Anda di halaman 1dari 27

“APLIKASI PUSAT MASSA DAN GERAKANNYA DALAM

KEHIDUPAN SERTA APLIKASI KEKALAN MOMENTUM PADA


MERIAM DAN SENAPAN”

OLEH

Nama : Kresensia Kurniawati Mala Pasa

NIM : 1701050026

Kelas/ Semester : A/ III

MATA KULIAH MEKANIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena hanya atas rahmat-
Nya maka penyusn dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Aplikasi Pusat
Massa dan Gerakannya dalam Kehidupan serta Aplikasi Kekalan Momentum pada Meriam dan
Senapan”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah Mekanika di Universitas Nusa Cendana Kupang.
Makalah ini disusun atas dasar kesadaran bahwa pengetahuan tentang pusat massa dan
gerakannya akan sangat membantu kita dalam memahami kejadian-kejadian di sekitar kita
sehari-hari yang menggunakan prinsip tersebut. Senapan dan meriam juga adalah alat yang
senjata yang telah lama digunakan hingga sekarang, namun peristiwa apa yang terjadi saat
proses penembakan, belum banyak diketahui orang. Oleh karena itu, semoga isi makalah ini
dapat berguna dan menambah wawasan pengetahuan pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama penyusunan makalah ini hingga selesainya.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih terdapat kesalahan
baik pada teknis penulisan maupun materinya. Hal ini terjadi mengingat dari kemampuan yang
dimiliki oleh penyusun. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, sangat
penyusun harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini dan perbaikan untuk karya-
karya penyusun dilain waktu.

Kupang, Desember 2018

Penysusn

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pusat Massa ............................................................................................................... 3

2.2 Gerakan Pusat Massa Suatu Sistem .......................................................................... 6

2.3 Kekekalan Momentum .............................................................................................. 7

2.4 Kerangka Acuan Pusat Massa ................................................................................... 9

2.5 Aplikasi Pusat Massa dan Gerakannya dalam Sistem ............................................... 9

2.6 Aplikasi Kekekalan Momentum.............................................................................. 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 23

3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika adalah salah satu sub-disiplin ilmu yang dipelajari dalam mekanika.
Mekanika itu sendiri adalah salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak
benda, sedangkan dinamika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana gerak suatu benda
dengan memperhatikan penyebab terjadinya gerakan pada benda tersebut. Ketika
membahas tentang masalah-masalah dinamika, maka dalam permasalahan ini kita
menggunakan hukum kedua Newton pada benda-benda yang sedang melakukan percepatan
sehingga tidak berada dalam keadaan kesetimbangan. Dalam kasus ini, gaya total yang
bekerja pada benda tersebut tidaklah nol, tetapi sama dengan massa benda dikali dengan
percepatannya.
Walaupun pembahasan tentang hukum-hukum Newton berhubungan dengan gerakan
partikel titik, kebanyakan penerapan yang kita lakukan adalah untuk benda-benda besar,
seperti balok, bola, dan bahkan mobil. Oleh karena itu, pembenaran penerapan itu
ditunjukkan dalam pembahasan sistem partikel dan kekekalan momentum, yang mana akan
meninjau benda yang besar sebagai sistem partikel titik-titik dan menganggap bahwa
hukum Newton berlaku untuk tiap partikel. Akan ditunjukkan bahwa ada satu titik dalam
sistem, yang dinamakan pusat massa, yang bergerak seakan-akan massa sistem terpusat di
titik itu dan gaya eksternal yang bekerja pada sistem bekerja semata-mata pada titik itu.
Gerakan setiap benda atau sistem partikel, tak peduli betapa pun rumitnya, dapat dianggap
sebagai gerakan pusat massa (yang dapat dipikirkan sebagai gerakan keseluruhan sistem
itu) ditambah gerakan masing-masing partikel dalam sistem relatif terhadap pusat massa.
Selain membahas tentang pusat massa dan gerakannya dalam suatu sistem, dalam
makalah ini juga akan dibahas tentang besaran momentum yang merupakan hasil kali
massa partikel dengan kecepatannya. Momentum penting dibahas bersama dengan
dinamika sistem partikel karena momentum total suatu sistem partikel tetap konstan jika
gaya eksternal yang bekerja pada sistem berjumlah nol. Seperti energi, momentum
tersimpan dalam sistem yang terisola.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara khusus pada pusat massa dan gerakannya
dalam suatu sistem, serta aplikasinya dalam analisa proyektil ledakan. Selain itu, akan

1
dibahas juga tentang kekekalan momentum linear dan aplikasinya dalam tolakan senapan
dan meriam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pusat massa?


2. Bagaimana gerakan pusat massa dalam suatu sistem?
3. Bagaimana aplikasi pusat massa dan gerakannya dalam sistem?
4. Apa yang dimaksud dengan kekekalan momentum linear?
5. Bagaimana aplikasi kekekalan momentum dalam tolakan senapan dan meriam?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:


1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan pusat massa.
2. Menjelaskan tentang gerakan pusat massa dalam suatu sistem.
3. Menjelaskan tentang aplikasi pusat massa dan gerakannya dalam sistem.
4. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kekekalan momentum linear.
5. Menjelaskan tentang aplikasi kekekalan momentum dalam tolakan senapan dan
meriam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pusat Massa

Gerakan setiap benda atau sistem partikel dapat digambarkan dalam bentuk gerak
pusat massa (yang mana dapat dianggap sebagai gerakan terbesar dalam sistem) ditambah
gerak dari partikel-partikel individu dalam sistem relatif terhadap pusat massa.

Terlebih dahulu, kita perhatikan sistem sederhana dua partikel dalam satu dimensi.
x1 dan x2 sebagai koordinat partikel relatif terhadap suatu pilihan titik sembarang.
Koordinat pusat massa Xcm selanjutnya didefinisikan oleh

MXcm = m1x1 + m2x2 2-1

dengan M = m1 + m2 adalah massa total sistem. Untuk kasus hanya dua partikel ini, pusat
massa terletak di suatu titik pada garis yang menghubungkan kedua partikel itu (Gambar
1a). Hal ini dapat dilihat dengan mudah jika titik asal kita pilih berimpit dengan salah satu
partikel, misalkan m1 (Gambar 1b). Maka, x2 adalah jarak d antara partikel-partikel.
Koordinat pusat massa untuk pilihan titik asal ini selanjutnya diperoleh dari Persamaan 2-
1:

MXcm = m1x1 + m2x2 = m1 (0) + m2d


𝑚2 𝑚2
Xcm = 𝑑= 𝑑
𝑀 𝑚1 + 𝑚2 2-2

Untuk partikel-partikel dengan massa yang sama, pusat massa ada di tengah antara kedua
partikel itu. Bila massa tidak sama, pusat massa lebih dekat ke partikel dengan massa yang
lebih besar (Gambar 1c).

(a) (b) (c)

Gambar 1. Pusat massa sistem dua partikel.

3
Secara umum sistem terdiri dari n partikel massa,
𝑚1 , 𝑚2 ..., 𝑚𝑛 , yang masing-masing vektor
posisinya adalah , 𝑟1, 𝑟2 ,..., 𝑟𝑛 . Definisi pusat
massa sistem sebagai titik yang posisi vektor 𝑟𝑐𝑚
(Gambar 2) diberikan oleh

Gambar 2. Pusat massa dari sistem partikel

𝑚1 𝑟1 +𝑚2 𝑟2 +𝑚3 𝑟3 +⋯+𝑚𝑛 𝑟𝑛 ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑟𝑖


𝑟𝑐𝑚 = = 2-3
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 +⋯+ 𝑚𝑛 𝑀

di mana M = 𝛴𝑚𝑖 adalah total massa sistem. Definisi di atas jelas setara dengan tiga
persamaan berikut:

∑𝑖 𝑚𝑖𝑦𝑖
𝑥 ∑ 𝑚𝑖𝑥𝑖 𝑦𝑐𝑚= 𝑧 ∑ 𝑚𝑖𝑧𝑖 2-4
𝑐𝑚= 𝑖 𝑀 𝑐𝑚= 𝑖
𝑀 𝑀

Dalam notasi vektor, jika ri = xi i + yi j + zi k adalah vektor posisi partikel ke-i, maka
vektor posisi pusat massa Rcm diberikan oleh

MRcm = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2-5

dengan Rcm = Xcm i + Ycm j + Zcm k

Untuk benda kontinu, jumlahan di Persamaan 2-5 diganti oleh integral:

MRcm = ∫ 𝐫 𝑑𝑚 2-6

dengan dm adalah elemen massa yang berada di posisi r seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.

4
Gambar 3. Elemen massa dm yang ditempatkan di r untuk mendapatkan
pusat massa lewat integrasi.
.
Jika dua titik massa dihubungkan oleh batang ringan yang massanya dapat diabaikan,
sistem akan seimbang pada poros di pusat massa (Gambar 4a). Ini merupakan akibat dari
kenyataan bahwa energi potensial gravitasi suatu sistem partikel nilainya sama dengan jika
massa total dipusatkan di pusat massa. Ambilah yi sebagai ketinggian partikel ke-I dalam
suatu sistem umum di atas bumi. Energi potensial sistem adalah

𝑈 = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑔𝑦𝑖 = g ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑦𝑖

Akan tetapi,

∑ 𝑚𝑖 𝑦𝑖 = 𝑀𝑌𝑐𝑚
𝑖

sehingga,

𝑈 = 𝑀𝑔𝑌𝑐𝑚 2-7

Jika kita mencoba membuat kedua partikel itu seimbang pada sebuah batang ringan di
suatu titik yang bukan pusat massa, sistem akan berotasi sampai energi potensial
minimum, yanng terjadi saat pusat massa ada di titik terendah yang mungkin tepat di
bawah poros (Gambar 4b ). (Ingat bahwa gaya konservatif cenderung mempercepat
sebuah partikel ke energi potensial yang lebih rendah).

Gambar 4. Dua massa dihubungkan oleh batang ringan 5


seimbang jika poros ditempatkan di pusat massa.
2.2 Gerakan Pusat Massa Suatu Sistem

Langkah pertama untuk mencari gerakkan pusat massanya adalah dengan mencari
kecepatan pusat massa dengan diferensiasi Persamaan 2-5 terhadap waktu, maka kita
mendapatkan

MRcm = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝒓𝑖

𝑑𝐑 𝑐𝑚 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟𝑖
M = m1 𝑑𝑡1 + m2 𝑑𝑡2 + … = ∑𝑖 𝑚𝑖
𝑑𝑡 𝑑𝑡

atau

MVcm = m1v1 + m2v2 + … = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝐯𝑖 2-8

Jika didiferensiasi lagi, maka akan didapatkan percepatan pusat massa:

MAcm = m1a1 + m2a2 + … = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝐚𝑖 2-9

Menurut hukum kedua Newton, massa tiap partikel dikalikan dengan percepatannya
sama dengan gaya neto yang bekerja pada partikel. Oleh karena itu, kita dapat mengganti
besaran 𝑚𝑖 𝐚𝑖 dengan Fi gaya neto yang bekerja pada partikel ke-i.

Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah partikel dapat dipisahkan menjadi dua kategori:
gaya-gaya internal yang berhubungan dengan interaksi dengan partikel-partikel lain dalam
sistem dan gaya-gaya eksternal karena suatu unsur di luar sistem:

Fi = 𝑚𝑖 𝐚𝑖 = Fi,int + Fi,eks

Dengan mensubstitusikan hubungan ini ke dalam Persamaan 2-9 , didapatkan

MAcm = ∑𝑖 𝐅𝑖,𝑖𝑛𝑡 + ∑𝑖 𝐅𝑖,𝑒𝑘𝑠 2-10

Menurut hukum ketiga Newton, untuk tiap gaya internal yang bekerja pada satu partikel, ada
gaya yang sama tetapi berlawanan arah yang bekerja pada partikel lainnya. Sebagai contoh,
jika partikel m1 mengerjakan gaya pada partikel m2, maka partikel m2 mengerjakan gaya yang
sama dan berlawanan arah pada m1. Jadi, gaya-gaya internal terjadi dalam pasangan-pasangan
gaya yang sama dan berlawanan arah. Jika dijumlahkan meliputi semua partikel dalam sistem,
maka gaya-gaya internal saling menghilangkan dan hanya tinggal gaya eksternal saja. Dengan
demikian, Persamaan 2-10 menjadi

Fneto, eks = ∑𝑖 𝐅𝑖,𝑒𝑘𝑠 = MAcm 2-11

6
Persamaan ini menyatakan bahwa gaya eksternal neto yang bekerja pada sistem sama dengan
massa total M sistem kali percepatan pusat massa Acm. Bentuk ini sama dengan hukum kedua
Newton untuk partikel tunggal yang massanya M yang ditempatkan di pusat massa dan ada di
bawah pengaruh gaya eksteral neto. Jadi,

Pusat massa sebuah sistem bergerak seperti sebuah partikel bermassa M = 𝛴𝑚𝑖 di
bawah pengaruh gaya eksternal yang bekerja pada sistem.

Teorema ini penting karena menunjukkan pada kita bagaimana menggambarkan gerakan suatu
titik, pusat massa, untuk tiap sistem partikel, tak peduli bagaimanapun besarnya sistem itu.
Pusat massa sistem berperilaku seperti partikel tunggal yang dipengaruhi hanya oleh gaya
eksternal. Gerakan individual partikel-partikel sistem biasanya jauh lebih rumit.

2.3 Kekekalan Momentum

Momentum sebuah partikel didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatannya :

p = mv 2-12

Momentum adalah besaran vektor. Momentum sebuah partikel dapat dipandang


sebagai ukuran kesulitan untuk mendiamkan sebuah partikel. Hukum kedua Newton dapat
ditulis dalam kaitannya dengan momentum partikel. Dengan mendiferensialkan Persamaan ,
didapatkan:

𝑑𝐩 𝑑 (𝑚𝐯) 𝑑𝐯
= =𝑚 = 𝑚𝐚
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

Dengan mensubstitusikan gaya Fneto untuk 𝑚𝐚, didapatkan

𝑑𝐩
Fneto = 2-13
𝑑𝑡

Jadi, gaya neto yang bekerja pada partikel sama dengan laju perubahan momentum linear
partikel terhadap waktu. Pernyataan Newton yang asli tentang hukumnya yang kedua
sebenarnya adalah dalam bentuk ini.

Konsep momentum penting karena jika tidak ada gaya eksternal neto bekerja pada
sistem partikel, momentum total sistem adalah kekal; artinya, ia tetap konstan sepanjang waktu.
Perhatikan dua partikel yang saling mengerjakan gaya yang sama dan berlawanan tetapi tidak
mempunyai gaya lain yang bekerja pada keduanya. Jika F12 adalah gaya yang dikerjakan oleh
partikel 1 pada partikel 2 dan F21 adalah gaya oleh partikel 2 pada partikel 1, maka didapatkan

7
𝑑𝐩1
F21 = 𝑑𝑡

dan

𝑑𝐩2
F12 = 𝑑𝑡

Dengan menjumlahkan kedua persamaan ini dan dengan menggunakan kenyataan bahwa
dengan hukum ketiga Newton F12 = − F21, didapatkan

𝑑𝐩1 𝑑𝐩2
0= +
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑 (𝑑𝐩1 +𝑑𝐩2 )
=0
𝑑𝑡

atau

p1 + p2 = konstan

Hasil ini dapat diperluas ke sistem banyak partikel. Momentum total sistem P adalah jumlah
momentum masing-masing partikel.

P = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝐯𝑖 = ∑𝑖 𝐩𝑖

Menurut persamaan , momentum total sistem sama dengan massa total M kali kecepatan pusat
massa:

P = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝐯𝑖 = MVcm

Dengan mendiferensialkan persamaan ini, didapatkan

𝑑𝐏 𝑑𝐕𝑐𝑚
=𝑀 = 𝑀𝐀 𝑐𝑚
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Akan tetapi, menurut persamaan , massa kali percepatan pusat massa sama dengan gaya
eksternal neto yang bekerja pada sistem. Jadi,

𝑑𝐩
∑𝑖 𝐅𝑖,𝑒𝑘𝑠 = Fneto, eks =
𝑑𝑡

Ketika gaya eksternal neto yang bekerja pada sistem partikel adalah nol, maka laju perubahan
momentum total adalah nol, dan momentum total sistem tetap konstan:

P = MVcm = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝐯𝑖 = konstan 2-14

Hasil ini dikenal sebagai hukum kekekalan momentum:

8
Jika gaya eksternal neto pada suatu sistem nol, maka kecepatan pusat massa sistem
konstan dan momentum total sistem kekal; artinya momentum totalnya tetap konstan.

2.4 Kerangka Acuan Pusat Massa

Kerangka acuan yang terikat pada pusat massa dinamakan kerangka acuan pusat massa.
Relatif terhadap kerangka ini, kecepatan pusat massa adalah nol. Karena momentum total
sebuah sistem sama dengan massa total kali kecepatan pusat massa, maka momentum total juga
nol dalam kerangka acuan pusat massa. Kerangka ini dinamakan juga kerangka acuan
momentum nol.

Dalam analisa soal-soal, kadang-kadang lebih mudah berpindah dari kerangka tertentu
ke kerangka pusat massa kemudian kembali. Cara seperti ini demikian sederhana. Kita
berpindah dari satu kerangka awal ke kerangka pusat massa dengan mengurangkan kecepatan
pusat massa Vcm dalam kerangka asal dari kecepatan tiap partikel dalam kerangka itu.

2.5 Aplikasi Pusat Massa dan Gerakannya dalam Sistem

a. Ledakan Peluru

Gambar 5. Peluru yang meledak yang menjadi dua bagian.

Gambar 5 menunjukkan sebuah peluru yang meledak menjadi dua bagian yang sama di
puncak perjalanannya sehingga satu bagian jatuh langsung ke bawah. Kekuatan ledakannya
adalah semua gaya internal yang bekerja pada sistem, dan karena satu-satunya gaya eksternal
9
yang bekerja pada proyektil, baik bila proyektil itu satu pecahan atau dua pecahan adalah gaya
gravitasi, maka pusat massa tetap terus pada lintasan, paraboliknya seolah-olah tidak pernah
terjadi ledakan.

Misalkan dari contoh di atas, peluru yang ditembakkan tersebut akan mendarat pada
jangkauan 55 m dan segera setelah ledakan kecepatan satu pecahan atau serpihan bernilai nol
sehingga jatuh lurus ke tanah, maka di mana pecahan lainnya mendarat dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut:

1. x = 0 adalah posisi awal dari proyektil. Posisi mendarat x1 dan x2 dari pecahan-pecahan
adalah relatif terhadap posisi final dari pusat massa:
(2m)xcm = mx1 + mx2 atau 2xcm = mx1 + mx2
2. Saat tumbukan, xcm = R dan x1 = 0.5R, dimana R= 55 m adalah jangkauan atau jarak
terjauh dari peluru yang tidak meledak. Selesaikan untuk x2:
x2 = 2xcm – x1 = 2R – 0.5R = 1.5R = 1.5 (55 m) = 82.5 m

Gambar 6. Grafik ketinggian terhadap jarak.

Pada Gambar 6, grafik ketinggian terhadap jarak untuk peluru yang meledak ketika
pecahan 1 mempunyai kecepatan horizontal setengah dari kecepatan horizontal awal. Seperti
pada contoh tadi yang mana pecahan 1 jatuh lurus ke bawah, pusat massa mengikuti lintasan
parabola normal.

Jika kedua pecahan mempunyai kecepatan arah vertikal yang sama setelah ledakan, maka
keduanya akan mendarat pada waktu yang bersamaan. Jika sesaat setelah ledakan kecepatan
pada arah vertikal dari salah satu komponen kurang dari lainnya, maka pecahan dengan
kecepatan arah vertikal yang lebih kecil akan lebih dahulu membentur tanah. Segera setelah

10
itu, tanah akan mengeluarkan gaya pada pecahan tersebut dan total gaya luar pada sistem tidak
lagi hanya gaya gravitasi. Oleh karena itu, analisa kita seperti yang sebelumnya sudah tidak
berlaku.

b. Kapak yang Dilemparkan ke Atas

Gambar 7.

Bila sebuah kapak dilemparkan ke atas seperti terlihat pada Gambar 7 di atas, maka semua
bagian dari kapak tersebut akan melakukan gerak yang kompleks, yaitu gerak translasi dan
rotasi kecuali pusat massanya yang akan melakukan gerak parabola karena bertindak sebagai
satu partikel.

c. Sebuah Silinder yang Diam di Atas Secarik Kertas

Gambar 8

Sebuah silinder diam di atas secarik kertas di atas meja seperti pada Gambar 8. Ketika
kertas ditarik ke kanan, menyebabkan silinder menggelinding ke belakang relatif terhadap
kertas. Maka, pertanyaannya adalah bagaimana pusat masssa silinder bergerak relatif terhadap
meja? Jawaban pertanyaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, percepatannya mengarah
ke kanan, karena total gaya luar yang bekerja pada silinder adalah gaya gesekan ke kanan yang
dikenakan padanya oleh kertas. Silinder mungkin bergerak ke kiri, karena relatif terhadap
kertas sehingga ia menggelinding ke kiri. Namun, relatif terhadap tabel, yang mana berfungsi

11
sebagai kerangka acuan inersia, silinder bergerak ke kanan. Jika sebelumnya ditandai posisi
awal silinder, maka dapat dilihat bahwa pusat massa bergerak ke kanan sementara silinder tetap
bersentuhan dengan kertas.

2.6 Aplikasi Kekekalan Momentum

2.6.1 Kekekalan Momentum pada Ledakan

Seperti yang telah diketahui bahwa momentum total sistem adalah kekal untuk
tumbukan-tumbukan di antara benda-benda di dalam sistem terisolasi. Untuk
tumbukan-tumbukan yang terjadi dalam sistem terisolasi, tidak ada pengecualian untuk
hukum ini. Prinsip yang sama dari kekekalan momentum ini dapat diterapkan pada
ledakan. Dalam sebuah ledakan, suatu tindakan impuls internal untuk mendorong
bagian-bagian suatu sistem (seringkali satu objek) menjadi ke berbagai arah. Setelah
ledakan, bagian-bagian individual dari sistem (yang sering merupakan kumpulan
fragmen dari objek asli) memiliki momentum. Jika jumlah vektor dari semua bagian
individual dari sistem dapat ditambahkan bersama untuk menentukan total momentum
setelah ledakan, maka itu harus sama dengan total momentum sebelum ledakan. Sama
seperti dalam tabrakan, momentum total sistem adalah kekal.

Gambar 9. Ledakan petasan

Sebuah petasan ditempatkan di sebuah objek yang diam akan menyebabkan


objek itu meledak. Sebelum ledakan, momentum total sistem adalah nol. Setelah
ledakan, objek itu akan pecah menjadi beberapa bagian. Jumlah vektor dari momentum
tiap bagian secara individu adalah nol. Total momentum sistem adalah sama sebelum
dan sesudah ledakan.

12
Perubahan Momentum yang Sama Besar dan Berlawanan Arah

Sama seperti dalam tabrakan, dua benda yang terlibat menghadapi gaya
yang sama untuk jumlah waktu yang sama diarahkan ke arah yang berlawanan.
Ini menghasilkan impuls yang sama besarnya dan berlawanan arah. Dan karena
impuls yang menyebabkan dan sama saja dengan perubahan momentum, kedua
gerobak menghadapi perubahan momentum yang sama besarnya dan
berlawanan arah. Jika sistem meledak mencakup dua objek atau dua bagian,
prinsip ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

m1. ∆𝒗1 = -m2 . ∆𝒗2 2-15

Jika massa dari kedua benda itu sama, maka kecepatan ledakannya akan
sama besarnya (dengan asumsi sistem pada awalnya diam). Jika massa dari dua
objek tidak sama, maka mereka akan digerakkan oleh ledakan dengan kecepatan
yang berbeda. Namun, bahkan jika massa dari dua objek berbeda, perubahan
momentum dari dua objek (massa . perubahan kecepatan) akan sama besarnya.

Diagram di bawah ini menggambarkan berbagai situasi yang melibatkan


impuls seperti ledakan yang bekerja di antara dua gerobak di jalur gesekan yang
kecil. Massa gerobak berbeda dalam setiap situasi. Dalam setiap situasi,
momentum total sistem kekal karena perubahan momentum dari satu gerobak
adalah sama besar dan berlawanan arah dengan perubahan momentum gerobak
lainnya.

Gambar 10.
13
Dalam setiap situasi di atas, impuls pada gerobak adalah sama yang
bernilai 20 kg.cm/s. Dengan demikian, setiap troli mengalami perubahan
momentum yang sama dalam setiap situasi yang bernilai 20 kg.cm/s. Untuk
perubahan momentum yang sama, sebuah benda dengan massa dua kali akan
mengalami setengah perubahan kecepatan. Dan sebuah benda dengan empat
kali massa akan menghadapi seperempat perubahan kecepatan.

2.6.2 Kekekalan Momentum pada Meriam dan Senapan


a) Kekekalan Momentum pada Senjata Api Ringan

Gambar 11.

Momentum total sistem harus sama sebelum dan sesudah tembakan. Peluru dan
gas propelan bergerak maju (kecepatan bernilai positif), sehingga agar total
momentum bernila 0, maka laras harus bergerak mundur (kecepatan bernilai
negatif) dengan besar momentum yang sama.

Senjata Api ringan ( dalam hal ini revolver) merupakan mekanis yang berfungsi
menembakkan satu atau sejumlah proyektil menuju target yang diinginkan,
bekerja berdasarkan prinsip fisika dengan mengaplikasikan teori mekanika
pegas. Komponen utama dari senjata api terdiri atas :

14
1. Hammer atau striker. Berfungsi
sebagai pemukul.
2. Laras (barrel). Berfungsi sebagai
pemandu peluru agar melesat
lurus saat ditembakkan.
3. Pelatuk. Sebagai pengontrol
momen penembakan.

Gambar 12.

Semua komponen tadi pada intinya merupakan suatu rangkaian mekanisme


yang berfungsi untuk mendukung mekanisme penembakan proyektil.
Sedangkan proyektil adalah bagian dari suatu sistem yang disebut cartridge,
beroperasi dengan bantuan senjata api berdasarkan azas teori Kinematika dan
Hidrodinamika gas. Konstruksi cartridge terdiri atas rangkaian :

1. Peluru (bullet)
Terbuat dari logam solid (biasanya Timah) yang
berfungsi sebagai proyektil penghantam target.
2. Selongsong (case/shell)
Berfungsi sebagai induk dari keseluruhan sistem
cartridge.
Gambar 13.

3.Propelant
Sebagai sumber bahan bakar gas pendorong. Teknologi awal yang
diterapkan pada senjata api, umumnya memakai bubuk mesiu hitam (black
powder) yang menghasilkan sisa pembakaran 55% gas dan 45% asap.
Namun semenjak ditemukannya komposisi bubuk mesiu yang hampir
keseluruhan residunya adalah gas minus asap (smokeless powder) oleh
Paul Vieille pada tahun 1884, mesiu hitam sudah tidak digunakan lagi.

Kandungan senyawa dalam propelant yang dikenal dengan sebutan Primex


ini adalah : 0-40% nitroglycerin, 0-10% dibutyl phthalate, 0-10% polyester
adipate, 0-5% rosin, 0-5% ethyl acetate, 0.3-1.5% diphenylamine,
0-1.5% N-nitrosodiphenylamine, 0-1.5% 2-nitrodiphenylamine, 0-1.5%

15
potassium nitrate, 0-1.5% potassium sulfate, 0-1.5% tin dioxide, 0.02-1%
graphite, 0-1% calcium carbonate, dan sisanya adalah nitrocellulose.
.
4. Percussion cap atau umum disebut Primer
Senyawa logam yang sangat sensitif memantikkan api bila terkena
hentakan. Komposisinya adalah Timah azide dan Potasium klorat yang
ditanam dalam perunggu. Saat pelatuk ditekan, hammer akan terangkat ke
belakang. Pegas yang ditanam pada gagang pistol, kemudian mendorong
hammer ke depan dan menghantam primer.

Gambar 14.

Hantaman dari hammer tadi memantikkan api pada primer, hingga


memancing ledakan gas yang mampat akibat terbakarnya mesiu di dalam
cartridge. Gas bertekanan tinggi inilah yang kemudian mendesak peluru
terlepas dari selongsong dan melesat melewati laras senjata.

Apa yang terjadi ketika Anda menembak?


Kartrid peluru dirancang agar (relatif) aman sampai saat Anda
memencatnya. Ketika Anda menarik pelatuk pistol, mekanisme pegas
memalu pin penembakan logam ke ujung belakang katrid, memicu muatan
eksplosif kecil di primer. Primer kemudian menyulut propelan- bahan
peledak utama yang menempati sekitar dua pertiga volume katrid biasa.
Ketika bahan bakar propelan terbakar, mereka menghasilkan banyak gas
dengan sangat cepat. Tekanan gas yang tiba-tiba dan tinggi memecah
peluru dari ujung kartrid, memaksakannya ke laras senapan dengan
kecepatan sangat tinggi (300 m/s atau 1000 ft/s adalah khas dalam sebuah

16
pistol). Itu hanya peluru yang ditembakkan dari pistol; sisa kartrid tetap di
tempatnya. Itu harus dikeluarkan setelah menembak (kadang-kadang
secara manual, kadang-kadang secara otomatis) untuk memberi jalan bagi
kartrid berikutnya- dan tembakan berikutnya.
Bahan kimia propelan dalam katrid pistol tidak dirancang untuk
meledak tiba-tiba, sekaligus yang akan meniup seluruh senapan terbuka
dan sangat mungkin membunuh orang yang menembaknya. Sebaliknya,
propelan tersebut seharusnya mulai terbakar relatif lambat, melalui proses
yang disebut deflagrasi, sehingga katrid bergerak lancar di bawah pistol.
Mereka membakar lebih cepat ketika peluru mempercepat laras,
memberikan kekuatan “menendang” maksimum seperti yang keluar dari
ujung. Ketika kartrid muncul, seluruh senapan akan mundur (lompatan
mundur) karena hukum dasar fisika yang disebut “aksi dan reaksi” (atau
hukum gerak ketiga Newton). Ketika gas dari ledakan itu menembakkan
peluru ke depan dengan kekuatan, seluruh senapan tersentak ke belakang
dengan kekuatan yang sama dalam arah yang berlawanan.
Ledakan yang menembakkan peluru terjadi di ruang terbatas laras
senapan. Saat peluru terbang keluar dari pistol, tekanan ledakan tiba-tiba
dilepaskan. Itulang yang membuat pistol berbunyi BANG saat peluru lepas.
Peluru tercepat melakukan perjalanan kecepatan sekitar 3000 km/jam
(lebih dari 1800 mph)- sekitar tiga kali kecepatan suara. Seperti jet tempur
supersonik (lebih cepat dari suara), peluru ini membuat gelombang kejut
saat mereka mengaum di udara.

Bagaimana Perjalanan Peluru

Barel senapan memiliki alur spiral memotong ke dalamnya yang


membuat peluru berputar sangat cepat ketika mereka muncul. Sebuah
peluru berperilaku dengan cara yang persis sama dengan giroskop: sekali
berputar, ia mengikuti jalur yang lebih lurus ketika ia melintas di udara,
jadi lebih sulit untuk membelokkan dan jauh lebih mungkin untuk
mencapai targetnya.
Kita berpikir bahwa peluru terbang dalam garis lurus sempurna, tetapi
tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran. Beberapa gaya yang berbeda

17
bekerja dengan peluru saat melewati udara. Dalam jarak yang sangat
pendek, peluru mengikuti lebih kurang garis lurus. Jarak yang lebih jauh,
peluru mengikuti sedikit ke bawah kurva karena gravitasi menariknya ke
tanah saat peluru berjalan. Hambatan udara dan gerakan berputar, giroskop
dari peluru juga mempersulit hal-hal. Biasanya, karena mundur, penembak
menggoyang pistol sedikit ketika peluru muncul. Ketika semua faktor ini;
gerakn peluru, gravitasi, resistansi udara, gerak mundur dan berputar,
ditambah bersama, membuat peluru mengikuti jalur pembuka botol yang
sangat rumit saat terbang di udara.

Mengapa Peluru sangat Merusak

Objek bergerak memiliki momentum, yang merupakan hasil kali


dari massa dan kecepatan objek tersebut. Semakin cepat sesuatu bergerak
dan semakin berat, semakin besar momentum yang dimilikinya. Meskipun
peluru kecil, ia memiliki momentum yang besar karena ia bergerak sangat
cepat. Dan karena bergerak cepat, peluru juga memilki energi kinetik
dalam jumlah besar, yang didapat dari energi kimia dari propelan yang
terbakar. (Ingat bahwa energi kinetik terkait dengan kuadrat kecepatan
suatu objek).

Peluru melakukan kerusakan ketika ia mentransfer energinya ke


objek-objek yang dihantam. Semakin cepat sesuatu kehilangan
momentumnya, semakin banyak kekuatan yang dihasilkannya. (Salah satu
cara untuk mendefinisikan gaya adalah sebagai laju perubahan momentum
suatu objek). Senapan-senapan yang berhenti dalam sepersepuluh detik
menghasilkan kekuatan sebanyak truk berat, bergerak lambat dan akan
diam setelah 10 detik.

Semakin besar energi = semakin merusak?

Sangat mudah untuk menyimpulkan dari ini bahwa sebuah peluru


harus memiliki energi sebanyak mungkin untuk melakukan jumlah
kerusakan maksimum tetapi, sayangnya, tidak sesederhana itu. Senapan-
senapan memiliki banyak kali kecepatan dan energi kinetik dari peluru
pistol, begitu banyak sehingga biasanya akan memasuki satu sisi target,

18
lurus, dan terbang ke sisi lain. Jika peluru meninggalkan target dengan
kecepatan tinggi, ia mengambil energi berharga dengannya. Jadi apa yang
kita inginkan dari sebuah peluru adalah bahwa ia menyimpan energi
sebanyak mungkin di dalam target, baik berhenti sepenuhnya tanpa keluar
atau pergi dengan kecepatan minimum yang mungkin. Ada berbagai cara
untuk mencapai ini.

Cara paling kasar adalah agar peluru meluas saat memasuki target.
Peluru yang mengembang memiliki luas penampang yang lebih besar,
sehingga menciptakan lubang (atau luka) yang lebih besar dalam target.
Diperlukan lebih banyak energi untuk membuat lubang yang lebih besar
dalam sesuatu: kita perlu menggunakan lebih banyak kekuatan pada jarak
yang sama, jadi kita katakan bahwa peluru "melakukan lebih banyak
pekerjaan" dan menggunakan lebih banyak energi dalam prosesnya. Peluru
dapat dirancang untuk diperluas dengan membuatnya berlubang pada
ujung runcing dan, setelah benturan, mereka meluas dan menekan ke
bentuk yang tampak seperti jamur kancing; itu sebabnya pelurukan peluru
disebut peluru berongga atau menjamur (peluru Dum-Dum adalah nama
umum lain untuk mereka, diambil dari tempat di India di mana mereka
ditemukan pada akhir abad ke-19). Hukum internasional telah membatasi
penggunaan peluru yang meluas seperti ini di masa perang sejak 1899,
tetapi beberapa pasukan polisi masih menggunakannya. Itu sebagian
karena peluru yang meluas melakukan begitu banyak kerusakan sehingga
mereka segera melumpuhkan target mereka, tetapi juga karena peluru yang
menjamur, ditembakkan untuk membela diri (mungkin di jalan kota yang
padat), jauh lebih mungkin untuk tetap berada di dalam targetnya dan kecil
kemungkinannya untuk melukai orang yang tidak bersalah secara tidak
sengaja. Peluru titik lemah bekerja dengan cara yang sama, hanya
menggunakan ujung timah lunak sebagai ganti titik cekung, tetapi meluas
lebih lambat dan biasanya menembus lebih dalam.

Seberapa Jauh dan Seberapa Cepat?

19
Secara teori, Anda dapat menghitung seberapa jauh sebuah peluru
dengan menggunakan persamaan gerak berdasarkan ketiga hukum
Newton. Jika Anda tahu seberapa cepat peluru akan bergerak (dan Anda
menganggapnya bergerak pada kecepatan horizontal konstan), itu relatif
mudah untuk menghitung seberapa jauh perjalanannya: jarak adalah
kecepatan horizontal rata-rata dikalikan waktu. Bagaimana Anda tahu
waktunya? Anda dapat menyelesaikannya dari gerakan vertikal peluru.
Anda menghitung berapa lama peluru berada di udara dengan menemukan
kecepatan vertikalnya. Anda kemudian dapat menghitung waktu peluru
berada di udara menggunakan percepatan gravitasi. Setelah Anda
mengetahui waktunya, Anda dapat mengeahui seberapa jauh peluru
tersebut bergerak secara horizontal.

