Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan
Dasar dari banyak teknik pemisahan fase kesetimbangan. Sebagai contoh,
distilasi proses mengeksploitasi fase uap-cair kesetimbangan uap cair dalam
beberapa kasus fase uap cair-cair kesetimbangan uap cair. Distilasi menggunakan
komposisi perbedaan uap dan fasa cair yang terjadi dalam keseimbangan. Sebuah
wajar pemahaman kesetimbangan uap cair sangat penting untuk analisis, desain, dan
kontrol distilasi kolom. Kesetimbangan cair uap dapat didefinisikan dengan fugasitas
tersebut. Pada kesetimbangan, di suhu sistem dan tekanan, fugasitas dari masingmasing komponen dalam fase uap sama dengan fugasitas dari komponen yang sama
dalam fase cair (Piia, 2012).
Pemodelan dan kontrol peralatan untuk proses kimia yang berbeda memerlukan
uap keseimbangan cairan. Data kesetimbangan uap cair biasanya diperkirakan oleh
model termodinamika berdasarkan pada kriteria fase keseimbangan fundamental
potensial kimia yang sama di kedua fase. Proses ini didasarkan pada metode
perhitungan gamma phi. Metode ini memerlukan pengetahuan tentang kegiatan dan
fugasitas koefisien dalam cairan () dan gas () tahap untuk semua komponen.
Metode lain didasarkan pada persamaan negara (EoS). Metode ini diterapkan dengan
baik untuk sistem hidrokarbon. Namun, sulit untuk menerapkan EoS untuk sistem
yang mengandung senyawa polar. Karena kompleksitas, pendekatan ini tidak cocok
untuk prediksi cepat keseimbangan cairan uap (Moghadassi, dkk. 2011).
2.2 Kesetimbangan Uap-Cair
Istilah "Vapor-Liquid Equilibrium (VLE)" mengacu pada sistem di mana fasa
cair tunggal di kesetimbangan dengan uapnya, diagram skematik keseimbangan uapcair. Dalam studi fase kesetimbangan, dimana fase yang mengandung gradien tidak
dianggap karena di dalam gradien ada terjadi kecenderungan perubahan dengan
waktu maka tidak ada keseimbangan yang terjadi. Di sisi lain, bisa ada dua atau lebih
tahap, masing-masing larutan yang homogen di seluruh, tanpa ada perubahan
properti dengan waktu, meskipun berada dalam fase kontak fisik satu sama lain.

Yang terakhir adalah kondisi yang kita dilambangkan dengan istilah "fase
kesetimbangan". Dalam kondisi fase kesetimbangan ada beberapa sifat yang sangat
berbeda antara fase yang identik untuk semua fase, untuk mencegah perubahan sifat
dalam fase individu. Kesetimbangan termodinamika menentukan bagaimana
komponen dalam campuran didistribusikan antara fase.
Sistem ini dalam keadaan setimbang, jika hanya proses reversibel yang dapat
terjadi di dalamnya. Formulasi ini memungkinkan matematis untuk mengekspresikan
kondisi kesetimbangan. Dalam mempertimbangkan sistem tertutup di mana tekanan
konstan bertindak sebagai satu-satunya kekuatan eksternal. Di dalam proses
reversibel terjadi kesetimbangan yang sangat kecil pada suhu dan tekanan konstan,
entalpi bebas dari sistem ini tidak berubah (Maya, dkk. 2012).

Gambar 2.1 Dew dan Bubble Point pada Kesetimbangan Uap-Cair


(Chistophe, dkk. 2009).
2.3 Distilasi
Setiap proses pemisahan bergantung pada prinsip pemisahan molekul-molekul.
Ada yang terpisah karena perbedaan fasa penyaring memisahkan padatan dari
cairan, ekstraktor kabut memisahkan cairan dari gas, dekanter memisahkan cairan
yang tidak bersatu. Ada yang terpisah karena terjadinya perubahan fasa dryer
menguapkan komponen seperti air, dan meninggalkan padatan nonvolatil. Distilasi
memisahkan

komponen

berdasarkan

perbedaan

kevolatilan

masing-masing

komponen (Smith, 2012).


Distilasi adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
komposisi antara campuran cairan dan uap yang dihasilkannya. Perbedaan komposisi
muncul dari perbedaan tekanan uap efektif, atau kevolatilan, dari komponen-

