Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis
zat terlarut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut
dalam larutan. Jadi sifat ini tidak tergantung pada jenis solusi. Ciri
keempat adalah penurunan tekanan uap, meningkatkan titik didih,
titik beku depresi dan tekanan osmotik.

Sifat koligatif Larutan

Sifat koligatif dapat berdiferensiasi menjadi dua macam, yaitu sifat


larutan elektrolit dan non-elektrolit. Itu karena zat terlarut dalam
larutan elektrolit meningkat jumlahnya karena mengionisasi,
sedangkan zat terlarut dalam larutan elektrolit jumlah tetap non
karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan ketentuan Non-
elektrolit sifat koligatif lebih rendah dari sifat larutan elektrolit.
Jenis-Jenis Sifat Koligatif Larutan
Berikut ini adalah jenis-jenis dari Sifat Koligatif Larutan, sebagai
berikut:

 Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit


Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat
koligatif larutan elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak
dapat mengurai menjadi ion-ion nya. Maka Sifat koligatif larutan
non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung  tekanan uap,
titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat
koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu
larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut
murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini
disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya
jika sangat encer.

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak


bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut,
tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu
larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar
dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif
larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat koligatif
larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan
persamaan untuk sifat koligatif larutan non elektrolit,
menurut Van’t Hoff  besarnya selalu tetap dan diberi simbol i (i =
tetapan atau faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan:
i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat
koligatif larutan nonelektrolit dengan kosentrasi m

Keterangan:
n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)
α = derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat α = 1)
Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar,
yaitu semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu
molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu larutan
yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama
dengan jumlah ion.

Penurunan tekanan uap


Di tahun 1880-an kimiawan Perancis FM Roult menemukan bahwa
melarutkan zat terlarut memiliki efek penurunan tekanan uap
pelarut. Jumlah penurunan tekanan uap (ΔP) terbukti sama dengan
produk dari fraksi mol zat terlarut (Xb) dan tekanan uap pelarut
murni (PAO), yaitu:
ΔP : XB.PAo
Dalam larutan dua komponen, XA+XB = 1, maka XB = 1- XA. Juga
apabila tekanan uap pelarut di atas larutan di lambangkan PA,
maka ΔP = PAo – PA. Persamaan ΔP = XB.PAo dapat di tulis
kembali menjadi :
PAo – PA = (1-XA).PAo
dan penataan ulang persamaan ini menghasilkan bentuk umum
yang di kenal dengan hukum Roulth
PA = XA.PAo

Kenaikan titik didih


Titik didih adalah suhu di mana tekanan uap sama dengan tekanan
atmosfer. Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti untuk
cairan mendidih, tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer,
karena tekanan uap adalah knstan suhu didih cair dan akan tetap
sama. Penambahan kecepatan panas yang diberikan kepada cairan
mendidih hanya mengarah pada pembentukan uap gelembung
lebih cepat. Cairan akan mendidih lebih cepat, tetapi suhu didih
tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan tergantung pada ukuran
atmosfer.
Titik didih adalah salah satu sifat yang lebih baik yang dapat
digunakan untuk langsung memperkirakan gaya tarik seberapa kuat
antara molekul dari dalm cair. Gaya cairan yang minat yang kuat
antara molekul, titik didih tinggi dan sebalikny ketika gaya tarik
lemah, titik didih rendah.

Penurunan titik beku


Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan
tertentu dari uap pelarut, sebagaimana ditentukan oleh suhu.
Pelarut dalam larutan, juga, adalah dalam kesetimbangan dengan
tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut
dalam larutan bersama, mereka harus memiliki tekanan uap yang
sama. Jika zat terlarut ditambahkan ke solusi, tekanan uap pelarut
dan di bawah dan pembekuan, suhu pelarut murni ketika kristal
pertama mulai muncul, turun. Perbedaan ΔTf = TFO – Tf sehingga
tanda negatif, dan menurunkan titik beku dapat diamati.
Perubahan suhu ΔTf lagi berbanding lurus dengan ΔP1 uap. Untuk
konsentrasi terarut cukup rendah, titik beku depresi terkait dengan
molal molalitas m melalui
∆Tf = Tfo – Tf = -Kfm
dengan Kf adalah tetapan tetapan positif hanya bergantung pada
sifat pelarut.
Tekanan osmotik
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat koligatif karena hanya
tergantung pada jumlah zat terlarut partikel Volume kesatuan dari
solusi. Tekanan osmotik tidak tergantung pada jenis zat terlarut.
Persamaan untuk tekanan osmotik dikenal sebagai persamaan
Van’t Hoff, cocok di gunakan untuk menghitung tekanan osmotik
larutan berair. Melambangkan tekanan Π, R adalah konstanta gas
(0,0821 Latm / mol K); dan T adalah suhu dalam kelvin. N
menandatangani mengatakan mol terlarut dan V adalah volume
(dalam liter) larutan, sehingga n / V adalah solusi molalitas (M). Π
= (n/V).R.T = M.R.T

Contoh Sifat Koligatif Larutan


Berikut ini terdapat beberapa contoh sifat koligatif larutan, sebagai
berikut:

1. Contoh penurunan titik beku

Contoh penurunan titik beku dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

 Membuat Campuran Pendingin


Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku
jauh di bawah 0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es,
juga digunakan untuk membuat es putar. Cairan pendingin dibuat
dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan
mencampurkan garam dapur dengan kepingan es batu dalam
sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu akan
mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu,
campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain
yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian
dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-menerus
diaduk sehingga campuran membeku.

 Antibeku pada Radiator Mobil


Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya
ditambahkan etilen glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator
mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka radiator
kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke
dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator
menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.

 Antibeku dalam Tubuh Hewan


Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti
beruang kutub, memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan
penurunan titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut
mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku
air hingga 0,8oC.
 Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang
suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya
dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya.
Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara
lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga
mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung
glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung
gliserol dan trihalose.

 Antibeku untuk Mencairkan Salju


Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi,
jalanan dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan
sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya, jalanan bersalju tersebut
ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2.
Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin
banyak garam yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju
yang mencair.

 Menentukan Massa Molekul Relatif (M ) r

Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk


menentukan massa molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat
dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat
terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai
penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut
itu dapat ditentukan.

2. Contoh Tekanan osmosis

Contoh Tekanan osmosis dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

 Mengontrol Bentuk Sel


Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama
disebut isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih rendah daripada larutan lain disebut hipotonik.
Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis
lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke
dalam darah. Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel
agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke luar sel darah.
Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.
 Mesin Cuci Darah
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah.
Terapi menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan
molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran semipermeabel
dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat
ditembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap
berada di dalam darah.

 Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan.
Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang
berada di permukaan makanan.

 Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini
karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah
mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan
kekurangan air dalam tubuhnya.

 Penyerapan Air oleh Akar Tanaman


Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap
oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut
sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar
tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.

 Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik


Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut,
atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer.
Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan yang
lebih besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut.
Dengan memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar
daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air
asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air
tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang
cukup besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke
dalam air asin.
Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat
beracun dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

Anda mungkin juga menyukai