Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KESETIMBANGAN KIMIA
VOLUME MOLAL PARSIAL
Disusun oleh:
Nama : nirka Ardila
NIM : 091810301003
Kelmpok : 3
Nama Asisten :
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti mengenal adanya materi, baik materi hidup maupun
tak hidup. Materi yang ada di sekitar kita jarang sekali ditemukan dalam bentuk murni,
melainkan berasal dari campuran dua zat atau lebih. Penggambaran yang lebih umum
mengenai termodinamika campuran dan komposisi suatu zat tersebut kita perlu mengenal
sifat-sifat parsialnya. Salah satu sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molal parsial yang
lebih mudah digambarkan dengan volume molal parsial, yaitu kontribusi pada volume dari
satu komponen dalam sampel terhadap volume total.
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari air ataupun zat- zat kimia yang lain. Setiap
zat tersebut pasti memiliki volum. Volume molal parsial biasanya digunakan dalam
menentukan tekanan uap campuran. Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu
dengan zat lain dalam temperatur tertentu, kita juga harus mengetahui volume molal parsial
dari zat zat tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk mengetahui volume molal parsial
komponen larutan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan volume molal parsial komponen larutan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MSDS Bahan
2.1.1. Aquades
1. Nama IUPAC : Dihydrogen monoxide
2. Nama Lain : Hydroxylic acid, Hydrogen Hydroxide
3. Rumus Molekul : H
2
O
4. Massa molar : 18.01528(33) g mol
-1

5. Bentuk : Cairan
6. Warna : tak berwarna
7. Densitas : 1000 kg m
-3
, liquid (4 C), 917 kg m
-3
, solid
8. Titik leleh : 0 C
9. Titik didih : 100 C
10. Viskositas : 0,001 Pa saat suhu 20
0
C
11. Bentuk molekul : heksagonal
12. Momen dipole : 1,85 D(Anonim, 2011).
2.1.2. NaCl
1. Rumus Molekul : NaCl
2. Massa molar : 58,44 g mol
-1

3. Bentuk : padatan
4. Warna : putih
5. Densitas : 2,165 gr/ ml
6. Titik leleh : 801 C
7. Titik didih : 1413 C
8. Kelarutan : larut dalam air dingin dan panas, gliserol, ammonia, asam
klorida. Sedikit larut dalam alcohol(Anonim, 2011).
2.2. Volume Molal Parsial
Volume molar parsial komponen suatu campuran berubah-ubah bergantung pada komposisi,
karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari A murni ke
B murni. Perubahan lingkungan molecular dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antar
molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika komposisinya
berubah. Volume molar parsial V
J
dari suatu zat J pada beberapa komponen umum
didefinisikan secara formal sebagai berikut.

Vj = P, t, n.( 1 )
Dengan n
J
sebagai jumlah (jumlah mol) J dan subskrip n menunjukkan bahwa jumlah zat
lain tetap. Volume molar parsial adalah kemiringan grafik volume total, ketika jumlah J
berubah, sedangkan tekanan, temperature, dan jumlah komponen lain tetap. Nilainya
bergantung pada komposisi, seperti yang kita lihat untuk air dan etanol. Definisi ini

menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran berubah sebesar penambahan dn
A
zat A dan
dn
B
zat B, maka volume total campuran berubah sebesar


dV = p,T, nB dn
A
p,T,
n
A
dn
B

= VA dn
A
+ VB dn
B...
( 2 )
(Atkins, 1994 :170).
Secara matematik sifat molal parsial didefinisikan sebagai:
T, p,n

Dimana J
i
adalah sifat molal parsial dari komponen ke-i. Secara fisik J
i
berarti kenaikan
dalam besaran termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa i ditambahkan ke suatu
system yang besar sehingga komposisinya tetap konstan. Pada temperature dan tekanan
konstan, persamaan dapatditulis sebagai:
dJ =
i
d n
i

dan dapat diintegrasikan menjadi
J = n
i

i

Arti fisik dari integrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap,suatu
komponen n
1
, n
2
,, n
i
(yang komposisinya juga mirip dengan larutan tuanya) ditambahkan
lebih lanjut, sehingga komposisi relative dari tiap-tiap jenis tetap konstan. Karenanya besaran
molal parsial ini tetap sama dan integrasi diambil pada banyaknya mol.Ada 3 sifat
termodinamik molal parsial utama,yakni:
volume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan
entalpi molal parsial (juga disebut sebagai panas diferensial larutan)
energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).
sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan bantuan:
Metode grafik
Dengan menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan J dan n
i

