Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KUALITATIF ALKALIMETRI

NAMA KELOMPOK 4 :

DIAH ANGGRAINI ( P05150218010 )

MURIA RAMDA SARI ( P05150218024 )

RIZKI ASRI RAHAYU ( P05150218041 )

KIMIA FARMASI II

PRODI DIII FARMASI

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

2019/2020
ANALISA KUALITATIF ALKALIMETRI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui konsentrasi larutan sekunder (NaOH) melalui titrasi alkalimetri sehingga dapat
menentukan kadar asam salisilat dalam bedak.

B. TEORI DASAR
Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan
menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi
netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H + dari suatu asam dan
OH- dari suatu basa.
Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini
disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi dapat
dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu.
Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat tercapainya perubahan
warna pada titran disebut dengan titik titrasi.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan antara
asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat melakukan titrasi ini, kita terlebih dahulu harus
memahami konsep teori asam-basa, macam-macam reaksi penetralan dan indicator yang dapat dipakai
pada titrasi ini, sebagai berikut:
Konsep teori asam-basa:
1. Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai satu-
satunya ion positif.
Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna:
HCl                                    H+   +  Cl-
H+  +  H2O                         H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada molekul H2O
(kelemahan teori Archenius).
Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan melepaskan ion OH-.

2. Menurut Bronsted dan Lowry


Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor proton. Basa
adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
Asam                       proton  +  Basa konjugasi
A                             H+        +  B
Jadi suatu asam dapat berbentuk:
a) Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH3COOH
b) Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4-, CH3COO-,COO-
c) Kation, misalnya: NH4+, C6H5NH3+, Fe (H2O)3+
Suatu basa juga dapat berbentuk:
a) Molekul, misalnya: NH3, C2H5NH2, H2O
b) Anion, misalnya: CH3COO-, OH-, HPO4-2, C2H5O-
c) Kation, misalnya: Fe (H2O)5 (OH)2+

3. Menurut G.N. Lewis


Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut sebagai akseptor
pasangan electron bebas.

4. Menurut Boyle
Asam adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan melarutkan tinggi.

5. Menurut Roult
Basa adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam membentuk garam
Reaksi = Basa  +  Asam               Garam  +  H2O

6. Menurut Liebeg
Asam adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat digantikan oleh logam yang akan
menghasilkan garam.
Contoh: 2HCl  +  Na               NaCl  +  H2

Larutan standar
Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya. Larutan standar
adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan menjadi:
1. Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
a) Memiliki kemurnian yang tinggi
b) Mudah diperoleh dan dikeringkan
c) Mudah diperiksa kemurniannya
d) Tidak bersifat higroskopis
e) tidak mudah teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7.
2. Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar primer
sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.
3. Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar sekunder
sebagai pembanding.

Titrasi dan Indikator


Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi sedikit sampai
jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam hal
ini, larutan ynag berada di dalam buret atau larutan pentitrasi disebut titran, sedangkan larutan yang
akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi disebut titrat/ titer.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat praktikum yang digunakan Erlenmeyer 250ml, buret 50ml, labu ukur 500ml, gelas ukur, gelas
kimia 100ml, neraca analitik, pipet tetes, pipet gondok 10ml, batang pengaduk, perkamen, bola
hisap, botol semprot, corong, spatel, statip dan klim.

2. Bahan
Bahan praktikum yang digunakan sampel bedak salisilat, natrium hidroksida (NaOH), kalium bifalat,
indikator fenolftalein (pp), etanol 95%, aquadest, air suling.

D. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Bersihkan buret dengan cara masukan 2-3ml aquades. Bilasan pertama buang keatas, dan bilasan
kedua buang kebawah
3. Posisikan buret terbalik agar kering
4. Masukan 50 ml NaOH ke dalam buret
5. Pipet 10 ml asam oksalat kedalam Erlenmeyer tambahkan 2 tetes indikator pp
6. Lakukan titrasi ad warna berubah menjadi merah muda

E. DATA TITRASI
1. Pembakuan larutan NaOH

pengulangan Pembacaan skala buret (ml) Terpakai (ml)


Mula-mula (ml) Titik akhir (ml)
1 0 10 10

2 10 20,2 10,2

3 20,2 30,2 10

Volume rata-rata terpakai = 10,6 ml


2. Penetapan kadar asam salisilat (bedak salisil kimia farma)

pengulangan Pembacaan skala buret (ml) Terpakai (ml)


Mula-mula (ml) Titik akhir (ml)
1 7 7,5 0,5

2 7,5 8,1 0,6

3 8,1 8,7 0,6

Volume rata-rata terpakai = 0,567 ml

F. PERHITUNGAN
1. Perhitungan normalitas larutan asam oksalat

gram 1000
N¿ ×
Be v

3,1517 1000
¿ ×
63,035 500

¿ 0,099 N

Reaksi 1 : Reaksi 2 : Reaksi 3 :

VNaOH . NNaOH = Vas.oks . Nas.oks VNaOH . NNaOH = Vas.oks . Nas.oks VNaOH . NNaOH = Vas.oks . Nas.oks

10ml . NNaOH = 10ml . 0,1N 10,2ml . NNaOH = 10ml . 0,1N 10ml . NNaOH = 10ml . 0,1N

NNaOH = 0,1N NNaOH = 0,098N NNaOH = 0,1N

0,1+0,098+0,1
NNaOH ¿ 3
¿ 0,099 N
2. Perhitungan kadar sampel kadar 2% (bedak salisilat kimia farma)

 Penetapan kadar 1  Penetapan kadar 2


Dik : Dik :
Berat sampel = 0,3 gram Berat sampel = 0,3 gram
VNaOH = 0,5 ml VNaOH = 0,6 ml

Mg = VNaOH . NNaOH . Be asal Mg = VNaOH . NNaOH . Be asal

= 0,5ml . 0,099N . 138,12 = 0,6ml . 0,099N . 138,12

= 6,83 mg = 8,20 mg

mg zat dalam sampel mg zat dalam sampel


%= x 100 % %= x 100 %
mg sampel dihitung mg sampel dihitung
6,38 mg 8,20 mg
= x 100 % = x 100 %
300 mg 300 mg
= 2,28 % = 2,73 %

 Penetapan kadar 2 2,28 %+2,73 % +2,73 %


Dik :  %=
3
Berat sampel = 0,3 gram
VNaOH = 0,6 ml
= 2,58 %
Mg = VNaOH . NNaOH . Be asal

= 0,6ml . 0,099N . 138,12

= 8,20 mg

mg zat dalam sampel


%= x 100 %
mg sampel dihitung
8,20 mg
= x 100 %
300 mg
= 2,73 %

G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a) Normalitas larutan pentiter NaOH = 0,099 N
b) Kadar asam salisilat dalam sampel bedak salisil kimia farma 2% = 2,58 %

2. Saran
Untuk praktikum ini tidak menggunakan etanol.

Anda mungkin juga menyukai