komponen dalam campuran. Ketika perbedaan yang demikian tidak terbentuk, seperti
pada titik azeotrop, pemisahan dengan distilasi biasa tidak mungkin dapat dilakukan.
Untuk penggunaan normal, distilasi melibatkan kondensasi dari material yang
berubah menjadi uap, biasanya pada proses penguapan atau pengondensasian banyak
senyawa, sehingga hal ini berbeda dari evaporasi, yang umumnya digunakan pada
pemisahan cairan dari padatan tetapi dapat juga digunakan pada operasi konsentrasi
cairan yang sederhana.
Distilasi sederhana melibatkan aplikasi panas pada campuran dalam bentuk
larutan, penguapan sebagian campuran, dan pemindahan panas dari bagian yang
diuapkan. Hasil larutan yang dikondensasi, dinamakan distilat, lebih banyak terdapat
pada komponen yang lebih volatile dan sisa yang tidak teruapkan lebih banyak
terdapat pada komponen yang kurang volatil. Kebanyakan distilasi komersial
menggunakan beberapa tahap untuk mendapatkan hasil yang lebih murni daripada
yang mungkin didapatkan dengan satu kali penguapan dan kondensasi.
Proses pemisahan sistem biner adalah proses dimana laju umpan masuk hanya
mengandung dua jenis komponen. Pemisahan biner umumnya dilakukan pada
percobaan, tetapi pada kebanyakan industri digunakan multikomponen.
Contoh distilasi biner yang umum adalah kolom dengan laju umpan berupa
campuran benzena dan toluena. Pada tekanan atmosfer, benzena mendidih pada 80,1
C, toluena mendidih pada 110,8 C. hal ini menyebabkan benzena bersifat lebih
volatile dibandingkan toluene. Apabila campuran benzena dan toluena dibanaskan
sampai bubble point, maka benzena akan menguap. Apabila campuran mengandung
50% benzena dan 50% toluena, uap akan mengandung lebih dari 50% benzena dan
kurang dari 50% toluena.
Pada distilasi, istilah ringan dan berat digunakan untuk membedakan
komponen-komponen. Tetapi saat digunakan pada distilasi, istilah tersebut tidak
mencerminkan berat, densitas dan hal lain yang berhubungan dengan massa.
Komponen ringan adalah komponen yang lebih volatil; komponen berat adalah
komponen yang kurang volatil.
Pada distilasi biner, komponen ringan dan berat akan muncul pada kedua aliran
produk. Komponen yang muncul pada kedua aliran produk dinamakan komponen

terdistribusi. Pada perkiraan Hengstebeck, hanya yang ringan dan berat yang
terdistribusi, asumsi yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Semua komponen laju alir yang lebih ringan keluar dengan produk distilat.
Umumnya, komponen-komponen ini adalah gas yang tidak dapat berkondensasi.
2. Semua komponen laju alir yang lebih berat keluar dengan produk bawah.
Umumnya, komponen-komponen ini adalah cairan nonvolatil (Smith, 2012).
2.3.1
1.

Jenis-Jenis Distilasi
Distilasi Sederhana
Distilasi sederhana atau distilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan
titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi
biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam
campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing

2.

Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)


Sama prinsipnya dengan distilasi sederhana, hanya distilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu
memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah
menguap dapat dilakukan dengan distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat
adalah suatu proses distilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada
kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada
setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih
banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan
cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat.

3.

Distilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen
yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain
yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan menggunakan
tekanan tinggi.

4.

Distilasi Uap
Untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik

didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi


pengubahan (rearrangement), maka zat cair tersebut tidak dapat
dimurnikan secara distilasi sederhana atau distilasi bertingkat, melainkan
harus didistilasi dengan distilasi uap. Distilasi uap adalah istilah yang
secara umum digunakan untuk distilasi campuran air dengan senyawa
yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air kedalam
campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperature yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung.
5.

Distilasi Vakum
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode
yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih
rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam
prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu
tinggi (Walangare, 2013).

2.4

Teori Sampel
2.4.1 Asam Asetat
Asam asetat atau asam metankarbosilik atau asam cuka merupakan asam
lemah dengan rumus molekul CH3COOH, berat molekul 60,052 gr/mol, titik
leleh 16,64 oC, titik didih 117,9 oC, densitas 1,0492, volum molar 57,1 cm3/mol.
Asam asetat mudah larut dalam air, terbiodegradasi di alam dalam waktu : 26,7
hari (udara), 26-46 tahun (dipermukaan air), dan 14 hari dalam sedimentasi
sungai Memiliki paruh waktu degradasi selama 26-46 tahun di permukaan air,
berdasarkan kadar radikal bebas OH (Mackay, 2006).
2.4.2

Natrium Hidroksida
Natrium Hidroksida merupakan basa kuat dengan rumus molekul NaOH,

berwarna putih, hidroskopis dan berbentuk padat, menghasilkan panas jika di


larutkan dalam air, Sangat berbahaya bila tersentuh.NaOH memiliki berat
molekul 40 gr/mol, titik leleh 319 oC, titik didih 1390 oC, kalor lebur 8,34
kJ/mol, kalor pembentukan -426,6 kJ/mol (Felder, 2005)
2.4.3

Phenolphtalein
Phenolphtalein adalah bubuk halus berwarna putih, merupakan asam

lemah dan hamper tak terionisasi. Bila bertemu dengan basa, maka
phenolphthalein akan berubah menjadi warna pink. Larutan phenolphthalein

yang telah berwarna pink dapat mempertahankan warna pinknya selama


beberapa hari hingga minggu tergantung pada jumlah phenolphthalein dan
konsentrasi basa (Teotia, 2008).
2.4.4 Air
Air merupakan cairan tak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna, yang memiliki titik didih 100 oC, titik leleh 0 oC, kalor lebur 6 kJ/mol,
kalor uap 40,656 kJ/mol, kalor pembentukan -285,84 kJ/mol dan temperature
kritis 647,4 K (Felder, 2005).

Anda mungkin juga menyukai