Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENETAPAN KADAR ASAM CUKA


PERDAGANGAN

KELAS S1/1B
KELOMPOK 5 :
1. I GEDE ARTA DANA (2309482010066)
2. NI PUTU LILIK SETIAWATI (2309482010067)
3. NI MADE DEWI ADNYANI (2309482010068)
4. IDA AYU PUTU PUTRI ANJANI (2309482010069)
5. NI PUTU JAYANTI PUTRI (2309482010070)
6. MADE PADMA PRAMAHESWARI SALAIN (2309482010089)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2023
I. JUDUL : Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penentuan Kadar Asam Cuka
Perdagangan

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan

III. DASAR TEORI


Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
basa,sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan
baku asam.Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses
mengukurvolume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang
diketahuivolumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur
volume titranyang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwaekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar
diamati, karena hanyameruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi
dengan pemberian indikatorasam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.
Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran)
akan menyebabkan perubahan warnaindikator (Anonim,2009). Larutan standar biasanya kita
teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yangmengandung zat yang akan ditentukan
kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapatdilihat karena terjadi perubahan
warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiriatau karena penambahan
suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warnaindikator ini disebut
titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titikakhir teoritis (titik
ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebutkesalahan titrasi
(Sukmariah, 1990).Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem
ekivalen(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi =
jumlah ekivalenzat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung
dari macamreaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator
asam basaadalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen
lebih tinggidaripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah
(Sukmariah,1990).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai.Umumnya indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antarazat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana
terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang
dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi.Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil
analisis pada suatu senyawa(Shochichah,2010)
Asam cuka merupakan asam lemah monoprotik dengan memilikinilai Pka sebesar 4,7.
Sebuah larutan dengan konsentrasi 1,0 M asam cuka atau kira–kira sama dengan konsentrasipada
asam cuka rumah tanggadengan nilai pH sekitar 2,4 yang menandakan bahwa sekitar 2,4 %
molekul asam asetat dapat terdisosiasi. Asam cuka dapat dengan mudahlarut dalam pelarut polar
seperti air, kloroform dan heksana. Asam cukamemiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu
sebesar 6,2 sehinggamampu melarutkan baik senyawa polar seprti garam anorganik serta guladan
juga suatu senyawa nonpolar seperti minyak serta unsur sulfur dan juga iod.Penentuan kadar
persentase asam cuka dilakukan berdasarkandengan reaksi penetapan yang digunakan agar
menetapkan kadar ataukonsentrasi suatu larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu
larutandisebut juga sebagai titrasi asam basa. Dalam titrasi digunakan suatularutan yang relative
encer. Asam cuka atau asam asetat atau asam etanoatadalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasaasam dan aroma pada makanan. Cuka di dalam industri makanan
biasanya bercampur dengan konsentrasi asam asetat sekitar lima persen. AsamAsetat dapat
diproduksi dengan cara sintesis maupun secara alami melaluifermentasi bakteri. Sekarang ini
hanya sepuluh persen dari produksi asamasetat yang dihasilkan dari prose salami, namun banyak
hukum yangmengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam asam cuka diharuskan berasal dari
proses biologis.

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
a. Labu ukur 100 ml
b. Buret 50/25 ml
c. Erlenmeyer
d. Pipet ukur
e. Pipet volume
f. Pipet tetes
2. Bahan
a. Asam oksalat
b. NaOH
c. Asam cuka perdagangan
d. Indikator Fenolftaelin

V. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penentuan Molaritas NaOh
1. Sebanyak 1,26 g asan oksalat ditimbang dengan timbangan analitik.
2. Asam oksalat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan dengan akuades hingga volume 100 mL.
3. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.
4. Sebanyak 10 mL larutan NaOH dituangkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 10
mL air suling dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam
oksalat hingga warna merah jambu hilang.
5. Dilakukan pengulangan titrasi sebanyak 3 kali.

(1) (3) (4)

(4) (4) (4)

(5)
b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1. Sebanyak 10 ml larutan cuka perdagangan diambil menggunakan pipet ukur,
kemudian masukkan ke dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga
volumenya 100 ml.
2. Sebanyak 10 ml larutan encer (cara kerja no.1) diambil, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer ukuran 125 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator pp.
3. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4. Dilakukan titrasi dengan pengulangan sebanyak 3 kali.
5. Cuci bersh buret yang digunakan

(1) (1) (1)

(2) & (3) (3) (4)


VI. HASIL PENGAMATAN
a. Pengamatan I
Massa asam oksalat yang ditimbang = 1,2648 g
Titrasi I Titrasi II Titrasi III V Rata-rata
VNaOH + air 10 ml + 10 ml 10 ml + 10 ml 10 ml + 10 ml 20 ml
suling
VH2C2O4.2H2O 8,5 ml 9 ml 8,5 ml 8,7 ml

b. Pengamatan II
Merk asam cuka yang digunakan = Dixi (25%)
Titrasi I Titrasi II Titrasi III
Vol. NaOH (ml) 52,4 ml 32,3 ml 57 ml