Sekarang, jika Anda menjalankan nomornya, Anda akan


menemukan sesuatu yang mengejutkan. Ketika senapan peluru keluar laras
senjata, mereka biasanya memiliki kecepatan awal (disebut kecepatan
moncong) yang berkisar dari sekitar 2000 km / h (1200 mph atau 550 m /
s) sampai sekitar 4500 km / h (2800 mph atau 1250 m/dtk). Jika Anda
memasukkan angka seperti itu ke dalam persamaan, Anda akan
menemukan peluru senapan, yang ditembakkan pada sudut 45°, harus
menempuh sekitar 100–150 km (60–90 mil) dari senapan! Tentu saja,
peluru tidak sampai sejauh itu: jangkauan maksimumnya mungkin sekitar
4 km atau 2,5 mil.

Bagaimana kita menjelaskan ini? Semakin cepat perjalanan,


semakin banyak hambatan udara yang mereka rasakan. Untuk proyektil
berkecepatan tinggi seperti peluru, drag (hambatan udara) meningkat
sebagai kuadrat kecepatan. Jelas jika jangkauan mereka berkurang sekitar
25–40 kali, drag memiliki efek yang sangat besar pada mereka. Meskipun
proyektil yang lebih berat (seperti peluru artileri) lebih besar dan lebih
besar, mereka berjalan jauh lebih lambat. Untuk alasan itu, ternyata mereka
diperlambat lebih sedikit oleh hambatan udara, sehingga jangkauan aktual
mereka lebih seperti seperempat hingga setengah dari jangkauan teoritis
mereka.

20
b) Kekekalan Momentum pada Meriam
Meriam atau kanon adalah jenis artileri, yang umumnya berukuran besar
dan berbentuk tabung, yang menggunakan bubuk mesiu atau bahan
pendorong lainnya untuk menembakkan proyektil yang merupakan
campuran dari arang, sulfur dan potasium nitrat. Meriam memilki
bermacam-macam ukuran kaliber, jangkauan, sudut tembak, dan daya
tembak. Lebih dari satu jenis meriam umumnya digunakan dalam medan
pertempuran.

Gambar 15. Salah satu contoh dari fume extractor


yang menempel pada tank M1A1 Abraham

Pada Gambar 14 telah ditunjukkan dengan jelas bagian dari fume


extractor pada sebuah laras meriam tank. Fume extractor itu sendiri
berbentuk silinder kembung yang menempel di larasnya. Untuk cara
kerjanya sendiri dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini.

Gambar 16. Fume extractor pada laras meriam tank

Pertama, peluru terpacu untuk meledak kemudian terdorong untuk


keluar dari dalam laras, selanjutnya gas buang terdorong ke belakang,

21
kemudian masuk ke dalam fume extractor nomor 2. Setelah masuk dalam
fume extractor, gas buang tersebut di buang kembali dari katup nomor 3
dan didorong oleh udara bertekanan untuk mengeluarkan gas buang dari
laras.
Kekekalan Momentum sering ditunjukkan dalam kelas Fisika dengan
demonstrasi meriam buatan sendiri. Meriam buatan sendiri ditempatkan di
atas kereta dan diisi dengan bola tenis. Meriam dilengkapi dengan ruang
reaksi di mana sejumlah kecil bahan bakar dimasukkan. Bahan bakar
dinyalakan, memicu ledakan yang mendorong bola tenis melalui moncong
meriam. Impuls ledakan mengubah momentum bola tenis saat keluar dari
moncong dengan kecepatan tinggi. Meriam mengalami impuls yang sama,
mengubah momentumnya dari nol ke nilai akhir saat mundur ke belakang.
Karena massa meriam yang relatif lebih besar, kecepatan mundurnya jauh
lebih rendah daripada kecepatan maju bola tenis.

Gambar 15.

Meriam buatan dibuat untuk memberikan dorongan ke bola tenis dan


mempercepatnya ke depan. Meriam mengalami impuls yang sama dan
berlawanan yang mempercepatnya mundur. Perubahan momentum bola
tenis sama dengan dan berlawanan dengan perubahan momentum meriam.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Suatu sistem partikel yang terdiri dari sejumlah partikel dapat dianggap sebagai satu
partikel bermassa total dan terletak pada sebuah titik yang disebut sebagai pusat massa.
Vektor posisi pusat massa dalam sistem partikel dapat dinyatakan dengan persamaan:
MRcm = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑟𝑖

2. Pusat massa sebuah sistem bergerak seperti sebuah partikel bermassa M = 𝛴𝑚𝑖 di
bawah pengaruh gaya eksternal yang bekerja pada sistem.
Ma pm   Feksternal

3. Aplikasi pusat massa dan gerakannya dalam sistem dapat dilihat dalam ledakan peluru,
kapak yang dilemparkan di atas dan sebuah silinder yang diletakkan di atas secarik
kertas di atas meja.
4. Bunyi hukum kekekalan momentum linear adalah:
“Jika gaya eksternal neto pada suatu sistem nol, maka kecepatan pusat massa sistem
konstan dan momentum total sistem kekal; artinya momentum totalnya tetap konstan.”

P = MVcm = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝐯𝑖 = konstan

5. Aplikasi kekekalan momentum dalam tolakan senapan dan meriam, yakni momentum
total sistem harus sama sebelum dan sesudah tembakan. Peluru dan gas propelan pada
senapan dan proyektil pada meriam bergerak maju (kecepatan bernilai positif),
sehingga agar total momentum bernila 0, maka laras pada senapan dan meriam harus
bergerak mundur (kecepatan bernilai negatif) dengan besar momentum yang sama.

23
DAFTAR PUSTAKA

Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Young, Hugh.D dan Roger A.Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi kesepuluh Jilid 1
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

http://www.physicsclassroom.com

https://www.explainthatstuff.com

https://id.m.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai