Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

“SIFAT - SIFAT LARUTAN”

Disusun Oleh:
Citra Wahyuningrum
15.420.410.1002
B/5

23 Mei 2016
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PERCOBAAN V
SIFAT - SIFAT LARUTAN

A. Tujuan Percobaan
- Menyelidiki penentuan titik beku

B. Dasar Teori
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-kira pada
larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-
sifat tersebut tidak tergantung pada jenis terlarut. Keempat sifat tersebut ialah penurunan
tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotic yang
semuanya dinamakan sifat-sifat koligatif (Petrucci, 1995).
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Larutan terdiri atas
dua komponen, komponen utama biasanya disebut pelarut, dan komponen minornya
dinamakan zat terlarut. Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium bagi zat
terlarut, yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan
larutan karena pengendapan atau penguapan (Oxtoby, 2001).
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa sifat koligatif larutan bergantung dari
banyaknya partikel zat terlarut dalam suatu larutan. Atas dasar itulah sifat koligatif
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan non elektrolit. Zat tersebut pada larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion,
sedangkan zat terlarut pada larutan non elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai
menjadi ion-ion (Kusmawati, 1999).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari
pelarut murni. Terdapat empat sifat fisika yang penting, yang berubah secara perbandingan
lurus dengan banyaknya partikel zat terlarut yang terdapat, yaitu tekanan uap, titik beku,
titik didih dan tekanan osmotik (Keenan, 1992)
Suatu zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut cair akan menurunkan tekanan uap,
menurunkan titik beku, dan menaikkan titik didih. Semua itu hanya tergantung dari
banyaknya mol partikel dan jumlah dari pelarut yang ada. Sifat ini
disebut sebagai sifat koligatif pelarut dan dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul dari zat terlarut (Syukri, 1999).
Suatu ukuran konsentrasi yang menyatakan jumlah partikel zat terlarut yang terdapat
dalam satu kg pelarut disebut molalitas (m) (Syukri, 1999).

II.1 Penurunan Tekanan Uap

Menurut Hukum Raoult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal
bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan. Menurut persamaan :
PA = XA . PA°
rP = XB . PA°
Dengan PA adalah tekanan uap yang dilakukan komponen A dalam larutan, XA adalah
fraksi mol komponen A, dan PA adalah tekanan murni zat A. Dalam suatu larutan yang
mengandung zat terlarut tak atsiri (tak mudah menguap), tekanan uap larutan hanya
disebabkan oleh pelarut.rP = penurunan tekanan uap pelarut, PA° = tekanan uap pelarut
murni, dan XB = fraksi mol zat telarut. Jadi, penurunan takanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut. Penurunan tekanan uap dapat dipakai untuk menentukan BM
zat terlarut yang sukar menguap, dengan mengukur tekanan uap larutan dan menghitung
fraksi mol zat terlarut (Oxtoby, 2001).

II. 2 Kenaikan Titik Didih

Titik didih normal cairan murni ialah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm.
Karena zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan terus dinaikkan agar ia
mendidih, artinya titik didih larutan menjadi lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni.
Gejala ini disebut sebagai peningkatan titik didih (Oxtoby, 2001).
Peningkatan titik didih sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya. Untuk
larutan encer, perbandingannya dinyatakan dalam molalitas. Peningkatan titik didih
dirumuskan:
∆TB = m . KB
Keterangan : ∆ Tb = besar penurunan titik beku
KB = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi maupun lebih rendah daripada titik didih
pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap, dibandingkan dengan
pelarutnya. Jika zat terlarut itu tak atsiri (tidak mudah menguap) misalnya gula, larutan air
mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada titik didih air, jika zat terlarut itu
mudah menguap misalnya alkohol, larutan air mendidih pada temperatur di bawah titik didih
air (Keenan, 1992).

II.3 Penurunan Titik Beku

Penurunan titik beku analog dengan peningkatan tiitik didih. Pelarut dalam larutan
berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika zat terlarut
ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut akan turun dan titik beku juga akan turun
(Oxtoby,2001).
Penurunan titik beku berbanding lurus dengan perubahan tekanan uap. Untuk
konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah, penurunan titik beku berkaitan dengan molalitas.
Pengukurannya dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui
(Oxtoby,2001).
Pada larutan encer, nilai fraksi mol zat terlarut sangat kecil dan jumlah pelarut sangat
besar. Maka molalitas zat terlarut dapat diabaikan sehingga persamaan penurunan titik beku
dirumuskan:
∆Tf = m . K f

Keterangan : ΔTf = penurunan titik beku


m = molalitas dari zat terlarut
Kf = konstanta penurunan titik beku
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik
didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui (Syukri,
1999).

II.4 Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan kepada larutan
sehingga dapat mencegah mengalirnya molekul pelarut memasuki larutan melalui selaput
semipermeabel. Selaput semipermeabel mempunyai pori kecil yang hanya dapat dimasuki
oleh pelarut sedangkan molekul zat terlarut terhalang ( Oxtoby,2001).
Nilai tekanan osmotik akan berbanding lurus dengan kerapatan atau konsentrasi zat
terlarut. Rumus yang paling sering dipakai adalah :
p = M.R.T
Dimana : p = tekanan osmotik
M = kemolaran zat terlarut
R = konstanta gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat koligatif larutan karena besarnya tergantung
pada jumlah partikel zat terlarut. Tekanan osmotik berbanding lurus dengan konsentrasi dan
temperatur. Menurut penyelidikan Van Hoff, sifat-sifat larutan adalah paralel dengan sifat-
sifat gas (Kusmawati, 1999).
Telah diketahui bahwa sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dua
larutan berkonsentrasi sama akan sama pula sifat koligatifnya, walaupun zatnya berbeda.
Hal ini tidak berlaku untuk senyawa elektrolit, karena terurai menjadi ion positif dan ion
negatif seshingga mol partikel lebih besar daripada mol senyawa. Perbandingan sifat
koligatif larutan elektrolit dengan non elektrolit untuk konsentrasi yang sama disebut i. Nilai
i makin besar bila diencerkan karena pengionan atau derajat ionisasi bertambah
besar. Derajat ionisasi (a) = jumlah mol terion / jumlah mol mula-mula (Syukri,1999).
Apabila dalam larutan casting tidak terdapat non-pelarut, maka mekanisme yang terjadi
adalah delayed onset liquid-liquid demixiting yang akan menghasilkan membran tidak
berpori. Proses prpindahan pada membran osmosis balik berlangsung secara solution
diffusion yaitu molekul larutan akan melarut dan berdifusi kedalam membran. Membran
osmosis baik merupakan membran asimetrik dengan lapisan atas yang rapat tidak berpori
sehingga proses perpindahan massa melalui membran osmosis balik merupakan akibat
adanya aliran difusi (Ciptaraharja, 2006).

C. Alat dan Bahan


1. Tabung reaksi
2. Termometer
3. Batang kaca pengaduk
4. Statif
5. Naftalena
6. Pyrex / Kwaki
D. Prosedur Kerja
Masukkan 7 gram serbuk naftalena kedalam tabung reaksi. Dengan menggunakan klem buret,
pasanglah tabung reaksi pada statif tegak lurus.

Panaskan sehingga naftalena tersebut melebur.

Pasanglah termometer pada statif dengan bolanya berada dalam naftalena cair.
Gunakan pengaduk untuk mencegah zat cair mengalami pendinginan lewet

Baca dan catatlah suhu setiap 30 detik (lakukan sampai 8 menit atau 16 data).

Buatlah grafik antara suhu vs waktu, dengan suhu sebagai ordinat dan waktu sebagai
absis. Titik beku naftalena ditunjukkan oleh bagian yang mendatar dari grafik.

E. Hasil Percobaan
Tabel Hasil Percobaan :

No. Detik Ke - Suhu

1. 30 81 oC
2. 60 76 oC
3. 90 74 oC
4. 120 73 oC
5. 150 73 oC
6. 180 73 oC
7. 210 73 oC
8. 240 73 oC
9. 270 70 oC
10. 300 68 oC
11. 330 62 oC
12. 360 59 oC
13. 390 55 oC
14. 420 51 oC
15. 450 48 oC
16. 480 45 oC

GRAFIK :
E. Pembahasan

Percobaan ”Sifat - sifat larutan” ini membahas tentang salah satu sifat dari
koligatif larutan yaitu kenaikan titik didih larutan dan penurunan titik beku. Larutan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan naftalena. Naftalena adalah
hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna putih dengan rumus
molekul C10H8 dan berbentuk 2 cincin benzena yang bersatu. Naftalena paling banyak
dihasilkan dari destilasi tar batu bara dan sedikit dari sisa fraksionasi minyak bumi.
Naftlena umumnya di sebut kapur barus. Metode analisis yang digunakan dalam
percobaan ini adalah metode analisis kualitatif.

Percobaan ini pada dasarnya bertujuan untuk menentukan berat molekul (Mr)
naftalena berdasarkan penurunan titik beku larutan, langkah pertama yang dilakukan
yaitu dengan cara mendinginkan larutan naftalena dalam tabung reaksi sambil
mengaduk larutan.
Fungsi dari pengadukan adalah agar larutan merata (suhu larutan merata).
Tahap selanjutnya yaitu menentukan titik beku larutan. Mencari suatu titik didih yang
konstan, maka percobaan dilakukan sebanyak 16 kali dengan waktu yang bervariasi.
Waktu yang digunakan adalah 30 - 480 detik.
Suhu mula-mula dari larutan naftalena yang telah dipanaskan adalah 81°C, pada
detik ke 60 suhunya turun menjadi 76o C, pada detik ke 90 suhunya turun menjadi 74o
C, saat detik ke 120 hingga 240 suhu konstan menjadi 73o C, semakin lama setelah itu
suhu menggalami penurunan hingga detik ke 480 suhu menjadi 45o C. Dari percobaan
di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan
membuat grafik dari hasil percobaan sehingga suhu konstan pada larutan akan ditarik
garis lurus seperti pada grafik yang menunjukkan titik beku.

F. Kesimpulan
1. Titik beku naftalena ditunjukkan oleh bagian yang mendatar dari grafik, karna
titik beku larutan adalah suhu dimana kristal – kristal pertama berada dalam
keseimbangan dengan larutan.
2. Suhu konstan atau titik bekunya dari larutan naftalena adalah 73oC
3. Konsentrasi larutan berbanding lurus dengan penurunan titik beku larutan
G. Daftar Pustaka

http://silversstory.blogspot.co.id/2013/07/laporan-praktikum-sifat-koligatif.html
http://laporan-kita.blogspot.co.id/2011/06/penurunan-titik-beku-larutan.html
http://www.academia.edu/805345/LAPORAN.PENENTUAN.TITIK.BEKU.LARUTAN
Anonim. 2010. Sifat Koligatif Larutan. http://www.chem-is-try.org/materi-
kimia/kimia.com

Yogyakarta, 23 Mei 2016


Disetujui Oleh Diperiksa Oleh Dibuat Oleh

Dosen Pengampu Asisten Praktikan

Anggiyani REN., M.Pd Rani Dwestiwati Citra W


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai