Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA

ASAM BASA

Oleh:

MOHAMAD RIAN PRATAMA PUTRA


L13122425
KHT-A
KELOMPOK II
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022/2023

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal suatu zat yang bersifat asam

karena rasanya masam, sedangkan kita tahu suatu zat termasuk basa karena
rasanya yang pahit dan licin. Senyawa asam ditemukan dalam buah-buahan,

diantaranya asam sitrat yang berfungsi memberi rasa lemon yang tajam pada

jeruk, asam asetat pada cuka makan dan buah kalengan, asam askorbat pada tablet

vitamin C, maupun asam sulfat pada aki kendaraan bermotor. Adapun basa dapat

ditemukan dalam pembersih lantai yang mengandung amonia, sabun mandi dan

detergen yang mengandung NaOH/KOH, obat maag yang mengandung Mg(OH)2

, deodorant yang mengandung Al(OH)3 dan sebagainya. Oleh karena tidak semua

bahan kimia aman dicicipi, maka diperlukan alat untuk mengidentifikasi senyawa

tersebut. Alat ini biasa disebut indikator asam basa. Indikator artinya “penunjuk”.

Biasanya indikator asam basa berupa zat kimia yang mempunyai warna yang

berbeda apabila ditambahkan ke dalam larutan asam dan basa (Indira, C. 2015).

Ada beragam jenis indikator asam basa yang biasanya digunakan di

laboratorium kimia, diantaranya adalah lakmus, indikator universal, larutan

indikator ( seperti fenolftalein, metil merah, brom timol biru), dan indikator alam.

Indikator alam merupakan jenis indicator yang dibuat dari tumbuhan, baik dari

bagian daun, bunga, buah, dan batang. Berbagai jenis tumbuhan yang telah

dimanfaatkan menjadi indikator alam diantaranya adalah bunga sepatu, bougenvil,

kunyit, rosella, dan kubis ungu (Andarias, S. H. 2018).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praltikum kali ini adalah mempelajari menentukan pH

tanah, dan larutan ethanol menggunakan kertas lakmus.


Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui

cara penggunaan kertas lakmus dan megetahui sifa-sifat dari asan dan basa

tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Derajat Keasaman

Derajat Keasaman (pH) dan Indikator Asam-Basa Derajat keasaman atau

pH didefinisikan sebagai jumlah konsentrasi ion H di dalam suatu larutan atau

senyawa. Nilai pH berkisar antara 1-14, dengan keterangan bahwa semakin

tinggi nilai pH maka sifatnya akan semakin basa. Untuk kategori zat asam,

nilai pH berada di range 1-6,9. Nilai pH 7 untuk senyawa netral, dan nilai

pH 7,1 – 14 untuk senyawa basa (Basuki, K. H. 2021).

pH menunjukan tinggi rendahnya kandungan ion hidrogen dalam air. pH

air yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,0 dapat menyebabkan beberapa senyawa

kimia dalam tubuh manusia berubah menjadi racun yang cukup menggangu

kesehatan. pH menentukan sifat korosi suatu benda, semakin rendah nilai pH

amaka sifat korosinya akan semakin tinggi (Putra, A. Y. 2019).

2.2 Larutan Asam

Asam berasal dari bahasa latin accidus yang memiliki arti asam,

dimana awalnya digunakan untuk mendefinisikan cuka, kemudian digunakan pada

zat lain yang memiliki rasa masam. Sedangkan istilah basa atau alkali

didefinisikan sebagai zat yang bersifat seperti sabun dan memiliki rasa yang

pahit. Karakteristik zat basa/alkali yaitu zat yang bersifat seperti sabun, dapat

mengubh lakmus merah menjadi biru, dan dapat bereaksi dengan asam

membentuk garam. Karakteristik zat asam diantaranya adalah memiliki rasa asam,
bersifat korosif, dan mengubah lakmus biru menjadi merah (Carliner, H., Brown,

Q. L. 2017).

Senyawa asam banyak kita jumpai pada kehidupan sehari-hari. Semua

senyawa asam  mempunyai rasa masam/kecut. Buah-buahan memiliki rasa asam

berkat adanya senyawa asam yang dikandungnya. Jeruk mengandung asam sitrat

sedangkan anggur mengandung asam tartrat. Air susu yang basi mengandung

asam laktat. Selain itu, senyawa asam dapat kita temukan juga dalam lambung dan

darah. Dalam lambung terdapat asam klorida yang berperan pada pencernaan

makanan serta dalam darah terdapat asam karbonat dan asam phosfat yang

berperan pada pengangkutan makanan

2.3 Larutan Basa

Basa dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang memiliki rasa pahit dan

membirukan lakmus merah. Istilah alkali (basa) berasal dari bahasa arab al-

qali,yaitu abu dari suatu tanaman yang berkaitan dengan daerah rawa garam dan

padang pasir, basa dapat dikenali karena memiliki rasa yang pahit. Namun, jangan

mencoba untuk mencicipinya. Karena banyak diantaranya yang bersifat korosif

bahkan beracun (Zuhroti, B. 2018).

