Di susun oleh :
NIS : 10806
Nomor Kelompok 3
11 Agustus 2018
Penurunan Titik Beku dalam kehidupan sehari-hari titik beku biasa kita sebut dengan
pembekuan. Hal ini karena titik beku merupakan sebuah kondisi dimana suhu suatu zat yang
terbentuk ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Sehingga
mengakibatkan adanya perubahan bentuk zat yang awalnya cair menjadi padat. Proses pembekuan
ini dapat terjadi karena adanya penurunan suhu, yang membuat jarak antar partikel semakin dekat
dan terjadi terjadi gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat sehingga membuat molekul-
molekul berdekatan.
Atau penurunan titik beku juga dapat diartikan sebagai perbedaan titik beku yang diakibatkan
karena adanya partikel-partikel zat terlarut. Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf).
Penurunan titik beku larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan. Untuk menentukan
besarnya titik beku larutan tersebut membutuhkan dua hal berikut:
1. Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas
2. Konstanta penurunan titik beku pelarut atau tetapan penurunan titik beku molal (Kf )
Rumus untuk menentukan penurunan titik beku (∆Tf ) adalah:
Keterangan :
∆Tf = Penurunan titik beku
Kf = Tetapan penurunan titik beku molal
n = Jumlah mol zat terlarut
p = Massa pelarut
i = Faktor Van’t Hoff
Dalam bidang thermodinamika konstanta titik beku (Kf) lebih dikenal dengan istilah
“Konstanta Kriokopik”. Faktor Van’t Hoff (i) merupakan sebuah parameter yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar zat terlarut berpengaruh terhadap sifat koligatif. Faktor Van’t Hoff
diperoleh dengan menghitung besarnya konsentrasi sesungguhnya zat terlarut yang ada dalam
larutan kemudina dibandingkan dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya.
Pada larutan non elektrolit faktor Van’t Hoffnya adalah 1 sehigga faktor Van’t Hoff (i) tidak wajib
ditulis dalam perhitungan untuk larutan non elekrolit. Secara teori, faktor Van’t Hoff dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
3. Jumlah Partikel
Semakin banyak jumlah partikel dari zat terlarut, maka akan semakin rendah titik
bekunya. Sedangkan jika jumlah partikel dari zat terlarut lebih sedikit, maka titik bekunya
pun akan semakin tinggi. Dalam konsentrasi yang sama, jumlah partikel pada larutan
elektrolit akan lebih banyak daripada jumlah partikel yang ada pada larutan non elektrolit.
4. Molalitas
Semakin besar molalitas sebuah larutan, maka nilai penurunan titik beku nya akan
semakin tinggi. Sedangkan jika molalitas sebuah larutan semakin kecil, maka nilai
penurunan titik bekunya akan semakin rendah pula. Hal ini karena hasil penurunan titik beku
selalu berbanding lurus dengan molalitas larutan tersebut.
5. Kemurnian Zat
Ketika kita mencoba bandingan dengan membekukan sebuah zat pelarut murni dan
sebuah larutan dalam suhu yang sama, maka yang akan lebih cepat membeku adalah zat
pelarut murni. Hal ini karena titik beku zat pelarut murni selalu lebih tinggi daripada zat
pelarut yang telah tercampur dengan zat terlarut dan menjadi larutan. Adanya zat terlarut
dalam sebuah larutan itulah yang membuat terjadinya penurunan titik beku, sehingga titik
beku pelarut murni akan selalu lebih tinggi daripada titik beku sebuah larutan.
4. Mencairkan salju
Pada daerah-daerah yang mempunyai musim salju, setiap kali hujan salju turun ini akan
membuat jalanan dipenuhi oleh salju. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kendaraan yang
ingin melaju. Untuk mengatasi hal tersebut, jalanan bersalju ditaburi dengan campuran NaCl
dan CaCl2. Taburan garam ini dapat mempercepat proses mencairnya salju. Semakin
banyak garam yang ditaburkan, proses pencairan salju akan semakin cepat dan salju yang
dicairkan pun akan semakin banyak.
