KIMIA DASAR I
DISUSUN OLEH :
NAMA : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
1
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
JUDUL PERCOBAAN
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
ii
KATA PENGANTAR
Tujuan dari penulisan “Laporan Resmi Kimia Dasar 1” ini adalah untuk
memenuhi syarat dalam mengikuti ujian praktikum Kimia Dasar 1. Selain itu,
semoga laporan ini dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain untuk dapat
digunakan sebagai literatur tambahan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu selama praktikum hingga tersusunnya laporan ini khususnya kepada
dosen pembimbing, koordinator praktikum, dan asisten praktikum yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum serta dalam penulisan
laporan ini.
Apabila dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan
saran yang membantu dari pembaca sekalian akan sangat diharapkan untuk
perbaikan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis
mengucapkan terimakasih.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN
PEMURNIAN
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ada tiga istilah yang harus dipahami dan diingat dalam ilmu kimia yaitu
unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat diuraikan
dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya adalah
hydrogen, oksigen, besi, tembaga, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua zat atau lebih dengan
perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur
pembentukannya. Contohnya adalah air (H2O = hydrogen dan oksigen). Unsur
dan senyawa disebut zat tunggal karena partikel terkecilnya satu macam (Syukri,
1999).
Berbeda dengan unsur dan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat
tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Contohnya adalah campuran
antara unsur nitrogen dan oksigen, dan antara besi dan belerang (Chang, 1998).
Suatu campuran diklasifikasikan sebagai homogen dan heterogen.
Campuran heterogen terdiri atas fasa-fasa tersendiri, dan sifat-sifat yan teramati
adalah merupakan gabungan dari pada fasa-fasa tunggal. Campuran homogen
terdiri atas fasa tunggal yang mempunyai sifat-sifat yang sama (Sastrohamidjojo,
2001).
Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran
dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cairan atau padatan. Dua
pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat yang dilarutkan) dan
solven ( zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah
yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa yang berada dalam
jumlah yang kecil disebut solute. Meskipun demikian, pernyataan ini dapat dibalik
bila ia lebih tepat. Sebagai contoh, larutan asam sulfat dan air. Asam sulfat
seringkali dinyatakan sebagai solute dan air sebagai solven untuk senyawa yang
lebih kecil (Sastrohamidjojo, 2001).
Contoh dari campuran homogen adalah gula dan air. Partikel gula
menyebar merata di dalam air karena begitu kecil dan meratanya partikel gula
sehingga tidak dapat dilihat walaupun dengan mikroskop. Sedangkan contoh dari
campuran heterogen adalah campuran dari air dan minyak tanah (Sastrohamidjojo,
2001).
Pada mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan
kuat, minyak akan menyebar ke dalam air berupa gelembung-gelembung kecil.
Pada gelembung hanya tedapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Dengan
kata lain, adalah campuran heterogen yang masih ada batas antara kedua
komponen atau lebih dari satu fasa (Klainfelter, 1991).
4
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa materi dapat dibagi atas zat murni
(tunggal) dan campuran (majemuk). Ada dua zat murni yaitu unsur dan senyawa.
Senyawa terbentuk dari dua unsur atau lebih dengan komposisi tertentu,
sedangkan campuran adalah gabungan dua zat murni dengan komposisi
sembarang. Campuran dapat diubah menjadi zat murni atau sebaliknya, zat murni
dapat menjadi campuran. Kedua proses ini termasuk peristiwa fisika, demikian
juga beberapa unsur dapat bersatu membentuk senyawa dan sebaliknya, senyawa
dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Perubahan ini termasuk perubahan kimia
(Sastrohamidjojo, 2001).
Setiap zat murni baik unsur maupun senyawa terbentuk dari partikel kecil
yang sama ukuran dan massanya. Partikel suatu unsur disebut atom dan partikel
senyawa disebut molekul (Syukri, 1999).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan
secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia,
suatu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan
(Syukri, 1999).
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan
zat serta sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen berwujud
padat dan cair, misalnya pasir dan air, maka dapat dipisahkan dengan saringan.
Saringan bermacam-macam, mulai dari yang berpori halus contohnya kertas
saring dan selaput semi perbal. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan
atau padatan dari pelarut. Selaput semi perbal dipakai untuk memisahkan suatu
koloid dari pelarutnya (Chang, 1998).
Campuran homogen seperti alkohol dalam air tidak dapat dipisahkan
dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan
selaput semi permeable. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika
yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi, dan kromotofografi (Chang, 1998).
Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau
lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat
menguapkan air ke tabung pendingin (Syukri, 1999).
Bila campuran mengandung komponen lebih dari dua, maka penguapan
dan pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu.
Dimulai dari titik didih yang paling rendah. Akan tetapi pemisahan campuran ini
sulit dan biasanya hasil yang didapat sedikit tercampur komponen lain yang titik
didihnya berdekatan (Klainfelter, 1991).
Yang dimaksud dengan filtrsi adalah pemisahan bahan secara mekanis
berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda-beda. Filtrasi dilakukan dengan
media filter dan beda tekanan. Molekul-molekul cairan atau gas dibiarkan
5
menerobos lubang pada media filter, sedangkan partikel-partikel padat yang lebih
besar akan tertahan oleh filter (Bernasconi, 1995).
Pada filtrasi cairan, di suatu pihak diharapkan agar filtrate (hasil filtrasi)
yang diperoleh sedapat mungkin bebas dari bahan padat. Di lain pihak filter yang
dapat diharapkan sekering mungkin. Namun biasanya masih mengandung banyak
cairan, yang masih harus dihilangkan dengan pengeringan pada filtrat gas,
diinginkan memperoleh gas yang dapat mungkin bebas dari debu (Chang, 1998).
Mekanisme pemisahan terutama ditentukan oleh difat media filter.
Berdasarkan jenis, mekanisme, terdapat tiga jenis filtrasi yang berbeda. Ketiga
jenis filtrasi ini digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam sebuah filter.
- Filtrasi ayak (Sieve filtration) Filtrasi ayak mempunyai prinsip kerja
seperti ayakan. Media filter menahan semua partikel yang ukurannya lebih
besar daripada lubang-lubang.
- - Filtrasi nnggin dalam (Deep bed filtration) Partikel-partikel padat masuk
ke dalam pori-pori menjadi lebih kecil. Dengan cara ini partikel-partikel
yang sangat halus dapat dipisahkan juga dengan menggunakan media filter
yang menggunakan pori-pori relative besar namun pada awal filter
pemisahan belum sempurna sehingga cairan yang keruh atau juga gas
harus disirkulasi kembali selama beberapa waktu.
- Filtrasi kue Pemisahan terjadi oleh kue filtrasi berpori yang terbentuk
selam proses filtrasi berlangsung. Cairan yang dihasilkan mula-mula
biasanya juga keruh. Contoh filter hisap (suction filter), press filter (filter
press) (Bernasconi, 1995).
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu)
bergantung pada sejumlah factor antara lain:
- Luas penampang filter
- Beda tekanan antara kedua sisi media filter
- Tekan media filter
- Viskositas cairan (Syukri, 1999).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan
yang berbeda-beda dari komponen-komponen dalam larutsn (Chang, 1998).
Perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan, dan proses
kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan adalah
suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan. Titik leleh
normal suatu zat adalah titik leleh yang diukur pada tekanan 1 atm.
Kesetimbangan cairpadat yang sangat dikenal adalah kesetimbangan air dan es.
Energy yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 mol padatan disebut kalor peleburan
molar (∆Hfus) (Sastrohamidjojo, 2001).
6
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Batang pengaduk
- Beaker glass
- Corong kaca
- Corong pisah
- Gelas ukur
- Cawan penguap
- Sendok/spatula
- Hotplate
3.1.2 Bahan
- Aquadest
- Garam kotor
- Pasir
- Norit
- Sirup
- Neftalena
- Kapur tulis
- Kertas saring
3.2 Prodesur Kerja
3.2.1 Dekantasi
BAB 4
DATA PENGAMATAN
Dekantasi
Perla Penga
kuan mata
n
Pasir dicampur air Larutan berubah warna menjadi keruh
Setelah di diamkan beberapa saat Terbentuk endapan pasir dalam larutan
Sublimasi
Perla Peng
kuan amat
an
Bubuk naftalena Nampak seperti bubuk berwarna putih.