Basa banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya abu

gosok untuk mencuci piring. Basa dalam abu gosok dapat bereaksi dengan

kotoran berupa lemak/minyak, sehingga menjadi larut. Sedangkan, untuk mencuci

piring yang sangat  berminyak perlu menggunakan sabun. Sabun dapat

melarutkan lemak dan minyak. Para penderita magh selalu minum obat berupa

magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida


III. METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum assam basa ini dilaksanakan pada hari/tanggal Rabu, 5

November 2022, pukul 13:00 WITA – selesai. Bertempat di labolatorium Fakultas

Kehutanan, Universitas Tadulako, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

3.2 Alat dan Bahan

Alat -alat yang digunakan dalam praktikum adalah lumping, alu, gelas

kimia 100 mL, erlenmeyer250 mL, gelas ukur 100 mL, neraca analitik dan kertas

lakmus,.

Adapun bahan ayang digunkan dalam praktikum adalah ethanol, tanah dan

aquades.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah

3.3.1 Menentukan pH tanah

1. Timbang cantoh tanah sebanyak 20 gram, kemudian masukkan ke dalam

lumping dan gerus halus

2. Masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan aquades sebnyak 50 mL,

kemudian kocok selama 15 memit

3. Diam kan sampai tanahnya mengendap dan ukur pH-nya menggunkan pH

meter dan kertas lakmus

4. Lakukan hal yang sama pada butir 1, 2 dan 3

3.3.2 Menentukan pH sampel tanah dan larutan ethanol


1. Ambil 30 mL larutan ethanol dengan gelas ukur, masukkan ke dalam

gelass kimia 50 mL, kemudian ukur dan catat pH-nya dengan kertas

lakmus

2. Ambil 25 mL larutanethanol dengan gelas ukur, masukka ke dalam gelas

kimia 100 mL, kemudian ukur dan catat pH-nya dengan pH meter dan

kertas lakmus
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah:

Tabel 7. Larutan asam basa.

No. Perlakuan Pengamatan Reaksi


1. Ethanol Kertas lakmus merah Bersifat asam

menjadi biru

2. Tanah Fakultas Kertas lakmus biru Bersidat sedikit


basa
Kehutanan, Universitas menjadi merah

Tadulako, Kota Palu

3. Tanah Jl. Merpati Keras lakmus biru Bersifat basa

Tananmodindi, Kec. Palu menjadi merah

Sel, Sulawesi Tengah

4.2 Pembahasan

pH tanah atau pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah

mengandung unsur hara seperti nitrogen (N), kalium (K) dan fosfor (P), dimana

tanaman membutukan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh.

Dari pengamatan praktikum, didapatkan hasil dimana pada larutan ethanol

memperoleh pH > 7 (basa), pada larutan Tanah Fakultas Kehutanan, Universitas

Tadulako, Kota Palu memperoleh pH < 7 (asam), pada larutan Tanah Jl. Merpati

Tananmodindi, Kec. Palu Sel, Sulawesi Tengah memperoleh pH < 7 (asam).


V. KESIMPULAN

asam, basa maupun netral suatu larutan menggunakan kertas lakmus, dengan

melihat perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus yang telah dicelupkan

ke larutan. Apabila kertas lakmus merah berubah menjadi biru, maka sifat larutan

tersebut adalah basa. Apabila kertas lakmus biru berubah menjadi merah, maka

sifat larutan tersebut adalah asam. Apabila kertas lakmus tidak mengalami

perubahan warna, maka sifat larutan tersebut netral.

Hasil praktikum pada larutan ethanol memperoleh pH > 7 (basa),

penentuan pH tanah pada sempel tanah Fakultas Kehutanan, Universitas tadulako,

Kota Palu, Sulawesi Tengah adalah < 7 (asam), pada larutan Tanah Jl. Merpati

Tananmodindi, Kec. Palu Sel, Sulawesi Tengah memperoleh pH < 7 (asam).

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini adalah seharusnya praktikan

mengambil sampel tanah di daerah yang berbeda.

Adapun saran kepada asisten yaitu tidak ada, saya hanya berterimakasih

kepada asisten yang telah memberikan ilmunya dan kesabaran dalam menghadapi

praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Andarias, S. H. (2018). Potensi Organ Tumbuhan Sebagai Indikator Asam

Basa. Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah

Buton, 4(2), 64-69.

Basuki, K. H. (2021). Aplikasi Logaritma Dalam Penentuan Derajat Keasaman

(pH). Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika, 7(1).

Carliner, H., Brown, Q. L., Sarvet, A. L., & Hasin, D. S. (2017). Cannabis use,

attitudes, and legal status in the US: A review. Preventive medicine, 104,

13-23.

Indira, C. (2015). Pembuatan indikator asam basa karamunting. Jurnal

Kaunia, 11(1), 1-10.

Khotim, H. N., Nurhayati, S., & Hadisaputro, S. (2015). Pengembangan modul

kimia berbasis masalah pada materi asam basa. Chemistry in

Education, 4(2), 63-69.

Putra, A. Y., & Yulia, P. A. R. (2019). Kajian kualitas air tanah ditinjau dari

parameter pH, nilai COD dan BOD pada desa teluk nilap kecamatan Kubu

Babussalam Rokan Hilir Provinsi Riau. Jurnal Riset Kimia, 10(2), 103-

109.

Zuhroti, B., Marfu'ah, S., & Ibnu, M. S. (2018). Identifikasi pemahaman konsep

tingkat representasi makroskopik, mikrokopik dan simbolik siswa pada

materi asam-basa. J-PEK (Jurnal Pembelajaran Kimia), 3(2), 44-49.

Anda mungkin juga menyukai