V. Data Pengamatan
Kemolalan Titik beku ∆Tf
NO Larutan
(mol/kg) (°C) (°C)
1 Air suling - 0° 0
2 Larutan Urea 1m -2° 2
3 Larutan Urea 2m -5° 5
4 Larutan NaCl 1m -2° 2
5 Larutan NaCl 2m -5° 5
VI. Pembahasan
Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting dari
suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat
mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan memiliki
tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil ke dalam suatu pelarut menyebabkan terjadinya
penurunan titik beku. Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan
molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang lebih
rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang menyebabkan
terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya ditambahkan zat terlarut.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat
pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik bekunya
semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan
titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh mengenai penurunan titik beku, diperoleh titik beku
larutan NaCl 1 molal adalah -0,4°C sedangkan 2 molal adalah -0,8°C. Titik beku 1 molal urea adalah
-0,2°C sedangkan 2molal adalah -4°C. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak jumlah partikel
zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula.
Hal tersebut juga sesuai dengan teri-teori yang sudah dijelaskan, yaitu titik beku adalah suhu
pada saat larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm. Titik beku normal air adalah 0°C. Jika
air murni didinginkan pada suhu 0°C, maka air tersebut akan membeku dan tekanan uap
permukaannya sebesar 1 atm. Tetapi, bila kedalamnya dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap,
maka pada suhu 0°C ternyata belum membeku dan tekanan uap permukaannya lebih kecil dari
1atm. Supaya larutan membeku tekanan uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat
dicapai bila suhu larutan diturunkan (Yazid, 2005) dan setiap larutan memiliki nilai titik didih dan titik
beku. Nilai titik dididh dan titik beku larutan masing-masing berbeda. Misalnya saja air, air meiliki titik
didih sebesar 100˚C dan mempunyai nilai titik beku sebesar 0˚C. Titik didih dan titik beku air tadi
tentu berbeda dengan larutan lainnya (Annisa, 2008).
Dalam praktikum ini digunakan pula garam dapur sebagai campuran dari es batu untuk
membekukan larutan. Tujuan penambahan garam ini adalah untuk membentuk cairan pendingin
dengan mencapai titik beku yang dibawah nol. Pada percobaan ini cairan pendingin dibuat dengan
mencampurkan garam dapur dengan es batu dalam penangas. Pada campuran itu es batu akan
mencair sementara suhi turun. Selanjutnya larutan dalam tabung reaksi dimasikkan ke dalam cairan
pendingin tersebut sehingga larutan membeku. Larutan garam mempunyai titik beku yang lebih
rendah dari 0 °C, es batu tadi akan turun suhunya sampai titik beku air garam tercapai. Maka, larutan
dikelilingi oleh larutan garam yang temperaturnya lebih rendah dari 0 °C sehingga dapat membeku.
Hasil pengamatan tidak sesuai dengan hipotesis. Menurut teori, seharusnya larutan dengan
konsntrasi molal yang lebih tinggi akan memiliki penurunan titik beku yang lebih tinggi pula karena
adanya perbedaan jumlah partikel dalam larutan. Juga, larutan elektrolit seharusnya memiliki
penurunan titik beku yang lebih besar dari pada larutan Non elektrolit. Korelasinya, larutan elektrolit
mempunyai gaya tarik-menarik ikatan yang lebih kuat dari pada non elektrolit, maka larutan elektrolit
mempunyai energy yang lebih besar. Maka dari itu, penurunan titik bekunya lebih besar dari pada
larutan non elektrolit.Namun dari hasil pengamatan, peneliti menemukan bahwa urutan Titik Beku
dari yang paling rendah adalah; 1 molal urea, 0,1molal urea, 0,1 molal NaCl, dan aquades.
Hasil yang tidak sesuai dengan teori biasanya disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam
praktikum. Kesalahan yang mungkin tidak sengaja dilakukan oleh peneliti di sini adalah; peneliti
mengangkat & mengeluarkan tabung reaksi dari gelas kimia plastik terlalu lama. Hal ini menyebakan
titik bekunya turun. Sehingga keakuratan hasil pengamatan tidak sama dengan teori.
