Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Percobaan
1. Mendapatkan nilai koefisien muai alkohol 30% dan 70% dengan Metode
Statistik.
2. Mendapatkan koefisien muai volume alkohol 30% dan 70% dengan
Metode Grafik.
3. Mendapatkan hubungan antara konsentrasi zat cair dengan koefisien muai
volumenya.

B. Dasar Teori
1. Temperatur
Temperatur merupakan ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Pada
hakikatnya, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh
molekul-molekul suatu benda. Pada saat kita memanaskan atau mendinginkan
suatu benda sampai pada temperatur tertentu, beberapa sifat fisik benda tersebut
berubah (Tipler 1998:561) Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya
perubahan temperatur benda disebut sifat termometrik. Contoh sifat termometrik
tersebut antara lain perubahan panjang logam, volume zat cair, hambatan listrik
suatu kawat, tekanan dan volume gas, serta warna filamen lampu pijar. Dengan
demikian, perubahan suatu sifat termometrik menunjukkan adanya perubahan
temperatur suatu benda.

Berdasarkan sifat termometrik tersebut kita dapat membuat alat yang


digunakan untuk mengukur temperatur suatu benda, yang disebut termometer.
Ada banyak thermometer, tapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa sifat
materi yang berubah terhadap temperatur. Untuk mengukur temperatur secara
kuantitatif, perlu didefenisikan semacam skala numerik. Skala yang paling banyak
dipakai sekarang adalah skala celcius, kadang-kadang disebut centigrade. Skala
yang paling penting dalam sains ialah skala absolute atau Kelvin (Giancoli
2001:451).

1
2. Pemuaian
Efek-efek yang lazim dari perubahan temperatur ialah perubahan ukuran dan
perubahan keadaan bahan-bahan. Bila temperatur dinaikkan maka jarak rata-rata
diantara atom akan bertambah, yang mengakibatkan suatu ekspansi dari seluruh
benda tersebut. Perubahan setiap dimensi linear seperti panjangnya, dan lebarnya
dinamakan ekspansi linear (Halliday, 1985:709). Zat tersusun atas atom,
kumpulan atom-atom membentuk molekul. Molekul molekul pembentuk
senantiasa bergerak dan menimbulkan gaya tarik menarik. Jika zat dipanaskan,
gerakan molekul-molekulnya makin cepat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
dorongan antara satu molekul dengan molekul yang lain sehingga jarak antar
molekulnya menjadi lebih besar. Molekul-molekul tersebut akan menempati
ruang yang lebih besar. Peristiwa tersebut dinamakan pemuaian (Kamajaya
2007:227). Sebaliknya, jika suatu zat didinginkan, gerakan molekul-molekulnya
menjadi lebih lambat. Gaya tarik menarik antar molekulnya menjadi lebih besar
sehingga jarak antar molekulnya menjadi kecil. Zat tersebut mengalami
penyusutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya semua zat jika
dipanaskan akan memuai dan jika didinginkan akan menyusut. Secara umum
bentuk suatu materi dapat dibedakan atas padatan, cairan dan gas. Jika sebuah
gaya diberikan pada benda padat, benda padat cenderung mempertahankan bentuk
dan ukurannya. Jika gaya ini diberikan pada zat cair, maka zat cair akan
memberikan ruang namun tidak langsung dapat ditekan. Sedangkan gas tidak
memiliki bentuk maupun volume yang tetap, gas akan menyebar memenuhi
tempatnya (Giancoli 2001:324).

Besar pemuaian sebuah benda bergantung pada jenis zat penyusun benda,
ukuran awal benda, dan besarnya kenaikan temperatur benda tersebut. Pemuaian
zat padat lebih kecil dibandingkan zat cair. Demikian juga jika dibandingkan
dengan gas. Pemuaian gas lebih besar dibandingkan pemuaian pada zat padat dan
zat cair. Jika pemuaian zat padat tidak diberi sedikit ruang, pertambahan panjang
dari zat padat akan memiliki gaya dorong yang sangat besar. Sebagai contoh, jika
sambungan satu rel dengan rel yang lain pada rel kereta api tidak diberikan celah
(jarak) saat terjadi pemuaian, rel tersebut akan melengkung. Lengkungan tersebut
terjadi akibat dari daya dorong pemuaian.

2
3. Pemuaian Zat Cair
Secara umum dapat dikatakan bahwa zat akan mengalami pemuaian jika
dipanaskan. Namun, pemuian dan penyusutan pada zat seperti yang telah
dijelaskan , tidak berlaku sepenuhnya pada air dan bismuth. Sebagai contoh,
volume air akan menyusut jika temperaturnya dinaikkan dari 00C sampai 40C.
Peristiwa tersebut dinamakan anomali. Di atas temperatur 00C sampai 40C air
memenuhi hukum pemuaian. Jika air pada temperatur 00C dipanaskan, kenaikan
temperatur akan mengakibatkan penyusutan volume air hingga pada temperatur
40C jika air tersebut terus dipanaskan, air pun akan memuai, seperti lazimnya zat-
zat yang lain. Bagaimana kondisi es dan air pada temperatur 0 0C untuk massa
yang sama? Volume es akan lebih besar daripada volume air. Hal ini berarti
bahwa massa massa jenis es lebih kecil daripada massa jenis air karena massa
jenis es berbanding terbalik dengan volume untuk massa yang sama (Young
2007:465).

Terjadinya peristiwa anomali air atau kelainan pada air dapat diterangkan
dengan mengamati bangun Kristal es. Hasil pengamatan terhadap Kristal es
menunjukkan bahwa kedudukan molekul H2O cukup teratur dengan struktur segi
enam (texagonal), struktur Kristal demikian menyebabkan molekul-molekul es
menempati ruang yang lebih besar sehingga massa jenisnya mengecil. Pada
temperatur 00C sampai 40C, struktur Kristal es terpecah. Akibat semua molekul air
mengalami perubahan struktur seperti ini, gerakan molekul yang satu menakan
molekul yang lain. Oleh karena itu, volume pada temperatur tersebut mengecil
(Kamajaya 2007:230).

Pada molekul H2O dalam bentuk zat cair, hasil penelitian menunjukkan susunan
molekul-molekulnya lebih rapat dibandingkan dalam bentuk es. Selain
rapat,molekul molekul ini dapat bergerak sehingga dapat menempati ruang yan
kosong yang ada. Oleh karena itu kerapatan air lebih besar dibandingkan dengan
es. Sehingga es akan terapung di air. Peningkatan temperatur umumnya
menimbulkan ekspansi volume, baik pada bahan padat atupun cair. Seperti pada
pemuaian linear, percobaan menunjukkan bahwa jika perubahan temperatur
tidak terlalu besar (kurang dari 1000C, atau disekitarnya), kenaikan volume
dapat dianggap berbanding lurus dengan perubahan temperatur dan volume awal

3
menyatakan sifat pemuaian volume pada bahan tertentu, disebut sebagai koefisien
pemuaian volume. Satuan adalah K-1 atau (C0)-1. Seperti pada pemuaian linear
dan berubah terhadap temperatur adalah hubungan yang disederhanakan dan
hanya berlaku untuk perubahan temperatur yang kecil (Young & Freedman
2007:463).

Koefisien muai volume pada beberapa zat cair :

Acetone : 1,5 x 10−3 K-1

Udara : 3,67 x 10−3 K-1

Alkohol : 1,1 x 10−3 K-1

Air raksa : 0,18 x 10−3 K-1

Air (200C) : 0,207 x 10−3 K-1

C. Alat dan Bahan


1) Statif (1 set)
2) Tabung reaksi (1 buah)
3) Karet sumbat (1 buah)
4) Pipa kapiler (1 buah)
5) Mistar (1 buah)
6) Gelas ukur 250 mL (1 buah)
7) Gelas ukur 100 mL (1 buah)
8) Kaki tiga (1 buah)
9) Spritus (1 buah)
10) Korek api (1 bungkus)
11) Corong plastic (1 buah)
12) Thermometer digital (1 buah)
13) Solatipe (1 buah)
14) Alkohol konsentrasi 30 % (110 mL)
15) Alkohol konsentrasi 70 % (100 mL)

4
D. Prosedur Percobaan
1) Rancang alat percobaan (set statif dan kaki tiga) seperti pada gambar
berikut.

Gambar 1 rancangan alat percobaan

2) Masukkan air kedalam gelas kimia berukuran 250 mL secukupnya

3) Letakkan gelas kimia yang telah diisi air diatas kaki tiga

4) Tuang dan ukur alkohol sebanyak 100 mL pada gelas ukur

5) Masukkan 100 mL alkohol tersebut ke dalam tabung reaksi


menggunakan corong.

6) Sumbat rapat tabung reaksi dengan karet penyumbat yang telah


disambungkan dengan pipa kapiler dan penggaris.

7) Masukan sebagian tabung reaksi kedalam air di gelas kimia lalu capitkan
ke rangkaian statif

8) Simpan sensor termometer digital tepat di bagian bawah tabung reaksi


dengan harapan suhu yang terukur lebih akurat

9) Panaskan gelas kimia dengan menggunakan spirtus

10) Ukur dan catat perubahan suhu dalam setiap kenaikankan ketinggian
alkohol sebesar 0,5 cm

11) Untuk percobaan 2 lakukan prosedur yang sama dengan menggunakan


konsentrasi alkohol yang berbeda beda

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Data Hasil Percobaan


1. Percobaan I (Konsentrasi Alkohol 30%)
Konsentrasi Alkohol = 30%
T0 = 32,4°C
L0 = 12 cm
V0 = 110 ml = 110 cm3
d = 5,42 mm = 0,542 cm
r2 = 0,073 cm2
Data Hasil Pengamatan:
Tabel 1 Data Hasil Percobaan dengan Konsentrasi Alkohol 30%

No. T (°C) ΔT (°C) L (cm) ΔL (cm)


1 37,6 5,2 12,5 0,5
2 39,7 7,3 13 1
3 41,8 9,4 13,5 1,5
4 43,2 10,8 14 2
5 44,5 12,1 14,5 2,5
6 45,8 13,4 15 3
7 47,0 14,6 15,5 3,5
8 48,0 15,6 16 4
9 49,0 16,6 16,5 4,5
10 50,0 17,6 17 5
´
∆ T = 12,26 ´
∆ L = 2,75

2. Percobaan II (Konsentrasi Alkohol 70%)


Konsentrasi Alkohol = 70%
T0 = 47,7°C
L0 = 12 cm
V0 = 100 ml = 100 cm3
d = 5,42 mm = 0,542 cm

6
r2 = 0,073 cm2
Data Hasil Pengamatan:
Tabel 2 Data Hasil Percobaan dengan Konsentrasi Alkohol 70%

No. T (°C) ΔT (°C) L (cm) ΔL (cm)


1 48,7 1 13 1
2 49,9 2,2 14 2
3 50,09 2,39 15 3
4 52,1 4,4 16 4
5 52,9 5,2 17 5
6 53,9 6,2 18 6
7 54,8 7,1 19 7
8 55,7 8 20 8
9 56,5 8,8 21 9
10 57,2 9,5 22 10
∆´T = 5,479 ∆´L = 5,5

B. Pengolahan Data
1. Percobaan I (Konsentrasi Alkohol 30%)
∆ V =V t −V 0

V t =V 0 (1+ γ ∆ T )

∆ V =V 0 (1+ γ ∆ T )−V 0

∆ V =Vo γ ∆ T
∆V
γ=
Vo ∆ T

V t =π r 2 L

∆ V =π r 2 ∆ L
Mencari perubahan volume:

∆ V 1 =( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 0,5 )=0,114 cm 3

∆ V 2 =( 3,14 ) ( 0,073 ) (1 )=0,229 cm3

∆ V 3 =( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 1,5 )=0,343 cm3

∆ V 4=( 3,14 )( 0,073 )( 2 )=0,458 cm3

∆ V 5 =( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 2,5 )=0,573 cm 3

∆ V 6 =( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 3 )=0,687 cm3

7
∆ V 7 =( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 3,5 )=0,802 cm3

∆ V 8 =( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 4 )=0,917 cm3

∆ V 9=( 3,14 ) ( 0,073 ) ( 4,5 ) =1,031cm3

∆ V 10= (3,14 ) ( 0,073 )( 5 )=1,147 cm3

Mencari koefisien muai (γ)


∆V
γ=
Vo ∆ T
0,114
γ 1= =0,0001993/° C
( 110 ) (5,2)
0,229
γ 2= =0,0002 8518/° C
(110)(7,3)
0,343
γ 3= =0,00033172/° C
(110 )(9,4)
0,458
γ 4= =0,00038552/ °C
(110)(10,8)
0,573
γ 5= =0,0004305/° C
(110 )(12,1)
0,687
γ 6= =0,00046608/° C
(110 )(13,4)
0,802
γ 7= =0,00049938/° C
(110 )(14,6)
0,917
γ 8= =0,00053438/° C
(110 )(15,6)
1,031
γ 9= =0,00056462/° C
(110 )(16,6)
1,147
γ 10= =0,00059246 /° C
(110)(17,6)
Tabel 3 Tabel Pengolahan Data dengan Konsentrasi Alkohol 30%

NO ΔT (°C) ΔL (cm) ΔV (cm3) γ (/°C)


1 5,2 0,5 0,114 0,0001993
2 7,3 1 0,229 0,00028518
3 9,4 1,5 0,343 0,00033172
4 10,8 2 0,458 0,00038552
5 12,1 2,5 0,573 0,0004305
6 13,4 3 0,687 0,00046608

8
7 14,6 3,5 0,802 0,00049938
8 15,6 4 0,917 0,00053438
9 16,6 4,5 1,031 0,00056462
10 17,6 5 1,147 0,00059246
∆´T = 12,26 ∆´L = 2,75 ∆´V = 0,6301 γ́ = 0,000428914
Mencari nilai ketidakpastian volume
∆ V =A ∆ L

∆ V =π r 2 ∆ L
1
∆ V = π d2 ∆ L
4

d ∆V= ( ∂∂∆dV ) dd +( ∂∂∆∆VL )d ∆ L


1 1
d ∆ V =( πd ∆ L ) dd+ ( π d ) d ∆ L
2
2 4

1 1
d ∆ V =( ) (3,14)(0,542)(2,75)(0,0005)+ ( ) ( 3,14 ) ( 0,542 ) (0,05)
2
2 4

d ∆ V =0,00117+0,01153=0,0127 cm3

Mencari ketidakpastian koefisien muai


∆V
γ=
Vo ∆ T

∆ γ= ( ∂∂∆γV ) d ∆ V +( ∂∂∆Tγ ) d ∆ T
1
∆ γ =(
Vo ∆ V )
d ∆V +
( Vo−∆. ∆VT ) d ∆T
2

1
∆ γ= ( 110 ×1,147 )(0,0127)+( 110−1,147
× ( 12,26 ) )
2
(0,005)

∆ γ =0,0001−0,00000003=0,0001/℃

2. Percobaan II (Konsentrasi Alkohol 70%)

∆ V =V t −V 0

V t =V 0 (1+ γ ∆ T )

9
∆ V =V 0 (1+ γ ∆ T )−V 0

∆ V =Vo γ ∆ T
∆V
γ=
Vo ∆ T
1
A=π r 2 = π d 2
4
1
A= ( 3,14 ) ( 0,542 )2=0,23 cm2
4
∆ V =A ∆ L
Mencari perubahan volume:

∆ V 1 =( 0,23 ) (1 ) =0,23 cm 3

∆ V 2 =( 0,23 ) (2 )=0,46 cm 3

∆ V 3 =( 0,23 ) ( 3 )=0,69 cm 3

∆ V 4=( 0,23 )( 4 )=0,92cm 3

∆ V 5 =( 0,23 ) (5 )=1,15 cm3

∆ V 6 =( 0,23 ) ( 6 )=1,38 cm 3

∆ V 7 =( 0,23 ) ( 7 )=1,61 cm 3

∆ V 8 =( 0,23 ) ( 8 )=1,84 cm3

∆ V 9=( 0,23 ) ( 9 )=2,07 cm3

∆ V 10= ( 0,23 )( 10 )=2,03 cm 3

Mencari koefisien muai (γ)


∆V
γ=
Vo ∆ T

0,23
γ 1= =0,0023/°C
(100)(1)
0,46
γ 2= =0,00209091/° C
(100)(2,2)
0,69
γ 3= =0,00288703/° C
(100)(2,39)

10
0,92
γ 4= =0,00209091/° C
(100)(4,4)
1,115
γ 5= =0,00221154 /° C
(100)(5,2)
1,38
γ 6= =0,00222581/° C
(100)(6,2)
1,61
γ 7= =0,00226761/ ° C
(100)(7,1)
1,84
γ 8= =0,0023 /° C
(100)(8)
2,07
γ 9= =0,00235227 /° C
(100)(8,8)
2,30
γ 10= =0,00242105/° C
(100)(9,5)
Tabel 4 Tabel Pengolahan Data dengan Konsentrasi Alkohol 70%

No. ΔT (°C) ΔL (cm) ΔV (cm3) γ (/°C)


1 1 1 0,23 0,0023
2 2,2 2 0,46 0,00209091
3 2,39 3 0,69 0,00288703
4 4,4 4 0,92 0,00209091
5 5,2 5 1,15 0,00221154
6 6,2 6 1,38 0,00222581
7 7,1 7 1,61 0,00226761
8 8 8 1,84 0,0023
9 8,8 9 2,07 0,00235227
10 9,5 10 2,30 0,00242105
∆´T = 5,479 ∆´L = 5,5 ∆´V = 1,265 γ́ = 0,00231471

Mencari nilai ketidakpastian volume


∆ V =A . ∆ L

∆ V =π r 2 . ∆ L
1
∆ V = π d2 ∆ L
4

d ∆V= ( ∂∂∆dV ) dd +( ∂∂∆∆VL )d ∆ L


1 1
d ∆ V =( πd ∆ L ) dd+ ( π d ) d ∆ L
2
2 4

11
d ∆V= ( 12 )(3,14)(0,542)(5,5)(0,0005)+( 14 ) ( 3,14) ( 0,542 ) (0,05)
2

d ∆ V =0,00234+0,01153=0,01387 cm3

Mencari ketidakpastian koefisien muai


∆V
γ=
Vo ∆ T

∆ γ= ( ∂∂∆γV ) d ∆ V +( ∂∂∆Tγ ) d ∆ T
1
∆ γ =(
Vo ∆ V )
d ∆V +
( Vo−∆. ∆VT ) d ∆T
2

1
∆ γ= ( 100 ×1,265 )(0,01387)+( 100−1,147
× ( 5,479 ) )
(0,005)
2

∆ γ =0,0001−0,00000019=0,0001/℃

C. Analisis Data
Berdasarkan dua percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Fisika
Dasar dan setelah melakukan pengolahan data didapatkan hasil sebagai
berikut.

1. Percobaan I
Dalam Percobaan I kami memvariasikan volume alkohol pada pipa kapiler
dengan cara memanaskan alkohol. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan jika suhu diperbesar volume alkohol pada pipa kapiler semakin
besar pula. Bila dilihat dari grafik hubungan antara kenaikkan volume (
∆ V ) dengan kenaikkan dari suhu ¿) didapatkan persamaan linear yang
memiliki gradien α yang mendekati nilai V 0 γ sehingga perubahan volume
akibat pemuaian yang memenuhi persamaan
ΔV= γ V₀ Δt

Dengan persamaan tersebut didapatkan bahwa koefisien muai pada

alkohol 30% yaitu ( 4,29 ± 1,28 ) 10−4 /° C dan dari grafik didapatkan gradien

12
yang merupakan ΔV/ Δt yang sama dengan (γ x V₀) yaitu 0,0844 jika

dibagi dengan V₀ maka kita mendapatkan koefisien muai volumenya

yaitu ( 7,6 x 10−4 ± 0,05 ) /° C .

2. Percobaan II
Dalam Percobaan II kami memvariasikan konsentrasi alkohol dengan
prosedur percobaan yang sama pada percobaan I. Berdasarkan hasil
percobaan didapatkan jika konsentrasi alkohol semakin tinggi, maka
koefisien muai volume semakin tinggi pula. Bila dilihat dari hasil
pengolahan data apabila koefisien muai volume konsentrasi alkohol 30%
dibandingkan dengan koefisien muai voume pada alkohol 70% maka
koefisien muai volumenya lebih tinggi pada alkohol dengan konsentrasi
70%.
Dari pengolahan data percobaan dengan persamaan ΔV= γ V₀ Δt,

koefisien muai alkohol 70% didapatkan sebesar ( 23,15 ±2,26 ) 10−4 /° C dan

dari grafik percobaan 2 didapatkan gradien yang merupakan ΔV/ Δt yang

sama dengan (γ x V₀) yaitu 0,23478 jika dibagi dengan V₀ maka kita

mendapatkan koefisien muai volumenya yaitu ( 23,478 x 10−4 ± 0,05 ) /° C

Percobaan yang sudah dilakukan telah sesuai dengan teori pemuaian zat
cair, meskipun hasil koenfisien muai volume yang didapatkan dalam
percobaan tidak sama dengan yang ada di literatur yang terdapat pada dasar
teori.
Adanya ketiaksamaan diperkirakan terjadi akibat
1. Adanya kebocoran pada karet penyumbat saat percobaan sehingga
pertambahan volume yang terukur bukanlah pertambahan volume yang
sebenarnya.

13
2. Perbedaan jenis alkohol yang digunakan dalam percobaan dan dalam
literatur.
3. Perbedaan suhu ruangan saat percobaan dan di literatur sehingga volume
awal alkohol pada pipa kapiler pun berbeda.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan pemuaian diatas mengenai pengukuran koefisien muai
volume zat cair dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Hubungan antara perubahan suhu dengan perubahan volume zat cair pada
grafik adalah linear
2) Hasil pengukuran koefisien muai volume zat cair untuk alkohol dengan
konsentrasi 30%, secara eksperimen dengan metode statistik diperoleh
koefisien muai volume zat cair senilai ( 4,29 ± 1,28 ) 10−4 /° C dan dengan
metode grafik diperoleh koefisien muai volume zat cair senilai
( 7,6 x 10−4 ± 0,05 ) /° C
3) Hasil pengukuran koefisien muai volume zat cair untuk alkohol dengan
konsentrasi 70% secara eksperimen diperoleh koefisien muai volume zat
cair senilai ( 23,15 ±2,26 ) 10−4 /° C dan dengan metode grafik diperoleh

koefisien muai volume zat cair senilai ( 23,478 x 10−4 ± 0,07 ) /° C


4) Semakin besar konsentrasi alkohol semakin besar pula koefisien muai
volumenya, artinya semakin mudah zat tersebut untuk mengalami
pertambahan volume.

B. Saran

Pada penelitian ini kami menyarankan agar tim percobaan mengecek kembali
alat-alat percobaan yang akan digunakan karena pada percobaan yang kami
lakukan juga kebocoran karet penyumbat membuat fatal hasil dan keadaan cairan
yang sewaktu waktu turun. Pastikan juga zat cair yang digunakan untuk penentuan

14
koefisien muai zat cair merupakan zat cair yang berbeda selain alkohol. Penelitian
hendaknya dilakukan berulang kali agar didapat hasil yang ketelitian dari data
yang baik.

15
LAMPIRAN
Percobaan 1

Percobaan 2

16
17
Daftar Pustaka
1. Halliday, David. 1985. Fisika jilid I. Jakarta : Erlangga
2. Tipler, Paul A. 1998. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga
3. Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Kampus Ganesa : ITB

18

Anda mungkin juga menyukai