Garam halus berwarna putih dan seperti kristal
Digabungkan untuk dilakukan proses
Naftalena dicampur dengan garam
sublimasi
Campuran naftalena dan garam Terjadi prose menyublim,naftalena
dipanaskan brubah
di atas hotplate menjadi gas.
Nampak hasil dari penyubliman yaitu
Hasil akhir setelah didinginkan
naftalena menempel pada corong kaca
Filtrasi
Perla Peng
kuan amat
an
Serbuk kapur Tampak seperti bubuk berwarna putih
Serbuk kapur dilarutkan dalam air Warna larutan menjadi lebih keruh.
Campuran kapur dan air disaring -Terdapat zat yang tertahan(kapur).
menggunakan kertas saring -Air dapat melewati kertas saring.
Rekristalisasi
11
Perla Penga
kuan mata
n
Padatan garam kasar berwarnaputih
Garam kasar
kecoklatan.
Pencampuran garam dan air
Garam kasar dilarutkan dalam air menhasilkan
mendidih
larutan keruh.
Garam masih menyatu dengan kotoran
Larutan garam dididihkan sampai dan
mengering
tampak menjadi coklat kehitaman.
Garam kasar berubah menjadi
Amati perubahan bentuk garam berwarna
putih bersih dan halus.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan
untuk memasak.
Gambar struktur aquades (air)
Air adalah suatu senyawa kimia berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tak ada rasanya. Air mempunyai titik beku 0°C pada tekanan 1 atm,
titik didih 100°C dan kerapatan 1,0 g/cm3 pada suhu 4°C
13
4.4 Pembahasan
Unsur adalah zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan lagi
menjadi zat lain yang lebih sederhana. Contohnya yaitu, hidrogen dan oksigen
karena jenis gas tersebut tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih
sederhana, lain halnya jika air dapat diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis gas
yaitu hidrogen dan oksigen. Beberapa contoh unsur dalam kehidupan adalah besi,
alumuniun, timah, emas, tembaga, perak, oksigen, niitrogen, belerang dan juga
karbon. Unsur berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Unsur-unsur logam
2. Unsur-unsur nonlogam
3. Unsur-unsur semi logam
Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa unsur
yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi
kimia tersebut. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O) adalah sebuah
senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen.
Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat fisiknya, bukan
perbandingan yang dibuat manusia. Ciriciri yang membedakan senyawa adalah
adanya rumus-rumus kimia. Rumus kimia memberikan perbandingan atom dalam
zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu rumus etena
adalah C2H4 dan bukan CH2). Rumus kimia tidak menyebutkan apakan senyawa
tersebut terdiri atas molekul; contohnya natrium klorida (garam dapu, NaCl)
adalah senyawa ionik. Senyawa dapat terwujud dalam beberapa fase. Kenyakan
senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler dapat juga berupa cairan atau
gas. Semua senyawa akan terurai menjadi senyawa yang lebih kecil atau atom-
atom individual bila dipanaskan sampai suhu tertentu.
Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat
atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, dan sifat-sifat asal dari
zat tersebut masih dapat terlihat. Sementara tak ada perubahan fisik dalam suatu
campuran, campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen aslinya
secara mekanis, campuran dapat bersifat homogen dan heterogen. Campuran
adalah hasil pencampuran mekanis atau pencampuran zat kimia seperti elemen
14
dan senyawa, tanpa penyatuan kimia atau perubahan kimia lainnya, sehingga
masingmasing zat mempertahankan properti dan karakteristik kimianya.
Campuran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau lebih
dalam fase yang sama. Sebagai contoh, sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan
kedalam air, garam perlahan-lahan akan menghilang. Garam yang telah
dimasukkan larut dalam air dan karena larutnya garam, air dan garam pun
membentutk suatu zat baru yang memiliki sifat yang berbeda dengan zat
murninya. Air pada saat murni tidak memiliki rasa asin, begitupula dengan garam.
Garam pada saat murni selalu berbentuk padatan, namun setelah dimasukkan
kedalam air garam berubah menjadi cair. Karena larutan adalah campuran
molekul, biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan
dibanding dalam pelarut murni. Campuran heterogen adalah suatu campuran yang
terdiri dari dua bahan atau lebih yang memiliki fase yang berbeda. Contohnya
adalah pasir dimasukkan kedalam air, campuran ini merupakan campuran
heterogen karena terdiri dari bahanbahan yang memiliki fase yang berbeda, pasir
dalam fase padatan dan air dalam fase cairan.
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar
listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan menjadi lautan elektrolit dan larutan
non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik,
karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion. Suspensi
adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata
lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair
tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar 1 mikrometer
sehingga cukup besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Singkatnya,
suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat
yang dilarutkan. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara
larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen , dimana suatu zat
“didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang
didispersikan cukup besar, yaitu berkisar 1-100 nm sehingga terkena efek Tyndall.
15
Koloid merupakan campuran dua zat atau lebih yang bersifat homogen, artinya
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya, sehingga tidak dijumpai pengendapan.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dijelaskan fungsi alat-alat
tersebut yaitu, tabung erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan cairan; rak tabung
reaksi berfungsi sebagai tempat untuk menyanggah tabung reaksi agar tidaak
tumpah; gelas kimia berfungsi sebagai wadah aquades, pasir dan garam serta
aquades saat dipanaskan; batang pengaduk digunakan untuk mencampur satu zat
dengan zat lain; tabung reaksi berfungsi untuk mereaksikan larutan; corong kaca
digunakan untuk memindahkan larutan dari satu wadah ke wadah yang lain;
corong pisah sebagai alat pada proses pemisahan dan pemurnian; cawan penguap
digunakan untuk memisahkan zat-zat penyusun larutan antara pelarut yang mudah
dan sulit menguap; hotplate digunakan untuk memanaskan suatu campuran saat
proses sublimasi dan rekristalisasi; spatula digunakan untuk memindahkan garam,
pasir, serbuk norit, dan serbuk nafatalena; pipet tetes berfungsi untuk
memindahkan larutan; pipet ukur untuk mengambil larutan sesuai ukuran atau
takar; penjepit tabung sebagai alat untuk mengangkat apabila dilakukan
pemanasan; lumpang dan alu sebagai tempat dan alat untuk menghaluskan
padatan yang akan dibuat percobaan; gelas ukur digunakan untuk mengukur
sampel; botol semprot digunakan untuk menyemprotkan aquades; labu takar
untuk mengukur larutan bening; botol timbang digunakan untuk menimbang
bahan kimia yang mudah menguap; gelas sample/wadah sample digunakan
untung menampung sample.
Fungsi-fungsi dari bahan dalam percobaan ini adalah pasir sebagai bahan
dalam proses dekantasi; kapur tulis debagai bahan dalam proses filtrasi; garam
dalam proses sublimasi; sirup sebagai bahan dalam proses adsorbsi; norit sebagai
bahan dalam proses adsorbsi; aquades sebagai pelarut campuran; tissue digunakan
untuk mengeringkan dan membersihkan alat; kanebo digunakan untuk
mengeringkan alat; sabun cair digunakan untuk mencuci alat-alat laboratorium;
aluminium foil digunakan untuk menutupi larutan agar tidak menguap; kertas
16
saring digunakan dalam proses pemisahan dan menyaring cairan; kertas label
digunakan untuk memberi label pada alat-alat.
Pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari , seperti pada proses dekantasi
biasanya digunakan untuk mensterilkan limbah, adsorpsi digunakan ketika
penjernihan air, baik air minum maupun air aquarium karena pada adsorbsi
membutuhkan karbon aktif, resin dan realit; rekristalisasi biasanya digunakan
ketika pemurnian garam dapur, sublimasi biasanya hanya digunakan pada
pemurnian zat, seperti kapur barus (naftalena), yodium, belerang,
rekristalisasiemurnian gula
Tahap pada dekantasi adalah proses pengendapan yang memisahkan benda
padat dan larutan, pada zat lainnya. Prinsip yang digunakan yaitu perbedaan
massa jenis atau berat molekul dan gaya gravitasi. Pecobaan yang dilakukan
dengan memasukkan pasir ke gelas beaker,serta aquadest yang telah diukur
dengan gelas ukur. Lalu diaduk dengan batang pengaduk sampai tercampur. Lalu
diamkan hingga terlihat endapan pasir.
Tahap pada absorpsi adalah sebuah proses penyerapan zat cair yang
berwarna dengan menggunakan suatu yang dapat menyerap zat cair. Pada
prinsipnya yaitu perpindahan massa. Contohnya antara norit dan sirup berwarna.
Percobaan yang dilakukan masukan norit pada cawan lalu haluskan. Siapkan
kertas saring yang dilipat menjadi 4 bagian lalu letakkan pada corong kaca untuk
membantu proses penyaringan. Masukan norit yang telah dihaluskan ke dalam
kertas saring lalu tuangkan sirup yang bewarna. Setelah itu ditunggu dan amati
hasilnya. Hasil yang tersaring menghasilkan zat cair yang jernih.
Tahap pada rekristalisasi merupakan proses pemurnian pada suatu zat padat dari
campuran dengan cara mengkristalkan kembali setelah dilarutkan dengan pelarut
yan cocok. Pada prinsipnya yaiu perbedaan larutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Percobaan yang
dilakukan masukan garam kotor ke dalam gelas beaker serta aquadest yang telah
diukur dengan gelas ukur. Lalu diaduk sampai tercampur. Setelah itu dipanaskan
dengan menggunakan hotplate yang telah dinyalakan. Tunggu beberapa saat, lalu
amati proses pengkristalan kembali pada garam kotor.
17
- Sifat fisika
- Tidak bewarna
- Berupa zat cair
- Tidak memiliki bau
- Titik didihnya 100oc
- Sifat kimia
- Mempunyai rumus molekul H2O
- Bersifat polar
- Bersifat netral
- Tidak mudah terbakar
Sifat-sifat naftalena
- Sifat fisika
- Berupa zat padatan
- Bentuk seperti bulat kristal kecil
- Berwarna putih kristal
- Memiliki bau yang kuat
- Sifat kimia
- Mempunyai rumus kimia C10H8
- Bersifat volatil (mudah menguap)
- Mudah terbakar
- Tidak dapat larut dalam air
Sifat-sifat garam dapur
- Sifat fisika
- Berbentuk butiran-butiran halus
19
- Berwarna putih
- Mudah rapuh
- Rasanya asin
- Sifat kimia
- Memiliki rumus kimia NaCl
- Bersifat netral dengan pH = 7
- Dapat larut dalam pelarut polar
- Memiliki elektrolit yang kuat
Sifat-sifat kapur tulis
- Sifat fisika
- Memiliki bermacam-macam warna
- Bersifat rapuh
- Tidak memiliki bau
- Bentuk zat padat
- Sifat kimia
- Memiliki rumus kimia CaCO3
- Mudah terbakar
- Dapat mengalami kalsinasi (perubahan warna)
- Tidak mudah larut dalam air
Sifat-sifat pasir
- Sifat fisika
- Memiliki struktur butir tunggal
- Memiliki tekstur yang kasar
- Berwarna coklat
- Mempunyai berat volume tinggi
- Sifat kimia
- Tidak dapat larut dalam air
- Pasir cenderung memiliki pH yang basa
- Kemampuan menyerap dan menyimpan air yang rendah
Sifat-sifat minyak goreng
20
- Sifat fisika
- Warna kuning
- Memiliki titik leleh, yaitu temperatur pada saat terjadi
tetesan pertama dari minyak atau lemak.
- Memiliki titik didih yang akan semakin meningkat
dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam
lemak.
- Minyak memiliki titik cair dan polymorphism, minyak
tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperatur
tertentu.
- Sifat kimia
- Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah
menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
- Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak
antara sejumlah oksigen dengan minyak.
- Hidrogenasi, proses hidrogenasi bertujuan untuk
menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam
lemak pada minyak.
- Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk
mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam
bentuk ester.
Sifat-sifat sirup
- Sifat fisika
- Warna beragam
- Memiliki aroma yang khas
- Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang
berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir
- Sifat kimia
- Tidak beracun
- Memiliki rasa yang manis
21
- Sifat fisika
- Berwarna hitam
- Wujud zat padat
- Bentuk bulat ada juga struktur kristal heksagonal
- Titik didih 4000oK
- Sifat kimia
- Merupakan karbon aktif
- Tidak mudah larut dalam air
- Tidak reaktif pada suhu biasa
- Jika dibakar dalam udara yang terbatas jumlahnya
menghasilkan karbon monoksida.
Sifat-sifat kertas saring
- Sifat fisika
- Bentuknya lembaran tipis
- Memiliki pori-pori kecil yang digunakan untuk
menyaring
- Wujud zat padat
- Sifat kimia
- Tidak mudah larut dalam air
- Mudah terbakar
- Dapat larut secara kimia dalam pelarut organik, seperti
kloroform (CHCl3) atau tetra kloro metan(CCl4)
Sifat-sifat CuSO4.5H2O
- Sifat fisik
- Spesifik gravity : 1,5876
- Berbentuk Kristal
- Densitas (40 0C) : 1,0332 kg/L
- Berat molekul : 249,71
22
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Setelah disaring dengan kertas saring yang dilapisi dengan norit, warna sirup
menjadi warna kuning kecoklatan, ini disebabkan karena partikel norit terlalu
kecil dan juga norit merupakan zat karbonaktif yang berfungsi untuk
menyerap zat yaitu sirup
− Hasil yang didapatkan dalam proses sublimasi yang menggunakan daram
dapur dan naftalena adalah naftalena lebih cepat menyublim dibandingkan
dengan garam, sehingga didapatkan kristal-kristal naftalena yang menempel
pada kertas saring
− Hasil yang didapat pada percobaaan pemisahan dan pemurnian dengan
metode dekantasi adalah terdapat endapan dan air menjadi keruh
5.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya bahan-bahan ditambah agar dapat
dibandingkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Bandung: Bumi Aksara.
Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa
Aksara.
Klienfleiter, Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN
LARUTAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
BAB I
PENDAHULUAN
Larutan adalah percampuran secara homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Dalam sebuah larutan ada yang disebut dengan zat pelarut dan zat terlarut. Zat
pelarut adalah zat yang dapat melarutkan suatu zat telarut dan memiliki jumlah
yang lebih banyak dibanding dengan zat telarut. Sedangkan zat terlarut adalah
suatu zat komponen penyusun larutan dan memiliki jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan zat perlarut.
Dalam kehidupan sehari hari kita sering menemui banyak larutan diantaranya
adalah segelas teh manis. Di dalam segelas teh manis terdapat komponen yang
membuat segelas teh tadi menjadi sebuah larutan, yaitu air, teh, dan gula. Disini
yang sebagai zat terlarut adalah gula karena memiliki jumlah yang lebih sedikit
dengan zat pelarut. Sedangkan zat pelarutnya adalah air karena memiliki jumlah
yang banyak di banding dengan zat yang lainnya.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam
mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain
air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya.
Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran
gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat dengan
melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adlah
air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan
dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul
dari komponen lainnya (Syukri, 1999).
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal
ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,
normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume
(Baroroh, 2004).
Satuan konsentrasi
Lambang Nama Definisi
Satuan
Fisika
Satuan kimia
X Fraksi mol
F Formal
M Molal
N Normal
Osm Osmolar
M Molar
(Achmad, 2001)
1. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen
dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang
mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah
¼ dan air ¾ (syukri, 1999). Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut
+ fraksi mol pelarut) sama dengan 1
2. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan
biasanya dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis
6,0 M, bararti bahwa larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl
pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi satu
liter.
6
3. Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram
solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m
HCl dibaca 6,0 molal, dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan
menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air.
4. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter
larutan. Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N
KMnO4 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan larutan yang mengandung
0,25 gram ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan.
Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume.
Sebagai contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan.
Sedangkan 12% volulme adlah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan
solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml (syukri, 1999).
7
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Neraca Analitik
- Pipet Tetes
- Pipet Ukur 10 ml
- Batang Pengaduk
- Corong kaca
- Kaca Arloji
3.1.2 Bahan
- Padatan NaOH
- Cairan HCL
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Larutan NaOH
• Dimasukkan
• Dimasukkan ke
padatan NaOH
dalam gelas kimia
• Ditambah aquades
• Ditambahkan agar zat NaOH
aquades secukupnya dapat terlarut
• Untuk dilakukan
pencampuran
• Diaduk dan secara sempurna
dimasukkan NaOH
ke dalam labu takar
• Ditambahkan agar
dapat terpenuhi
• Ditambahkan sampai 100 mL
aquades sampai tanda
tera • Dilakukan
pencampuran zat
NaOH dan
aquadesagar
• Dihomogenkan tercampur
10
sempurna
• Dilakukan
pemberian tabel
agar larutan tidak
tertukar
• Dimasukkan ke
dalam botol reagen • Diambil
dan diberi label sebanyak 2 mL
• Dihitung mL HCL
yang di perlukan
• Agar tidak terjadi
reaksi eksoterm
• Dimasukkan ke yang dilakukan
dalam gelas beaker oleh HCL karena
aquades secukupnya bersifat basa kuat
2.
• Ditambahkan
aquades ke dalam
labu takar hingga • Agar dilakukakn
tanda tera pencampuran
secara homogen
• Agar tercampur
secara sempurna
• Dimasukkan ke
4.3 Perhitungan
[NaOH]= 0,1 M
M=…?
Mr NaOH= 40 g/m
M= n/v
= 0,01 mol
Massa = n x mr
=0,01 x 40 gr/mol
= 0,4 gram
12
= 0,12 M
V1C1=V2C2
0,12 V1=2008
V1= 2008/0,12
= 16,73 mL
4.4 Pembahasan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru : Universitas Lambung
Mangkurat.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitasn Indonesia
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kromatografi kertas berbeda dengan kriteria biasa yang dipakai untuk memilih
reagensia uji (Triwahyuni, 2003).
Menurut Svehla (1979) harga Rf cukup konstan agar semua variabel
dikendalikan baik-baik. Namun dijumpai bahwa laju-laju relatif gerakan itu
konstan meskipun kendali kurang ketat, sehingga memungkinkan identifikasi
suatu pita pada sepotong kertas berdasarkan posisi relative pita itu terhadap pita-
pita yang diketahui. Lagipula dengan besarnya jumlah uji ”bercak” yang tersedia
untuk mendeteksi ion-ion anorganik secara terpisah, keharusan mengenai harga Rf
secara cermat, telah berkurang. Jika kemurnian pelarut, temperature dan
penjenuhan atmosfernya benar-benar dijaga, maka harga Rf dipengaruhi antara
lain oleh faktor-faktor berikut:
1. Kehadiran ion lain, misalnya adanya klorida dalam pemisahan yang
dilakukan dengan larutan-larutan nitrat.
2. Keasaman larutan aslinya; ini dapat disebabkan oleh kebutuhan akan asam
dalam pembentukkan ompleks yang dapat larut dalam pelarut organic,
untuk mencegah hidrolisis garam.
3. Waktu melakukan percobaan untuk sepotong kertas; kadang-kadang
harga-harga Rf meningkat dengan bertambahnya waktu dan ini mungkin
berpadanan dengan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut.
4. Adanya kation-kation lain dan konsentrasi mereka.
5
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Gelas Ukur
- Chamber
- Gelas Sampel
- Gelas Beaker
- Penggaris
- Pensil
- Tusuk Gigi
3.1.2 Bahan
- Aquades
- Alkohol
- Aseton
- Kertas
- Ekstrak Kunyit
3.2.1 Aquades
2. Disiapkan kertas whatman lalu diberi batas bawah dan batas akhir
menggunakan pensil
3. Diberi noda pada kertas menggunakan sample yang ada
4. Kertas yang sudah diberi noda dimasukkan ke dalam chamber berisi
aquades sebanyak 50 mL
5. Kemudian chamber ditutup lalu ditunggu hingga 5 menit
6. Diambil dan diberi tanda pada noda dan pelarut
3.2.2 Aseton
3.2.3 Alkohol
BAB 4
4.1 Data
JARAK JARAK
NO SAMPLE Rf
NODA (CM) PELARUT (CM)
JARAK JARAK
NO SAMPLE Rf
NODA (CM) PELARUT (CM)
5 Spidol Merah 5 5 1
6 Spidol Hitam 5 5 1
4.2 Perhitungan
4.2.1 Aquades
= 4,6/5
= 0,92
= 0,2/5
= 0,04
= 0,7/4,9
= 0,14
= 1,2/5
9
= 0,24
= 0,2/4,6
= 0,043
= 0,5/4,8
= 0,1
4.2.2 Alkohol
= 3,4/4,8
= 0,7
= 4,5/5
= 0,9
= 4,5/5
= 0,9
= 0,2/5
10
= 0,04
= 3,8/4,9
= 0,77
= 4/5
= 0,8
4.2.3 Aseton
= 0,5/5
= 0,1
= 3,1/5
=0,62
= 0,3/4,9
= 0,06
= 4,8/5
11
= 0,96
= 5/5
=1
= 5/5
=1
4.3 Pembahasan
1. Kromatografi Kertas
2. Kromatografi Cair
Kromatografi cair adalah salah satu Teknik yang paling cocok saat
akan memisahkan molekul atau ion yang terkandung atau terlarut
dalam suatu larutan. Saat larutan sampel akhirnya berinteraksi dengan
fase diam, maka molekul-molekul di dalam larutan akan berinteraksi
terhadap fase diam
4. Kromatografi Kolom
Percobaan ke empat adalah antara spidol warna biru dengan aquades. Jarak
noda dan jarak pelarut yang didapat adalah 1,2 cm dan 5 cm. Nilai Rf nya adalah
0,24. Percobaan ini hanya sedikit terdistribusi atau mungkin tidak terdistribusi
Percobaan terakhir adalah spidol warna dengan aquades. Jarak nodanya 0,5
cm dan jarak pelarut 4,8. Maka nilai Rf yang didapatkan adalah 0,1. Artinya
percobaan ini tidak terdistribusi secara sempurna..
• Metabolit sekunder
• Kurkumin
• Sineol
2. Pewarna Makanan
• Klorofil
• Chocineal
• Karmin
3. Spidol
• Xylene
15
• Benzene
• Toluene
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum ini menjadikan praktikan memahami dalam melakukan
percobaan kromatografi dan memahami konsep dari pemisahan campuran melalui
proses kromatografi. Dengan praktikum ini memahami perhitungan mencari nilai
Rf dari sampel yaitu dengan jarak noda dibagi jarak pelarut. Dan dalam praktikum
ini juga dapat mengetahui proses kromatografi adalah Kromatografi
kertas merupakan metode analitik yang digunakan untuk memisahkan bahan
kimia berwarna, terutama pigmen. Ini juga dapat digunakan untuk memisahkan
warna primer atau sekunder dalam tinta. Metode ini telah banyak digantikan
dengan kromatografi lapisan tipis, tetapi masih tetap merupakan alat pembelajaran
yang baik. Kromatografi kertas dua arah, atau dikenal juga sebagai kromatografi
dua dimensi, melibatkan penggunaan dua pelarut dan memutar posisi 90° pada
saat penggantian pelarut. Metode ini berguna untuk pemisahan campuran senyawa
yang kompleks dengan kepolaran yang hampir mirip. Contohnya adalah
pemisahan asam amino. Jika menggunakan kertas saring, harus kertas saring
dengan mutu terbaik. Fasa gerak adalah larutan pengembang yang dapat bergerak
naik pada fasa diam sambil membawa sampel bersamanya.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum kedepan penggunaan ekstrak kunyit diganti dengan
ekstrak buah naga agar warnanya lebih terlihat jelas
17
Daftar Pustaka
Tim Kimia Analitik II. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Jambi : Universitas
Jambi
Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. (Alih bahasa: A.Saptorahardjo).
Jakarta: Ui Press.
Azizahwati,dkk. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang untuk Makanan yang
Beredar di Pasaran. Jurnal Ilmu kefarmasian. Vol. IV, NO.1. Jakarta.
Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, percobaan ini sendiri dilakukan untuk menentukan titik
maksimum dan titik minimum stoikiometri pada sistem HCL 0,5 M, NaOH 0,5
M, NaOH 1 M, dan H2SO4 1M. Selain itu kita melakukan percobaan ini untuk
mengetahui dan dapat menerapkan jika NaOH dihomogenkan atau dicampur
dengan H2SO4 ataupun HCL, apa yang terjadi dan termasuk jenis reaksi
stoikiometri atau reaksi non stoikiometri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang disebut
reaktan (reactant), menjadi sekelompok zat baru yang dinamakan dengan istilah
produk (product). Koefisien yang diperlukan dalam menyatakan kimia dinamakan
koefisien stoikiometri (stoichiometric coefficient), koefisien ini penting dalam
mengaitkan banyaknya reaktan yang digunakan dan juga banyaknya produk yang
terbentuk dalam reaksi kimia, melalui berbagai perhitungan (Underwood, 1986).
Persamaan hanya meliputi reaktan dan produk yang terlibat dalam sebuah reaksi.
Contoh reaksi yang salah: NO + O2 ⟶ NO2 + O Meskipun setara, persamaan ini
adalah salah. Dari deskripsi reaksi yang diketahui, tidak ada atom oksigen yang
dihasilkan: NO2 adalah satu-satunya produk. - Jangan menhetarakan persamaan
dengan merubah rumus. Contoh reaksi yang salah: NO + O2 ⟶ NO3 Sekali lagi,
persamaan sudah setara tetapi salah. Rumus untuk nitrogen dioksida, satu-satunya
produk reaksi, hanya dapat ditulis NO2. NO2 tidak boleh diganti menjadi NO3
untuk menyetarakan reaksi (Underwood, 1986).
Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan dapat terjadi sama dengan
reaksi ini dan dapat terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi
merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
stoikiometri. Perbedaannya jika ada satuan laboratorium yang digunakan untuk
menghitung jumlah reaktan. Perhatikan reaksi dari larutan natrium karbonat,
NaCr2O4 yang ditambahkan kedalam larutan timbel nitrat (Pb(NO3)).
Terbentuknya endapan PbCrO4 yang bewarna kuning, suatu senyawa yang bisa
digunakan untuk berbagai keperluan. Stoikiometri berguna untuk memberi
pemahaman dan analisa secara kuantitatif (Brady, 1999).
6
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Termometer
- Pipet ukur 25 mL
- Pipet volume 5 mL
- balp
3.1.2 Bahan
- HCL 0,5 M
- NaOH 0,5 M
- H2SO4 1 M
- NaOH 1 M
- Diukur suhunya
- Diukur suhunya
- Dihomogenkan
- Diukur suhunya
- Diukur suhunya
- Dihomogenkan
BAB 4
HCl NaOH Tm Ta ΔT
(mL) (mL) (oC) (oC) (oC)
5 25 28 30 2
10 20 28 32 4
15 15 28 34 6
20 10 28 33 5
25 2 28 30 2
H2SO4 NaOH Tm Ta ΔT
(mL) (mL) (oC) (oC) (oC)
5 25 28 33 5
10 20 28 38 10
15 15 28 36 8
20 10 28 33 5
25 2 28 31 3
4.3 Perhitungan
9
4.3 Perhitungan
M HCl = 0.5 M
1. Diketahui : V NaOH = 25 mL
V HCl = 5 mL
= 0.0585 gram
Sistem H2SO4 – NaOH
M H2SO4 = 0.5 M
1. Diketahui : V NaOH = 25 mL
V H2SO4 = 5 mL
= 0.071 gram
4.4 Pembahasan
Stikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif
zat yang terlibat dalam reaksi. Titik maksimum adalah titik kapan suatu reaksi
mencapai keadaan stiokiometri. Sedangkan titik maksimum adalah titik kapan
reaksi mencapai keadaan non stiokiometri.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energy dari
system ke lingkungan. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap
kalor atau energi dari lingkungan ke sisitem. Contoh reaksi ekksoterm adalah
pengembunan, bgaian luar gelas yang diisi udara dingin menjadi basah, dan nyala
apai unggun. Contoh reaksi endoterm adalah peristiwa es mencair, pembuatan
garam dengan kecepatan dari sinar matahari, dan lilin yang meleleh.
Pereaksi pembatas adalah perekasi yang lebih dahulu habis singgah zat – zat
yang direaksikan tidak ekivalen dan memiliki jumlah mol yang lebih kecil dari
reaktan lain. Sedangkan pereaksi sisa adalah reaktan yang berlebih atau tidak
habis bereaksidalam suatu reaksi kimia dan memiliki jumlah mol yang lebih besar
dari reaktan yang lain.
Reaksi stiokimometri adalah suatu reaksi yang semua reaktannya habis
bereaksi. Sedangkan reaksi non stiokiometri adalah suatu reaksi yang salah satu
reaktannya tidak habis bereaksi (bersisa) dan reaktan yang lain habis bereaksi.
Pada dasarnya stiokiometri memiliki dasar hukum – hukum, yaitu hukum
kekekalan massa (hukum Lavoisier), hukum perbandingan hukum tetap (hukum
proust), hukum perbandingan berganda (hukum dalton), hukum perbandingan
volume gas (hukum gay lussac), dan hukum Avogadro.
Dari percobaan stiokiometri dapat disimpulkan hasil pembahasan sebagai
berikut :
1. Reaksi HCl - NaOH
Pada system larutan HCl 1 M 5 mL – NaOH 1 M 25 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 5 mL dan volume NaOH sebanyak 25 mL.
Dengan HCl sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa.
18
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah NaCl dengan massa NaCl sebanyak 0,2925
gram.
Pada system larutan HCl 1 M 10 mL – NaOH 1 M 20 mL merupakan jenis reaksi
non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH sebanyak
1 M dengan volume HCl 10 mL dan volume NaOH sebanyak 20 mL. Dengan HCl
sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH sebagai reaksi sisa. Kemudian
dihasilkan reaksinya adalah massa NaCl sebanyak 0,585 gram.
Pada system larutan HCl 1 M 15 mL – NaOH 1 M 15 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 15 mL dan volume NaOH sebanyak 15 mL.
Dengan HCl dan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH reaksi sisa
tidak ada. Kemudian dihasilkan reaksinya adalah massa NaCl sebanyak 0,8775
gram.
Pada system larutan HCl 1 M 20 mL – NaOH 1 M 10 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 20 mL dan volume NaOH sebanyak 10 mL.
Dengan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan HCl sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah NaCl dengan massa NaCl sebanyak 0,585
gram.
Pada system larutan HCl 1 M 25 mL – NaOH 1 M 2 mL merupakan jenis
reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol NaOH
sebanyak 1 M dengan volume HCl 25 mL dan volume NaOH sebanyak 2 mL.
Dengan NaOH sebagai pereaksi pebatas sedangkan HCl sebagai reaksi sisa.
Kemudian dihasilkan reaksinya adalah NaCl dengan massa NaCl sebanyak 0,117
gram.
2. Reaksi H2SO4 – NaOH
Pada system larutan H2SO4 1 M 5 mL – NaOH 1 M 25 mL merupakan
jenis reaksi non stiokiometri dapat diketahui mol HCl sebanyak 1 M dan mol
NaOH sebanyak 1 M dengan volume H2SO4 5 mL dan volume NaOH sebanyak
25 mL. Dengan H2SO4 sebagai pereaksi pebatas sedangkan NaOH sebagai reaksi
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan stiokiometri dapat disimpulkan bahwa pada reaksi HCl –
NaOH merupakan jenis reaksi non stiokiometri, sedangkan pada reaksi NaOH-
H2SO4 merupakan jenis reaksi stoikiometri. Dan dari percobaan ini dapat
diketahui yang menjadi reaksi pembatas adalah H2SO4 dan NaOH
24
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Respati. 1992. Dasar-
Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Bineka Cipta. Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1.
Jakarta: Erlangga. Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM. Syukri, S.
1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
BAB I
PENDAHULUAN
pada saat reaksi sedang berlangsung, luas permukaan dari partikel–partikel zat
yang menyusun pereaksi, serta katalis yang merupakan zat yang dapat
mempengaruhi waktu dari reaksi kimia berlangsung namun tidak
mempengaruhi hasil reaksinya. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui laju reaksi kimia pada beberapa bahan kimia. Dalam hal ini, yang
dianalisa adalah laju reaksi pada zat HCl dengan konsentrasi 0,5 M dan juga
Na2S2O3 0,1 M. Serta untuk mengetahui laju reaksi pada HCl dengan
konsentrasi 0,1 M serta Na2S2O3 0,1 M. Serta untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi dan suhu terhadap nilai laju reaksi kimianya. Selain itu, untuk
mengetahui orde reaksi dan orde reaksi total Na2S2O3 terhadap HCl dan
sebaliknya HCl terhadap Na2S2O3
1.2 Tujuan Percobaan
• Mengetahui orde reaksi Na2S2O3 dan HCl pada percobaan pengaruh
konsentrasi
• Mengetahui orde reaksi Na2S2O3 dan HCl pada percobaan pengaruh suhu
• Mengetahu orde reaksi total dari Na2S2O3 dan HCl
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Proses itu ada yang cepat dan ada yang lambat, contohnya bensin terbakar lebih
cepat dibandingkan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat,
seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan ada yang sangat
lambat, seperti besi berkarat. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut
kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju
reaksi dan faktor–faktor yang mempengaruhinya (Syukri, 1999).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Kadang–kadang kita ingin
reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen,
atau dalam pabrik yang menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita
ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi,
memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya. Faktor yang
mempengaruhi laju reaksi ada 4, yaitu :
− Sifat Pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan
ada yang kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak
tanah. Demikian juga logam natrium bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam
magnesium lambat.
− Konsentrasi
Pereaksi Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika
konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kecepatannya bertambah dan akan
memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi. Akan
tetapi harus diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi
meningkatkan laju reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh faktor lain.
− Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik pertikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan
energi tabrakan akan menjadi bertambah besar.
4
− Katalis
Laju reaksi dapat diubah (umumnya dipercepat) dengan menambah zat yang
disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk
dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim dan dapat mempercepat
reaksi ratusan sampai puluhan ribu kali (Syukri,1999).
Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi terhadap perubahan waktu. Jadi, laju reaksi dirumuskan sebagai berikut.
Laju reaksi = Perubahan konsentrasi/waktu (HAM, 2006).
Apabila persamaan reaksi :
A→B
Maka laju reaksinya V = [A]x dengan x adalah orde (tingkat) reaksi yang
dapat merupakan bilangan bulat atau pecahan. Harga x hanya dapat ditentukan
secara eksperimen dan tidak ada hubungannya dengan koefisien. Persamaan
reaksi :
V = k . [A]x , k = ketetapan laju reaksi (Tamrin, 2003).
Untuk reaksi A → B, pereaksi (A) berkurang, dan pada saat yang sama
hasil reaksi (B) bertambah. Dengan demikian, laju reaksi rata–rata dapat
diungkapkan dari pengurangan peraksi atau penambahan konsentrasi hasil reaksi
dalam selang waktu ∆t = t2 - t1 (Syukri, 1999).
Salah satu tujuan dalam kegiatan kinetika kimia adalah menurunkan
persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi hubungan antara laju reaksi
dan konsentrasi reaktan. Persamaan yang ditetapkan secara percobaan ini disebut
hukum laju atau persamaan
laju. Laju reaksi = k [A]a [B]b
Suku [A], [B] menyatakan molaritas reaktan. Eksponen yang diperlukan,
m, n,..... biasanya berupa angka bulat, positif, kecil, meskipun dalam beberapa
kasus dapat nol, pecahan, dan/atau negatif. Eksponen harus ditentukan secara
percobaan dan biasanya tidak sama dengan koefisien stoikiometrinya (Petrucci,
2011). Istilah orde dikaitkan dengan eksponen dalam hukum laju dan digunakan
dalam 2 cara. (1) jika m = 1, kita mengatakan reaksi berorde pertama untuk A.
Jika m = 2, reaksi berorde kedua untuk B, dan seterusnya. (2) orde reaksi
5
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Enlenmeyer
- Gelas Ukur
- Pipet tetes
- Kertas label
- Spidol
- Kertas HVS
- Corong Kaca
3.1.2 Bahan
- HCl 0,5 M
- HCl 0,1 M
- Na2S2O3 0,1 M
3.2 Prodesur Kerja
BAB 4
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh Konsentrasi
4.3.1.1 orde reaksi terhadap HCl
v1 k[HCl]x [Na2 S2 O3 ]y
=
v2 k[HCl]x [[Na2 S2 O3 ]y
0,011 k[0,5][0,1]y
=
0,012 k[1]x [[0,1]y
0,916 = [0,5]x
log0,916
x= log0,5
x= 0,126
10
v2 k[HCl]x [Na2 S2 O3 ]y
=
v3 k[HCl]x [[Na2 S2 O3 ]y
0,012 k[1]x [0,1]y
=
0,037 k[1]x [0,2]y
0,324= [0,5]y
log0,324
y= log0,5
y= 1,625
v1 k[HCl]x [Na2 S2 O3 ]y
=
v2 k[HCl]x [[Na2 S2 O3 ]y
0,012 k[0,5][0,1]y
=
0,015 k[1]x [[0,1]y
0,8 = [0,5]x
log0,8
x = log0,5
x = 0,321
4.3.2.2 orde reaksi terhadap Na2S2O3
v2 k[Na2 S2 O3 ]x [HCl]y
=
v3 k[Na2 S2 O3 ]x [[HCl]y
0,348 = [0,5]x
log0,348
x= log0,5
x= 1,522
4.4 Grafik
4.4.1 Pengaruh Konsentrasi
Chart Title
100
50
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
-50
Chart Title
100
80
60
40
20
0
-20 0 1 2 3 4 5 6
4.5 Pembahasan
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk
dalam satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk
fase gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkurium atau pascal, dapat
digunakan sebagai pengganti konsentrasi.
r = k [HgCl2]1 [C2O42⁻]2
1. Konsentrasi Pereaksi
2. Paku yang berada di luar rumah dan terkena udara, panas, dan air
hujan akan cepat berkarat dibandingkan permukaan paku dibagian
dalam rumah
Adapun sifat fisik dan kimia dari HCl dan Na2S2O3 adalah :
1. HCl
Sifat Fisika
- B
erbau tajam
17
Sifat kimia
- HCl akan berasap tebal di udara lembab
2. Na2S2O3
Sifat Fisika
- Baer
bentuk padat
Sifat Kimia
- Sangat larut dalam air
- Tidak berwarna
- Tidak berbau
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa ordo reaksi pada Na2S2O3 dan
HCl pada pengaruh konsentrasi adalah 1,625 dan 0,126. Dengan dilakukan
praktikum ini kita dapat mengetahui ordo reaksi dari Na2S2O3 dan HCl pada
pengaruh suhu, yaitu 0,321 dan 1,522. Serta didapatkan ordo reaksi Na2S2O3
dengan HCl pada pengaruh konsentrasi dan suhu adalah 1,751 dan 1,843.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya ditambahkan lagi larutan untuk memperbanyak
variasi data.
19
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Kimia Dasar Edisi Kesembilan. Jakarta : Erlangga
Tamrin, Jamal, dkk. 2003. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus. Jakarta : Gita Media Press.
PERCOBAAN 6
Sifat-sifat Larutan
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT LARUTAN
DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Faathir Hafiidh
NIM : 2007076017
BAB I
PENDAHULUAN
dalam H2SO4 dan NaOH untuk mengetahui kelarutannya. Digunakan juga logam
Kalium dan serbuk Mg untuk mengetahui kereaktifannya. Sehingga dapat
diketahui kereaktifan unsur antara Mg dan logam K, mengetahui kelarutan BaCl2,
MgCl2, CaCl2 Sr(NO3)2 dalam H2SO4 dan NaOH.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem periodik adalah susunan berkala yang menggambarkan suatu letak,
keadaan, periodik dan golongan dari unsur-unsur kimia. Sistem periodic disusun
berdasarkan kenaikan atom (jumlah proton atom muatan inti). Sistem periodic
dibagi menjadi periode, yaitu unsur-unsur yang terletak dalam baris yang
horizontal (mendatar) dan golongan yaitu unsur-unsur yang terletak dalam kolom
vertikal (Basri, 2003).
Menurut jenis subkulit yang terisi, unsur-unsur dapat dibagi menjadi beberapa
golongan unsur utama, gas mulia, unsur transisi, lantanida dan aktanida. Unsur-
unsur utama adalah unsur-unsur dalam golongan I A hingga VII A yang semuanya
memiliki subkulit s atau p dengan bilangan kuantum utama tertinggi yang belum
tentu penuh. Dengan pengecualian pada helium, seluruh gas mulia (unsurunsur
golongan VIII A) mempunyai subkulit p terisi penuh (konfigurasi elektronnya
adalah 1s2 untuk helium dan ns2 np6 unutk gas mulia yang lain. Dimana n adalah
bilangan kuantum utama untuk kulit terluar). Logam transisi adalah unsur-unsur
dalam golongan I B dan III B hingga VIII B yang mempunyai subkulit d yang
tidak terisi penuh atau mudah menghasilkan kation dengan subkulit d yang tidak
terisi penuh. (Logam-logam ini kadang-kadang disebut dengan unsur-unsur
transisi blok d). Unsur-unsur golongan II B adalah Zn, Cd, dan Hg, yang bukan
merupakan unsur utama maupun unsur transisi. Lantanida dan aktanida
kadangkala disebut unsur transisi blok f karena kedua golongan itu memiliki
subkulit f yang tidak terisi penuh (Chang, 2005).
Pada pembentukan kation dari atom netral unsur golongan utama, satu
elektron atau lebih dikeluarkan dari kulit n terluar yang masih terisi. Di bawah ini
adalah konfigurasi elektron terkait beberapa atom netral dan kation-kationnya
yang terkait :
− Na : [Ne] 3s1 Na+ : [Ne]
− Ca : [Ar] 4s2 Ca2+ : [Ar]
− Al : [Ne] 3s2 3p1 Al3+ : [Ne]
4
Perhatikan bahwa setiap ion mempunyai konfigurasi gas mulia yang stabil.
Dalam pembentukan anion, satu elektron atau lebih ditambahkan ke kulit n terluar
yang terisi sebagian. Perhatikan contoh-contoh berikut
− H : 1s1 H - : 1s2 atau [He]
− F : 1s2 2s2 2p5 F - : 1s2 2s2 2p6 [Ne]
− O : 1s2 2s2 2p4 O 2- : 1s2 2s2 2p6 [Ne]
Sekali lagi semua anion mempunyai konfigurasi elektron gas mulia yang
stabil. Jadi, satu ciri khusus dari hampir semua unsur golongan utama ialah behwa
ion-ion yang dihasilkan dari atom netralnya mempunyai konfigurasi elektron gas
mulia ns2 np6 . Ion-ion atau atom-atom dan ion yang mempunyai jumlah
elektronyang sama, dan oleh karena itu konfigurasi elektron tingkat dasarnya
sama disebut isoelektron. Jadi, Hdan He adalah isoelektron, F- , Na+ , dan Ne
adalah isoelektron dan seterusnya (Chang, 2005).
Pada baris pertama logam transisi (Sc sampai Cu), orbital 4s selalu diisi lebih
dulu sebelum orbital 3d. Perhatikan mangan, yang konfigurasi elektronnya adalah
[Ar] 4s2 3d5 . Jika terbentuk ion Mn2+, kita mungkin menduga bahwa dua
elektron dikeluarkan dari orbital 3d untuk menghasilkan [Ar] 3d5 . Alasannya
ialah interaksi elektron-elektron dan elektron inti pada atom netral agak berbeda
dengan interaksi pada ionnya. Jadi, meskipun dalam Mn orbital 4s selalu terisi
lebih dulu sebelum orbital 3d, elektron dikeluarkandan 4s pada pembentukan
Mn2+, karena orbital 3d lebih stabil daripada orbital 4s dalam ion logam transisi.
Oleh karena itu, jika kation terbentuk dan atom logam transisi, elektron yang
dilepaskan pertamatama selalu dari orbital ns dan kemudian baru dari orbital (n-
1)d (Chang, 2005).
Dalam sistem periodik, tiap unsur terletak pada kotak tertentu sehingga ada
kelompok yang mempunyai kemiripan sifat. Kemiripan itu terdapat dalam arah
vertikal, horizontal dan diagonal. Kemiripan vertikal terjadi dalam unsur
segolongan karena elektron valensinya sama. Dengan demikian Li, Na, K
mempunyai sifat yang mirip karena dalam golongan alkali. Demikian juga unsur
segolongan yang lain, seperti alkali tanah, halogen dan gas mulia. Sistem periodik
mengandung 8 golongan A dan 8 golongan B, maka unsur dapat dibagi 16
5
golongan yang masing-masing mempunyai kemiripan sifat. Oleh sebab itu, lebih
baik mempelajari sifat-sifat golongan unsur daripada mempelajari sifatnya satu
persatu. Kemiripan horizontal, unsur golongan VIII terdiri atas tiga triad, yaitu:
− Triad besi : Fe, Co, Ni
− Triad paladium : Ru, Rh, Pd
− Triad paltina : Os, Ir, Pt
Tiap triad terdapat dalam satu periode (horizontal) sehingga disebut
kemiripan horiontal. Kemiripan ini diakibatkan oleh jari-jari atomnya hampir
sama, karena sifat unsur dipengaruhi oleh ukuran atomnya. Kemiripan
diagonal,dalam unsur golongan utama sebelah kiri dan kanan sistem periodik,
yaitu I A sampai IV A terdapat kemiripan sifat secara diagonal, contohnya Li dan
Mg, Be dan Al, B dan Si. Kemiripan ini disebabkan oleh jari-jari atom tersebut
hampir sama. Dalam beberapa hal Li mempunyai sifat mirip dengan Na, tetapi
dalam hal lain mirip dengan Mg. Begitu juga Be dengan Mg dan Al dan
seterusnya B dengan Al dan Si (Syukri, 1999).
Walaupun unsur yang berdekatan dalam satu golongan atau perioda
mempunyai kemiripan, tetapi diantara sesamanya terdapat perbedaan tertentu.
Perbedaan sifat itu berubah dengan kecenderungan tertentu, sesuai dengan
perubahan nomor atomnya. Kecenderungan itu berulang pada golongan atau
perioda berikutnya, maka disebut sistem periodik. Sifat periodik yang dibahas
disini adalah jari-jari atom, jari-jair ion, energi ionisasi, afinitas elektron dan
keelektronegatifan (Syukri, 1999).
Atom dianggap bulat sehingga mempunyai jari-jari tertentu. Jari-jari atom
adalah setengah jarak inti dua atom yang sama dalam ikatan tunggal, jari-jari atom
unsur logam diukur dari jarak dua atom kristal padatnya, sedangkan unsur non
logam dari panjang ikatan kovalen tunggal. Unsur dalam satu perioda mempunyai
kulit yang sama, tetapi nomor atom bertambah dari kiri ke kanan. Berarti jumlah
protonnya juga bertambah, sehingga daya tarik inti pada kulit terluar makin besar
dari kiri ke kanan. Menurut hukum Coloumb, daya tarik listrik berbanding lurus
dengan muatan, maka : F ∝ muatan inti × muatan e Contohnya Na dan Mg
mempunyai muatan inti masing-masing 11 dan 12. Daya tarik inti Na lebih kecil
6
valensi dari atom logam alkali tanah sangat besar, ion golongan II A sulit
direduksi menjadi logam bebas karena harga potensial reduksinya besar dan
negatif. Tetapi sebagaimana untuk logam I A, proses elektrolisis merupakan
metoda komersial yang penting dalam pembuatannya (Petrucci, 1987)
9
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Botol Semprot
- Gelas Ukur
- Hot plate
- Pipet Tetes
- Spatula
- Tabung Reaksi
3.1.2 Bahan
- Aquadest
- Indikator PP
- Larutan BaCl2
- Larutan CaCl2
- Larutan H2SO4
- Larutan NaOH
- Logam Kalium
- Pita Mg
3.2.3 Logam Mg
- Dipanaskan aquadest
- Diamati
3.2.4 Logam K
- Disiapkan aquades
11
- Diamati
12
BAB 4
Perlakuan Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
4.2.3.1 Mg + H2O
Mg + 2H2O → Mg(OH)2 + H2
4.2.3.2 Indikator PP
15
4.2.3.3 K + H2O
2K + 2H2O → 2KOH + H2
4.3 Pembahasan
Alkali adalah zat senyawa dengan asam yang merupakan garam dan
dipergunakan dalam pembuatan sabun. Merupakan kelompok unsur untuk
golongan IA kecuali Hidrogen (H) pada Tabel Periodik Unsur, Alkali memiliki
sifat senyawa basa.
Alkali tanah adalah unsur-unsur yang terletak di golongan IIA pada sistem
periodik unsur. Adapun unsur-unsur yang termasuk alkali tanah adalah berilium
(Be), magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan radium
(Ra). Unsur-unsurnya memiliki sifat yang sangat mirip: mereka semua adalah
logam berkilau, putih keperakan, agak reaktif pada suhu dan tekanan standar.
Secara struktural, mereka memiliki kesamaan yaitu kelopak elektron s terisi
penuh, artinya, orbital ini lengkap berisi dua elektron, sehingga unsur-unsur ini
mudah kehilangan kedua elektron terluarnya untuk membentuk kation dengan
muatan +2, dan tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) +2. Semua logam alkali tanah
yang ditemukan tesebar di alam.
Logam alkali memiliki elektron di kulit Semua logam alkali tanah memiliki dua
terluarnya elektron terluar
Logam Alkali memiliki muatan ionik Logam Alkali Tanah memiliki muatan
+1 dalam senyawanya ionik ionik dalam senyawa.
Logam Alkali sangat lunak dan dapat Logam Alkali Tanah lebih keras
dipotong dengan pisau tajam daripada logam alkali
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di
dalam air.
Hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan sebuah tetapan yang didapatkan dari
hasil kali konsentrasi ion pada kondisi larutan tersebut jenuh setelah dipangkatkan
dengan nilai koefisien dari persamaan ionisasinya. Senyawa-senyawa ion yang
terlarut di dalam air akan terurai menjadi partikel dasar pembentuknya yang
berupa ion positif dan ion negatif. Bila ke dalam larutan jenuh suatu senyawa ion
ditambahkan kristal senyawa ion maka kristal tersebut tidak melarut dan akan
mengendap.
17
Kelarutan (s)
• Jenis Pelarut Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut
dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan
senyawa polar.
• Senyawa non polar akan mudah larut dalam senyawa non polar,misalnya lemak
mudah larut dalam minyak.Senyawa non polar umumnya tidak larut dalam
senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.
Suhu
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan.
Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antara molekul
zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antara molekul zat padat menjadikan
kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas
oleh gaya tarik molekul-molekul air.
- Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke orbital elektron terluar yang
stabil dalam suatu atom dalam keadaan setimbang. Biasanya jarak tersebut diukur
dalam satuan pikometer atau angstrom. Dikarenakan elektron-elektron senantiasa
bergerak, maka untuk mengukur jarak dari inti atom kepadanya amatlah sulit.
Dari Li sampai Fr jari-jari atom semakin besar. Hal ini sesuai dengan kenaikan
18
nomor atomnya. Dengan semakin besarnyajari-jari atom maka jarak antara inti
atom dan elektron valensinya semakin besar pula. Oleh karena itu elektron
valensinya makin lemah dan makin mudah melepas elektronnya.
- Energi Ionisasi
Energi ionisasi (IE) adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan
elektron dari tiap mol spesies dalam keadaan gas. Energi untuk mengeluarkan satu
elektron pertama (dari atom netralnya) disebut sebagai energi ionisasi pertama dan
untuk mengeluarkan satu elektron ke dua disebut energi ionisasi kedua, dan begitu
seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya. Mudah dipahami bahwa
mengeluarkan satu elektron pertama dari atom netralnya akan lebih mudah
daripada mengeluarkan satu elektron kedua dan seterusnya dari kation yang
bersangkutan karena pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap
elektron yang semakin berkurang jumlahnya. Karena dari Li sampai Fr elektron
valensinya makin mudah dilepas maka energi ionisasinya semakin kecil dari Li
sampai Fr. Hal ini disebabkan energi yang diperlukan untuk melepas elektron
valensi semakin kurang.
- Keelektronegatifan
Keelektronegatifan (Simbol: χ) adalah sebuah sifat kimia yang
menjelaskan kemampuan sebuah atom (atau lebih jarangnya sebuah gugus fungsi)
untuk menarik elektron (atau rapatan elektron) menuju dirinya sendiri pada ikatan
kovalen. Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara langsung, melainkan harus
dikalkulasi dari sifat-sifat atom dan molekul lainnya. Unsur-unsur alkali adalah
unsur-unsur elektronegatif. Dengan demikian besar keelektronegatifannya relatif
rendah dibandingkan unsur lainnya. Dari Li sampai Fr keelektronegatifannya
berkurang. Hal ini disebabkan jari-jarinya semakin berkurang. Unsur-unsur logam
alkali tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, melainkan terdapat dalam
bentuk NaCl pada air laut juga pada garam. Na dan K adalah unsur keenam dan
ketujuh paling banyak dalam kerak bumi. Kedua unsur ini sangat penting dalam
kehidupan. Sedangkan unsur-unsur yang lain hanya sedikit terdapat di alam.
19
- Afinitas Elektron
Afinitas electron adalah energi yang dilepaskan atau diperlukan saat
masuknya electron kedalam aom atau ion dalam keadaan gas. Atau dapat diartikan
juga sebagai energi yang dilepaskan atau diperlukan bila satu electron masuk ke
orbital terluar suatu atom. Afinitas electron merupakan perubahan entalpi ketika
suatu atom pada keadaan gas menerima electron dari luar membentuk suatu anion.
Nilai afinitas electron dinyatakan dalam per nol atom atau mol ion.
Pada percobaan sifat-sifat unsur yang pertama pada kelarutan garam asam
sulfat didaptakn, ketika larutan Mg berupa larutan bening ditambahkan
H2SO4 yang berupa larutan bening juga yang menghasilkan terdapat banyak
endapan berwarna putih. CaCl2 yang merupakan larutan bening yang direaksikan
dengan H2SO4 yang merupakan larutan bening juga yang menghasilkan terdapat
sedikit endapan berwarna putih.
a. Pelarut Aquadet
Sifat Fisik :
- Cair
- Berat molekul 18,02 gr/mol
- Densitas 1000 kg/m3
- Tekanan uap 2,3 kPa
23
Sifat Kimia :
- Tidak dapat terbakar
- Memiliki pH 7 (netral)
- Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak
b. Indikator PP
Sifat Fisik :
- Berupa cairan
- Tidak berbau
- Tidak berasa
- Tidak berwarna
- Memiliki titik didih 78,5°C
- Titik leleh -114,1°C
Sifat Kimia :
- Mudah larut dalam air (baik air dingin maupun air panas)
- Bahan ini juga larut dalam metanol, dietil eter, serta larut dalam
aseton
- Berbahaya jika terkena kulit (iritan), mata (iritan), dan tertelan
- Tidak korosif untuk kulit, mata, dan paru-paru
c. Larutan BaCl2
Sifat Fisik :
- Padatan berbentuk Kristal
- Berwarna putih
- Tidak berbau
- Memiliki rasa pahit dan asin.
Sifat Kimia :
- Merupakan Garam Organik
- Mudah Larut dalam Air
- Digunakan sebagai zat Aditif untuk pelumas
- Beracun
- Tidak bereaksi dengan Udara
- Titik Lebur : 960°C
24
d. Larutan CaCl2
Sifat Fisik :
- Padatan berbentuk kristal
- Tak berwarna pada suhu kamar
- Larut dalam air
- Kepadatan 1.55 g/cm3
Sifat Kimia :
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Kelarutan garam sulfat dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin
kecil, sedangkan kelarutan garam hidroksida, dalam satu golongan dari atas
kebawah semakin besar.rendah, sehingga mudah melepaskan elektron.
- Kereaktifan untuk unsur logam alkali dan alkali tanah semua sama, yaitu
kereaktifan dari unsur-unsurnya bertambah dari atas ke bawah dan pada
dasarnya kereaktifan logam alkali dan alkali tanah berkaitan dengan energi
ionisasinya yang rendah, sehingga mudah melepaskan elektron.
- Sifat unsur golongan alkali yaitu: konfigurasi elektron valensi adalah ns1,
energi ionisasi relative rendah, serta dalam satu golongan energi ionisasi, titik
didih dan titik leleh, dari atas ke bawah semakin kecil. Sedangkan sifat unsur
golongan alkali tanah yaitu: jari-jari atom lebih kecil dari golongan alkali,
merupakan logam yang lunak dan dapat menghantarkan listrik dan panas
yang baik serta konfigurasi electron valensinya ns2.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H, dkk. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.