Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN
Stoikiometri

Nama : Faathir Hafiidh


NIM : 2007076017
Program Studi : Geofisika

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali selalu menjumpai hal-hal yang
berkaitan dengan stoikiometri, baik yang terdapat di dalam laboratorium, industri
atau pabrik, maupun di lingkungan sekitar kita, misalnya makanan yang kita
konsumsi setiap hari setelah dicerna dan diubah menjadi tenaga bagi tubuh. Contoh
lain misalnya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobi menanam bunga
anggrek dan tanaman hias lainnya. Dia ingin menyemprot tanaman kesayangannya
dengan pupuk langsung ke daunnya, hal ini membuat dia harus membuat larutan
dengan konsentrasi tertentu. Adapun yang dapat kita temukan di alam, misalnya
nitrogen dan hidrogen bergabung membentuk amonia yang digunakan sebagai
pupuk dan bahan yang diperlukan jika kita ingin memperoleh jumlah atau hasil
tertentu. Contoh pada industri atau pabrik pertambangan yang dapat menjelaskan
kualitas bijih, karena persen komposisi massa dari unsur-unsur dalam senyawa
dapat dihitung dengan cepat.
Perhitungan kimia sangat penting dilaboratorium, dipabrik, tetapi juga tidak
jarang dirumah dan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Perhitungan ini meliputi
misalnya berapa banyak bahan baku yang diperlukan bila ingin memperoleh
sejumlah hasil tertentu. Atau sebaliknya bila tersedia bahan baku, berapa paling
banyak hasil yang dapat diperoleh. Contoh lain adalah perhitungan yang berkaitan
dengan banyaknya gas, terdapat dalam gas dengan volume, tekanan dan suhu
tertentu.
Stoikiometri sendiri adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait
dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceion
(unsur) dan metrein (pengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam
unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam
reaksi kimia yang didasarkan pada hukum dasar.
Oleh karena itu, percobaan ini sendiri dilakukan untuk menentukan titik
maksimum dan titik minimum stoikiometri pada sistem HCL 0,5 M, NaOH 0,5 M,
NaOH 1 M, dan H2SO4 1M. Selain itu kita melakukan percobaan ini untuk
mengetahui dan dapat menerapkan jika NaOH dihomogenkan atau dicampur
dengan H2SO4 ataupun HCL, apa yang terjadi dan termasuk jenis reaksi
stoikiometri atau reaksi non stoikiometri

