Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GAS MULIA

Sejarah Gas Mulia

Gas Mulia pertama kali ditemukan pada tanggal 18 Agustus 1868 oleh Pierre Janssen dan Joseph Horman
Lockyer. Ketika sedang meneliti gerhana matahari total, mereka menemukan sebuah garis baru di spektrum
sinar matahari. Mereka menyakini bahwa itu adalah lapisan gas yang belum diketahui sebelumnya, lalu
mereka menamainya Helium. Pada tahun 1894, seorang ahli kimia Inggris bernama William Ramsay
mengidentifikasi zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui mengandung
nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida dipisahkan. Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa
suatu gas yang tidak reaktif (inert). Gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan
argon (dari bahasa Yunani argos yang berarti malas). Empat tahun kemudian Ramsay menemukan unsur
baru lagi, yaitu dari hasil pemanasan mineral kleverit. Dari mineral tersebut terpancar sinar alfa yang
merupakan spektrum gas baru. Spektrum gas tersebut serupa dengan garis-garis tertentu dalam spektrum
matahari.

Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat dikelompokkan ke dalam golongan unsur-unsur yang sudah
oleh Mendeleyev karena memiliki sifat berbeda. Kemudian Ramsey mengusulkan agar unsur tersebut
ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan halogen dan golongan alkali.
Untuk melengkapi unsur-unsur dalam golongan tersebut. Ramsey terus melakukan penelitian dan akhirnya
dengan mempelajari sifat-sifatnya, ia dapat menunjukkan bahwa gas-gas tersebut adalah unsur – unsur baru.
yang sekarang  dikenal sebagai unsur He, Ne, Ar, Kr, serta Xe (dari hasil destilasi udara cair). Kemudian
unsur yang ditemukan lagi adalah radon yang bersifat radioaktif. Karena penemuaanya inilah, Ramsay
memperoleh Hadiah Nobel pada tahun 1904. Pada masa itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsur-
unsur yang tidak bereaksi dengan unsur-unsur lain (inert) dan dibri nama golongan unsur gas mulia atau
golongan nol. (purwoko.2009)

Di tahun 1898, Huge Erdmann mengambil nama Gas Mulia (Noble Gas) dari bahasa Jerman Edelgas untuk
menyatakan tingkat kereaktifan Gas Mulia yang sangat rendah. Nama Noble dianalogikan dari Noble Metal
(Logam Mulia), emas, yang dihubungkan dengan kekayaan dan kemuliaan.

Sifat – Sifat Gas Mulia

Dengan konfigurasi elektron yang sudah penuh, gas mulia termasuk unsur yang stabil, artinya sukar bereaksi
dengan unsur lain, sukar untuk menerima elektron maupun untuk melepas elektron. Secara umum, sifat –
sifat unsur golongan gas mulia antara lain (Purwoko. 2009):

a. Afinitas Elektron

Dengan elektron valensi yang sudah penuh, unsur gas mulia sangat sukar untuk menerima elektron. Hal ini
dapat dilihat dari harga afinitas elektron yang rendah.

b. Energi Ionisasi
Kestabilan unsur-unsur golongan gas mulia menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar membentuk ion,
artinya sukar untuk melepas elektron. Perhatikanlah data energi ionisasinya yang besar sehingga untuk dapat
melepas sebuah elektron (untuk dapat membentuk ion) diperlukan energi yang besar. Helium adalah unsur
gas mulia yang memiliki energi ionisasi paling besar.

c. Jari-Jari Atom

Jari-jari atom unsur-unsur golongan gas mulia sangat kecil (dalam satu golongan, semakin keatas semakin
kecil) sehingga elektron terluar relatif lebih tertarik ke inti atom. Oleh sebab itu, atom-atom gas mulia sangat
sukar untuk bereaksi.

d. Wujud Gas Mulia

Titik didih dan titik leleh unsur-unsur gas mulia lebih kecil dari pada suhu kamar (250C atau 298 K) sehinga
seluruh unsur gas mulia berwujud gas. Karena kestabilan unsur-unsur gas mulia, maka di alam berada dalam
bentuk monoatomik.

e. Kelarutan

Kelarutan gas mulia dalam air bertambah besar dari Helium (He) hingga Radon (Rn). Pada suhu 0 °C dalam
100 ml air terlarut 1 ml He, 6 ml Ar, dan 50 ml Rn.

Kereaktifan gas mulia akan bertambah seiring dengan bertambahnya nomor atom. Bertambahnya nomor
atom akan menambah jari-jari atom pula. Hal ini mengakibatkan gaya tarik inti atom terhadap elektron
terluar berkurang, sehingga lebih mudah melepaskan electron untuk ditangkap oleh zat lain. Menurut
percobaan yang dilakukan Neil Bartlett dan Lohmann, gas mulia hanya dapat bereaksi dengan unsur Oksigen
(O) dan Fosfor (F). Senyawa gas mulia yang ditemukan pertama kali adalah XePtF6. Berdasarkan urutan
unsur golongan gas mulia dalam system periodic unsur, dapat disimpulkan bahwa:

 Dalam satu golongan, jari-jari atom unsur-unsur golongan Gas Mulia dari atas ke bawah semakin
besar karena bertambahnya kulit yang terisi elektron.
 Energi Ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil karena gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar
semakin lemah.
 Afinitas Elektron unsur-unsur Gas Mulia sangat kecil sehingga hampir mendekati nol.
 Titik didih unsur-unsur Gas Mulia berbanding lurus dengan kenaikan massa atom.
 Titik lebur unsur-unsur Gas Mulia mengikuti sifat titik didih.

Kereaktifan gas mulia

Unsur – unsur gas mulia merupakan unsur – unsur yang paling stabil (tidak reaktif) diantara semua unsur
yang terdapat dalam system periodic unsur. Semua unsur gologan gas mulia berupa gas monoatomik pada
temperature kamar, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mudah terbakar dan juga gas yang tidak mendukung
dalm proses pembakaran, mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah

Gas mulia dalam keadaan dasarnya memenuhi persyaratan untuk mencapai kondisi kestabilan kimia yakni
(1) tidak memiliki elektron yang tidak berpasangan, (2) energi ionisasi sangat besar dan (3) afinitas
elektronnya negative. Sehingga, kereaktifan unsur – unsur gas mulia sangat rendah. Konfigurasi elektron
Gas Mulia dijadikan sebagai acuan bagi unsur-unsur lain dalam sistem periodic (Prakoso. 2009):

2 He      1s2

10 Ne     [He] 2s2 2p6

18 Ar     [Ne] 3s2 3p6

36 Kr     [Ar] 4s2 3d10 4p6

54 Xe     [Kr] 5s2 4d10 5p6

86 Rn     [Xe] 6s2 4f14 5d10 6p6 

Gas Mulia sangat stabil karena konfigurasi elektronnya memenuhi kaidah duplet (untuk Helium) dan oktet.
Sehingga Gas Mulia dijadikan acuan bagi unsur-unsur lain dalam sistem periodik untuk kestabilan suatu
unsur.

Akan tetapi, beberapa reaksi dapat terjadi jika kondisinya tersebut tidak dipenuhi sebagian. Meskipun energi
ionisasi untuk atom gas mulia besar, nilainya menurun dalam urutan sebagai berikut, He (24.6 eV), Ne (21.6
eV), Ar (15.8 eV), Kr (14.0 eV) dan ionisasi energi untuk Xe adalah 12.1 eV, yang lebih kecil dari energi
ionisasi untuk atom hidrogen (13.6 eV). Hal ini memberikan indikasi bahwa kondisi (2) tidak berlaku untuk
Xe.

Dengan mencatat kecenderungan ini, N. Bartlet melakukan sintesis XePtF6 dari Xe dan PtF6 pada tahun 1962
dan juga N. H. Clasen memperoleh XeF4 melalui reaksi termal antara Xe dan F2 pada tahun 1962.
Selanjutnya, XeF2, XeF6, XeO3, XeO4 dan beberapa senyawa gas mulia lainnya telah berhasil disintesis dan
mengakibatkan hipotesis bahwa gas mulia adalah maka gugurlah anggapan bahwa gas mulia adalah unsur
yang tidak dapat bereaksi. Ion-ion dan atom-atom gas mulia yang tereksitasi (He*, Ne*, Ar*, Kr*, Xe:) tidak
memenuhi kondisi (1)-(3) untuk kestabilan kimia dan mengakibatkan reaksi berikut dapat terjadi.

Dalam reaksi (a), He+ berlaku sebagai sebuah penerima elektron yang sangat kuat. Produk reaksi (b) disebut
sebagai eksimer (excimer, excited dimers) yang digunakan sebagai osilasi laser. Reaksi dalam (c) adalah
reaksi ionisasi yang berkaitan dengan tumbukan antara sebuah atom tereksitasi dan sebuah molekul yang
disebut sebagai ionisasi Penning (Ohno. 2009)

2.1 HELIUM

Kata Helium berasal dari bahasa Yunani “helios” = matahari. Unsur Helium pertama kali ditemukan pada
1868, oleh astronom Prancis bernama Pierre Jules César Janssen yang mendeteksi helium sebagai signatur
garis spektral kuning yang tidak diketahui dari cahaya gerhana matahari. Janssen menemukan bukti
keberadaan helium pada saat gerhana matahari total tahun 1868 ketika dia mendeteksi sebuah garis baru di
spektrum sinar matahari. Lockyer dan Frankland menyarankan pemberian nama helium untuk unsur baru
tersebut. Pada tahun 1895, Ramsay menemukan helium di mineral cleveite uranium. Pada saat yang
bersamaan kimiawan Swedia Cleve dan Langlet menemukan helium di cleveite. Rutherford dan Roys pada
tahun 1907 menunjukkan bahwa partikel-partikel alpha tidak lain adalah nukleus helium (Mohsin. 2005).

Helium merupakan elemen kedua terbanyak di alam semesta. Helium dapat diproses dari gas alam, karena
banyak gas alam yang mengandung gas helium. Secara spektroskopik, helium telah dideteksi keberadaannya
di bintang-bintang, terutama di bintang yang panas. Pemfusian hidrogen menjadi helium menghasilkan
energi yang luar biasa dan merupakan proses yang dapat membuat matahari bersinar secara terus-menerus.
Kadar helium di udara sekitar 1 dalam 200,000. Walaupun unsure Heolium banyak terdapat dalam berbagai
mineral radioaktif sebagai produk-produk radiasi, sebagian besar pasokan helium untuk Amerika Serikat
terdapat di sumur-sumur minyak Texas, Oklahoma, dan Kansas. Di luar AS, pabrik ekstraksi helium hanya
terdapat di Polandia, Rusia dan di India (data tahun 1984) (Mohsin. 2005).

Helium merupakan unsur kedua terbanyak dan paling ringan di jagad raya dan salah satu unsur yang tercipta
pada saat nukleosintesis Big Bang. Dalam Jagad Raya modern, hampir seluruh helium baru diciptakan dalam
proses fusi nuklir hidrogen di dalam bintang. Di Bumi, unsur ini dapat terbentuk dari peluruhan radioaktif
dari unsur yang lebih berat (partikel alfa adalah nukleus helium). Setelah penciptaannya, sebagian besar
Helium terkandung di udara (gas alami) dalam konsentrasi sampai 7% volume. Helium dimurnikan dari
udara oleh proses pemisahan suhu rendah yang disebut distilasi fraksional (Hadiyanti. 2010).

Helium merupakan gas yang ringan dan tidak mudah terbakar, tidak berwarna dan lebih ringan dari udara.
Helium (He) ditemukan terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat. Gas helium mempunyai titik didih
yang sangat rendah sehingga pemisahan gas helium dari gas alam dilakukan dengan cara pendinginan
sampai gas alam akan mencair (sekitar -156 0C) dan gas helium terpisah dari gas alam. Helium memiliki titik
lebur paling rendah di antara unsur-unsur dan banyak digunakan dalam riset dengan suhu rendah (cyrogenic)
karena titik leburnya dekat dengan 0 oK. Selain itu, unsur ini sangat vital untuk penelitian superkonduktor.

Helium memiliki sifat unik, yaitu sebagai satu-satunya benda yang dalam keadaan cair tidak bisa diubah
bentuknya menjadi benda padat hanya dengan menurunkan suhu. Unsur ini tetap dalam bentuknya yang cair
sampai 0 derajat Kelvin pada tekanan normal, tetapi akan segera berbentuk padat jika tekanan udara
dinaikkan. 3He dan 4He dalam bentuk padat sangat menarik karena keduanya dapat berubah volume sampai
30% dengan cara memberikan tekanan udara. Selain itu, specifikasi panas helium sangat tinggi. Berat jenis
gas helium pada titik didih normal juga sangat tinggi. Molekul-molekul gasnya mengembang dengan cepat
ketika dipanaskan ke suhu ruangan. Sebuah bejana yang diisi dengan gas helium pada 5 dan 10 Kelvin harus
diperlakukan seakan-akan berisikan helium cair karena perubahan tekanan yang tinggi yang berasal dari
pemanasan gas ke suhu ruangan.

Helium mempunyai 7 isotop yang telah diketahui: helium cair (He-4) yang muncul dalam dua bentuk: He-4I
dan He-4II dengan titik transisi pada 2.174K. He-4I (di atas suhu ini) adalah cair, tetapi He-4II (di bawah
suhu tersebut) sangat berbeda dari bahan-bahan kimia lainnya. Helium mengembang ketika didinginkan, dan
konduksi panas atau viskositasnya tidak menuruti peraturan-peraturan biasanya. Secara umum, sifat – sifat
yang dimiliki oleh unsur elium adalah  (Puput, dkk. 2008):

 Nomor Atom : 2
 Perioda : 1
 Blok : s
 Penampilan : Tak Berwarna
 Massa Atom : 4,003 g/mol
 Konfigurasi elektron : 1s2
 Jumlah elektron di tiap kulit : 2
 Elektron valensi : 2
 Jari-jari Atom : 31 pm
 Jari-jari Kovalen : 32 pm
 Jari-jari Van der Waals : 140 pm
 Energi Ionisasi : Pertama 2372,3 kJ·mol-1
 Struktur Kristal : Heksagonal Tertutup
 Fase : Gas
 Massa jenis : (0 oC; 101,325 kPa) 0,1786 g/L
 Titik lebur : (pada 2,5 Mpa) 0,95K (-272,93 oC, -458,0 oF)
 Titik didih : 4,22 K (-268,93 oC, -452,07 oF)
 Kapasitas kalor : (25 oC) 20,786 J/(mol.K)

Unsur Helium telah banyak digunakan oleh manusia, dan diantaranya adalah:

