Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

I.          TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah agar praktikan dapat memahami pengaruh keberadaan suatu zat
terlarut terhadap sifat fisis larutan dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan untuk
menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Larutan terdiri atas dua
komponen, komponen utama biasanya disebut pelarut, dan komponen minornya dinamakan
zat terlarut. Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium bagi zat terlarut, yang dapat
berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena
pengendapan atau penguapan (Oxtoby, 2001).

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa sifat koligatif larutan bergantung dari
banyaknya partikel zat terlarut dalam suatu larutan. Atas dasar itulah sifat koligatif
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan non elektrolit. Zat tersebut pada larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion, sedangkan
zat terlarut pada larutan non elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion
(Kusmawati, 1999).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut
murni. Terdapat empat sifat fisika yang penting, yang berubah secara perbandingan lurus
dengan banyaknya partikel zat terlarut yang terdapat, yaitu tekanan uap, titik beku, titik didih
dan tekanan osmotik (Keenan, 1992)
Suatu zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut cair akan menurunkan tekanan uap,
menurunkan titik beku, dan menaikkan titik didih. Semua itu hanya tergantung dari
banyaknya mol partikel dan jumlah dari pelarut yang ada. Sifat ini disebut sebagai sifat
koligatif pelarut dan dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul dari zat terlarut contoh (Syukri, 1999).
Suatu ukuran konsentrasi yang menyatakan jumlah partikel zat terlarut yang terdapat
dalam satu kg pelarut disebut molal (m).

(Syukri, 1999).

II.1 Penurunan Tekanan Uap


Menurut Hukum Raoult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal
bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan. Menurut persamaan :
PA = XA .PA° rP = XB . PA°
(Syukri, 1999).
Dengan PA adalah tekanan uap yang dilakukan komponen A dalam larutan, X A adalah
fraksi mol komponen A, dan PA adalah tekanan murni zat A. Dalam suatu larutan yang
mengandung zat terlarut tak atsiri (tak mudah menguap), tekanan uap larutan hanya
disebabkan oleh pelarut. rP = penurunan tekanan uap pelarut, PA° = tekanan uap pelarut
murni, dan XB = fraksi mol zat telarut. Jadi, penurunan takanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut. Penurunan tekanan uap dapat dipakai untuk menentukan BM
zat terlarut yang sukar menguap, dengan mengukur tekanan uap larutan dan menghitung
fraksi mol zat terlarut (Oxtoby, 2001).

