I. Tujuan
1. Menentukan tetapan penurunan titik beku melalui pelarut
2. Menentukan BM zat mol volatile
Naftalen merupakan hidrokarbon padat berwarna putih yang diperoleh dari penyulingan
fraksional batu bara. Naftalen mudah terbakar dan menguap, dikenal sebagai naftalen
terkapur atau naftena (Anonim, 2015).Dengan adanya NaCl (atau garam lainnya), suhu
beku larutan lebih rendah dibandingkan air murni, dan semakin rendah seiring
bertambahnya konsentrasi garam (Conde, dkk., 2018).
Bahan:
Asam asetat glasial
Naftalein
Es batu
Zat X
NaCl
Aquadest
Pada praktikum Farmasi Fisika telah dilakukan pengamatan Penentuan Titik Beku
Larutan. Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat
penting dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur
tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat
kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan
kristal padat darifasa cairnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik
Praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung tetapan penurunan titik beku molal
pelarut serta menghitung berat molekul zat X yang tidak diketahui dengan menggunakan
data-data titik beku yang diperoleh. Fungsi penambahan garam pada praktikum kali ini
adalah agar es yang terdapat dalam beaker glass tidak cepat untuk mencair. Setelah itu
dimasukkan dengan naftalein zat non volatile yang berfungsi agar dapat menurunkan
energi bebas dari pelarut sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase
uapnya akan menurun, oleh sebab itu tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih
rendah jika dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni.
Pada pengamatan titik beku asam asetat glasial diperoleh hasil akhir yaitu hingga 16°C
selama 4 menit dimulai dari suhu 31°C. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan literatur
dimana asam asetat pekat atau disebut asam asetat glasial adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Selanjutnya, naftalein ditambahkan dengan
asam asetat glasial menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan
karena adanya penurunan titik beku yaitu masuknya zat terlarut yang mengakibatkan
titik bekunya menjadi berkurang. Perbedaan titik beku akibat adanya partikel zat terlarut
disebut penurunan titik beku. Larutan yang mengandung zat terlarut tak volatile dapat
menurunkan titik beku pelarut. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut yang diberikan
atau ditambahkan dalam suatu larutan, maka akan semakin besar penurunan titik
bekunya. Setelah asam asetat glasial dilarutkan dengan naftalein menghasilkan titik beku
yang lebih rendah yaitu -4 °C. Oleh karenanya dapat dihitung penurunan titik beku dari
larutan asam glasial dan naftalien yaitu 20°C. Pada perhitungan penurunan titik molal
pelarut (Kf) dari asam cuka glasial dan naftalein diperoleh hasil 0,0093 °C Kg/mol.
Selanjutnya zat tersebut dibiarkan mencair kembali dan ditambahkan dengan larutan zat
titik beku pada derajat ke-1, dimana jika dalam literatur titik beku yang dihasilkan lebih
rendah dari -4°C, perbedaan antara teori dan percobaan yang dilakukan terjadi karena
faktornya yaitu penambahan es yang terlalu lama. Oleh karenanya dapat dihitung
penurunan titik beku dari larutan asam glasial, naftalein, dan zat X yaitu 5°C. Dan
VII. Kesimpulan
● Semakin banyak waktu yang diberikan maka akan semakin rendah titik beku yang
dihasilkan
● Faktor pemberian es batu sangat berpengaruh dalam proses menentukan titik beku
● Semakin banyak zat telarut yang dimasukkan dapat memberikan hasil titik beku yang
lebih rendah
● Rumus perhitungan Kf (penurunan titik molal pelarut) dan BM (berat molekul) saling
berhubungan
Daftar Pustaka
Oktaviani, Elmina. 2016. Pengembangan Virtual Lab untuk Praktikum Penurunan Titik
Roni. K. A, dan Herawati, N. 2020. Kimia Fisika ll. Rafah Press UIN Raden Fatah
Palembang.
Susi, Rusdiani., dkk. 2017. Perbandingan Sifat Koligatif Campuran Larutan Garam
Tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas beker yang telah diisi es batu, garam, dan air.