 Sebagai gas tameng untuk mengelas


 Sebagai gas pelindung dalam menumbuhkan kristal-kristal silikon dan germanium, serta dan dalam
memproduksi titanium dan zirkonium
 Sebagai agen pendingin untuk reaktor nuklir
 Sebagai gas yang digunakan di lorong angin (wind tunnels)
 Campuran helium dan oksigen digunakan sebagai udara buatan untuk para penyelam dan para
pekerja lainnya yang bekerja di bawah tekanan udara tinggi. Perbandingan antara He dan O 2 yang
berbeda-beda digunakan untuk kedalaman penyelam yang berbeda-beda.
 Helium lebih banyak digunakan dalam pengisian balon udara ketimbang hidrogen yang lebih
berbahaya.
 Helium digunakan dalam pengisian balon-balon raksasa yang memasang berbagai iklan perusahaan-
perusahaan besar, termasuk Goodyear.
 Helium sedang dikembangkan oleh militer AS untuk mendeteksi peluru-peluru misil yang terbang
rendah. Badan Antariksa AS NASA juga menggunakan balon-balon berisi gas helium untuk
mengambil sampel atmosfer di Antartika untuk menyelidiki penyebab menipisnya lapisan ozon.
 Helium cair digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah.
 Memberi tekanan pada bahan bakar roket.

2.2 NEON (Ne)

Neon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ne dan
http://id.wikipedia.org/wiki/Nomor_atom”>nomor atom 10. Neon termasuk kelompok gas mulia
yang tak berwarna dan lembam (inert). Unsur Neon pertama kali ditemukan oleh Ramsay dan Travers pada
tahun 1898. Neon terdapat dalam atmosfer hingga 1:65000 udara. Dalam tabung vakum yang melepaskan
muataaan listrik, unsur Neon akan menyala dengan warna nyala orange kemerahan. unsur Neon Memiliki
kemampuan mendinginkan refrigerator 40 kali lipat lebih baik dari helium cair dan 3 kali lipat lebih baik
dari hidrogen cair. Unsur Neon mempunyai sifat – sifat (Puput, dkk. 2008):
 Nomor Atom : 10
 Perioda : 2
 Blok : p
 Penampilan : Tak Berwarna
 Massa Atom : 20,1797 g/mol
 Konfigurasi elektron : [He] 2s2 2p6
 Jumlah elektron di tiap kulit : 2 8
 Elektron valensi : 8
 Jari-jari Atom : 38 pm
 Kovalen : 69 pm
 Van der Waals : 154 pm
 Energi Ionisasi : Pertama 2080,7 kJ·mol-1
 Struktur Kristal : Kubus
 Fase : Gas
 Massa Jenis : (0 0C ; 101,325 kPa) 0,9002 g/L
 Titik Lebur : 24,56 K (-248,59 0C, -415,46 0F)
 Titik Didih : 27,07 K (-246,08 0C, -410,94 0F)
 Kapasitas Kalor : (25 0C) 20,78 J/mol K
 Kerapatan : (25 0C) 1,207 g/ml
 Tekanan Uap

P / Pa 1 10 100 1 K 10 K 100 K
Pada T / K 12 13 15 18 21 27

Neon dapat diperoleh dengan mencairkan udara dan melakukan pemisahan dari gas lain dengan penyulingan
bertingkat (Anonimous1. 2008). Pada tahap awal, CO 2 dan uap air dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian
udara diembunkan dengan memberikan tekanan 200 atm diikuti pendinginan cepat. Sehingga sebagian besar
udara akan berada dalam fasa cair dengan kandungan Gas Mulia yang lebih banyak, yaitu 60% Gas Mulia
(Ar, Kr, Xe) dan sisanya 30% O2 dan 10% N 2. Sisa udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun
karena titik didih kedua gas tersebut sangat rendah. Gas He dan Ne akan terkumpul dalam kubah kondensor
sebagai gas yang tidak terionisasi (tidak mencair).

Neon adalah unsur yang tidak mudah bereaksi (inert). Namun, dilaporkan bahwa Ne dapat bersenyawa
dengan fluor. Namun, hal tersebut masih menjadi pertanyaan apakah senyawa Neon tersebut benar – benar
ada meskipun terdapat  bukti yang menunjukkan keberadaan senyawa tersebut. Ion Ne+, (NeAr)+, (NeH)+,
dan (HeNe+) diketahui dari analisis spektrofotometri optik dan spektrofotometrik massa. Neon juga
membentuk hidrat yang tidak stabil (Anonimous1. 2008). Beberapa penggunaan  unsur Neon dalam
kehidupan sehari – hari:

 Neon dapat digunakan untuk pengisian bola lampu di landasan pesawat terbang. Karena Ne
menghasilkan cahaya terang dengan intensitas tinggi apabila dialiri arus listrik.
 Neon cair digunakan juga sebagai zat pendingin, indicator tegangan tinggi, penangkal petir, dan
untuk pengisi tabung-tabung televisi.
 Neon digunakan sebagai penangkal petir dan pengisi tabung-tabung televisi.
 Neon dapat digunakan untuk pengisi bola lampu neon.
 

2.3 ARGON (Ar)

Argon adalah suatu unsur kimia yang disimbolkan dengan huruf Ar. Argon mempunyai nomor atom 18 dan
merupakan unsur ketiga dari golongan VIII A pada sistem periodic unsure. Unsur Argon pertama kali
ditemukan oleh seorang ahli kimia Inggris bernama William Ramsay pada tahun 1894. Dia  mengidentifikasi
zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui mengandung nitrogen, oksigen, dan
karbon dioksida dipisahkan. Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak
reaktif (inert). Gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan argon (dari bahasa
Yunani argos yang berarti malas). Argon terdapat pada di atmospher dengan jumlah yang cukup kecil.
Argon tidak baik dibawa keluar laboratorium karena argon sangat berharga dan berguna jika disimpan dalam
silinder pada tekanan tingg.

Unsur argon terdapat dalam atmospher bumi sebesar 0,93 % yang merupakan unsur gas mulia yang
terbanyak di bumi. Isotop utama dari argon yang ditemukan dalam bumi adalah 40Ar (99.6%), 36Ar (0.34%),
dan 38Ar (0.06%). Jumlah unsur Argon terus bertambah sejak bumi terbentuk karena Kalium 40K yang
radioaktif dapat berubah menjadi Argon secara alami, dengan waktu paruh 1.25 x 109 tahun, Dalam
atmospher, 39Ar terbentuk dengan aktifitas sinar kosmik.  37Ar  dapat terbentuk dari peluruhan 40Ca sebagai
hasil dari ledakan nuclear permukaan yang memiliki waktu paruh 35 hari.

Meskipun argon merupakan gas mulia yang bersufat stabil. Akan tetapi, telah ditemukan bahwa argon
mempunyai beberapa bentuk senyawa. Sebagai contoh adalah pembuatan senyawa argon hidrofluorida
(HArF), suatu senyawa setengah stabil dari argon dengan hydrogen dan fluorin.

Ar + H + F → HArF

Senyawa ini ditemukan dan dibuat melalui riset dan penelitian pada universitas Helsinki tahun 2000.
Meskipun pada keadaan groundstate netral, namun senyawa HArF keberadaannya terbatas. Argon dapat
berebtuk klathrat dengan air ketika atom-atomnya terikat pada kisi-kisi molekul air. Selain itu, ditemukan
pula senyawa ion ArH+ dan ArF. Perhitungan teori sudah menunjukkan beberapa senyawa argon dapat
menjadi stabil namun dengan sintesis yang tidak gampang dan diketahui.

Dalam air, Argon mempunyai kelarutan yang sama dengan gas oksigen (O2) dan 2.5 kali lebih besar dari
pada gas nitrogen. Argon adalah unsur yang tidak berwarna, kurang berbau, kurang berasa, dan tidak bersifat
racun dalam bentuk gas dan cairan. Sifat – sifat umum yang dimiliki oleh unsur ini adalah (Puput, dkk.
2008):

 Nomor Atom : 18
 Perioda : 3
 Blok : p
 Penampilan : Tak Berwarna
 Massa Atom : 39,948 g/mol
 Konfigurasi elektron : [He] 3s2 3p6
 Jumlah elektron di tiap kulit : 2 8 8
 Elektron valensi : 8
 Jari-jari Atom : 71 pm
 Jari-jari Kovalen : 97 pm
 Jari-jari Van der Waals : 188 pm
 Keelektronegatifan  : -
 Energi Ionisasi : Pertama 1520,6 kJ·mol-1
 Struktur Kristal : Kubus
 Fase : Gas
 Massa Jenis : (0 °C, 101,325 kPa) 1.784 g/L
 Titik Lebur : 83,80 K (-189,35 °C, -308,83 °F)
 Titik Didih : 87,30 K (-185,85 °C, -302,53 °F)
 Kapasitas Kalor : (25 °C) 20,786 J·mol-1·K-1
 Panas peleburan : 1.18 kjmol-1
 Panas penguapan : 6.43 kjmol-1
 Kapasitas panas : 20.786 jmol-1K-1
 Keadaan magnet : nonmagnetic
 Tekanan Uap

P / Pa 1 10 100 1 K 10 K 100 K
Pada T / K   47 53 61 71 87

Beberapa manfaat dari unsur Argon yang selama ini telah digunakan adalah:

 Digunakan dalam pengisian tabung pemadam kebakaran.

 Sebagai gas pengisi dalam bola lampu cahaya listrik, karena argon tidak bereaksi dengan filament
cahaya lampu pada temperatur tinggi.
 Sebagai gas inert perisai dalam berbagai bentuk dari pengelasan, termasuk gas inert logam saat
pengelasan dan gas pemortongan saat pengelasan. Sebagai gas inert logam, argon biasanya sering
dicampur dengan CO2
 Sebagai pilihan gas pada plasma yang digunakan dalam ICP spectroscopy
 Sebagai perisai yang tidak reaktif pada proses titanium dan unsur rekatif lainnya

2.4 KRIPTON

Kripton adalah elemen kimia dengan symbol Kr dengan nomor atom 36. Unsur Kripton ditemukan pada
tahun 1898 oleh Ramsay dan Travers dalam residu yang tersisa setelah udara cair hampir menguap semua.
Pada tahun 1960, disetujui secara internasional bahwa satuan dasar panjang, meter, harus didefinisikan
sebagai garis spektrum merah oranye dari 86Kr. Hal ini untuk menggantikan standar meter di Paris, yang
semula didefinisikan sebagai batangan alloy platina-iridium. Pada bulan Oktober 1983, satuan meter, yang
semula diartikan sebagai  satu per sepuluh juta dari kuadrat keliling kutub bumi, akhirnya didefinisi ulang
oleh lembaga International bureau of Weights and Measures, sebagai panjang yang dilalui cahaya dalam
kondisi vakum selama interval waktu 1/299,792,458 detik (Anonimous2. 2008).

Kripton terdapat di udara dengan kadar 1 ppm. Atmosfer Mars diketahui mengandung 0.3 ppm kripton.
Kripton padat adalah zat kristal berwarna putih dengan struktur kubus pusat muka yang merupakan sifat
umum pada semua gas muli (Anonimous2. 2008). Unsur Kripton mempunyai sifat – sifat  antara lain
(Anonyuos3. 2009):
 Nomor Atom : 36
 Perioda : 4
 Blok : p
 Penampilan : Tak Berwarna
 Massa Atom : 83,798(2) g/mol
 Konfigurasi elektron : [Ar] 3d10 4s2 4p6
 Jumlah elektron di tiap kulit : 2 8 18 8
 Struktur Kristal : Kubus
 Elektronegativitas : 3,00 (skala Pauling)
 Energi Ionisasi (detil) : 1350,8 kJ/mol
 Jari-jari Atom : 88 pm
 Jari-jari Kovalen : 110 pm
 Jari-jari Van der Waals : 202 pm
 Fase : Gas,
 Massa Jenis : (0 °C; 101,325 kPa) 3,749 g/L
 Titik Lebur : 115,79 K
 Titik Didih : 119,93 K
 Titik Kritis : 209,41 K, 5,50 Mpa
 Kapasitas Kalor : (25 °C), 20,786 J/(mol·K)
 Memiliki garis spektrum berwarna hijau terang dan oranye.

Gas kripton merupakan sejenis gas nadir, berwarna hijau dan mempunyai spectral berwarna jingga dan
merupakan salah satu produk pembelahan uranium.. Kripton memiliki sifat inert (tidak reaktif) dan stabil,
sehingga kripton berfungsi sebagai pelindung untuk melindungi material lain yang tidak stabil terhadap
udara. Jumlah Kripton dalam ruang tidak pasti, seperti halnya jumlah yang diperoleh dari aktivitas yang
meteoric dan ari angina badai matahari. Pengukuran dalam menentukan jumlah Kripton disarankan untuk
melimpahkan Kripton di dalam suatu ruang (annymous4. 2008).

Di alam, kripton memiliki enam isotop stabil. Dikenali juga 1 isotop lainnya yang tidak stabil. Garis
spektrum kripton dapat dihasilkan dengan mudah dan beberapa di antaranya sangat tajam untuk bisa
dibedakan. Awalnya kripton diduga tidak dapat bersenyawa dengan unsur lainnya, tapi sekarang sudah
ditemukan beberapa senyawa kripton. Kripton difluorida sudah pernah dibuat dalam ukuran gram dan
sekarang sudah dapat disintesis dengan beberapa metode. Senyawa fluorida lainnya dari asam oksi kripton
pun telah dilaporkan. Ion molekul dari ArK+ dan KrH+ telah diidentifikasi dan diinvestigasi, demikian juga
KrXe dan KrXe+ pun telah memiliki beberapa bukti (Anonimous 2. 2008). Diantara manfaat dari unsur
Kripton adalah:

 Digunakan dalam pengisian bola lampu blitz pada kamera.


 Kripton dapat digabungkan dengan gas lain untuk membuat sinar hijau kekuningan yang dapat
digunakan sebagai kode dengan melemparkannya ke udara.
 Dicampurkan dengan Argon untuk mengisi lampu induksi

 Digunakan dalam beberapa bola lampu khusus seperti bola lampu menara pada mercusuar, bola
lampu landasan pacu bandara sebagai penerangan dan penunjuk jalan bagi pesawat terbang yang
akan mendarat atau meninggalkan landasan di malam hari (Prakoso. 2009)
o Kripton bercahaya putih dapat digunakan untuk efek yang bagus dalam tabung gas warna.
o Kripton bercahaya putih dapat digunakan untuk efek yang bagus dalam tabung gas warna,
85
o Kr dapat digunakan untuk analisis kimia dengan menanamkan isotop kripton dalam beragam
zat padat. Selama proses ini, terbentuk kriptonate. Aktivitas kriptonate sangat sensitif dalam
reaksi kimia dalam bentuk larutan. Karenanya, konsentrasi reaktan pun jadi dapat ditetapkan.
o Kripton digunakan sebagai lampu kilat fotografi tertentu untuk fotografi berkecepatan tinggi.

2.5 XENON (Xe)

Xenon (Xe) adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Xe dan nomor atom 54.
Xenon termasuk kelompok gas mulia yang tidak berwarna, dan tidak berbau. Xenon di temukan pertama kali
oleh sir William Ramsey dan Morris William Travers (Prakoso. 2009). Sifat – sifat yang dimiliki oleh unsur
xenon (Puput, dkk. 2008):

 Nomor Atom : 54
 Perioda : 5
 Blok : p
 Penampilan : Tak Berwarna
 Massa Atom : 131,293(6) g/mol
 Konfigurasi elektron : [Kr] 5s2 4d10 5p6
 Jumlah elektron di tiap kulit : 2 8 18 18 8
 Elektron valensi : 8
 Struktur Kristal : Kubus
 Elektronegativitas : 2,6 (skala Pauling)
 Energi Ionisasi : 1170,4 kJ·mol-1
 Jari-jari Atom : 108 pm
 Jari-jari Kovalen : 130 pm
 Van der Waals : 216 pm
 Fase : Gas
 Massa Jenis : (0 °C, 101,325 kPa) 5,894 g/L
 Titik Lebur : (101,325 kPa) 161,4 K (-111,7 °C, -169,1 °F)
 Titik Didih : (101,325 kPa) 165,03 K (-108,12 °C, -162,62 °F)
 Kapasitas Kalor : (100 kPa, 25 °C) 20,786 J·mol-1·K-1

Anis (2009) menjelaskan bahwa unsur Xenon merupakan salah satu produk fisi yang cukup penting untuk
diperhatikan keberadaannya, mengingat salah satu isotop Xenon, yaitu Xe-135 bersifat sebagai racun bagi
reaktor. Xe-135 disamping dihasilkan langsung oleh inti uranium dari proses pembelahan Uranium-235 (U-
235), juga dihasilkan dari peluruhan Iodium-135 (I-135). I- 135 tidak dihasilkan langsung dari proses
pembelahan inti, tetapi dari peluruhan Telurium- 135 (Te-135).

Unsur – unsur golongan gas mulia merupakan unsur – unsur yang bersifat stabil dsan tidak reaktif. Akan
tetapi, unsur gas mulia seperti xenon dan kripton dapat bereaksi dengan senyawa lain membentuk senyawa
baru. Penemuan senyawa gas mulia dipelopori oleh Neil Bartlett pada tahun 1962. Ia meneliti senyawa
platina(IV) fluoride dan mendapatkan sebagai agen oksidator yang sangat kuat yang mampu mengoksidasi
gas dioksogen menjadi senyawa ionic O2+PtF6-. Oleh karena energi ionisasi pertama xenon hamper sama
denga energi ionisasi pertama dioksigen, Bartlett percaya bahwa senyawa kuning xenon analog dengan
senyawa dioksigen dan dapat disintetis untuk membentuk Xe +PtF6-. Senyawa ini terbukti dapat disintetis
meskipun rumusnya tidak sesederhana itu. Setelah itu, sintetesis senyawa gas mulis berhasil dikembangkan
khususnya dengan unsur – unsur dengan keelektronegatifitas tinggi seperti unsur F dan O (Sugiarto. 2004).
Pada tahun yang sama, Bartlett juga berhasil mensintesis senyawa xenon dengan rumus XeF6 berwarna
jingga-kuning. Selain itu, Xenon juga dapat bereaksi dengan fluor secara langsung dalam tabung nikel pada
suhu 400 °C dan tekanan 6 atm menghasilkan xenon tetrafluorida, berupa padatan tidak berwarna dan mudah
menguap.

Xe(g) + 2F2(g)                        XeF4(s)

Xe, bereaksi dengan unsur yang paling elektronegatif, misalnya fluorin, oksigen, dan khlorin dan dengan
senyawa yang mengandung unsur-unsur ini, misalnya platinum fluorida, PtF6. Walaupun senyawa xenon
pertama dilaporkan tahun 1962 sebagai XePtF6, penemunya N. Bartlett, kemudian mengoreksinya sebagai
campuran senyawa Xe[PtF6]x (x= 1-2). Bila campuran senyawa ini dicampurkan dengan gas fluorin dan
diberi panas atau cahaya, flourida XeF2, XeF4, dan XeF6 akan dihasilkan. XeF2 berstruktur linear, XeF4 bujur
sangkar, dan XeF6 oktahedral terdistorsi. Walaupun preparasi senyawa ini cukup sederhana, namun sukar
untuk mengisolasi senyawa murninya, khususnya XeF 4.  Hidrolisis fluorida-fluorida ini akan membentuk
senyawa oksida. XeO3 adalah senyawa yang sangat eksplosif. Walaupun XeO 3 stabil dalam larutan, dimana
larutannya adalah oksidator sangat kuat.  Tetraoksida XeO4, adalah senyawa xenon yang paling mudah
menguap. Senyawa M[XeF8] (M adalah Rb dan Cs) sangat stabil dan tidak terdekomposisi bahkan
dipanaskan hingga 400 oC sekalipun. Jadi, Xenon membentuk senyawa dengan valensi dua sampai delapan.
Fluorida-fluorida ini digunakan juga sebagai bahan fluorinasi.

Table. Senyawa Xenon dengan Unsur yang Mempunyai Elektronegatifitas Tinggi

Formula Name O.S m.p (0C) Structure


XeF2 Xenon difluoride +2 129 Linear
XeF4 Xenon tetrafluoride +4 117 Square planar
XeF6 Xenon hexafluoride +6 49,6 Distorted Octahedron

XeO3 Xenon trioxide +6 Explodes Pyramidal (tetrahedral with one


corner unoccupied)
     
Trigonal bipyramidal (with one
XeO2F2 +6 30,8 position unoccupied)

      Square pyramidal (octahedral


with one position unoccupied)
XeOF4 +6 -46
XeO4 Xenon Tetraoxide +8 -35.9 Tetrahedral

XeO3F2   +8 -54.1 Trigonal bipyramid

Ba2[XeO3]4- Barium perxenat +8 dec.>300 Octahedral

O.S = Oxidation state

m.p = melting point

 
Bentuk geometri yang dimiliki oleh senyawa dari unsur Xenon tergantung pada bilangan koordinasi dan
adanya pasangan electron bebas yang dimilki oleh Xenon dalam senyawa tersebut. Pembentukan senyawa
dari unsur Xenon dapat dijelaskan dengan konsep hibridisasi orbital.  Seperti pembentukan XeF2 yang dari
hasil eksperimen mempunyai struktur geometri linear:           

 
   
 

5s               5p                            5d

 
 

Atom Xe (keadaan dasar): [Kr] 4d10

5s               5p                            5d

 
 

Atom Xe (keadaan eksitasi) [Kr] 4d10

                 
     
   
      
         
        
 
 
 
 

            Sp3d                                  5d

 
 

Atom Xe (keadaan hibridisasi) [Kr] 4d10 

 
            Sp3d                                  5d

 
 

                                                                 

Atom Xe (dalam XeF2) [Kr] 4d10

Untuk membentuk senyawa XeF2, satu elektron pada orbital 5p harus dipromosikan ke sub kulit 5d yang
diikuti dengan hibridisasi orbital 5s, 5p dan dx membentuk orbital hibrida sp3d. Dua elektron yang tidak
berpasangan tersebut akan digunakan untuk berikatan dengan dua unsur F. Pembentukan senyawa Xenon
lain dapat dijelaskan pula dengan konsep hibridisasi seperti pada pembentukan senyawa XeF2

Xenon Fluorida

            Unsur xenon dengan fluorin akan membentuk tiga macam senyawa fluoride, yakni XeF 2, XeF4, dan
XeF6 menurut persamaan reaksi:

400 oC, 1 atm


 
600 oC, 6 atm
 

Xe(g) + 2F2(g)                                     XeF2(s)            (Xe berlebih)

300 oC, 60 atm


 

Xe(g) + 2F2(g)                                     XeF4(s)            (Xe : F2 = 1 : 5)

Xe(g) + 3F2(g)                                     XeF6(s)            (Xe : F2 = 1 : 20)

Ketiga senyawa Xenon fluoride tersebut berupa padatan putih dan stabil terhadap disosiasi menjadi unsur –
unsurnya pada kondisi kamar. Gemetri senyawa – senyawa Xenon fluoride tersebut sesuai dengan bentuk
ramalan geometri teori VSEPR.

Senyawa Xenon heksafluoride (XeF6) dengan enam pasangan electron ikatan dan satu pasangan electron
menyendiri di seputar ion pusat Xe mempunyai konfigurasi AX 6E (A adalah unsur Xe, X adalah substituent
yang terikat pada Xe dan E adalah pasangan electron bebas) membentuk struktur oktahedral terdistorsi.
 

Gambar 2.1  Kristal XeF6

Senyawa XeF6 dapat bereaksi dengan air ataupun dengan senyawa silika menghasilkan senyawa Xenon
oksida:

XeF6+ H2O                             XeOF4 + 2H

XeF6+ Si2O2                            XeOF4 + SiF4

Senyawa XeF6 dapat membentuk senyawa kompleks dengan senyawa lain misalkan RbF dan CsF:

XeF6 + RbF                             Rb+[ XeF7]-

50 oC
 

Dengan pemanasan, XeF7 akan terdekomposisi menjadi:

2Cs+[ XeF7]-                                     XeF6 + Cs2[ XeF6]

Senyawa Xenon tetrafluoride (XeF4) mempunyai bilangan koordinasi 6 dengan empat pasangan electron
ikatan dan dua pasangan electron menyendiri (AX4E2) membentuk struktur bujur sangkar. Senyawa Xenon
tetrafluoride (XeF4) dapat bereaksi dengan air membentuk senyawa xenon trioksida:

6 XeF4 + 12H2O                     XeO3 + 4Xe + 3O2 + 24HF

Selain itu, senyawa XeF4 dapat bereaksi dengan unsur/senyawa lain membentuk unsur Xe kembali:

XeF4 +2SF4                            Xe + 2SF6

XeF4 + Pt                                Xe + PtF4

XeF4 + C6H6                                     Xe  + C6H5F + HF

Senyawa kompleks yang terbentuk dari senyawa XeF4 hanya dapat dijumpai dalam jumlah yang kecil

Senyawa Xenon difluoride (XeF2) mempunyai bilangan koordinasi 5 dengan 2 pasangan electron ikatan dan
3 pasangan electron menyendiri (AX2E3) mempunyai struktur linear. Senyawa Xenon difluoride (XeF2)
dapat bereaksi dengan air membentuk unsur Xenon:

2 XeF2 + 2H2O                       2Xe + O2 + 4HF

Senyawa XeF2 dapat membentuk kompleks dengan senyawa florida logam (florida yang berikatan dengan
logam transisi) seperti: NbF5, TaF5, RuF5, OsF5, RhF5, IrF5, dan PtF5.

XeF2 . MF5                                [XeF]+[MF6]-


XeF2 . 2MF5                            [XeF]+[MF11]-

Xenon Oksida

Unsur Xenon dapat membentuk dua senyawa oksida, yakni Xenon trioksida dan Xenon tetraoksida.
Senyawa Xenon tetraoksida berupa gas yang mudah meledak dengan struktur geometri tetrahedral. Senyawa
ini dipreparasi dari reaksi antara barium perxenat dengan asam sulfat pekat menurut persamaan reaksi
(Sugiarto. 2004):

Ba2XeO64-(aq) + 2 H2SO4 (pekat)                         2BaSO4(s)  + XeO4(g) + 2H2O(l)

Xenon trioksida berupa padatan lembab cair, tidak berwarna, mudah meledak dan bersifat sebagai oksodator
kuat dengan bentuk geometri segitiga piramida. Xenon trioksida berupa padatan lembab cair, tidak berwarna,
mudah meledak dan bersifat sebagai oksodator kuat dengan bentuk geometri segitiga piramida dan dapat
bereasi dengan basa encer menghasilkan ion hidrogenxenat:

XeO3(s) + NaOH(aq)                             Na+[HXeO4]-(aq)


(sodium xenate)

Ion ini tidak stabil dan akan mengalami disproporsionasi menjadi gas xenon dan ion perxenat sesuai dengan
reaksi:

[HXeO4]- (aq) + 2OH-(aq)                     [XeO64-](aq)+ Xe (g) + O2(g) + 2H2O(l)

(ion perxenat)                                

Senyawa Xenon trioksida dapat bereaksi dengan XeF6 sesuai dengan persamaan reaksi:

XeO3 + 2XeF6                         XeOF4

XeO3 + XeOF4                               2XeO2F2

Kombinasi Xenon untuk Penyimpanan Molekul Hidrogen (H2)

 Para ilmuwan di Carnegie Institution menemukan untuk pertama kalinya bahwa tekanan tinggi dapat
digunakan untuk membuat materi unik penyimpanan hidrogen. Penemuan membuka jalan bagi cara baru
untuk mengatasi masalah penyimpanan hidrogen ini (Anonimous. 2009) Para peneliti menemukan bahwa
secara normal tidak reaktif, Kombinasi gas mulia xenon dengan molekul hidrogen (H2) di bawah tekanan
berbentuk padat yang sebelumnya tidak dikenal dengan ikatan kimia yang tidak biasa. Percobaan pertama
kalinya elemen-elemen ini digabungkan untuk membentuk senyawa yang stabil. Penemuan keluarga materi
baru yang dapat meningkatkan teknologi baru hidrogen.

Maddury Somayazulu, kimiawan dari Carnegie’s Geophysical Laboratory, menjelaskan, “Unsur-unsur


mengubah konfigurasi bila ditempatkan di bawah tekanan, seperti penyesuaian diri muatan sebagai
pemenuhan elevator penuh. Kami mengendalikan serangkaian campuran gas xenon dalam kombinasi dengan
hidrogen bertekanan tinggi dalam landasan sel berlian. Di sekitar 41.000 kali tekanan permukaan laut (1
atmosfer), atom-atom disusun menjadi sebuah struktur kisi yang didominasi oleh hidrogen, tetapi diselingi
dengan lapisan terikat secara longgar pasang xenon. Ketika kita meningkatkan tekanan, seperti tuning radio,
jarak antar ikatan pasangan xenon berubah seperti yang teramati di dalam metalik padat xenon.”

Para peneliti mengambarkan senyawa pada tekanan yang berbeda-beda dengan menggunakan difraksi sinar-
X, inframerah, dan Raman spektroskopi. Ketika mereka melihat bagian dari struktur xenon, disadari bahwa
interaksi xenon dengan hidrogen di sekitarnya bertanggung jawab atas stabilitas yang tidak biasa dan
perubahan terus-menerus dalam jarak antar xenon sebagai tekanan yang disesuaikan dari 41.000 ke 255.000
atmosfer.

Para astrokimiawan dan geokimiawan telah lama penasaran dengan fakta bahwa gas mulia xenon itu jauh
lebih sedikit ditemukan di atmosfir dan di kulit bumi dibanding di matahari (dilihat dari spektrum sinarnya)
dan meteor-meteor. Satu penjelasan yang diberikan adalah bahwa unsur ini tersembunyi dalam senyawa
kimia yang terbentuk pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi di inti bumi (Walaupun secara umum
gas-gas mulia bersifat inert, akan tetapi sebagian dari mereka, terutama argon dan xenon dapat membentuk
senyawa kimia) (Loudon. 2003)

Jules Verne, seorang novelis fiksi sains bangsa Perancis abad ke-19 pernah menulis buku dengan judul
“Journey to the Center of the Earth” pada tahun 1864. Di dalam novel ini dia bercerita tentang seorang
ilmuwan yang menemukan jalan menuju ke pusat bumi melalui gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi.
Ide yang dicetuskan Verne sangat maju untuk waktu itu. Bahkan sampai sekarang pun, keinginan manusia
untuk menjelajahi perut bumi sampai ke dasarnya belum terealisasikan. Banyak para ilmuwan (termasuk
kimiawan yang penasaran ingin membuktikan penjelasan tentang xenon di atas) yang ingin dapat ikut serta
dalam penjelajahan tersebut kalau sudah ada kendaraan yang diciptakan khusus untuk ekspedisi ini.

Tetapi justru karena belum adanya kendaraan inilah, para geokimiawan di University of California, Berkeley
putar otak untuk membuktikan penjelasan tersebut dengan cara lain. Satu tim ilmuwan yang dipimpin oleh
Wendel A. Caldwell dan Raymond Jeanloz mencoba membuat senyawa kimia antara unsur besi dan xenon
pada suhu 3000 K dan tekanan sampai 70 Gpa di dalam diamond anvil cell yang dipanasi dengan laser.
Mereka memonitor hasilnya memakai teknik difraksi sinar X, yang pada prinsipnya adalah memonitor
perubahan jarak antar atom-atom. Walaupun mereka berhasil melihat perubahan fase unsur xenon itu sendiri
(yang biasanya memang terbentuk pada kondisi ekstrim yang mereka tiru di lab), tetapi mereka tidak
mendeteksi terbentuknya senyawa antara xenon dan besi. Mereka pun menyelidiki lebih mendalam masalah
ini memakai teori-teori kimia yang mereka kuasai. Ternyata setelah menghitung-hitung senyawa hipotesa
xenon dan besi, mereka berkesimpulan bahwa ikatan kimia yang terbentuk antara atom-atom Xe-Fe terlalu
lemah dan energi yang dihasilkan tidak dapat melepas ikatan Fe-Fe yang lebih kuat.

para ilmuwan tersebut akhirnya menyatakan bahwa problem ini harus dijelaskan dengan mekanisme yang
lain. Mereka berkesimpulan, “pola keberadaaan gas-gas mulia ini sepertinya terbentuk sebelum bumi dan
planet-planet lain terbentuk secara sempurna; bukannya berubah setelah itu karena terperangkapnya gas-gas
di inti bumi”.

Beberapa penggunaan Xenon dalm kehidupan sehari – hari adalah (Puput, dkk. 2008):

 Xenon biasa digunakan untuk  mengisi lampu blizt pada kamera.


 Isotop-nya dapat digunakan sebagai reaktor nuklir.

 Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri).
 Xenon digunakan dalam pembuatan tabung electron (Purwoko. 2009).

 
2.6 RADON (Ra)

Unsur Radon ditemukan pada tahun 1900 oleh Dorn, yang menyebutnya sebagai emanasi (pancaran) radium.
Pada tahun 1908, Ramsay dan Gray, yang menamakannya niton, mengisolasi unsur tersebut dan menetapkan
kerapatannya, kemudian diketahui bahwa unsur ini adalah gas terberat dari semua unsur yang telah
ditemukan saat itu. Radon bersifat inert dan menempati posisi terakhir pada grup gas mulia pada Tabel
Periodik. Sejak tahun 1923, unsur ini baru dinamakan radon (Anonimous2. 2008).

Radon dapat di temukan di beberapa mata air dan


http://id.wikipedia.org/wiki/Mata_air_panas”>mata air panas. Rata rata, terdapat satu molekul radon
dalam 1 x 1021 molekul udara. Kota Misasa, Jepang, terkenal karena mata airnya yang kaya dengan radium
yang menghasilkan radon. Radon dibebaskan dari tanah secara alamiah, apalagi di kawasan bertanah di
Granit. Radon juga mungkin dapat berkumpul di ruang bawah tanah dan tempat tinggal (Namun ini juga
bergantung bagaimana rumah itu di rawat dan ventilasinya). Di dalam bumi, secara alamiah, terdapat radiasi
alam, yang sudah ada sejak terbentuknya bumi. Sesuai dengan teori terbentuknya bumi, maka unsur berat
akan berada di bagian dalam perut bumi, sedangkan unsur ringan akan berada di bagian luar. Gas radon
berpotensi keluar dari perut bumi, karena berbagai peristiwa geologi atau ulah manusia. Radon merupakan
hasil peluruhan U-238, dan selanjutnya akan meluruh dengan memancarkan partilkel alfa dan membentuk
isotop tak stabil Polonium-218 (padatan) dan selanjutnya menjadi Po-214 sampai akhirnya membentuk
isotop stabil Pb-206 (Budi. 2009)

Sifat – Sifat Unsur Radon

Radon adalah suatu unsur kimia dalam sistem periodik yang memiliki nomor atom 86. Radon  merupakan
unsur yang termasuk dalam golongan gas mulia dan juga unsur radioaktif. Rata-rata, satu bagian radon
terdapat dalam 1 x 1021 bagian udara. Pada suhu biasa, radon tidak berwarna, tetapi ketika didinginkan
hingga mencapai titik bekunya, radon memancarkan fosforesens yang teerang, yang kemudian menjadi
kuning seiring menurunnya suhu. Radon berwarna merah sindur pada suhu udara cair.  Sifat-sifat yang
dimiiki oleh unsur Radon (Puput, dkk. 2008):

 Nomor Atom : 86
 Perioda : 6
 Blok : p
 Penampilan : Tak Berwarna
 Massa Atom : (222) g/mol
 Konfigurasi elektron : [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p6
 Jumlah elektron di tiap kulit : 2 8 18 32 18 8
 Elektron valensi : 8
 Struktur Kristal : Kubus
 Elektronegativitas : 2,2 (skala Pauling)
 Energi Ionisasi : 1037 kJ·mol-1
 Jari-jari Atom : 120 pm
 Jari-jari Kovalen : 145 pm
 Fase : Gas
 Massa Jenis : (0 °C, 101,325 kPa) 5,894 g/L
 Titik Lebur  : 202 K (-71.15 °C, -96 °F)
 Titik Didih : 211.3 K (-61.85 °C, -79.1 °F)
 Kapasitas Kalor : (25 °C) 20.786 J·mol-1·K-1
 Radon didapat dari disintergrasi Radium. 88Ra → 86Rn+2He
Unsur Radon mempunyai  20 isotop yang saat ini telah diketahui. Radon-222, berasal dari radium, memilliki
paruh waktu 3.823 hari dan merupakan pemancar partikel alfa; Radon-220 berasal dari thorum dan disebut
thoron, memiliki masa paruh 55.6 detik dan juga merupakan pemancar partikel alfa. Radon-219 berasal dari
actinium dan karenanya disebut actinon, memiliki masa paruh 3.96 detik dan termasuk pemancar alfa.
Diperkirakan bahwa setiap satu mil persegi tanah dengan kedalaman 6 inch mengandung 1 gram radium,
yang melepaskan radon dalam jumlah yang sedikit ke udara. Radon terdapat di beberapa air panas alam,
seperti yang berada di Hot Springs, Arkansas.

Ancaman Unsur Radon

Indonesia, sebagai negeri vulkanik terkaya di dunia serta daerah gempa, mempunyai potensi ancaman besar
dari gas radon ini. Radon akan mudah keluar ke permukaan berkaitan dengan aktivitas vulkanik. Pada suhu
yang tinggi, radon akan terlepas dari perangkap batuan dan keluar melalui saluran yang ada. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh BATAN (Sjarmufni dkk) yang dilakukan pada tahun 2001 dan 2002 di
daerah Gunung Rowo dan patahan Tempur, Muria – Jawa Tengah, menunjukkan hasil pengukuran gas radon
yang cukup signifikan. Gas tersebut terlepas sebagai akibat kegiatan magmatik dan aktivasi patahan.
Pengukuran menunjukkan bahwa aktivitas gas radon mencapai sekitar 10-50 pCi. Zona-zona patahan dan
rekahan (sheared fault zone), juga perlu diwaspadai karena merupakan jalan yang baik bagi radon untuk
lepas ke permukaan.

Radon bersifat sangat toksik, dikarenakan sifat radioaktivitasnya yaitu sebagai pemancar zarah alfa. Selain
karena radiasi alfa dari radon itu sendiri, anak luruh radon seperti polonium yang juga radioaktif dan Pb-204
yang bersifat toksik akan terdeposit di paru-paru. Gas radon dapat masuk ke dalam paru-paru kita ketika kita
menghirup udara (inhalasi). Sel didominasi oleh air, sehingga interaksi radiasi dengan air akan menghasilkan
berbagai ion, radikal bebas dan peroksida yang bersifat oksidator kuat. Molekul-molekul protein, lemak,
enzim, DNA dan kromosom ini akan terserang oleh radikal bebas dan peroksida, dalam proses biokimia,
yang akan berakibat pada efek somatik dan genetik.

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Bradford D. Loucas, seorang ilmuwan dari Columbia
University, Amerika Serikat, penyinaran radiasi partikel alfa dengan energi 90 keV/mm telah mengakibatkan
pengaruh yang signifikan pada kondensasi dan fragmentasi kromosom. Bandingkan dengan partikel alfa
yang dipancarkan oleh anak luruh radon di dalam jaringan yang setara dengan 90 sampai 250 keV/mm.

Selain itu, unsur Radon merupakan gas yang bersifat karsinogen. Radon harus ditangani dengan hati-hati
seperti bahan material radioaktif lainnya. Bahaya langsung radon berasal dari masuknya radon lewat jalan
pernafasan dalam bentuk gas ataupun debu radon di udara. Ventilasi yang baik harus dipersiapkan di mana
radium, torium atau actinium disimpan untuk mencegah bertambahnya radon. Bertambahnya radon (radon
build-up) merupakan salah satu pertimbangan dalam pertambangan uranium. Baru -baru ini, radon build-up
telah dikhawatirkan terdapat di rumah-rumah. Terpapar dengan radon dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Di Amerika Serikat, sangat direkomendasikan tindakan perbaikan bila udara di rumah mngandung Radon
sebesar 4 pCi/l.

Gejala yang terjadi sangat lambat, sehingga sulit untuk mendeteksinya (no immediate symptoms). Menurut
hasil penelitian di Amerika Serikat, gas radon memberikan kontribusi terjadinya kanker paru-paru sejumlah
7000 sampai 30.000 kasus setiap tahunnya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan EPA (Environmental
Protection Agency) telah mengklasifikasikan gas radon sebagai bahan karsinogen (penyebab kanker) ”kelas
A”, dan di Amerika Serikat termasuk penyebab kanker paru kedua setelah rokok. Pernyataan ini telah
didukung oleh studi epidemiological evidence para pekerja tambang yang terpapar radiasi dari gas radon
secara lebih intensif, melalui uji cause-effect antara paparan radon dan angka kematian kanker paru-paru
(dose and respon curve). Efek radon dalam jumlah aktivitas yang kecil (dari alam), bersifat probabilistik
(stokastik), artinya peluang atau kebolehjadian terkena efek tergantung pada dosis yang diterima. Semakin
besar dosis yang diterima, berarti peluang terkena kanker paru-paru akan semakin besar, namun tidak ada
kepastian untuk terkena efek tersebut. Meskipun risiko gas radon bersifat probabilistik, namun angka
penderita kanker paru-paru akibat paparan gas radon tersebut harus tetap kita waspadai. Terlebih, kita tinggal
di daerah vulkanik dan rentan gempa, yang sangat memungkinkan terjadinya emanasi gas radon. Asap rokok
dikombinasikan dengan paparan radiasi radon akan memberikan efek sinergistik terjadinya kanker paru.

EPA telah merekomendasikan bahwa jika di dalam rumah terdapat aktivitas gas radon melebihi 4 pCi/liter,
maka harus ada perbaikan rumah. Cara mengurangi kadar radon di dalam rumah antara lain dengan
penyediaan ventilasi yang cukup agar radon terdilusi dan terjadi sirkulai udara. Cara lain misalnya dengan
membuat pompa penghisap pada sumber radon dan mengalirkannya ke luar, atau pemilihan desain pondasi
yang tepat. Tes kadar radon secara periodik menggunakan detektor sintilasi perlu dipertimbangkan untuk
mengetahui anomali kadar radon, sehingga dapat diambil tindakan secepatnya. Di negara maju, tes radon di
rumah-rumah sudah jamak dilakukan. Rumah dan gedung perkantoran akan mempunyai nilai jual yang lebih
tinggi jika tidak mempunyai problem radon.

Di samping efek negatifnya, alam selalu memberikan keseimbangan. Beberapa manfaat dari unsur Radon
adalah (Prakoso. 2009):

 Radon sangat bermanfaat sebagai alat pendeteksi dini kegiatan vulkanik, sehingga dapat berperan
dalam memitigasi bencana gunung api, meskipun sampai saat ini masih dalam skala eksperimen.
 Radon terkadang digunakan oleh beberapa rumah sakit untuk kegunaan terapeutik.
 Radon juga digunakan dalam pendidikan hidrologi, yang mengkaji interaksi antara air bawah tanah
dan sungai  pengikatan radon dalam air sungai merupakan petunjuk bahwa terdapat sumber air bawah
tanah.

Sumber: https://erwantoindonesia.wordpress.com/2012/03/28/makalah-gas-mulia/

Anda mungkin juga menyukai