Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“PENENTUAN MASSA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK
BEKU”

Dosen Pembimbing :
ANDRE YUSUF TRISNA P. S.TP., M.SC

NAMA : Regita Widya Pramesti


NPM : 21033010013
Kelompok : A1
Tanggal Praktikum : 16 November 2021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021 - 2022
DASAR TEORI :

Campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang komposisinya merata atau serba sama
homogen disebut dengan Larutan. Suatu larutan dapat terdiri dari suatu zat terlarut atau lebih
dan satu macam pelarut, tetapi umumnya terdiri dari satu zat terlarut dan satu pelarut. Berbicara
tetang larutan, kata-kata solven pelarut dan solute zat yang terlaarut sudah umum disebutkan,
Solven sebagai komponen yang secara fisik tidak berubah jika larutan terbentuk, sedangkan
solute sebagai semua komponen yang larut dalam pelarut (Rusman, Rahmayani, & Mukhlis,
2018).

Identifikasi jenis suatu zat dapat dilakukan dengan menentukan nilai massa molarnya.
Ada cara sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan massa molar suatu zat, yaitu
dengan teknik berdasarkan sifat koligatif. Ada empat sifat koligatif larutan, diantaranya adalah
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap jenuh, dan tekanan osmosis.

Di sekitar kita banyak terjadi perubahan fase suatu zat. Dalam hal ini yang paling sering
ditemui adalah perubahan dari fase cair menjadi fase padat atau yang disebut membeku. Hal ini
terutama terjadi di negara yang memiliki 4 musim, karena memiliki musim dingin. Negara yang
memiliki musim dingin akan mengalami proses pembekuan yang berlangsung cepat. Apapun
yang ada pasti akan mengalami proses pembekuan secara cepat. Oleh karena itu untuk mengatasi
hal tersebut dilakukan upaya penurunan titik beku.

TUJUAN :

Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui, memahami, serta
mengidentifikasi suatu jenis zat berdasarkan nilai massa molar. Menentukan titik beku larutan
dan menentukan berat molekul senyawa contoh.
TINJAUAN PUSTAKA :

Larutan merupakan campuran homogen yangmembentuk satu fasa, yaitu mempunyai sifat
dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain di dekatnya. Kebanyakan
larutan mempunyai salah satu komponen yang besar jumlahnya. Komponen yang besar itu
disebut pelarut (solvent) dan yang lain disebut zat terlarut (solute). Untuk menyatakan komposisi
larutan secara kuantitatif, digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat
terlarut dengan pelarut. Perbandingan itu dapat diungkapkan dengan dua cara yaitu:

 jumlah zat terlarut terhadap jumlah pelarut.


 jumlah zat terlarut terhadap jumlah larutan.

Berdasarkan hal ini, muncullah beberapa satuan konsentrasi, seperti kemolaran, kemolalan dan
fraksi (Tim Penyusun, 2019).

Zat yang jumlahnya lebih sedikit dalam suatu larutan disebut dengan zat terlarut.
Sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lainnya yang ada di dalam sebuah
larutan disebut dengan zat pelarut (Styarini, 2012).

Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter,
dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan
garam dalam alcohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan
garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat,
gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air
misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan
cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut.
Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40
% air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula
karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal)
menjadi terlarut (menyerupai air) (Roni & Herawati, 2020).
Sifat pada larutan dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi
larutan dapat digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat
terlarut terhadap pelarut (Khikmah, 2015). Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap
larutan, maka dibutuhkan energi yang berbeda pula, yang nantinya akan memengaruhi titik didih
larutan (Wolke, 2003 dalam Putri, Prihandono, & Supriadi, 2017).
Sifat larutan berbeda dari sifat pelarut murninya. Sifat ini disebut dengan sifat koligatif
larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada macamnya zat
terlarut, tetapi bergantung pada jumlah partikel zat yang terlarut di dalam larutan (Sunarya &
Setiabudi, 2007). Sifat kolegatif larutan meliputi penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan juga tekanan osmotic (Sitanggang, 2019).
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut, tetapi bergantung pada jumlah zat terlarut. Zat-zat terlarut yang memengaruhi sifat
koligatif larutan adalah zat yang sukar atau tidak mudah menguap nonvolatile. Sifat koligatif
larutan menggunakan satuan mold an fraksi mol. Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam
1 kg pelarut. Fraksi mol adalah jumlah mol fraksi suatu zat di dalam suatu larutan (Sunarya &
Setiabudi, 2007).
Titik beku adalah suhu pada saat teradi kesetimbangan yang setara untuk larutan 1 mol.
Titik beku adalah titik dimana air mulai membeku. Titik beku normal suatu zat adalah suhu pada
saat zat meleleh atau membeku pada tekanan 1 atm (keadaan normal). Jika suatu zat terlarut
ditambahkan pada suatu pelarut murni hingga membentuk larutan maka titik beku pelarut murni
akan mengalami penurunan. Misalnya, titik beku normal air adalah 0oC. Namun dengan adanya
zat terlarut pada suhu 0oC air belum membeku. Jadi selisih titik beku pelarut (Tfo) dengan titik
beku larutan (Tf) disebut penurunan titik beku (ΔTf) (Tim Penyusun, 2019).
Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada kesetimbangan pelarut dalam
larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga bergantung pada kesetimbangan pelarut dengan
pelarut murni (air). Pada saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai titik beku atau titik
didihnya (Wahyuni, 2013). Masing-masing pelarut memiliki harga tetapan penurunan titik beku
(Kf) tersendiri.
Dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni.
Hal ini menyebabkan penurunan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan penurunan
titik beku pelarut murni. Selisih temperatur titik beku larutan dengan titik beku pelarut murni
disebut penurunan titik beku (ΔTf) (Ahmad & Netty, 2020).

ΔTf = Tf pelarut murni – Tf larutan

Menurut Hukum Backman dan Raoult bahwa penurunan titik beku dan kenaikan titik
didih berbanding langsung dengan molalitas yang terlarut di dalamnya. Hukum tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut (Ahmad & Netty, 2020).
Untuk penurunan titik beku non elektrolit persamaannya dinyatakan sebagai :

ΔTf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf

Untuk penurunan titik beku elektrolit persamaannya dinyatakan sebagai:

ΔTf = m . Kf . I (Ahmad & Netty, 2020)


Dimana:
ΔTf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan
sebagai:
Tf = (O – ΔTF) °C

(Ahmad & Netty, 2020)


ALAT DAN BAHAN :

Alat

No. Alat
1. Tabung Reaksi
2. Thermometer
3. Statif dan Klem
4. Kawat Kassa
5. Batang Pengaduk
7. Gelas Beaker
8. Pipet
9. Timbangan
Bahan

No. Bahan
1. Es Batu
2. Naftalein
3. Asam Asetat
4. Air
CARA KERJA

1. Menentukkan Titik Beku Pelarut

Asam asetat Menyiapkan tabung reaksi


20 mL

Menyiapkan tabung reaksi berserta tutup yang mempunya 2


lubang

Menyiapkan gelas beaker yang berisi es batu

Memasukkan tabung reaksi yang telah dipasang penutup ke


gelas beaker yang berisi es batu

Mengamati dan mencatat suhu dan aduk secara perlahan


kemudian amati perubahan suhu setiap 15 detik selama 6-8
menit
2. Menentukan Berat Molekul Senyawa

Naftalein 1 Menyiapkan tabung reaksi yang berisi pelarut


gram

Campur-an Mengaduk larutan hingga sempurna


larutan

Menyiapkan gelas beaker yang berisi

Mengamati dan mencatat suhu dan aduk secara perlahan


kemudian amati perubahan suhu setiap 15 detik selama 6-8
menit
HASIL PENGAMATAN

Berat tabung Berat tabung


Larutan Waktu (menit) Suhu (°C)
reaksi kosong reaksi + pelarut
5 6
Zat X
6 6 48,0225 gram 67,5800 gram
(2,0012 gram)
7 6
7 9
Naftalein 48,2629 gram 68,8192 gram
8 9
(2,0006 gram)
9 9
8 11
CH3COOH 9 11 48,0929 gram 68,2848 gram
10 11

12

10

8
Suhu (oC)

6 CH3COOH
Naftalein
4
Zat X

0
5 6 7 7 8 9 8 9 10
Waktu (Menit)
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas tentang penentuan massa molar berdasarkan titik beku.
Larutan merupakan campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang komposisinya merata atau serba
sama homogenya. Larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Rusman, Rahmayani, & Mukhlis, 2018).

Sifat larutan memiliki sifat yang berbeda dari pelarut murninya. Sifat larutan tersebut
adalah sifat koligatif. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada
macamnya zat terlarut, tetapi bergantung pada jumlah partikel zat yang terlarut di dalam larutan.
Menurut Sitanggang (2019) Sifat kolegatif larutan meliputi penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan juga tekanan osmotic.

Dalam praktikum kali ini, praktikan akan mengamati penurunan titik beku, menentukan
titik beku larutan dan menentukan berat molekul senyawa contoh dengan menggunakan larutan
asam asetat, Naftalein, Air dan Es Batu. Seperti yang diketahui titik beku adalah suhu pada saat
terjadi kesetimbangan yang setara untuk larutan 1 mol. Untuk memulai praktikum maka pratikan
harus menyiapkan alat dan bahan praktikum yaitu tabung reaksi, thermometer, statis dan klem,
kawat kassa, batang pengaduk dan gelas beaker. Sedangkan bahan yang harus disiapkan adalah
asam asetat, air, Naftalein, dan es batu.

Pada percobaan pertama, menentukan titik beku pelarut. Langkah pertama yang dilakukan
praktikan adalah memasukkan 20 mL larutan asam asetat kedalam tabung reaksi kemudian
menyiapkan tabung reaksi beserta tutup yang mempunyai dua lubang, satu lubang untuk
thermometer dan satu lubang lagi untuk pengaduk. Langkah selanjutnya siapkan gelas beaker
yang berisi es batu. Masukkan tabug reaksi yang telah dipasang penutup ke dalam gelas beaker
yang berisi es batu. Catat suhu awal dan aduk secara perlahan. Amati perubahan suhu tiap 15
detik selama 6-8 menit.
Percobaan yang selajutnya adalah menentukan berat molekul senyawa contoh. Langkah
pertama adalah timbang 1 gram Naftalein dan masukkan ke dalam tabung reaksi berisi pelarut
kemudian aduk hingga larut sempurna. Masukkan campuran larutan tersebut kedalam gelas
beaker berisi es batu. Catat suhu awal dan aduk secara perlahan. Amati perubahan suhu tiap 15
detik selama 6-8 menit.

Melalui hasil pengamatan, diperoleh bahwa Zat X (2,0012 gram) pada waktu 5 menit, 6
menit dan 7 menit didapatkan suhu yang sama yaitu sebesar 6oC. Berat tabung reaksi kosong
adalah 48,0225 gram, kemudian setelah berat tabung reaksi setelah diisi dengan larutan adalah
67,5800 gram. Massa yang diperoleh adalah 0,017 kg. Mr Zat X adalah 92 gr/mol. Kemudian
melalui hasil pengamatan Naftalein (2,0006 gram) pada waktu 7 menit, 8 menit dan 9 menit
didapatkan suhu yang sama yaitu sebesar 9oC. Berat tabung reaksi kosong adalah 48,2629 gram,
kemudian setelah berat tabung reaksi setelah diisi dengan larutan adalah 68,8192 gram. Massa
yang dipeoleh adalah 0,018 kg. Dan melalui hasil pengamatan CH3COOH pada waktu 10 menit,
11 menit dan 12 menit didapatkan suhu yang sama yaitu sebesar 11oC. Berat tabung reaksi
kosong adalah 48,0929 gram, kemudian setelah berat tabung reaksi setelah diisi dengan larutan
adalah 68,2848 gram. Massa yang diperoleh adalah 0,02 kg.

KESIMPULAN

1. Sifat koligatif adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan.
2. Titik beku adalah temperatur pada saat tekanan uap cairan sama (setimbang)
dengan tekanan uap padatannya.
3. Penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus
dengan molaritas larutan.
4. Jika berat jenis zat terlarut bertambah, maka akan menurunkn titik beku dan
menaikkan titik didih pelarut murninya.
DAFTAR PUSTAKA :

Ahmad, K., & Netty, H. (2020). Kimia Fisika II. Palembang: Rafah Press UIN Raden Fatah Palembang.

Fitriana, N., & Irwaninda, F. (n.d.). Penurunan Titik Beku. Semarang: Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia
Universitas Negeri Semarang.

Khikmah, N. (2015). Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Air Pada Penentuan Kreatinin Dalam Urin
Secara Sequential Injection Analysis. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1(1).

Putri, Laili Mei Ari, Trapsilo Prihandono, dan Bambang Supriadi. (2017). Pengaruh Konsentrasi Larutan
Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol. 6(2).

Roni, K., & Herawati, N. (2020). Kimia Fisika II. Palembang: Rafah Press.

Rusman, Rahmayani, R. F., & Mukhlis. (2018). Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.

Sitanggang, S. (2019, November Kamis). Retrieved from


http://repositori.kemdikbud.go.id/20275/1/Kelas%20XII_Kimia_KD%203.1.pdf

Styarini, L. (2012). Perancanangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan


Metofe Difraksi. Jurnal Teknik Pomit, Vol. 1(1).

Sunarya, Y., & Setiabudi, A. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT Grafindo Media
Pratama.

Tim Penyusun, e.-M. (2019). Kimia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Wahyuni, S. (2013). Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
APPENDIX :
1. Berat tabung reaksi + 20 mL CH3COOH = 68,2428 gr
48,0929 gr + 20 mL CH3COOH = 68,2428 gr
20 mL CH3COOH = 68,2428 gr – 48,0929 gr
20 mL CH3COOH = 20,1919 gr
20 mL CH3COOH = 0,0201919 kg
20 mL CH3COOH = 0,02 kg
2. Berat tabung reaksi + 20 mL CH3COOH + Naftalein = 68,8192 gr
48,2629 gr + 20 mL CH3COOH + 2,0006 gr = 68,8192 gr
20 mL CH3COOH + 50,2635 gr = 68,8192 gr
20 mL CH3COOH = 68,8192 gr - 50,2635 gr
20 mL CH3COOH = 18,5557 gr
20 mL CH3COOH = 0,018557 kg
20 mL CH3COOH = 0,018 kg
3. Berat tabung reaksi + 20 mL CH3COOH + Zat X = 67,5800 gr
48,0025 gr + 20 mL CH3COOH + 2,0012 gr = 67,5800 gr
20 mL CH3COOH + 50,0237 gr = 67,5800 gr
20 mL CH3COOH = 67,5800 gr - 50,0237 gr
20 mL CH3COOH = 17,5563 gr
20 mL CH3COOH = 0,0175563 kg
20 mL CH3COOH = 0,017 kg
4. Diket = Tof = 11oC
Tf = 11oC
∆Tf = 11oC – 6oC = 5oC
Kf asam asetat = 3,90oC/m
Gr Zat X = 2,0012 gram
Kg Asam asetat = 0,017 kg
Ditanya = Mr Zat X
Kf x gr Zat X
Mr Zat X = ∆Tf x kg asam asetat
3,90 𝑥 2,0012
= 5 𝑥 0,017
7,80468
= 0,085

= 91,81 gr/mol
= 92 gr/mol
LAMPIRAN :

Anda mungkin juga menyukai