II.2 Kenaikan Titik Didih


Titik didih normal cairan murni ialah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm.
Karena zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan terus dinaikkan agar ia
mendidih, artinya titik didih larutan menjadi lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni.
Gejala ini disebut sebagai peningkatan titik didih (Oxtoby, 2001).
Peningkatan titik didih sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya. Untuk
larutan encer, perbandingannya dinyatakan dalam molalitas. Peningkatan titik didih
dirumuskan:
∆TB = m . KB
Keterangan : ∆ Tb = besar penurunan titik beku
KB = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi maupun lebih rendah daripada titik didih
pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap, dibandingkan dengan
pelarutnya. Jika zat terlarut itu tak atsiri (tidak mudah menguap) misalnya gula, larutan air
mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada titik didih air, jika zat terlarut itu mudah
menguap misalnya alkohol, larutan air mendidih pada temperatur di bawah titik didih air
(Keenan, 1992).
II.3 Penurunan Titik Beku
Penurunan titik beku analog dengan peningkatan tiitik didih. Pelarut dalam larutan
berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika zat terlarut
ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut akan turun dan titik beku juga akan turun
(Oxtoby,2001).
Penurunan titik beku berbanding lurus dengan perubahan tekanan uap. Untuk konsentrasi
zat terlarut yang cukup rendah, penurunan titik beku berkaitan dengan molalitas.
Pengukurannya dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui
(Oxtoby,2001).
Pada larutan encer, nilai fraksi mol zat terlarut sangat kecil dan jumlah pelarut sangat
besar. Maka molalitas zat terlarut dapat diabaikan sehingga persamaan penurunan titik beku
dirumuskan:
∆Tf = m . K f
Keterangan : ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas dari zat terlarut
Kf = konstanta penurunan titik beku yang besarnya tergantung pada jenis larutan
(Syukri, 1999).
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik
didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui (Syukri,
1999).
II.4 Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan kepada larutan
sehingga dapat mencegah mengalirnya molekul pelarut memasuki larutan melalui selaput
semipermeabel. Selaput semipermeabel mempunyai pori kecil yang hanya dapat dimasuki
oleh pelarut sedangkan molekul zat terlarut terhalang ( Oxtoby,2001).
Nilai tekanan osmotik akan berbanding lurus dengan kerapatan atau konsentrasi zat
terlarut. Rumus yang paling sering dipakai adalah :
p = MRT
Dimana : p = tekanan osmotik
M = kemolaran zat terlarut
R = konstanta gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat koligatif larutan karena besarnya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut. Tekanan osmotik berbanding lurus dengan konsentrasi dan
temperatur. Menurut penyelidikan Van Hoff, sifat-sifat larutan adalah paralel dengan sifat-
sifat gas (Kusmawati, 1999).
Telah diketahui bahwa sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dua
larutan berkonsentrasi sama akan sama pula sifat koligatifnya, walaupun zatnya berbeda. Hal
ini tidak berlaku untuk senyawa elektrolit, karena terurai menjadi ion positif dan ion negatif
seshingga mol partikel lebih besar daripada mol senyawa. Perbandingan sifat koligatif larutan
elektrolit dengan non elektrolit untuk konsentrasi yang sama disebut i. Nilai i makin besar
bila diencerkan karena pengionan atau derajat ionisasi bertambah besar. Derajat ionisasi (a) =
jumlah mol terion / jumlah mol mula-mula (Syukri,1999).
Apabila dalam larutan casting tidak terdapat non-pelarut, maka mekanisme yang terjadi
adalah delayed onset liquid-liquid demixiting yang akan menghasilkan membran tidak
berpori. Proses prpindahan pada membran osmosis balik berlangsung secara solution
diffusion yaitu molekul larutan akan melarut dan berdifusi kedalam membran. Membran
osmosis baik merupakan membran asimetrik dengan lapisan atas yang rapat tidak berpori
sehingga proses perpindahan massa melalui membran osmosis balik merupakan akibat
adanya aliran difusi (Ciptaraharja, 2006).
III.    ALAT DAN BAHAN
A.       Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah meliputi tabung reaksi besar, gelas
beker (500 ml atau 1000 ml) , pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik, dan termometer.
B.       Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah meliputi sikloheksana, larutan
contoh, dan es batu.

IV.    PROSEDUR KERJA

A.    Penentuan Titik Beku Pelarut

1.     Semua peralatan gelas yang akan digunakan, dikeringkan dengan menggunakan kain atau
kertas tisu.
2.     Tabung reaksi ditimbang dan dicatat berat dalam keadaan kosong dengan menggunakan
neraca analitik.
3.     Tabung reaksi diisi dengan 20 ml sikloheksana. Berat tabung reaksi ditimbang kembali
yang telah berisi sikloheksana. Tabung reaksi ditutup dengan sumbat.
4.     Gelas beker besar diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
5.     Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksana.
Jika memungkinkan, ditutup tabung reaksi dengan sumbat yang memiliki lubang.
6.     Gelas beker dimaasukkan. Suhu awal larutan dicatat sebelum tabung reaksi dimasukkan.
7.     Sikloheksana perlahan diaduk dalam tabung dengan pengaduk gelas.
8.     Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicatat suhu setiap 10 detik.
9.     Pengamatan dilakukan selama 8 menit.
B.  Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
1.     Prosedur yang sama dilakukan dengan penentuan titik beku pelarut, hanya isi tabung reaksi
diganti dengan larutan contoh yang telah disediakan.
2.     Alat percobaan seperti termometer, pengaduk, tabung reaksi besar, es, larutan pelarut di
dalam gelas kimia disusun.

V.       HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Dan Perhitungan
1.  Hasil
1.1.   Penentuan Titik Beku Pelarut (Sikloheksana)
Massa tabung reaksi kosong : 69,35 gram
Massa tabunng reaksi kosong + aluminium foil : 69,77 gram
Volume pelarut murni : 20 mL
Massa tabung reaksi + larutan : 88,52 gram
Massa pelarut murni : 18,75 gram
t T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C)
(detik  1.2.      
)
0 35 130 21 250 12 370 8
10 35 140 20 260 12 380 7,5
20 33 150 19 270 12 390 7
30 31,5 160 18,5 280 11 400 7
40 31 170 18 290 10,5 410 6,5
50 30 180 17 300 10 420 6,5
60 28 190 16,5 310 10 430 6
70 27 200 16 320 9,5 440 6
80 25 210 15 330 9 450 6
90 24 220 14 340 8,5 460 5,5
100 23 230 14 350 8,5 470 5,5
120 22 240 13,5 360 8 480 5,5
Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
Massa tabung reaksi kosong : 69,77 gram
Volume larutan contoh : 20 mL
Massa tabung reaksi + larutan : 88,83 gram
Massa larutan contoh : 19,06 gram

t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T


(°C)
0 34 130 16 250 11,5 370 9
10 29 140 16 260 11,5 380 8,5
20 27 150 16 270 11 390 8
30 24,5 160 15,5 280 11 400 8
40 22 170 15 290 11 410 8
50 21 180 14 300 11 420 8
60 20 190 13,5 310 11 430 8
70 19,5 200 13 320 10,5 440 7,5
80 18,5 210 13 330 10 450 7,5
90 18 220 12,5 340 10 460 7
100 17 230 12 350 9,5 470 7
120 17 240 12 360 9 480 7
Penentuan Titik Beku
1)      Penentuan Titik Beku Sikloheksana
y = -0,127x + 35,68 ....(i)
y = -0,044x + 24,84 ....(ii)
eliminasi persamaan (i) dan (ii)
y = -0,127x + 35,68
y = -0,044x + 24,84
0 = -0,083x + 10,84
x=
x = 130,602
substitusikan nilai x ke persamaan (i)
y = -0,127x + 35,68
y = -0,127 (130,602) + 35,68
y = -16,586 + 35,68
y = 19,094
Jadi, Tf sikloheksana = 19,094 oC
2)      Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
y = -0,151 x + 30,34 ....(iii)
y = -0,026 x + 18,98 ....(iv)
eliminasi persamaan (iii) dan (iv)
y = -0,151 x + 30,34
y = -0,026 x + 18,98
y = -0,125x + 11,36
x=
x = 90,88
substitusikan nilai x ke persamaan (iv)
y =-0,151(90,88) + 30,34
y = -13,722 + 30,34
y = 16,618oC Jadi, Tf larutan contoh = 16,6180C
b. Penentuan titik beku dan massa molekul relatif
Diketahui : massa (sikloheksana) = 18,75 gr
massa (larutan contoh) = 19,06 gr
Kf = 20,10C/mol
ρ(sikloheksana) = 0,779 gr/mL
Massa Zat Terlarut = 25 gr
Volume Larutan solvent = 150 mL
Ditanya : a. Massa pelarut = ........?
b. ΔTf = ............ ?
c. Mr = ..........?
Jawab :
a. Massa pelarut (sikloheksana) = ρV
= 0,779 x 100
= 77.9 x 10-3 kg

b. ΔTf = Tf sikloheksana - Tf larutan contoh


= 19,094 – 16,618
= 2,4760C
c. Massa zat terlarut = 25 gr
d. Mr Larutan contoh
Tf =
Tf = (25/Mr)solute x 20,1
77,9 x 10-3
2,476 = (25/Mr)solute x 20,1
77,9 x 10-3
Mr = 2,6052 x 10-3 kg/mol
Jadi, massa molekul relatif larutan contoh adalah 2,6052 x 10-3 kg/mol. Karena
konsentrasi terlalu tinggi dan temperatur turun sehingga larutan menjadi mengendap. Dan
kelarutan telah melewati titik jenuh bahkan sangat jenuh sehingga larutannya pun
mengendap.
B.           Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat yang bergantung hanya pada jumlah partikel zat
terlarut dan tidak bergantung pada jenis partikelnya. Jadi suatu larutan yang berbeda jenisnya,
namun memiliki jumlah partikel yang sama akan memiliki sifat koligatif yang sama pula
(Sutresna, 2006). Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah
partikel dan bukan ukurannya. Larutan yang terlalu pekat mempunyai ion yang terlalu rapat
dan berdesakkan sehingga ion sulit bergerak dalam larutan, sedangkan larutan yang sangat
encer mengandung ion yang sangat sedikit dan jarang, sehingga ion mudah bergerak dalam
larutan.
Dari percobaan sifat koligatif larutan yang dilakukan. Diuji cobakan dua larutan,
yaitu larutan sikloheksana dan larutan contoh. Dua larutan ini dicari titik bekunya dengan
prosedur kerja yang telah ditentukan.
a.         Menentukan Titik Beku Pelarut (Sikloheksana)
Pada praktikum yang telah kami lakukan, kami mengukur titik beku pelarut dan larutan
serta menentukan massa molar. Pada larutan sikloheksana, suhu awalnya adalah 35o C,
kemudian mengalami penurunan suhu pada 10 detik pertama dan seterusnya hingga mencapai
nilai kestabilan atau konstan yaitu sebesar 5,5o C pada menit terakhir. Pada saat diaduk
selama 8 menit, larutan sikloheksana menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal kecil seperti
salju yang terdapat pada larutan dan tabung reaksinya.
Dengan menggunakan grafik untuk menentukan titik beku sebenarnya dari larutan
o
sikloheksana didapatkan titik bekunya adalah 19,094 C. Dengan mengetahui titik beku
pelarut (sikloheksana) dan nilai koefisien titik bekunya, maka setelah mengetahui titik beku
larutan contoh dapat dihitung ΔTf nya untuk mencari tahu besar Mr dari larutan contoh.
Menurut Chang penjelasan kualitatif untuk fenomena penurunan titik beku ialah sebagai
berikut: pembekuan melibatkan transisi dari keadaan tidak teratur kekeadaan teratur agar
proses eksitu terjadi, energi harus diambil dari sistem karena larutan lebih tidak teratur
dibandingkan pelarut, maka lebih banyak energi yang harus diambil darinya untuk
menciptakan keteraturan dibandingkan dalam kasus pelarut murni. Jadi, larutan memiliki titik
beku lebih rendah dibandingkan pelarut. Perhatikan bahwa bila larutan membeku, padatan
yang memisah ialah komponen pelarutnya. Sementara zat terlarut harus bersifat tidak mudah
menguap dalam kasus kenaikan titik didih.
b.         Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Suhu awal larutan contoh yang didapatkan pada percobaan ini adalah sebesar 34 oC.
Kemudian mengalami penurunan suhu pada 10 detik pertama dan seterusnya hingga
mencapai nilai kestabilan atau konstan yaitu sebesar 7o C pada menit terakhir. Pada saat
diaduk selama 8 menit, larutan contoh menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal kecil seperti
salju yang terdapat pada larutan dan tabung reaksinya.
Dari percobaan di atas kita dapat mengetahui titik beku dari grafik. Grafik dari hasil
percobaan dari detik awal sampai menit kedelapan sehingga pada masing-masing larutan
akan ditarik garis lurus seperti pada grafik yang menunjukkan titik beku kedua larutan. Disini
dapat dilihat bahwa titik beku larutan contoh lebih rendah dari titik beku pelarut. Dari grafik
didapatkan nilai titik beku larutan contoh adalah sebesar 16,618o C. Perbedaan titik beku
antara kedua larutan itu disebut penurunan titik beku.
Berdasarkan data yang telah terkumpul maka dapat dihitung penurunan titik beku (ΔTf )
dari kedua larutan ini adalah sebesar 2,476o C. Dan berdasarkan perhitungan didapatkan Mr
dari senyawa yang dilarutkan pada larutan sikloheksana adalah sebesar 2,6052 x 10-3
Titik beku larutan contoh lebih rendah daripada titik beku pelarut murni (sikloheksana)
membuktikan adanya pengaruh dari zat terlarut tersebut terhadap sifat fisis suatu larutan
murni (sifat koligatif larutan). Pengaruh ini disebabkan dari banyaknya zat yang terlarut
dalam larutan murni dan tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarut. Larutan murni
(sikloheksana) memiliki titik beku yang lebih tinggi daripada larutan contoh karena pada
larutan murni hanya terdapat senyawanya dalam larutan dengan nilai ikatan tertentu. Jadi,
tidak diperlukan suhu yang terlalu rendah untuk membekukan pelarut murni. Sedangkan pada
larutan contoh terdapat senyawa lain yang mempengaruhi besar ikatan dalam larutan yang
pada akhirnya mempengaruhi besar titik beku. Sehingga, semakin besar konsentrasi zat
terlarut dalam larutan maka akan semakin besar penurunan titik
beku larutan tersebut.
Dalam percobaan ditemukan bahwa penurunan titik beku sebanding dengan molaritas
dari zat terlarut dalam larutan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil percobaan. Dari seluruh
data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan jumlah
zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini terjadi karena suhu
pendinginan yang tidak konstan. Hal ini dikarenakan ketika termometer ditarik ke atas /
keluar dari tabung reaksi untuk mengetahui suhu larutan maka suhunya telah terpengaruh
oleh suhu luar. Dalam percobaan ditemukan bahwa penurunan titik beku sebanding dengan
molaritas dari zat terlarut dalam larutan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil percobaan.
        Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan dibandingkan dengan pelarut murni
berbeda, dikarenakan keberadaan suatu zat  non volatil dalam pelarut akan menyebabkan
terjadinya penurunan kecenderungan zat pelarut tersebut untuk berubah fase uapnya.
Akibatnya tekanan uap pelarut dalam larutan tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan
tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni.

VI.       KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :
1.   Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi partikel
zat terlarut bukan zat pelarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut.
2.   Terdapat empat sifat koligatif larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
3.   Titik beku sikloheksana lebih tinggi dibandingkan titik beku pada larutan contoh.

DAFTAR PUSTAKA

http://oofebyola.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum-sifat-koligatif.html
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
, akhirnya laporan praktikum kimia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga sena
ntiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita 
dari zaman jahiliyah ke zaman yang diridhoi Allah SWT.

Laporan praktikum kimia yang berjudul “PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN 
DAN KENAIKAN TITIK BEKU LARUTAN” mengacu pada praktikum yang telah usai dila
ksanakan. Untuk mendapatkan hasil dari sebuah praktikum tersebut, penulis sendiri langsung 
bekerja sesui prosedur praktikum guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis menyadar
i bahwa dalam membuat laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang menghadang, 
namun berkat do’a, kesungguhan hati, kerja keras dan bantuan berbagai pihak, baik berupa do
rongan, bimbingan, saran maupun bantuan lain yang turut mendukung dalam penyelesaian la
poran ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memb
antu dan memberikan dorongan moral maupun materil, ucapan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya penulis sampaikan kepada :
1. Pak Suharsul, selaku guru pembimbing pelajaran kimia, yang telah meluangkan waktunya untu
k memberikan arahan yang berarti.
2. Seluruh teman-teman yang telah memberikan masukan dan motivasi selama pembuatan lapora
n ini. Dan sebagia pemeran utama yang telah bersinergi guna mendapatkan hasil praktikum y
ang ingin dicapai
Akhir kata, kami harap semoga hasil praktikum yang kami susun ini dapat bermanfaat 
bagi penyusun khususnya dan kita semua pada umumnya

Lumajang, 27 Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Cover...........................................................................................................................................
1
Halaman Judul.............................................................................................................................
2
Kata Pengantar.............................................................................................................................
3
Daftar Isi......................................................................................................................................
4
Bab 1. Pendahuluan.....................................................................................................................
5
A. Latar Belakang........................................................................................................................
5
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................6

Bab 2. Landasan Teori...............................................................................................................7
A. Pengertian Sifat Kolegatif.....................................................................................................7
B. Penurunan Titik Beku............................................................................................................7
C. Kenaikan Titik Didih ............................................................................................................8
D.Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan elektrolit............................................9
E. Penjelasan Lanjut Dengan Contoh Soal Dan Pembahasan....................................................1
0

Bab 3. Praktikum........................................................................................................................1
7
A. Praktikum 1............................................................................................................................
17
B. Praktikum 2.............................................................................................................................
20
Bab 4. Kesimpulan.......................................................................................................................
22
A. Kesimpulan.............................................................................................................................
22
B. Saran.......................................................................................................................................
22
Daftar Pustaka.............................................................................................................................
23
Biografi Penulis ..........................................................................................................................
24

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di alam bebas, saat ditemukan suatu zat yang murni . Kebanyakan zat tersebut telah te
rcampur dengan suatu sama yang lain, baik dalam bentuk homogen atau heterogen salah satu
nya yaitu dalam bentuk larutan. Larutan merupakan campuran dua zat atau lebih yang menyat
u menjadi homogen.
Ada banyak hal yang menyebabkan larutan yang mempunyai sifat yang berbeda deng
an pelarutnya. Salah satu sifat terpenting dari larutan adalah sifat koligatif larutan. Sifat kolig
atif larutan didefenisikan sebagai sifat fisik larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partike
l dalam larutan dan tidak tergantung pada jenis partikelnya.
Adanya zat pelarut didalam pelarut menyebabkan perubahan sifat fisik pelarut dan lar
utan tersebut. Sifat fisik yang mengalami perubahan misalnya, penurunan tekanan uap, penur
unan titik  beku, kenaiakan titik didih, dan tekananosmosis keempat sifat tersebut merupakan 
bagian dari sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zatterlarut 
tetapitergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan.Sifatkoligatif larutan te
rdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatiflarutan elektrolitdansifat koligatiflarutan 
nonelektrolit.Sifat koligatif larutan nonelektrolit lebihrendah daripada sifat koligatif 
larutan elektrolit.

Pelarut murni (air) memiliki sifat titik beku, titik didih, dan tekanan uap. Bilazat non e
lektrolit seperti gula, urea, dan gliserol dimasukkan kedalam pelarutmurni, maka akan mengu
bah sifat-sifat larutan tersebut. Perubahan tersebutmeliputi penurunan titik beku, kenaikan titi
k didih, penurunan tekanan uap, danmemiliki tekanan osmosis.

Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifatpelarut murni 
berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan uap 
berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahanini tergantung pada jumlah partikel-partikel 
pelarut yang terdapat di dalam larutan.Makin berat larutan, makin rendah titik beku,danmakin 
tinggi titik didih.

B. Rumusan Masalah
Ø Bagaimana kenaikan titik didih larutan berdasarkan sifat koligatif larutan yang terdiri dari larut
an elektrolit dan larutan nonelektrolit
Ø Bagaimana penurunan titik beku larutan berdasarkan sifat koligatif larutan yang terdiri dari laru
tan elektrolit dan larutan nonelektrolit

C. Tujuan Penulisan
Ø Untuk mengetahui bagaimana kenaikan titik didih larutan berdasarkan sifat koligatif larutan ya
ng terdiri dari larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit
Ø Untuk mengetahui bagaimana penurunan titik beku larutan berdasarkan sifat koligatif larutan y
ang terdiri dari larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sifat Koligatif
Pengertian sifat koligatif larutan adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumla
h volume pelarut dan bukan pada massa partikel. Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang b
erhubungan dengan sifat koligatif adalah penurunan titik beku dan kenaikan titik didih. Sehin
gga muncul adanya diagram fase sebagai berikut:

B.Penurunan Titik Beku
Penurunan titik beku terjadi ketika titik beku suatu cairan lebih rendah karena adanya 
penambahan senyawa lain pada cairan. Cairan akan mempunyai titik beku yang lebih rendah 
dari pelarut murni. Contoh penurunan titik beku adalah titik beku air laut lebih rendah daripa
da titik beku air murni. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa lain (yaitu garam) di dala
m air laut, sehingga menyebabkan titik beku air laut lebih rendah daripada titik beku air biasa
. Penurunan titik beku adalah salah satu sifat koligatif larutan.

Penurunan titik beku dapat dihitung menggunakan persamaan Clausius-Clapeyron dan huku
m Raoult. Penurunan titik beku (ΔTf) larutan adalah sebagai berikut:
ΔTf = m . Kf

dimana
ΔTf  = penurunan titik beku
m     = molalitas larutan
Kf    = tetapan penurunan titik beku molal
Sehingga titik beku larutan dapat dihitung dengan rumus
Tf = (0 - ΔTf)oC

Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut[5]
Titik Bek
Pelarut Tetapan (Kf)
u
Aseton -95,35 2,40
Benzena 5,45 5,12
Kamfer 179,8 39,7
Karbon tetraklorida -23 29,8
Sikloheksana 6,5 20,1
Naftalena 80,5 6,94
Fenol 43 7,27
Air 0 1,86

C.Kenaikan Titik Didih
Kenaikan titik didih terjadi ketika titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pe
larut murni. Temperatur suatu pelarut naik ketika adanya penambahan zat yang non-volatil (ti
dak mudah menguap). Sebagai contoh adalah, ketika garam dimasukkan ke dalam air, maka ti
tik didih akan naik dikarenakan adanya garam dalam larutan. Seperti halnya penurunan titik b
eku, kenaikan titik didih juga merupakan salah satu sifat koligatif larutan. Kenaikan titik didi
h juga dihitung dengan menggunakan persamaan Clausius-Clapeyron dan hukum Raoult. Ken
aikan titik didih (ΔTb) larutan adalah sebagai berikut:
ΔTb = m . Kb

dimana
ΔTb  = kenaikan titik didih
m     = molalitas larutan
Kb    = tetapan kenaikan titik didih molal

Sehingga titik didih larutan dapat dihitung dengan rumus
Tb = (100 + ΔTb)oC
Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut[5]
Titik Didi Tetapan (Kb
Pelarut
h )
Aseton 56,2 1,71
Benzena 80,1 02,53
Kamfer 204,0 05,61
Karbon tetraklorida 76,5 04,95
Sikloheksana 80,7 02,79
Naftalena 217,7 05,80
Fenol 182 03,04
Air 100,0 00,52

D.Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan elektrolit
Pada larutan elektrolit, jumlah ion dan tetapan disosiasi mempengaruhi penurunan titik beku 
dan kenaikan titik didih. Sehingga, pada larutan elektrolit diberlakukan faktor van't Hoff ya
ng dilambangkan dengan i
i = 1 + (n-1)α
dimana
i  = faktor van't Hoff
n = jumlah ion
α = tetapan disosiasi

Contoh larutan elektrolit dalam kehidupan sehari-hari adalah asam cuka dan air garam.