Volume rata-rata NaOH yang digunakan : 52,4 ml + 32,3 ml + 57 ml/ 3 = 47,2 ml

VII. PERHTUNGAN
PENENTUAN MOLARITAS NaOH
1. Cari dulu M dari asam oksalat
Masam oksalat = gr/ Mr x 1000/Vasam oksalat
= 1,2648 g /126,07 g/mol x 1000/100 ml
=0,01 mol x 10 ml
=0,1M
2. Cari MNaOH
Rumus : M1 x V1 = M2 x V2
MNaOH x VNaOH = Masam oksalat x Vasam oksalat
MNaOH = Masam oksalat x Vasam oksalat / VNaOH
= 0,1M x 8,7 ml / 20 ml
=0,04M
3. MNaOH sebenarnya
=MNaOH x fp
=MNaOH x Vtotal / Vdiambil
=0,04M x 20 ml / 10 ml
=0,08M
PENETAPAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
1. Rumus: M1 x V1 = M2 x V2
Masamcuka x Vasamcuka = MNaOH x VNaOH
Masamcuka = MNaOH x VNaOH / VNaOH
= 0,08M x 47,2 ml / 10 ml
= 0,3776M
2. Cari M sebenarnya
=Masamcuka x fp
=0,3776M x 100 ml / 10 ml
=3,776M
3. Cari % b/v nya
Mencari gram terlebih dahulu melalui molaritas asam cuka perdagangan yang
sebenarnya:
M = gr / Mr x 1000/10 ml
3,776M =gr / 60 x 1000/10 ml
gr = 3,776 x 60 / 100
gr = 2,265 gr

% kadar = massa (gr) / Vasamcuka yang diambil x 100%


= 2,265 gr / 10 ml x 100%
=22,65 %
VIII. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.Proses titrasi termasuk
asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam metodenya.Larutan baku haruslah
distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan
baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan yang dibuat dari bahan baku primer.
Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung
ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadi.
Pada percobaan kali ini kami melakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan
baku sekunder dengan larutan baku primer, dimana pada percobaan kali ini larutan baku
yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer C2H2O4
(asam oksalat). Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH ini
distandarisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi,
bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi
dengan CO2 dalam udara. Di mana pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan
sejumlah tertentu NaOH tidak akan memberikan kepastian massa yang sesungguhnya,
karena jumlah air dan CO2 yang diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini
mengakibatkan kensentrasi NaOH yang dihasilkan juga tidak tepat. Dengan demikian
apabila menggunakan NaOH sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus
distandarisasi sebelumnya.Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 3 ml larutan
asam oksalat, larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak
bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi
kesalahan dalam penimbangan zat.
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 2 tetes indikator
fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan
titrasi asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7
dan berada pada trayek indikator fenolftalein. Pada standarisasi ini NaOH digunakan
sebagai titran sementara asam oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang
digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan
menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening
menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai
titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada dasarnya,
perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati daripada perubahan
warna dari merah mudake bening. Dan juga penggunaan asam oksalat sebagai titran
kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan titrasi yang besar karena terjadi
kelebihan penambahan titran hingga melewati titik ekivalen. Setelah terjadi perubahan
warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang
langsung dicatat.
Pada percobaan ini,menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah
kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang
sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam
asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH. Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka
perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi
alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa untukmentitrasi asam bebas. Setelah
kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu
menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara mengambil 10 ml asam cuka
perdagangan dengan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian
ditambah dengan 2 tetes indikator PP. Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku
NaOH diatas, hingga diperoleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
jambu. Bila sudah terjadi perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan
catat volume NaOH yang digunakan.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna bening dengan konsentrasi
NaOH sebesar 0,04 M.
2. Pada proses penetapan kadar asam cuka perdagangan terbentuk larutan berwarna ungu
muda dengan konsentrasi 0,3776 M.
DAFTAR PUSTAKA
anonim.2014”Laporan Praktikum Standarisasi NaOH Serta Penggunaannya”,scribd,19.Tersedia
di: https://www.scribd.com/doc/219143283/laporan-prqaktikum-Standarisasi-NaOH-Serta-
Penggunaannya-Dalam-Penetapan-Kadar-Asam-Cuka-Perdaganga-docx (Diakses: Selasa
November 2023).
friskacahyanisenja.2018”Laporan Praktikum Presentase Asam Cuka
Perdagangan”,academia,..Tersedia di:
https://www.academia.edu/38081522/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_ANALISA_I_
Persentase_Asam_Cuka_Perdagangan (Diakses: Selasa November 2023).

Anda mungkin juga menyukai