1.2 Tujuan Praktikum


- Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada sistem larutan NaOH 0,5 M
dengan HCL 0,5 M dan NaOH 1 M dengan H2SO4 1 M.
- Untuk mengetahui larutan apa saja yang menjadi reaksi pembatas pada
percobaan ini
- Untuk mengetahui cara melakukan percobaan stoikiometri secara
benar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang membahas hubungan bobot unsur-
unsur dan senyawa dalam reaksi kimia. Karena air begitu lazim digunakan dalam
bidang kuantitatif (Underwood, 1986).
Mol didefinisikan sebagai banyaknya zat yang mengandung satuan-satuan
nyata (entitas) sebanyak atom dalam 12 gram nuklida, karbon-12, isotop, 6C 12 .
Satuan nyata ini dapat berupa atom, molekul, ion, ataupun elektron. Karena 12 gram
karbon-12 mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, maka 1 mol zat apa
saja mengandung 6,023. 1023 partikel elementer. Jika partikel itu molekul, bobot
dalam gram dari satu mol zat disebut bobot gram-molekul (biasanya disebut dengan
bobot atom). Bobot gram-atom tembaga adalah 65,54 gram dan mengandung 6,023.
1023 atom Cu (Underwood, 1986).
Istilah bobot gram-rumus (atau bobot rumus) adalah penjumlahan dari
bobotbotot atom semua atom dalam rumus kimia suatu zat dan normalnya sama
dengan bobot molekul. Beberapa ahli kimia menggunakan bobot rumus buaknnya
bobot molekul dalam kasus-kasus dimana kurang benar untuk berbicara mengenal
“molekul” suatu zat, terutama senyawa ion. Dalam natrium klorida (NaCl)
misalnya, satuan terkecil dalam zat padat ialah ion-ion Na+ dan Cl− molekul NaCl
itu tidak ada. Karena mol seperti didefinisikan di atas, menunjuk ke ensitas lain
maupun ke molekul. Istilah “bobot” molekul akan digunakan sebagai sinonim
dengan “bobot rumus” dalam kasus-kasus semacam itu. Dipahami bahwa
penggunaan ini tidaklah menyiratkan apapun mengenai struktur senyawa. Dalam
situasi dimana terjadi disosiasi ataupun pembentukan kompleks, yang
mengakibatkan kuantitas yang cukup dari molekul maupun ion dalam suatu larutan
akan digunakan normalitas sebagai sistem konsentrasi untuk menyatakan
banyaknya total suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu larutan, dan molaritas
untuk menyatakan konsentrasi keseimbangan dari masing-masing spesies
(Underwood, 1986).
Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang disebut
reaktan (reactant), menjadi sekelompok zat baru yang dinamakan dengan istilah
produk (product). Koefisien yang diperlukan dalam menyatakan kimia dinamakan
koefisien stoikiometri (stoichiometric coefficient), koefisien ini penting dalam
mengaitkan banyaknya reaktan yang digunakan dan juga banyaknya produk yang
terbentuk dalam reaksi kimia, melalui berbagai perhitungan (Underwood, 1986).
Suatu persamaan dapat disertakan hanya dengan menyesuaikan koefisien
pada rumus. Dalam menyetarakan reaksi kimia ingatlah butir-butir berikut: -
Persamaan hanya meliputi reaktan dan produk yang terlibat dalam sebuah reaksi.
Contoh reaksi yang salah: NO + O2 ⟶ NO2 + O Meskipun setara, persamaan ini
adalah salah. Dari deskripsi reaksi yang diketahui, tidak ada atom oksigen yang
dihasilkan: NO2 adalah satu-satunya produk. - Jangan menhetarakan persamaan
dengan merubah rumus. Contoh reaksi yang salah: NO + O2 ⟶ NO3 Sekali lagi,
persamaan sudah setara tetapi salah. Rumus untuk nitrogen dioksida, satu-satunya
produk reaksi, hanya dapat ditulis NO2. NO2 tidak boleh diganti menjadi NO3
untuk menyetarakan reaksi (Underwood, 1986).
Dalam bahasa Yunani, kata Stoiceion berarti unsur. Istilah stoikiometri
(stoichiometry) secara harfiah berarti mengukur unsur tetapi dari sudut pandang
praktis, geometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom
dan massa rumus, rumus kimia dan persamaan kimia (Underwood, 1986).
Koefisien dalam persamaan kimia : 2𝐻2(𝑔) + 𝑂2 ⟶ 2𝐻2𝑂(𝑙) Berarti, 2
molekul 𝐻2(𝑔) + 1 molekul 𝑂2 ⟶ 2 molekul H2O. Koefisien pada persamaan
reaksi kimia memungkinkan kita membuat pernyataan, seperti berikut: - Dua mol
H2O dihasilkan untuk setiap dua mol H2 yang terpakai - Dua mol H2 terpakai untuk
setiap satu mol O2 yang terpakai (Underwood, 1986). Lebih jauh lagi kita dapat
mengubah pernyataan itu, menjadi faktor konvers yang dinamakan faktor
stoikiometri (stoichiometric factor). Faktor stoikiometri mengaitkan jumlah dua zat
yang terlibat dalam reaksi kimia, berdasarkan mol (Underwood, 1986). Konsentrasi
atau molaritas (molarity) adalah sifat larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya
mol zat terlarut per liter larutan, atau: Molaritas (M) = banyaknya zat terlarut (dalam
mol) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟) (Syukri, 1999).
Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai dengan
berubahnya suatu zat menjadi zat lain. Contohnya saja pada pembakaran etanol.
Setelah diselidiki, etanol dan oksigen berubah menjadi pereduksi, sedangkan
karbondioksida dan air sebagai hasil reaksi. Keterangan diatas belumlah cukup,
karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi dengan hasil reaksi.
Jika dipakai 100 gram etanol, berapakah jumlah oksigen yang diperlukan serta
karbondioksida dan juga air yang terbentuk? Untuk itu perlu diketahui unsur-unsur
yang terdapat dalam etanol, karbondioksida, dan air serta perbandingannya secara
kuantitatif (Syukri, 1999).
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu
senyawa atau reaksi disebut stoikiometri (bahasa Yunani, stoiceion = unsur, metrain
= mengukur). Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Penelitian yang
cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi dalam kimia telah melahirkan
hukumhukum dasar kima yang menunjukkan hubungan kuantitatif itu. Hukum
tersebut adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
perbandingan ganda (Syukri, 1999).
Berdasarkan perjanjian Internasional, satu atom dari isotop karbon (disebut
carbon 12) yang mempunyai enam proton ini dipakai sebagai standar suatu ayunan
massa atom yang didefinisikan sebagai suatu massa yang besarnya tepat sama
dengan seperduabelas massa dari satu atom karbon-12. Massa satu atom karbon
12=12 sma (Chang, 2005).
Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan dapat terjadi sama dengan
reaksi ini dan dapat terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi
merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
stoikiometri. Perbedaannya jika ada satuan laboratorium yang digunakan untuk
menghitung jumlah reaktan. Perhatikan reaksi dari larutan natrium karbonat,
NaCr2O4 yang ditambahkan kedalam larutan timbel nitrat (Pb(NO3)).
Terbentuknya endapan PbCrO4 yang bewarna kuning, suatu senyawa yang bisa
digunakan untuk berbagai keperluan. Stoikiometri berguna untuk memberi
pemahaman dan analisa secara kuantitatif (Brady, 1999).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Termometer
- Pipet ukur 25 mL
- Pipet volume 5 mL
- balp
- Beaker glass 250 mL
3.1.2 Bahan
- HCL 0,5 M
- NaOH 0,5 M
- H2SO4 1 M
- NaOH 1 M