Dengan menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan
sebagai:

Dimana J
i
adalah harga molal untuk komponen murni dan dengan menggunakan metode
intersep. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari suatu komponen







dalam suatu laruta dan sifat molal untuk sntawa murni adalah ama jika larutan ideal
(Dogra,1990: 580-581).
Volume larutan adalah fungsi emperature, tekanan, dan jumlah mol komponen,
yang dituliskan sebagai berikut :
V = V ( T, p,
n)( 3)
Maka :
dV = ( V / T)dT + ( V / p)dP + ( V / n
1
)dn
1
+ ( V / n
2
) n
2
+ ...(
4 )
Pada temperature dan tekanan tetap, dengan menggunakan persamaan ( 1 ) dan ( 4 ) menjadi :
dV = V
1
dn
1
+ V
2
dn
2
+ (
5 )
Volume molal parsial adalah tetap pada kondisi komposisi temperature, dan tekanan tetap.
Integrasi persamaan ( 5 ) pada kondisi tersebut memberikan persamaan sebagai berikut :
V = n
1
V
1
+ n
2
V
2
+ . +( tetapan
).( 6)
Oleh karena n
1
= n
2
= . = 0, maka volume V adalah nol, sehingga tetapan = 0, maka
persamaan ( 6 ) menjadi :
V = n
1
V
1
+ n
2
V
2
+ .
(7 )
Deferensiasi dari persamaan (7) menghasilkan :
dV= ( n
1
dV
1
+ n
2
dV
2
) + ( V
1
dn
1
+ V
2
dn
2
+
).(8)
Jika digabung dengan persamaan ( 7 ) memberikan hasil pada temperature dan tekanan tetap :
n
1
dV
1
+ n
2
dV
2
+ . = 0(
9 )
Persamaan (8) adalah persamaan Gibbs duhem untuk volume. Untuk system larutan biner,
volume molal semu untuk zarut didefinisikan sebagai :
= ( 8)
V
1
0
adalah volum molal pelarut murni(Tim penyusun ,2011:8).
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Alat
Piknometer
Labu ukur 200 ml
Erlenmeyer 250 ml
Gelas piala 250 ml dan 100 ml
Pipet 100 ml dan sendok
1. Bahan
NaCl
Akuades
NaCl
3.2 Skema Kerja
- Diencerkan NaCl 3 M dengan pelarut air.
- Ditimbang garam dengan teliti dan dilarutkan dalam air menggunakan labu ukur
200 ml.
- Untuk pengencerannya, diencerkan larutan dengan konsentrasi 1/2; 1/4; 1/8;
1/16 dari konsentrasi semula
- Umtuk setiap pengenceran dipipet 100 ml larutan kedalam labu ukur 200 ml dan
ditambahkan aquades sanpai tanda batas.
- Ditimbang piknometer kosong (We), piknometer yang diisi penuh dengan
aquades (Wo), dan piknometer yang diisi penuh dengan NaCl (W).
- Dicatat konsentrasi- konsentrasi tersebut.
-
HASIL
Dicatat temperature didalam piknometer.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
Diketahui :
Berat piknometer = 30,671 gr
Berat piknometer + aquades = 40,64 gr
Suhu aquades = 28,2
0
C
Konsentrasi I II III
3 M m = 41,085gr

T = 28,8
0
Cm = 41,086 gr
T = 29
0
Cm = 41,086 gr
T = 29
0
C1,5 Mm = 40,772 gr
T = 30
0
Cm = 40,771 gr
T = 29,8
0
Cm =40,772 gr
T = 29,8
0
C0,75 Mm = 40,354gr
T = 29,6
0
Cm = 40,356 gr
T = 29,6
0
Cm = 40,342 gr
T = 29,6
0
C0,375 Mm = 40,419 gr
T = 29,8
0
Cm = 40,416 gr
T = 29,8
0
Cm = 40,415 gr
T = 29,6
0
C0,1875 Mm = 40,649 gr
T = 30,08
0
Cm = 40,849 gr
T = 30,04
0
Cm = 40,841 gr
T = 30,02
0
C
Tabel hasil perhitungan :
No Konsentrasi
(M)
d (gr.cm
-3
) m (gr.mol
-
1
)
(cm
3
.mol
-1
) V
1
(cm
3
.mol
-1
) V
2

(cm
3
.mol
-1
)
1 3 1,007 3,610 55,068 33,854 -8,57
2 1,5 1,009 1,629 49,886 34,811 7,136
3 1,75 0,967 0,813 84,878 74,792 54,717
4 0,375 0,973 0,394 119,684 112,674 98,659
5 0,1875 1,009 0,188 53,848 49,006 39,325


4.2. PEMBAHASAN
Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut
dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat, mol zat terlarut yang terdapat dalam
1000 gram pelarut. Adapun 3 sifat termodinamik molal parsial utama,yakni:
volume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan
entalpi molal parsial (juga disebut sebagai panas diferensial larutan)
energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).
Sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan bantuan:
Metode grafik
Dengan menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan J dan n
i

Dengan menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan
sebagai:

Dimana J
i
adalah harga molal untuk komponen murni dan dengan menggunakan metode
intersep. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari suatu komponen
dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah sama jika larutan ideal.
Sifat termodinamika molal parsial yang jika salah satu sifat (misalnya volume molal parsial)
komposisinya diubah, maka akan berpengaruh pada harga volume molal itu sendiri.
Misalnya, harga konsentrasi diubah, maka volume molalnya juga akan berubah dari keadaan
awal. Akan tetapi, jika salah satu sifatnya yang diubah, misalnya entalpi molal parsialnya,
maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi harga sifat molal parsialnya, karena yang
dihitung perubahannya hanyalah jumlah molnya bukan sifat-sifat termodinamika molal
parsialnya. Sifat termodinamika molal parsial yang ditentukan menggunakan metode grafik
yakni volume molal parsial dan entalpi molal parsial. Untuk entakpi molal parsial, karena
harga entalpi absolute tidak dapat ditentukan dengan pertolongan termodinamika, maka
penentuan entalpi molal parsial relative menggunakan persamaan:
L
i
= H
i
H
0
i

Dimana H
0
i
adalah entalpi molal parsial dari komponen I dalam keadaan standar, yakni
larutan encer tidak terhingga. Selain menggunakan metode intersep dan metode grafik, sifat-
sifat molal parsial juga dapat ditentukan dengan metode analitik yang menunjukkan
hubungan antara J dan n
i.

Salah satu sifat molal parsial yakni volume molal parsial yang dibahas pada percobaan ini
memiliki hubungan dengan konsentrasi. Hubungan yang terjadi yakni berbanding lurus. Jadi,
semakin kecil konsentrasi larutan, maka semakin kecil volume molal parsialnya. Begitu juga
sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari praktikum ini menunjukkan adanya
perbedaan suhu dari masing-masing konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka semakain
rendah suhunya. Akan tetapi, berdasarkan literatur hal tersebut sangat berlainan. Konsentrasi
umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Jika
semakin banyak zat yang terlarut(konsentrasi tinggi) maka jumlah molekulnya juga semakin
banyak.
M = mol / volume
Pertambahan molekul, menyebabkan pertambahan kemungkinan terjadinya tumbukan. Ketika
tumbukan terjadi, maka hal tersebut menghasilkan energi panas. Sehingga, suhu larutan dapat
meningkat seiring pertambahan konsentrasi. Penyebab ketidaksesuaian data terhadap literatur
bisa dari faktor kesalahan praktikan, lingkungan, dan peralatan yang kurang memadai.
Cara memperoleh harga volume molal parsial dari percobaan ini melalui beberapa tahapan
rumus yang harus diselesaikan. Awalnya menghitung harga massa jenis dari larutan.
Kemudian menghitung harga molalitas larutan. Setelah didapat hasilnya, maka dikonversikan
kedalam rumus untuk mencari harga volume molal parsial semu (). Setelah didapat harga
, kemudian dibuat grafik antara dengan akar dari konsentrasi untuk memperoleh nilai
slopenya. Kemudian dari nilai slope tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai volume
molal parsial 1 dan 2. Selanjutnya, satuan volume molal parsial yang diperoleh dari
perhitungan tersebut yakni dm
3
/ mol, artinya dalam 1 liter larutan jumlah molnya adalah 1.
Dari hasil perhitungan didapatkan data bahwa ketika konsentrasi larutan tinggi maka volume
molal parsial larutan semakin rendah. Sehingga hubungan konsentrasi larutan dengan volume
molal parsial berbanding terbalik. Hal in disebabkan oleh komponen dari volume molal
parsial itu sendiri, yang didefinisikan sebagai :
V = (dV/dn)
T,P,nj=i

Konsentrasi berhubungan dengan n (jumlah mol). Sehingga, pertambahan konsentrasi akan
memperkecil volume molal parsial. Hubungan ini sudah sesuai dengan hasil praktikum, yaitu
pada konsentrasi tertinggi 3 M dapat tercapai volume molal parsial terendah V
1
= 33,854
cm
3
.mol
-1
dan V
2
= 8,57 cm
3
.mol
-1
.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.1. Cara menentukan volume molal parsial adalah :
1. Cari berat jenis molekulnya :
2. Cari nilai molalitasnya :
3. cari nilai volum molal semu :
4. dibuat grafik hubungan akar dari molalitas versus volum molal semu.
5. Slope yang didapat dari grafik digunakan untuk menghitung volume molal parsial dan
5.2. Hubungan volume molal parsial dengan konsentrasi berbanding terbalik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/kloroform. tanggal akses 21 maret 2011.
Anonim, 2011. http://www.wikipedia.com/aseton.. tanggal akses 21 maret 2011.
Atkins, 1994. Kimia fisik. Jakarta : Erlangga.
Dogra, 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : UI-PRESS.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
olum Molal Parsial
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dikehidupan sehari-hari kita mengenal dua materi yaitu materi murni dan materi
campuran. Jarang sekali kita temukan materi murni di alam dan di lingkungan sekitar
kita. Kebanyakan dari materi-materi tersebut tersusun atas campuran-campuran dari
suatu zat. Campuran ada yang homogen dan ada pula yang heterogen. Kesetimbangan
kimia, juga mengenal adanya campuran biner, yaitu suatu campuran yang terdiri dari
dua macam zat.

Kita pernah mengenal tekanan parsial gas dalam campuran gas, yaitu kontribusi satu
komponen dalam campuran gas terhadap tekanan totalnya. Sekarang dalam campuran
cair-cair atau larutan-larutan tentunya juga ada sifat-sifat parsial lain sifat-sifat ini yang
membantu kita dalam menjelaskan bagaimana komposisi dari suatu campuran dan bisa
pula digunakan untuk menganalisis sifat-sifatnya. Sifat parsial lain yang paling mudah
digambarkan adalah volume molar gas. Mempelajari volume molar gas secara lebih
lanjut, nantinya kita akan mampu menentukan seberapa banyak zat A atau zat B yang
ada dalam suatu campuran. Oleh karena itu untuk mengetahuinya maka dilakukan
percobaan Volum Molal Parsial ini.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana cara menentukan volum molal parsial komponen larutan ?



BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 MSDS

2.1.1 Natrium Klorida

Sifat fisik NaCl (Natrium Chlorida):

Berbentuk kristal
Tidak berwarna
Higroskopis
Sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam air dan gliserol (Sarjoni, 2003:20 ).
Memiliki berat molekul 58,44
Berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan Kristal
Titik lelehnya 800,6oC
Titik didihnya 1,413oC
(Ensiklopedi nasional Indonesia, 1990:47).

2.1.2 Aquades

Aquades disebut juga Aqua Purificata (air murni) H2O dengan. Air murni adalah air
yang dimurnikan dari destilasi. Satu molekul air memiliki dua hidrogen atom kovalen
terikat untuk satu oksigen.

Sifat fisik dan kimia :

Penampilan: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Berat molekul : 18,0
PH : antara 5-7
Rumus kimia : H2O
Berbentuk cair
Tidak berwarna
Tidak berbau
Tidak mempunyai rasa
Titik didih 1000C
Titik beku 00C
Bentuk alltropnya adalah es (padat) dan uap (gas)
Elektrolit lemah
Terionisasi menjadi H3O+ dan OH-.
Air dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan
pelarut bagi kebanyakan senyawa dan sumber listrik (Sarjoni,2003:241).

2.2 Volum molal parsial

Molal atau molalita didefinisikan sebagai jumlah mol solute per kg solven. Berarti
merupakan perbandingan antara jumlah mol solute denganmassasolven dalam
kilogram.

Molal =

Jadi, jika ada larutan 1,00 molal maka mengandung 1,00 mol solute tiap 1,00 kg solven
(Brady,1990:592).

Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum, dai satu komponen dalam sample
terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gay-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1993:170)

Termodinamika terdapat 2 macam larutan, yaitu larutan ideal dan larutan tidak ideal.
Suatu larutan dikatakan ideal jika larutan tersebut mengikuti hukum Raoult pada
seluruh kisaran komposisi dari system tersebut. Untuk larutan tidak ideal, dibagi
menjadi 2 yaitu:

Besaran molal parsial, misalnya volume molal parsial dan entalpi
Aktivitas dan koefisien aktifitas.
Secara matematik sifat molal parsial didefinisikan sebagai:

Dimana, adalah sifat molal parsial dari komponen ke-i. Secara fisik berarti kenaikan
dalam besaran termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa I ditambahkan ke
suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap konstan (Dogra,1990:580).

Ada3 sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan, (ii) entalpi molal parsial dan (iii) energi bebas
molal parsial. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari suatu
komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah sama jika
larutan tersebut ideal (Dogra,1990:580).

Volume molal parsial sendiri, komponen pada sistem larutan dapat didefinisikan
sebagai:

(1)

Dimana:

V = Volume n = Jumlah mol

T = Temperatur P = Tekanan

Volume larutan adalah fungsi temperatur, tekanan dan jumlah mol komponen yang
dituliskan:

V = V (T,P,n, . . . .) (2)

Sehingga:

dV = (3)

Pada temperatur dan tekanan tetap, dengan menggunakan persamaan (1) dan (3)
menjadi:

dV = + + . (4)

Volume molal parsial adalah tetap pada kondisi komposisi temperatur dan tekanan
tetap. Dari persamaan (4) pada kondisi tersebut memberikan persamaan:

V = (5)

Oleh karena . = 0, maka volume V adalah nol, sehingga tetapan 0, maka persamaan 5
menjadi :

V = (6)

Deferensiasi dari persamaan (6) menghasilkan :

dV = + + + .)

Jika digabung dengan persamaan (4) memberikan hasil (pada temperatur dan tekanan
tetap) :

+ + . = 0 (7)

Persamaan di atas adalah persamaan Gibbs-Duhem untuk volume.

Untuk sistem larutan biner, volume molal semu untuk zat larut didefinisikan
sebagai :

= (8)

Dengan adalah volume molal pelarut murni (Tim kimia fisika, 2011:8).
4.2 Pembahasan

Percobaan ini menggunakan bahan NaCl dan akuades, NaCl berfungsi sebagai zat
terlarut dan akuades sebagai pelarut. NaCl digunakan karena merupakan larutan
elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu
menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut
dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah :
NaCl Na+ + Cl-.

4.2.1 Pengertian volum molar parsial

Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut
dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat
dalam 1000 gram pelarut.

