikonmeter.
Selanjutnya dilakukan pengenceran larutan NaCl. Larutan NaCl
diencerkan dari ½ sampai 1/8 sehingga konsentrasinya menjadi 1,5 M;
0,75 M; 0,375 M; dan 0,1875 M. Masing – masing larutan yang sudah
diencerkan kemudian ditimbang menggunakan piknometer. Massa
hasil penimbangan ini disebut dengan w.
Langkah selanjutnya ialah dilakukan dari nilai w tersebut adalah
melakukan pengukuran beerat jenis larutan NaCl untuk masing-masing
variasi konsentrasi. Pengukuran berat jenis dengan mengguanakan
piknometer. Persamaan yang digunakan untuk menghitung berat jenis
ini adalah :
d o ( w−w e )
¿
( w o−we )

Berat jenis yang diperoleh dari persamaan ini dari konsentrrasi


tertinggi ialah 1,02354 g/ml; 1,03408 g/ml; 1,02067 g/ml; dan 1,05236
g/ml.
Hasil dari densitas yang telah ditentukan maka dapat dicari molal
masing-masing dari konsentrasi larutan dengan menggunakan rumus:
1
m=
M
( Md − 1000 )
2

Hasil yang didapatkan dari konsentrasi tertinggi ialah 1,60277


molal; 0,757384 molal; 0,375467 molal; dan 0,180046 molal. Dari
hasil ini dapat menunjukkann bahwa molalitas (m) sebanding dengan
konsentrasi (M) dimana semakin besar konsentrasi (M) maka semakin
besar pula molalitasnya (m).
Selanjutnya hasil yang didapat tersebut kemudian dikonversikan

kedalam rumus untuk mencaro harga volume molal parsial semu ( )


dengan menggunakan rumus:

∅=
{ M 2−( M 2−
1000 (w−w o)
m
) (
(wo −w e ) )}
d

Setelah didapat harga , kemudian dibuat grafik antara dengan


akar dari konsentrasi untuk memenuhi nilai slopenya. Kemudian dari
nilai slope tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai volum
parsial 1 dan 2. Selanjutnya, satuan volume molal parsial yang
diperoleh dari perhitungan tersebut yakni ml/mol, artinya dalam 1 ml
larutan jumlah molnya adalah 1. Berikut grafik yang diperoleh untuk
volume molar semu NaCl:
Grafik perbandingan ∅ vs √𝑚
350
300
250
200 f(x) = − 211.81 x + 320.37
R² = 0.51

150
100
50
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
√𝑚

Seperti terlihat pada grafik, dapat dikatakan hasil yang diperoleh


sudah mendekati teori dimana volume molal semu berbanding terbalik
dengan konsentrasi. nilai dari ∅ semakin kecil dengan bertambahnya
konsentrasi. Ada beberapa factor yang menyebabkan data yang
didapatkan sedikit melenceng dari teori, kemungkinan kesalahan
dalam mengamati hasil penimbangan massa dari piknometer
karena pada saat penimbangan piknometer yang berisi NaCl dan
piknometer kosong itu angka yang dikeluarkan dari neraca tidak
pasti atau sering naik turun. Karena data yang didapatkan dari
penimbangan massa dari NaCl yang tidak valid berdampak pada
perhitungan yang lainnya seperti perhitungan molalitas dan
volume molal semu sehingga mendapatkan grafik yang seperti itu.
Selanjutnya volume molal parsial larutan didapatkan dengan
menggunakan rumus;

√3 m
v=∅ + ( 2 )( dd√∅m )
Dan hasil perhitungannya terdapat pada tabel dibawah ini:
KONSENTRASI V1 V2
1,5 M 68,4967 ml/mol 70,2478 ml/mol
0,75 M 80,9598 ml/mol 80,2067 ml/mol
0,375 M 96,2153 ml/mol 94,2315 ml/mol
0,1875 M 305,7381 ml/mol 303,1759 ml/mol

IX. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Volume molal parsial penambahan volume yang terjadi bila
satu mol kompoen ditambahkan pada larutan
2. Semakin besar konsentrasi maka volume molal parsial akan
semakin kecil
3. Volume molal parsial dapat ditentukan dengan menggunakan
metode penimbangan piknometer untuk menentukan berat jenis
yang kemudian digunakan uuntuk mendapatkan molal lariutan

B. Saran
1. Pastikan piknomter benar benar kering sebelum digunakan
2. Teliti dalam melakukan pengamatan penimbanga piknometer

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Atkins. P. W, 1994 Kimia Fisik; Jakarta: Erlangga
2. Diogra, S. K. 1990. Kimia Fisik dan soal – soal. Jakarta :
Universitas Indonesia
3. Hiskia, Achmad, 1990 Elektrokima dan Kinematika Kimia; PT.
Citrra Aditya Bakti. Bandung.
4. Rao, RR, dan Fasad, KR. 2003. Efffects of Volume and Partial
Molar Volume Variation. India ; Journal bearings

LAMPIRAN
Laporan sementara
Penimbangan piknometer berisi NaCl

NaCl dengan 3 konsentrasi

Anda mungkin juga menyukai