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Stoikiometri HCL 0,5 M - NaOH 0,5 M
- Dimasukkan H2SO4 1 M 5 mL ke dalam gelas beaker
- Diukur suhunya
- Dimasukkan NaOH 1 M 25 mL ke dalam gelas beaker
- Diukur suhunya
- Dicampur larutan H2SO4 5 mL dengan NaOH 25 mL
- Dihomogenkan
- Diukur dan dicatat suhu campurannya.

3.2.2 Stoikiometri H2SO4 1 M – NaOH 1 M


- Dimasukkan H2SO4 1 M 5 mL ke dalam gelas beaker
- Diukur suhunya
- Dimasukkan NaOH 1 M 25 mL ke dalam gelas beaker
- Diukur suhunya
- Dicampur larutan H2SO4 5 mL dengan NaOH 25 mL
- Dihomogenkan
- Diukur dan dicatat suhu campurannya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


4.1.1 Sistem HCl – NaOH
HCl NaOH Tm Ta ΔT
(mL) (mL) (oC) (oC) (oC)
5 25 28 30 2
10 20 28 32 4
15 15 28 34 6
20 10 28 33 5
25 2 28 30 2

4.1.2 Sistem H2SO4 – NaOH


H2SO4 NaOH Tm Ta ΔT
(mL) (mL) (oC) o
( C) (oC)
5 25 28 33 5
10 20 28 38 10
15 15 28 36 8
20 10 28 33 5
25 2 28 31 3