Jawab :
1. Membeku merupakan perubahan dari fase cair ke padat. Titik beku adalah suhu dimana
tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah
daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih
dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap
larutan memiliki titik beku yang berbeda.
2. a) Titik beku larutan
Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin rendah titik bekunya karena larutan NaCl
merupakan larutan elektrolit sehingga terurai atas ion – ion
b) Penurunan titik beku larutan
Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin besar penurunan titik beku karena selain
dipengaruhi kemolalan, penurunan titik beku juga dipengaruhi oleh jenis larutannya yakni
apakah elektrolit atau non elektrolit.
3. Larutan elektorlit NaCl memiliki titik beku larutan lebih rendah dari pada larutan urea.
4. Pengaruh kosentrasi terhadap titik beku larutan dan penurunan titik bekunya yaitu, besarnya
penurunan titik beku sebanding dengan kosentrasi molal (m), jadi apabila konsentrasinya besar
maka harga penurunan titik bekunya besar juga.
5. Garam dapur yang terdapat dalam campuran pendingin berfungsi menghambat proses
pencairan es, sehingga dapat membantu kita dalam melakukan penganalisisan terhadap titik
beku larutan yang diuji tersebut.
6. Dari uraian data diatas, dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut :
Yang pertama adalah bahwa penambahan zat terlarut pada suatu pelarut murni akan
menyebabkan turunnya suhu titik beku dari pelarut murni tersebut (Larutan akan memiliki titik
beku lebih rendah dibandingkan titik beku pelarut murni). Semakin banyak waktu yang diberikan,
maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan. Dari penelitian yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
Proses terjadinya penurunan titik beku dikarenakan adanya perubahan dari tekanan
uap, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut lain maka titik bekunya akan berubah
(nilai titik beku akan berkurang).
Keadaan titik beku pelarut murni setelah dicampur zat terlarut akan menjadi lebih rendah
dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0oC, zat terlarut akan berpengaruh
pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu pelarut murni, zat terlarut akan
menyebabkan turunnya suhu titik beku dari pelarut murni tersebut.
Garam dapur berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es
batu tidak akan membeku pada suhu 0oC, sehingga ketika sebuah tabung reaksi diletakkan
didalam gelas kimia, akan terbentuk sebuah sistem antara larutan es batu yang suhunya 0°C(l)
dengan larutan uji yang ada didalam tabung reaksi.
Suatu zat terlarut dalam larutan dapat diubah sifat dari larutan tersebut yang disebut
dengan sifat koligatif.Penurunan titik beku tidak tergantung pada komposisi kimia dari zat
tersebut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan, kemolalan larutan,
massa zat terlarut dan massa pelarutnya.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami laksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Titik beku larutan (yang dalam hal ini digunakan larutan urea dan NaCl) memiliki titik beku yang
lebih rendah dibandingkan dengan titik beku air (pelarut murni) karena di dalam larutan urea
dan NaCl terkandung zat terlarut berupa molekul-molekul urea dan molekul-molekul NaCl yang
menyebabkan terhalangnya molekul-molekul air untuk membeku sehingga dibutuhkan suhu
yang lebihrendahuntukmembekukanlarutan urea danNaCltersebut.
2. Makin besarmolalita slarutan, makin tinggi penurunan titik beku larutan
3. Penurunan titik beku larutan (ΔTf) berbanding lurus dengan molalitas larutan
4. Titik beku larutan elektrolitlebihrendahdaripadalarutannonelektrolitpadakemolalan yang sama,
dikarenakanlarutanelektrolitterurai sehingga jumlah partikelnya lebih banyak dibandingkan
larutan nonelektrolit
5. Pada konsentrasi yang sama penurunan titik beku(ΔTf) larutan elektrolit akan lebih besar
dibandingkan larutan non elektrolit, Karena penurunan titik beku(ΔTf) larutan elektrolit
dipengaruhi oleh factor Van’t Hoff
IX. Lampiran foto-foto kegiatan praktik kimia