KIMIA DASAR
PERCOBAAN
Stoikiometri
Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang membahas hubungan bobot unsur-
unsur dan senyawa dalam reaksi kimia. Karena air begitu lazim digunakan dalam
bidang kuantitatif (Underwood, 1986).
Mol didefinisikan sebagai banyaknya zat yang mengandung satuan-satuan
nyata (entitas) sebanyak atom dalam 12 gram nuklida, karbon-12, isotop, 6C 12 .
Satuan nyata ini dapat berupa atom, molekul, ion, ataupun elektron. Karena 12 gram
karbon-12 mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, maka 1 mol zat apa
saja mengandung 6,023. 1023 partikel elementer. Jika partikel itu molekul, bobot
dalam gram dari satu mol zat disebut bobot gram-molekul (biasanya disebut dengan
bobot atom). Bobot gram-atom tembaga adalah 65,54 gram dan mengandung 6,023.
1023 atom Cu (Underwood, 1986).
Istilah bobot gram-rumus (atau bobot rumus) adalah penjumlahan dari
bobotbotot atom semua atom dalam rumus kimia suatu zat dan normalnya sama
dengan bobot molekul. Beberapa ahli kimia menggunakan bobot rumus buaknnya
bobot molekul dalam kasus-kasus dimana kurang benar untuk berbicara mengenal
“molekul” suatu zat, terutama senyawa ion. Dalam natrium klorida (NaCl)
misalnya, satuan terkecil dalam zat padat ialah ion-ion Na+ dan Cl− molekul NaCl
itu tidak ada. Karena mol seperti didefinisikan di atas, menunjuk ke ensitas lain
maupun ke molekul. Istilah “bobot” molekul akan digunakan sebagai sinonim
dengan “bobot rumus” dalam kasus-kasus semacam itu. Dipahami bahwa
penggunaan ini tidaklah menyiratkan apapun mengenai struktur senyawa. Dalam
situasi dimana terjadi disosiasi ataupun pembentukan kompleks, yang
mengakibatkan kuantitas yang cukup dari molekul maupun ion dalam suatu larutan
akan digunakan normalitas sebagai sistem konsentrasi untuk menyatakan
banyaknya total suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu larutan, dan molaritas
untuk menyatakan konsentrasi keseimbangan dari masing-masing spesies
(Underwood, 1986).
Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang disebut
reaktan (reactant), menjadi sekelompok zat baru yang dinamakan dengan istilah
produk (product). Koefisien yang diperlukan dalam menyatakan kimia dinamakan
koefisien stoikiometri (stoichiometric coefficient), koefisien ini penting dalam
mengaitkan banyaknya reaktan yang digunakan dan juga banyaknya produk yang
terbentuk dalam reaksi kimia, melalui berbagai perhitungan (Underwood, 1986).
Suatu persamaan dapat disertakan hanya dengan menyesuaikan koefisien
pada rumus. Dalam menyetarakan reaksi kimia ingatlah butir-butir berikut: -
Persamaan hanya meliputi reaktan dan produk yang terlibat dalam sebuah reaksi.
Contoh reaksi yang salah: NO + O2 ⟶ NO2 + O Meskipun setara, persamaan ini
adalah salah. Dari deskripsi reaksi yang diketahui, tidak ada atom oksigen yang
dihasilkan: NO2 adalah satu-satunya produk. - Jangan menhetarakan persamaan
dengan merubah rumus. Contoh reaksi yang salah: NO + O2 ⟶ NO3 Sekali lagi,
persamaan sudah setara tetapi salah. Rumus untuk nitrogen dioksida, satu-satunya
produk reaksi, hanya dapat ditulis NO2. NO2 tidak boleh diganti menjadi NO3
untuk menyetarakan reaksi (Underwood, 1986).
Dalam bahasa Yunani, kata Stoiceion berarti unsur. Istilah stoikiometri
(stoichiometry) secara harfiah berarti mengukur unsur tetapi dari sudut pandang
praktis, geometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom
dan massa rumus, rumus kimia dan persamaan kimia (Underwood, 1986).
Koefisien dalam persamaan kimia : 2𝐻2(𝑔) + 𝑂2 ⟶ 2𝐻2𝑂(𝑙) Berarti, 2
molekul 𝐻2(𝑔) + 1 molekul 𝑂2 ⟶ 2 molekul H2O. Koefisien pada persamaan
reaksi kimia memungkinkan kita membuat pernyataan, seperti berikut: - Dua mol
H2O dihasilkan untuk setiap dua mol H2 yang terpakai - Dua mol H2 terpakai untuk
setiap satu mol O2 yang terpakai (Underwood, 1986). Lebih jauh lagi kita dapat
mengubah pernyataan itu, menjadi faktor konvers yang dinamakan faktor
stoikiometri (stoichiometric factor). Faktor stoikiometri mengaitkan jumlah dua zat
yang terlibat dalam reaksi kimia, berdasarkan mol (Underwood, 1986). Konsentrasi
atau molaritas (molarity) adalah sifat larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya
mol zat terlarut per liter larutan, atau: Molaritas (M) = banyaknya zat terlarut (dalam
mol) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟) (Syukri, 1999).
Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai dengan
berubahnya suatu zat menjadi zat lain. Contohnya saja pada pembakaran etanol.
Setelah diselidiki, etanol dan oksigen berubah menjadi pereduksi, sedangkan
karbondioksida dan air sebagai hasil reaksi. Keterangan diatas belumlah cukup,
karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi dengan hasil reaksi.
Jika dipakai 100 gram etanol, berapakah jumlah oksigen yang diperlukan serta
karbondioksida dan juga air yang terbentuk? Untuk itu perlu diketahui unsur-unsur
yang terdapat dalam etanol, karbondioksida, dan air serta perbandingannya secara
kuantitatif (Syukri, 1999).
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu
senyawa atau reaksi disebut stoikiometri (bahasa Yunani, stoiceion = unsur, metrain
= mengukur). Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Penelitian yang
cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi dalam kimia telah melahirkan
hukumhukum dasar kima yang menunjukkan hubungan kuantitatif itu. Hukum
tersebut adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
perbandingan ganda (Syukri, 1999).
Berdasarkan perjanjian Internasional, satu atom dari isotop karbon (disebut
carbon 12) yang mempunyai enam proton ini dipakai sebagai standar suatu ayunan
massa atom yang didefinisikan sebagai suatu massa yang besarnya tepat sama
dengan seperduabelas massa dari satu atom karbon-12. Massa satu atom karbon
12=12 sma (Chang, 2005).
Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan dapat terjadi sama dengan
reaksi ini dan dapat terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi
merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
stoikiometri. Perbedaannya jika ada satuan laboratorium yang digunakan untuk
menghitung jumlah reaktan. Perhatikan reaksi dari larutan natrium karbonat,
NaCr2O4 yang ditambahkan kedalam larutan timbel nitrat (Pb(NO3)).
Terbentuknya endapan PbCrO4 yang bewarna kuning, suatu senyawa yang bisa
digunakan untuk berbagai keperluan. Stoikiometri berguna untuk memberi
pemahaman dan analisa secara kuantitatif (Brady, 1999).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
Sifat Kimia:
1. Tidak dapat terbakar
2. Memiliki pH 7 (netral)
3. Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak
2. NaOH
Sifat Fisika
1. Massa molar sebesar 39,8871 g/mol
2. Massa jenis sebesar 2,1 gr/𝑐𝑚3
3. Zat padat berwarna putih
4. Titik lebur sebesar 318℃ (591K)
5. Titik didih 1390℃ (1663K)
Sifat kimia
1. Larut dalam pelarut air
2. Memiliki sifat tidak mudah terbakar
3. Mudah reaktif dengan oksidator dan logam
4. Bersifat korosif
5. Bersifat higroskopis
3. HCl
Sifat Fisika
1. Massa atom : 36,45
2. Massa jenis : 3,21 gr/𝑐𝑚3
3. Titik leleh : -1010℃
4. Pada suhu kamar HCl berbentuk gas yang tak berwarna
5. Energy ionisasi : 1250 kj/mol
6. Berbau tajam
Sifat kimia
1. HCl akan berasap tebal di udara lembab
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang
3. Dapat larut dalam alkali hidrksida, kloroform, dan eter.
4. Merupakan oksidator kuat
5. Racun bagi pernapasan
6. Berafinitas besar sekali terhadap unsur – unsur lainnya
4. H2SO4
Sifat Fisika
1. Merupakan asam sulfat pekat
2. Merupakan cairan yang plolar
3. Bersifat korosif tinggi
4. Tidak berwarna
Sifat kimia
1. Bersifat anorganik yang sangat kuat
2. Zat pendehidrasi yang sangat baik digunakan untuk
mengeringkan buah – buahan
3. Bereaksi dengan basa menghasilkan garam sulfat
4. Sifat oksidatornya pekat dan panas
Aplikasi stiokiometri dalam kehidupan sehari – hari :
1. Dibidang kedokteran untuk menentukan unsur dan nyawa dalam
sebuah sampel misalnya sampel darah, urin, rambut, dll.
2. Dibidang pertanian untuk menganalisis komposisi pupuk.
3. Dibidang industry untuk memonitor bahan baku proses
produksi, dan limbah yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan stiokiometri dapat disimpulkan bahwa pada reaksi HCl –
NaOH merupakan jenis reaksi non stiokiometri, sedangkan pada reaksi NaOH-
H2SO4 merupakan jenis reaksi stoikiometri. Dan dari percobaan ini dapat
diketahui yang menjadi reaksi pembatas adalah H2SO4 dan NaOH
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Respati. 1992.
Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Bineka Cipta. Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia
Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar.
Yogyakarta: UGM. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.