Sehingga,
Rumus penurunan titik beku latutan elektrolit
ΔTf = m . Kf . i

Rumus kenaikan titik didih laturan elektrolit
ΔTb = m . Kb . I
E. Penjelasan Lanjut Dengan Contoh Soal Dan Pembahasan

1. Molalitas (m)
Yaitu jumlah partikel zat terlarut (mol) setiap 1 kg zat pelarut (bukan larutan). Sehingga dapa
t didefinisikan dengan persamaan berikut:

Molalitas dapat diukur pada saat pelarut dalam wujud padatan dan hanya dapat diukur massa
nya, bukan volumenya sehingga tidak mungkin dinyatakan dalam bentuk molaritas.

2. Fraksi Mol
Merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan berdasarkan 
Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
1.      Penurunan Tekanan Uap
Penguapan adalah peristiwa yang terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan kelom
poknya.
Semakin lemah gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair, semakin mudah zat cair ters
ebut mudah menguap. Semakin mudah zat cair menguap, semakin besar pula tekanan 
uap jenuhnya.
Dalam suatu laerutan, partikel-partikel zat terlarut menghalangi gerak molekul pelarut untuk 
berubah sari bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap jenuh larutan menjadi lebi
h rendah dari tekanan uap jenuh larutan murni.
Hukum Raoult :

   Keterangan :
∆P : perbedaan tekanan uap larutan murni dengan tekanan uap zat pelarut
: tekanan uap zat pelarut murni

 : tekanan uap zat terlarut murni
Xt : fraksi mol zat terlarut
Xp : fraksi mol zat pelarut
Pp : tekanan uap zat pelarut
Pt : tekanan uap zat terlarut
Tekanan uap total :
BAB 3
PRAKTIKUM

Praktikum 1
A. TUJUAN
Mengamati penurunan titik beku larutan elektrolit dan nonelektrolit

B. Alat dan Bahan
1. Gelas kimia
2. Sendok
3. Termometer
4. Tabung Reaksi
5. Aquades
6. Garam Dapur Kasar
7. Potongan-Potongan Kecil Es
8. Larutan Cuka 0,5 M
9. Larutan Urea 0,5 M
10. Larutan NaCl 0,5 M

C. Cara Kerja
1. Masukkan potongan-potongan kecil es ke dalam gelas kimia hingga ketinggian mencapai 3
/4 gelas
2. Tambahkan 10 sendok garam dapur kasar ke dalam gelas kimia beerisi potongan es dan ad
uk hingga rata
3. Isi tabung reaksi dengan Aquades setinggi 4 Cm
4. Masukkan tabung reaksi yang berisi Aquades ke dalam gelas kimia berisi campuran es dan 
garam dapur kasar
5. Aduklah Aquades dalam tabung reaksi dengan gerakan naik turun hingga air membeku
6. Ukur suhu menggunakan termometer. Catat suhu es dalam tabung reaksi setiap satu menit 
sampai es mencair
7. Ulangi Langkah 3, 4, 5 , 6 untuk larutan Cuka 0,5 M, Glukosa 0,5 M, Nacl 0,5 M
D. Tabel Hasil Pengamatan
Waktu Aquades Glukosa NaCl Cuka S ( C)
15 S -0,1 -0,1 0 -0,3
U
30 S 0 -0,1 -0,2 -0,3
45 S 0,1 -0,2 -0,3 -0,3 H
60 S 0,1 -0,1 -0,3 -0,3 U
75 S 0,1 -0,1 -0,2 -0,3
90 S 0,1 0 -0,2 -0,3
105 S 0,1 0,1 -0,2 -0,2
120 S 0,2 0,2 -0,2 -0,2
135 S 0,2 0,3 -0,2 -0,1
150 S 0,3 0,4 -0,2 0
165 S 0,4 0,4 -0,2 0,1
180 S 0,5 0,5 -0,2 0,2
195 S 0,6 0,6 -0,1 0,2
210 S 0,6 0,7 -0,1 0,3
225 S 0,7 0,8 0 0,4
240 S 0,8 0,8 0 0,5
255 S 0,9 0 0,6
270 S 0,9 0,2
285 S 1 0,4
300 S 0,5
315 S 0,6