4.2.2 Hubungan konsentrasi dengan volum molar parsial

Perbedaan konsentrasi larutan NaCl menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula.
Semakin tinggi konsentrasi larutan, densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam
larutan tersebut semakin banyak. Dengan kata lain, konsentrasi suatu larutan
berbanding lurus dengan densitas larutan.

Volume molal parsial sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari larutan tersebut.
Semakin tinggi konsentrasinya maka volume molal parsialnya semakin tinggi pula atau
dengan kata lain berbanding terbalik. Volume molal dari suatu komponen larutan dapat
diukur dengan membagi volume total dari larutan dengan jumlah mol komponen
larutannya.

Persamaan di atas menunjukkan bahwa hubungan antara volume molal parsial dengan
molaritas adalah berbanding terbalik.

Konsentrasi suatu zat sangat berpengaruh terhadap berat piknometer yang nantinya
akan ditimbang. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin berat pula piknometer
tersebut. Hal ini dapat terjadi karena penyusun dari larutan NaCl yang konsentrasinya
besar lebih banyak mengandung zat NaCl daripada air sehingga beratnya menjadi lebih
besar, yang kita ketahui bersama bahwa NaCl adalah suatu padatan yang dibuat menjadi
larutan, Na Cl memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada air (pelarutnya).

Pada penimbangan piknometer, dilakukan dari larutan yang konsentrasinya kecil ke
yang konsentrasinya besar. Hal ini dilakukan agar nantinya berat yang ditimbang untuk
yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar.
Konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil berubah menjadi
agak besar pula walaupun tidak sama. Tetapi yang konsentrasinya kecil tidak
mempengaruhi konsentrasi yang besar. Hal ini dilakukan karena piknometer yang
digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada
percobaan.

4.2.3 Perbedaan temperatur untuk setiap konsentrasi.

Suhu dan konsentrasi larutan berbanding lurus, jika konsentrasinya tinggi maka suhu
larutan juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Hal itu sering dijumpai ketika suatu larutan
pekat memiliki suhu yang lebih tinggi disbanding hasil pengencerannya. Namun hasil
percobaan, didapatkan suhu yang rendah saat konsentrasinya tinggi, yaitu 28,9C pada
konsentrasi 3 M, 29,6C pada konsentrasi 1.5 M, 29.6C pada konsentrasi 0. 75 M, 29,7C
pada konsentrasi 0.375 M, 30,05C pada konsentrasi 0.185 M. Hal itu disebabkan
karena banyak factor, misalnya pengaruh udara dalam piknometer saat di timbang,
kesalahan praktikan saat melakukan percobaan, serta karena alat yang fungsinya tidak
optimal lagi.

4.2.4 Sifat termodinamika molal parsial

Ada tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yakni : (1) volume molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan, (2) entalpi molal parsial (juga disebut sebagai
panas diferensial larutan) dan (3) energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).

BAB 5 Penutup



3.1 Kesimpulan

Volume molal parsial adalah volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut
(solven) dengan zat terlarut (solute).
Konsentrasi berbanding lurus dengan volum molal parsial.
Semakin besar konsentrasi, maka semakin tinggi suhunya. Begitu pula sebaliknya.
3.2 Saran

Seharusnya praktikan menguasai materi praktikum sebelum melakukan percobaan.
Ketelitian dan kecermatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
Kebersihan alat menjadi faktor penting dalam mendapatkan data yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2011. aquades. http://id.wikipedia.org.wiki/Aseton, diakses tanggal 15 Maret
2011.

Anonim. 2011Natrium klorida. http://id.wikipedia.org.wiki/klorofom, diakses tanggal
15 Maret 2011.

Bird, Tony. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan soal soal. Jakarta : Universitas Indonesia.

Soekardjo. 1989. Kimia Fisik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nasional, Ensiklopedia. 1988. A- Amy jilid 1. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.

Sardjoni.2003. Kamus Kimia. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Tim Penyusun. 2011. Penuntun Praktikum Kesetimbangan dan Dinamika Kimia. Jember
: Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UNEJ.

Anda mungkin juga menyukai