4.2 Reaksi Kimia


HCl(l) + NaOH(l) NaCl(l) + H2O(l)
H2SO4(l) + 2NaOH(l) Na2SO4(l) + 2H2O(l)
4.3 Perhitungan
4.3 Perhitungan
Sistem HCl – NaOH
Diketahui : M NaOH = 0.5 M
M HCl = 0.5 M
1. Diketahui : V NaOH = 25 mL
V HCl = 5 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 25 mL
= 12.5 mmol
n HCl = M HCl × V HCl
= 0.5 M × 5 mL
= 2.5 mmol
HCl(l) + NaOH(l) NaCl(l) + H2O(l)
m: 2.5 mmol 12.5 mmol - -
r : 2.5 mmol 2.5 mmol 2.5 mmol 2.5 mmol
___________________________________________________________
s : - 10.0 mmol 2.5 mmol 2.5 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = HCl
c. Reaksi sisa = NaOH
d. Hasil reaksi = NaCl
e. Massa garam
n NaCl = 2.5 mmol
= 0.0025 mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
m NaCl = n NaCl × Mr NaCl
= 0.0025 mol × 58.5 gr/mol
= 0.14625 gram
2. Diketahui : V NaOH = 20 mL
V HCl = 10 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 20 mL
= 10 mmol
n HCl = M HCl × V HCl
= 0.5 M × 10 mL
= 5 mmol
HCl(l) + NaOH(l) NaCl(l) + H2O(l)
m: 5 mmol 10 mmol - -
r : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
___________________________________________________________
s : - 5 mmol 5 mmol 5 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = HCl
c. Reaksi sisa = NaOH
d. Hasil reaksi = NaCl
e. Massa garam
n NaCl = 5 mmol
= 0.005 mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
m NaCl = n NaCl × Mr NaCl
= 0.005 mol × 58.5 gr/mol
= 0.2925 gram
3. Diketahui : V NaOH = 15 mL
V HCl = 15 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 15 mL
= 7.5 mmol
n HCl = M HCl × V HCl
= 0.5 M × 15 mL
= 7.5 mmol
HCl(l) + NaOH(l) NaCl(l) + H2O(l)
m: 7.5 mmol 7.5 mmol - -
r : 7.5 mmol 7.5 mmol 7.5 mmol 7.5 mmol
___________________________________________________________
s : - - 7.5 mmol 7.5 mmol
a. Jenis reaksi = stoikiometri
b. Reaksi pembatas = tidak ada
c. Reaksi sisa = tidak ada
d. Hasil reaksi = NaCl
e. Massa garam
n NaCl = 7.5 mmol
= 0.0075 mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
m NaCl = n NaCl × Mr NaCl
= 0.0075 mol × 58.5 gr/mol
= 0.43875 gram
4. Diketahui : V NaOH = 10 mL
V HCl = 20 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 10 mL
= 5 mmol
n HCl = M HCl × V HCl
= 0.5 M × 20 mL
= 10 mmol
HCl(l) + NaOH(l) NaCl(l) + H2O(l)
m: 10 mmol 5 mmol - -
r : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
_________________________________________________________
s : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = NaOH
c. Reaksi sisa = HCl
d. Hasil reaksi = NaCl
e. Massa garam
n NaCl = 5 mmol
= 0.005 mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
m NaCl = n NaCl × Mr NaCl
= 0.005 mol × 58.5 gr/mol
= 0.2925 gram
5. Diketahui : V NaOH = 2 mL
V HCl = 25 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 2 mL
= 1 mmol
n HCl = M HCl × V HCl
= 0.5 M × 25 mL
= 12.5 mmol
HCl(l) + NaOH(l) NaCl(l) + H2O(l)
m: 12.5 mmol 1 mmol - -
r : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
__________________________________________________________
s : 11.5 mmol - 1 mmol 1 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = HCl
c. Reaksi sisa = NaOH
d. Hasil reaksi = NaCl
e. Massa garam
n NaCl = 1 mmol
= 0.001 mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
m NaCl = n NaCl × Mr NaCl
= 0.001 mol × 58.5 gr/mol
= 0.0585 gram
Sistem H2SO4 – NaOH
Diketahui : M NaOH = 0.5 M
M H2SO4 = 0.5 M
1. Diketahui : V NaOH = 25 mL
V H2SO4 = 5 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 25 mL
= 12.5 mmol
n H2SO4 = M H2SO4 × V H2SO4
= 0.5 M × 5 mL
= 2.5 mmol
H2SO4(l) + 2 NaOH(l) Na2SO4(l) + 2 H2O(l)
m: 2.5 mmol 12.5 mmol - -
r : 2.5 mmol 5 mmol 2.5 mmol 5 mmol
___________________________________________________________
s : - 7.5 mmol 2.5 mmol 5 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = H2SO4
c. Reaksi sisa = NaOH
d. Hasil reaksi = Na2SO4
e. Massa garam
n Na2SO4 = 2.5 mmol
= 0.0025 mol
Mr Na2SO4= 142 gr/mol
m Na2SO4 = n Na2SO4× Mr Na2SO4
= 0.0025 mol × 142 gr/mol
= 0.355 gram
2. Diketahui : V NaOH = 20 mL
V H2SO4 = 10 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 20 mL
= 10 mmol
n H2SO4 = M H2SO4 × V H2SO4
= 0.5 M × 10 mL
= 5 mmol
H2SO4(l) + 2 NaOH(l) Na2SO4(l) + 2 H2O(l)
m: 5 mmol 10 mmol - -
r : 5 mmol 10 mmol 5 mmol 10 mmol
___________________________________________________________
s : - - 5 mmol 10 mmol
a. Jenis reaksi = stoikiometri
b. Reaksi pembatas = tidak ada
c. Reaksi sisa = tidak ada
d. Hasil reaksi = Na2SO4
e. Massa garam
n Na2SO4 = 5 mmol
= 0.005 mol
Mr Na2SO4= 142 gr/mol
m Na2SO4 = n Na2SO4× Mr Na2SO4
= 0.005 mol × 142 gr/mol
= 0.71 gram
3. Diketahui : V NaOH = 15 mL
V H2SO4 = 15 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 15 mL
= 7.5 mmol
n H2SO4 = M H2SO4 × V H2SO4
= 0.5 M × 15 mL
= 7.5 mmol
H2SO4(l) + 2 NaOH(l) Na2SO4(l) + 2 H2O(l)
m: 7.5 mmol 7.5 mmol - -
r : 3.75 mmol 7.5 mmol 3.75 mmol 7.5 mmol
___________________________________________________________
s : 3.75 mmol - 3.75 mmol 7.5 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = NaOH
c. Reaksi sisa = H2SO4
d. Hasil reaksi = Na2SO4
e. Massa garam
n Na2SO4 = 3.75 mmol
= 0.00375 mol
Mr Na2SO4= 142 gr/mol
m Na2SO4 = n Na2SO4× Mr Na2SO4
= 0.00375 mol × 142 gr/mol
= 0.5325 gram
4. Diketahui : V NaOH = 10 mL
V H2SO4 = 20 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 10 mL
= 5 mmol
n H2SO4 = M H2SO4 × V H2SO4
= 0.5 M × 20 mL
= 10 mmol
H2SO4(l) + 2 NaOH(l) Na2SO4(l) + 2 H2O(l)
m: 10 mmol 5 mmol - -
r : 2.5 mmol 5 mmol 2.5 mmol 5 mmol
___________________________________________________________
s : 7.5 mmol - 2.5 mmol 5 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = NaOH
c. Reaksi sisa = H2SO4
d. Hasil reaksi = Na2SO4
e. Massa garam
n Na2SO4 = 2.5 mmol
= 0.0025 mol
Mr Na2SO4= 142 gr/mol
m Na2SO4 = n Na2SO4× Mr Na2SO4
= 0.0025 mol × 142 gr/mol
= 0.355 gram
5. Diketahui : V NaOH = 2 mL
V H2SO4 = 25 mL
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 0.5 M × 2 mL
= 1 mmol
n H2SO4 = M H2SO4 × V H2SO4
= 0.5 M × 25 mL
= 12.5 mmol
H2SO4(l) + 2 NaOH(l) Na2SO4(l) + 2 H2O(l)
m: 12.5 mmol 1 mmol - -
r : 0.5 mmol 1 mmol 0.5 mmol 1 mmol
___________________________________________________________
s : 12.0 mmol - 0.5 mmol 1 mmol
a. Jenis reaksi = non stoikiometri
b. Reaksi pembatas = NaOH
c. Reaksi sisa = H2SO4
d. Hasil reaksi = Na2SO4
e. Massa garam
n Na2SO4 = 0.5 mmol
= 0.0005 mol
Mr Na2SO4= 142 gr/mol
m Na2SO4 = n Na2SO4× Mr Na2SO4
= 0.0005 mol × 142 gr/mol
= 0.071 gram
4.4 Pembahasan
Stikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif
zat yang terlibat dalam reaksi. Titik maksimum adalah titik kapan suatu reaksi
mencapai keadaan stiokiometri. Sedangkan titik maksimum adalah titik kapan
reaksi mencapai keadaan non stiokiometri.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energy dari
system ke lingkungan. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap
kalor atau energi dari lingkungan ke sisitem. Contoh reaksi ekksoterm adalah
pengembunan, bgaian luar gelas yang diisi udara dingin menjadi basah, dan nyala
apai unggun. Contoh reaksi endoterm adalah peristiwa es mencair, pembuatan
garam dengan kecepatan dari sinar matahari, dan lilin yang meleleh.
Pereaksi pembatas adalah perekasi yang lebih dahulu habis singgah zat – zat
yang direaksikan tidak ekivalen dan memiliki jumlah mol yang lebih kecil dari
reaktan lain. Sedangkan pereaksi sisa adalah reaktan yang berlebih atau tidak habis
bereaksidalam suatu reaksi kimia dan memiliki jumlah mol yang lebih besar dari
reaktan yang lain.
Reaksi stiokimometri adalah suatu reaksi yang semua reaktannya habis
bereaksi. Sedangkan reaksi non stiokiometri adalah suatu reaksi yang salah satu
reaktannya tidak habis bereaksi (bersisa) dan reaktan yang lain habis bereaksi.
Pada dasarnya stiokiometri memiliki dasar hukum – hukum, yaitu hukum
kekekalan massa (hukum Lavoisier), hukum perbandingan hukum tetap (hukum
proust), hukum perbandingan berganda (hukum dalton), hukum perbandingan
volume gas (hukum gay lussac), dan hukum Avogadro.
Dari percobaan stiokiometri dapat disimpulkan hasil pembahasan sebagai
berikut :
1. Reaksi HCl - NaOH
Pada system larutan HCl 1 M 5 mL – NaOH 1 M 25 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 5 mL dan volume NaOH sebanyak 25 mL.
Dengan HCl sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah NaCl dengan massa NaCl sebanyak 0,2925
gram.
Pada system larutan HCl 1 M 10 mL – NaOH 1 M 20 mL merupakan jenis reaksi
non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH sebanyak
1 M dengan volume HCl 10 mL dan volume NaOH sebanyak 20 mL. Dengan HCl
sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa. Kemudian
dihasilkan reaksinya adalah massa NaCl sebanyak 0,585 gram.
Pada system larutan HCl 1 M 15 mL – NaOH 1 M 15 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 15 mL dan volume NaOH sebanyak 15 mL.
Dengan HCl dan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH reaksi sisa tidak
ada. Kemudian dihasilkan reaksinya adalah massa NaCl sebanyak 0,8775 gram.
Pada system larutan HCl 1 M 20 mL – NaOH 1 M 10 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 20 mL dan volume NaOH sebanyak 10 mL.
Dengan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan HCl sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah NaCl dengan massa NaCl sebanyak 0,585
gram.
Pada system larutan HCl 1 M 25 mL – NaOH 1 M 2 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 25 mL dan volume NaOH sebanyak 2 mL.
Dengan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan HCl sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah NaCl dengan massa NaCl sebanyak 0,117
gram.
2. Reaksi H2SO4 – NaOH
Pada system larutan H2SO4 1 M 5 mL – NaOH 1 M 25 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume H2SO4 5 mL dan volume NaOH sebanyak 25 mL.
Dengan H2SO4 sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah Na2SO4 dengan massa Na2SO4 sebanyak
0,71 gram.
Pada system larutan H2SO4 1 M 10 mL – NaOH 1 M 20 mL merupakan
jenis reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol H2SO4 sebanyak 1 M dan mol
NaOH sebanyak 1 M dengan volume H2SO4 10 mL dan volume NaOH sebanyak
20 mL. Dengan H2SO4 dan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan reaksi sisa
tidak ada. Kemudian dihasilkan reaksinya adalah Na2SO4 dengan massa Na2SO4
sebanyak 1,42 gram.
Pada system larutan H2SO4 1 M 15 mL – NaOH 1 M 15 mL merupakan
jenis reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume H2SO4 15 mL dan volume NaOH sebanyak 15 mL.
Dengan H2SO4 sebagai pereaksi pembatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah Na2SO4 dengan massa Na2SO4 sebanyak
2,13 gram.
Pada system larutan H2SO4 1 M 20 mL – NaOH 1 M 10 mL merupakan
jenis reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume H2SO4 20 mL dan volume NaOH sebanyak 10 mL.
Dengan H2SO4 sebagai pereaksi pembatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah Na2SO4 dengan massa Na2SO4 sebanyak
2,84 gram.
Pada system larutan H2SO4 1 M 25 mL – NaOH 1 M 2 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume H2SO4 25 mL dan volume NaOH sebanyak 2 mL.
Dengan H2SO4 sebagai pereaksi pembatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah Na2SO4 dengan massa Na2SO4 sebanyak
3,55 gram.
Fungsi alat
Alat :
- Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu atau temperature.
- Pipet ukur berfungsi untuk memindahkan cairan atu larutan kedalam wadah
- Pipet volume berfungsi untuk memindahkan cairan – cairan yang digunakan
dalam proses pengujian.
- Balf berfungsi membantu mengambil larutan kimia berbahaya dengan cara
disambungkan dengan pipet ukur.
- Gelas beaker berfungsi untuk menampung sample/bahan sementara.