330 S 0,7

E. Pertanyaan
1. Apakah fungsi garam dapur kasar yang dicampurkan dengan potongan es?
2. Mengapa selisih titik beku cuka dengan larutan Urea berbeda meskipun konsentrasinya sa
ma?
3. Hitunglah penurunan titik beku larutan cuka 0,5 M dan larutan urea 0,5 M berdasarkan dat
a di atas
4. Bandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan percobaan ini
5. Jelaskan kesimpulan dari percobaan ini

F. Jawaban 
1. Untuk mempercepat pencairan es 
2. Karena berbeda jenis larutan, Cuka elektrolit dan Urea nonelektrolit
4. Larutan elektrolit lebih rendah dalam penurunan titik beku dan lebih lama proses mencairn
ya dari pada larutan nonelektrolit
5. Penurun titik beku larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan larutan nonelektrolit
Praktikum 2
A. Tujuan
Mengamati kenaikan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolit

B. Alat dan Bahan
1. Gelas kimia 3 buah
2. Pembakar Spiritus 3 buah
3. Kaki Tiga 3 buah
4. Termometer 3 buah
5. Aquades 50 ml
6. Larutan NaCl 60 ml
7. Larutan Urea 60 ml

C. Cara Kerja
1. Memasukkan Aquades ke dalam gelas kimia pertama.Larutan NaCl ke dalam gelas kimia k
edua. Dan larutan urea ke dalam gelas kimia ketiga
2. Mendidihkan ketiga larutan kedalam gelas kimia tersebut secara bersamaan
3. Mengukur suhu larutan saat mendidih menggunakan termometer
4. Mencatat suhu larutan dalam tabel pengamatan

D. Tabel Pengamatan
Larutan Titik Didih (C)
Aquades 50 ml 100,5 C
NaCl 60 ml 102 C
Urea 60 ml 101 C

E. Pertanyaan
1. Hitunglah kenaiakan titik didih NaCl dan larutan Urea pada percobaan tersebut
2. Mengapa kenaikan titik didih larutan NaCl dan larutan Urea berbeda? Jelaskan
3. Berdasarkan percobaan ini, bandingkan perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dan none
lektrolit
4. Apa kesimpulan yang diambil dari percobaan ini?
F. Jawaban
1. NaCl = 2 C          dan            Urea = 1 C
2.  Karena NaCl larutan elektrolit dan Urea non elektrolit
3. Elektrolit : Titik didik lebih tinggi dari pada aquades dan nonelektrolit
    NonElektrolit : Titik didih diantara Elektrolit dan Aquades
4. Kenaikan titik didih laruran elektrolit lebih besar dibandingkan larutan nonelektrolit

BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kenaikan titik didih laruran elektrolit lebih besar dibandingkan larutan nonelektrolit
2. Penurun titik beku larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan larutan nonelektrolit

B. Saran
1. Tetap tenang dalam memasukkan tabung yang berisi larutan baik dalam pengujian penurun
an titik beku dan peningkatan titik didih dan posisi tabung harus sama sampai akhir agar hasil 
lebih optimal
2. Usahakan es dalam percobaan penurunan titik beku berukuran tidak terlalu besar dan juga t
idak terlalu kecil. Jika terlalu besar maka akan sulit dalam memasukkan tabung berisi larutan. 
Namun jika terlalu kecil maka es akan cepat mencair
3. Dalam praktikum peningkatan titik didih larutan jika dalam proses pembakaran dan tabung 
berisi larutan di panaskan. Tabung berisi air yang memanaskan tabung larutan agar tidak di tu
tup oleh benda apapun, hal ini guna larutan juga mendapat suhu dari ruangan
4. Dalam praktikum penurunan titik beku diharapkan dalam mengaduk aquades harus secara 
berkala dalam tempo yang sama agar suhu lebih merata dan pengesan lebih lama
5. Peganglah termometer pada ujung yang berlawanan dari ujung yang di kenai benda objek p
enelitian agar pengukuran maksimal. Jangan pegang termometer pada batangnya
6. Dalam praktikum kenaikan titik didih larutan dalam memegang termometer, termometer ti
dak boleh masuk terlalu dalam atau menyentuh dasar tabung

http://wawasanilmu707.blogspot.co.id/2014/09/contoh-hasil-laporan-praktikum-sifat.html

Anda mungkin juga menyukai