Adapun fungsi perlakuan dalam percobaan ini yaitu :


1. Dinetralkan berfungsi agar thermometer berada di suhu ruang.
2. Dikeringkan berfungsi agar setelah dialiri air, termometer tidak
basah dengan dikeringkan menggunakan tissue
3. Diukur berfungsi untuk mengukur suhu dari larutan yang di uji.
4. Dipasang berfungsi agar bulp dapat digunakan bersama pipet
volume untuk memindahkan larutan
5. Dialiri berfungsi agar termometer dapat menyesuaikan dengan
suhu ruang.
Adapun sifat dari larutan aquades, NaOH, HCl, H2SO4 sebagai berikut:
1. Aquades
Sifat Fisika
1. Cair
2. Berat molekul 18,02 gr/mol
3. Densitas 1000 kg/m3
4. Tekanan uap 2,3 kPa

Sifat Kimia:
1. Tidak dapat terbakar
2. Memiliki pH 7 (netral)
3. Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak
2. NaOH
Sifat Fisika
1. Massa molar sebesar 39,8871 g/mol
2. Massa jenis sebesar 2,1 gr/𝑐𝑚3
3. Zat padat berwarna putih
4. Titik lebur sebesar 318℃ (591K)
5. Titik didih 1390℃ (1663K)
Sifat kimia
1. Larut dalam pelarut air
2. Memiliki sifat tidak mudah terbakar
3. Mudah reaktif dengan oksidator dan logam
4. Bersifat korosif
5. Bersifat higroskopis
3. HCl
Sifat Fisika
1. Massa atom : 36,45
2. Massa jenis : 3,21 gr/𝑐𝑚3
3. Titik leleh : -1010℃
4. Pada suhu kamar HCl berbentuk gas yang tak berwarna
5. Energy ionisasi : 1250 kj/mol
6. Berbau tajam
Sifat kimia
1. HCl akan berasap tebal di udara lembab
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang
3. Dapat larut dalam alkali hidrksida, kloroform, dan eter.
4. Merupakan oksidator kuat
5. Racun bagi pernapasan
6. Berafinitas besar sekali terhadap unsur – unsur lainnya
4. H2SO4
Sifat Fisika
1. Merupakan asam sulfat pekat
2. Merupakan cairan yang plolar
3. Bersifat korosif tinggi
4. Tidak berwarna
Sifat kimia
1. Bersifat anorganik yang sangat kuat
2. Zat pendehidrasi yang sangat baik digunakan untuk
mengeringkan buah – buahan
3. Bereaksi dengan basa menghasilkan garam sulfat
4. Sifat oksidatornya pekat dan panas
Aplikasi stiokiometri dalam kehidupan sehari – hari :
1. Dibidang kedokteran untuk menentukan unsur dan nyawa dalam
sebuah sampel misalnya sampel darah, urin, rambut, dll.
2. Dibidang pertanian untuk menganalisis komposisi pupuk.
3. Dibidang industry untuk memonitor bahan baku proses
produksi, dan limbah yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan stiokiometri dapat disimpulkan bahwa pada reaksi HCl –
NaOH merupakan jenis reaksi non stiokiometri, sedangkan pada reaksi NaOH-
H2SO4 merupakan jenis reaksi stoikiometri. Dan dari percobaan ini dapat
diketahui yang menjadi reaksi pembatas adalah H2SO4 dan NaOH
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Respati. 1992.
Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Bineka Cipta. Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia
Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar.
Yogyakarta: UGM. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai