Gas mulia adalah unsur-unsur golongan VIIIA atau 18 dalam tabel periodik. Disebut
mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil (sangat sukar bereaksi). Tidak ditemukan
satupun senyawa alami dari gas mulia. Menurut Lewis, kestabilan gas mulia tersebut
disebabkan konfigurasi elektronnya yang terisi penuh, yaitu konfigurasi oktet (duplet
untuk Helium). Kestabilan gas mulia dicerminkan oleh energi ionisasinya yang sangat
besar, dan afinitas elektronnya yang sangat rendah (bertanda positif). Para ahli zaman
dahulu yakin bahwa unsur-unsur gas mulia benar-benar inert. Pendapat ini dipatahkan,
setelah pada tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia dari Kanada berhasil membuat
senyawa xenon, yaitu XePtF 6. Sejak itu, berbagai senyawa gas mulia berhasil dibuat.
Gas mulia adalah gas yang mempunyai sifat lengai, tidak reaktif, dan susah bereaksi
dengan bahan kimia lain. Gas mulia banyak digunakan dalam sektor . unsur-unsur yang
terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon
(Xe), dan Radon (Rn).
Pembuatan unsur gas mulia sendiri baru ditemukan pada tahun 1962.
Pembuatan unsur tersebut diawali oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Kanada
yaitu Neil Bartlett. Neil Bartlett berhasil membuat senyawa xenon yaitu XePtF, sejak
saat itu barulah ditemukan berbagai gas mulia lain yang berhasil di buat. Dan
akhirnya istilah untuk menyebut zat-zat telah berganti. Yang awalnya disebut gas inert
(lembam) telah berganti menjadi gas mulia yang berarti stabil atau sukar bereaksi.
Asal usul nama unsur gas mulia:
Helium → Helios (Yunani) : matahari
Argon → Argos (Yunani) : malas
Neon → Neos (Yunani) : baru
Kripton → Kriptos (Yunani): tersembunyi
Xenon → Xenos (Yunani): asing
Radon →Radium
2. Konfigurasi elektron
Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi
elektronnya.
Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia:
He = 1s²
Ne = 1s² 2s²
Ar = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶
Kr = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d¹⁰ 4p⁶
Xe = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d¹⁰ 4p⁶ 5s² 4d¹⁰ 5p⁶
Rn = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d¹⁰ 4p⁶ 5s² 4d¹⁰ 5p⁶ 6s² 4f¹⁴ 5d¹⁰ 6p⁶
Karena konfigurasi elektronnya yang stabil, gas mulia juga biasa digunakan
untuk penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain. Contoh :
Br = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d¹⁰ 4p⁵
Menjadi
Br = [Ar] 4s² 3d¹⁰ 4p⁵
Bilangan Oksidasi +4
Diumumkan bahwa terdapat KrF4 tetapi senyawa ini tidak stabil
apabila dibandingkan dengan XeF4. Xenon fluoride (IV) dapat dibuat dengan
cara memanaskan campuran xenon dan fluor 1:5 pada tekanan 6atm, dengan
Nikel sebagai katalis dan pada suhu 400°C.
Ikatan kimia senyawa gas mulia ini dapat dijelaskan dengan konsep
hibridisasi misalnya:
a. Helium (He)
Helium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang He dan nomor atom 2. Helium tak
berwarna, tak berbau, tak berasa, tak beracun,
hampir inert, berupa gas monatomik, dan merupakan
unsur pertama pada golongan gas mulia dalam tabel
periodik. Titik didih dan titik lebur gas ini merupakan
yang terendah di antara semua unsur. Helium berwujud
hanya sebagai gas terkecuali pada kondisi yang sangat ekstrem. Helium
memiliki isotop stabil kedua yang langka yang disebut helium-3. Sifat dari cairan
varitas helium-4; helium I dan helium II; penting bagi para periset yang
mempelajari mekanika kuantum (khususnya dalam fenomena superfluiditas) dan bagi
mereka yang mencari efek mendekati suhu nol absolut yang
dimiliki materi (seperti superkonduktivitas).
Walaupun cukup jarang ditemukan di Bumi, helium adalah unsur paling
berlimpah kedua setelah hidrogen di alam semesta, mencakupi 23%
massa barion alam semesta. Mayoritas helium yang ada di alam semesta terbentuk
dari nukleosintesis Ledakan dahsyat satu sampai tiga menit setelah Ledakan Dahsyat.
Dalam bintang, helium terbentuk dari fusi nuklir hidrogen melalui reaksi rantai
proton-proton dan siklus CNO yang merupakan bagian dari nukelosintesis bintang.
Dalam atmosfer Bumi, konsentrasi helium berdasarkan volumenya hanya
sekitar 5,2 bagian per juta. Konsentrasi helium bumi cukup rendah dan konstan
walaupun helium baru terus terbentuk. Hal ini dikarenakan kebanyakan helium yang
berada di atmosfer Bumi lolos dari gaya gravitasi bumi dan lepas ke luar angkasa. [69]
[70][71]
Di heterosfer Bumi, helium dan gas yang lebih ringan lainnya merupakan unsur
yang paling berlimpah.
Kebanyakan helium yang ditemukan di Bumi merupakan hasil
produk peluruhan radioaktif. Helium ditemukan dalam jumlah besar dalam
mineral uranium dan torium, termasuk kleveit, uraninit. karnotit, dan monazit, karena
mineral-mineral ini mengemisi partikel alfa (inti helium He 2+). Sesegara partikel ini
bertumbukan dengan batuan, elektron akan bergabung dengan inti dan membentuk
gas helium. Diperkirakan sekitar 3000 ton helium dihasilkan per tahun melalui proses
ini. Dalam kerak Bumi, konsentrasi heliumnya adalah sekitar 8 bagian per miliar.
Dalam air laut, konsentrasinya hanya sekitar 4 bagian per triliun. Konsentrasi helium
yang terbesar di Bumi ditemukan dalam keadaan terperangkap bersamaan dengan gas
alam. Dari sinilah kebanyakan helium komersial diekstraksi. Konsentrasinya
bervariasi antara beberapa ppm sampai dengan lebih dari 7% seperti yang ada di
ladang gas San Juan County, New Mexico.
Sementara balon mungkin adalah manfaat helium paling terkenal, sejatinya itu
hanyalah bagian kecil dari semua penggunaan helium. Helium digunakan pada
banyak bidang yang memerlukan keunikan helium, seperti titik didihnya yang
rendah, masa jenisnya rendah, kelarutannya juga rendah, konduktivitas termal tinggi,
atau keinertannya. Total produksi helium 2014 sekitar 32 juta kg (180 juta meter
kubik) helium per tahun, penggunaan terbesar (sekitar 32% dari total 2014) adalah
aplikasi kryogenik, sebagian besar sebagai pendingin magnet superkonduktor dalam
pemindai MRI bidang medis dan spektrometer Resonansi Magnet Inti (bahasa
Inggris: Nuclear Magnetic Resonance, (NMR)). Penggunaan besar lainnya untuk
sistem penggelontor dan penekan, pengelasan, pemeliharaan atmosfer terkendali, dan
deteksi kebocoran. Penggunaan lain relatif kecil.
b. Neon (Ne)
Neon adalah sebuah unsur kimia dengan
lambang Ne dan nomor atom 10. Ia merupakan
salah satu gas mulia.[11] Neon adalah gas
monoatomik lengai yang nirwarna dan nirbau
pada kondisi standar, dengan massa jenis sekitar
dua pertiga udara. Ia ditemukan (bersama dengan
kripton dan xenon) pada tahun 1898 sebagai
salah satu dari tiga unsur lengai sisa yang tersisa
di udara kering, setelah nitrogen, oksigen, argon,
dan karbon dioksida dihilangkan. Neon adalah
yang kedua dari tiga gas langka ini yang
ditemukan dan segera dikenali sebagai unsur baru
dari spektrum emisi merah terangnya. Nama
neon berasal dari kata Yunani, νέον, bentuk tunggal netral dari νέος (neos), yang
berarti 'baru'. Neon bersifat lengai secara kimiawi, dan tidak ada senyawa neon yang
tak bermuatan yang diketahui. Senyawa neon yang saat ini dikenal meliputi molekul
ionik, molekul yang disatukan oleh gaya van der Waals dan klatrat.
Neon memiliki tiga isotop stabil: 20Ne (90,48%), 21Ne (0,27%) dan 22Ne (9,25%).
21
Ne dan 22Ne bersifat sebagian primordial dan sebagian nukleogenik (yaitu dibuat
oleh reaksi nuklir nuklida lain dengan neutron atau partikel lain di lingkungan) dan
variasinya dalam kelimpahan alami telah dipahami dengan baik. Sebaliknya, 20Ne
(isotop primordial utama yang dibuat dalam nukleosintesis bintang) tidak diketahui
bersifat nukleogenik atau radiogenik, kecuali dari peluruhan oksigen-20, yang
dihasilkan dalam kasus peluruhan gugus yang sangat jarang oleh torium-228. Dengan
demikian, penyebab variasi 20Ne di Bumi telah diperdebatkan dengan hangat.
Reaksi nuklir utama yang menghasilkan isotop neon nukleogenik dimulai
24
dari Mg dan 25Mg, yang masing-masing menghasilkan 21Ne dan 22Ne,
setelah penangkapan neutron dan emisi langsung partikel alfa. Neutron yang
menghasilkan reaksi sebagian besar dihasilkan oleh reaksi spalasi sekunder dari
partikel alfa, yang pada gilirannya berasal dari rantai peluruhan deret uranium. Hasil
bersih menghasilkan kecenderungan rasio 20Ne/22Ne yang lebih rendah dan 21Ne/22Ne
yang lebih tinggi yang teramati pada batuan kaya uranium seperti granit.
Neon adalah unsur kimia yang biasanya ditemukan dalam keadaan bebas
di alam. Ini berarti bahwa neon biasanya tidak terikat dalam senyawa kimia dengan
unsur lainnya dalam bentuk alaminya. Neon adalah salah satu dari sedikit unsur yang
ditemukan dalam bentuk murni di atmosfer Bumi. Selama nukleogenesis kosmik
unsur-unsur, sejumlah besar neon dibangun dari proses fusi penangkapan alfa di
dalam bintang. Meskipun neon adalah unsur yang sangat umum di alam semesta dan
tata surya (berada kelima dalam kelimpahan kosmik setelah hidrogen, helium,
oksigen, dan karbon), neon jarang ditemukan di Bumi. Ia menyusun sekitar 18,2 ppm
udara berdasarkan volume (ini hampir sama dengan fraksi molekul atau mol) dan
fraksi yang lebih kecil di kerak bumi. Alasan kelangkaan relatif neon di Bumi dan
planet bagian dalam (terestrial) adalah karena neon sangat volatil dan tidak
membentuk senyawa untuk memperbaikinya menjadi padat. Akibatnya, ia lepas dari
planetisimal di bawah kehangatan Matahari yang baru tersulut di Tata Surya awal.
Bahkan atmosfer luar Jupiter agak kehabisan neon, meski untuk alasan yang berbeda.
Neon memberikan pancaran oranye kemerahan yang berbeda saat digunakan
pada lampu pijar neon bertegangan rendah, tabung lucutan, dan tanda iklan neon.
Garis emisi merah dari neon juga menyebabkan lampu merah dari laser helium–neon.
Neon digunakan dalam beberapa tabung plasma dan aplikasi pendingin tetapi
memiliki beberapa kegunaan komersial lainnya. Ia diekstraksi secara komersial
dengan distilasi fraksional dari udara cair. Karena udara adalah satu-satunya sumber,
ia jauh lebih mahal daripada helium. Neon sering digunakan dalam tanda dan
menghasilkan cahaya oranye kemerahan yang jelas. Meskipun lampu tabung dengan
warna lain sering disebut "neon", mereka menggunakan gas mulia yang berbeda atau
warna lampu fluoresen yang bervariasi.
c. Argon (Ar)
Argon adalah unsur kimia dengan simbol
Ar dan nomor atom 18. Ia berada pada golongan
18 tabel periodik dan merupakan gas mulia.[n
1] Argon adalah gas ketiga yang paling umum
di atmosfer bumi, dengan kelimpahan 0,934%
(9.340 ppmv), menjadikannya gas dengan
kelimpahan dua kali kelimpahan uap air (rata-rata 4.000 ppmv, tetapi bervariasi) dan
23 kali kelimpahan gas atmosfer lainnya, karbon dioksida (400 ppmv), dan lebih dari
500 kali kelimpahan gas mulia berikutnya, neon (18 ppmv). Hampir semua argon ini
adalah argon-40 radiogenik yang diturunkan dari peluruhan kalium-40 pada kerak
bumi. Di alam semesta, argon-36 sejauh ini merupakan isotop argon yang paling
umum, merupakan isotop argon yang diproduksi oleh nukleosintesis stelar
dalam supernova. Sebagai tambahan, argon adalah gas mulia terbanyak di dalam
kerak bumi, dengan kandungan 0,00015% dari kerak. Argon adalah unsur kimia yang
ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Argon adalah salah satu dari gas mulia atau
gas langka, yang merupakan unsur-unsur yang sangat tidak reaktif. Ini berarti bahwa
argon tidak cenderung berikatan dengan unsur lain untuk membentuk senyawa kimia.
Argon adalah salah satu komponen utama atmosfer Bumi, dan ada dalam konsentrasi
yang signifikan di atmosfer kita. Sekitar 0,93% dari atmosfer Bumi terdiri dari argon
dalam bentuk bebas. Ini adalah salah satu alasan mengapa argon dapat dengan mudah
ditemukan dalam keadaan bebas di lingkungan alamiah.
Nama argon diturunkan dari bahasa Yunani αργον, bentuk tunggal
dari αργος yang berarti "malas" atau "tak aktif", sebagai rujukan kepada kenyataan
bahwa unsur ini hampir tidak pernah mengalami reaksi kimia. Oktet lengkap
(delapan elektron) pada kulit elektron luarnya membuat argon stabil dan tahan
terhadap ikatan dengan unsur lainnya. Temperatur titik tripelnya 83,8058 K adalah
titik tetap yang ditentukan dalam International Temperature Scale 1990.
Isotop utama argon yang ditemukan di bumi
adalah 40Ar (99,6%), 36Ar (0,34%), dan 38Ar (0,06%). Terjadi secara alami
dari 40K, dengan waktu paruh 1,25×109 tahun, meluruh membentuk 40Ar (11.2%)
yang stabil dengan penangkapan elektron atau emisi positron, dan juga
membentuk 40Ca (88.8%) yang stabil melalui peluruhan beta. Sifat dan
perbandingan ini digunakan untuk menentukan umur batuan dengan
metode penanggalan K-Ar.
Dalam atmosfer bumi, 39Ar dibentuk oleh aktivitas sinar kosmik, terutama
dengan 40Ar. Dalam lingkungan subpermukaan, juga diproduksi
melalui penangkapan neutron oleh 39K atau emisi alfa oleh kalsium. 37Ar dibentuk
dari spalasi ((Inggris): spallation) neutron 40Ca sebagai hasil dari ledakan
nuklir subpermukaan. Ini memiliki waktu paruh 35 hari.
Argon tercatat memiliki variasi komposisi isotopik yang besar di antara
lokasi yang berbeda dalam sistem tata surya. Jika sumber utama argon adalah
peluruhan 40K dalam batuan, 40Ar akan menjadi isotop yang dominan, seperti di
permukaan bumi. Sebaliknya, argon yang diproduksi langsung oleh nukleosintesis
stelar, didominasi oleh nuklida proses alfa, 36Ar. Terkait hal tersebut, argon matahari
mengandung 84.6% 36Ar berdasarkan pengukuran angin matahari, dan rasio tiga
isotop 36Ar : 38Ar : 40Ar dalam atmosfer planet luar yang diukur adalah
8400 : 1600 : 1. Ini kontras dengan kelimpahan 36Ar primordial dalam atmosfer
bumi: hanya 31,5 ppmv (= 9340 ppmv × 0,337%), bandingkan dengan neon (18,18
ppmv); dan dengan pengukuran menggunakan probe antarplanet.
Atmosfer Mars mengandung 1,6% 40Ar dan 5 ppm 36Ar. Probe Mariner yang
mengorbit planet Merkurius pada tahun 1973 menemukan bahwa Merkurius
mempunyai atmosfer yang sangat tipis dengan 70% nya adalah argon. Diyakini
merupakan hasil dari pelepasan gas sebagai produk peluruhan dari bahan-bahan
radioaktif pada permukaan planet. Pada tahun 2005, probe Huygens menemukan
keberadaan 40Ar secara eksklusif pada permukaan Titan, bulan terbesar
planet Saturnus.
Ada beberapa alasan yang berbeda penggunaan argon dalam aplikasi tertentu:
Diperlukan gas inert. Terutama, argon adalah alternatif paling ekonomis
ketika nitrogen dianggap kurang inert.
Diperlukan konduktivitas termal rendah.
Diperlukan sifat elektroniknya (ionsasi dan/atau spektrum emisi).
Gas mulia lainnya mungkin dapat digunakan dengan baik dalam sebagian besar
aplikasi ini, tetapi argon sejauh ini adalah yang termurah. Argon tidak mahal karena
ia terdapat secara alami di udara, dan siap didapat sebagai produk
samping pemisahan udara kryogenik dalam produksi oksigen cair dan nitrogen cair:
konstituen utama udara digunakan pada industri skala besar. Gas mulia lainnya
(kecuali helium) diproduksi dengan cara ini juga, tetapi argon adalah yang paling
banyak. Banyaknya aplikasi argon muncul karena sifatnya yang inert dan relatif
murah. Argon diproduksi secara industri melalui distilasi fraksi udara cair. Argon
banyak digunakan sebagai gas pelindung inert dalam pengelasan dan proses industri
bersuhu tinggi lainnya di mana bahan yang biasanya tidak reaktif menjadi reaktif;
sebagai contoh, atmosfer argon digunakan dalam tanur listrik grafit untuk mencegah
grafit terbakar. Gas argon juga telah digunakan dalam lampu pijar dan pendar, dan
jenis tabung pelepasan lainnya. Argon membuat laser gas biru-hijau yang khas.
Argon juga digunakan sebagai pencetus cahaya lampu tabung.
d. Krypton (Kr)
Kripton dicirikan oleh beberapa garis emisi tajam (ciri khas spektrum) dengan
yang terkuat berwarna hijau dan kuning. Kripton adalah salah satu produk fisi
uranium. Kripton padat berwarna putih dan memiliki struktur kristal kubus berpusat-
muka, yang merupakan sifat umum dari semua gas mulia (kecuali helium, yang
memiliki struktur kristal padat heksagon).
Kripton alami di atmosfer Bumi
terdiri dari lima isotop stabil, ditambah
satu isotop (78Kr) dengan waktu paruh
yang panjang (9,2×1021 tahun) sehingga
dapat dianggap stabil. (Isotop ini
memiliki waktu paruh terpanjang kedua
yang diketahui di antara semua isotop
yang mengalami peluruhan; ia
mengalami penangkapan elektron ganda
menjadi 78Se). Selain itu, sekitar tiga
puluh isotop dan isomer tidak stabil
telah diketahui. Sejumlah kecil 81Kr, sebuah nuklida kosmogenik yang dihasilkan
oleh iradiasi sinar kosmik 80Kr, juga terdapat di alam: isotop ini bersifat radioaktif
dengan waktu paruh 230.000 tahun. Kripton sangat bersifat volatil dan tidak bertahan
dalam larutan di air dekat permukaan, tetapi 81Kr telah digunakan untuk menentukan
usia air tanah lama (50.000–800.000 tahun).
85Kr adalah gas mulia radioaktif yang lengai dengan waktu paruh 10,76
tahun. Ia diproduksi melalui fisi uranium dan plutonium, seperti dalam pengujian
bom nuklir dan reaktor nuklir. 85Kr dilepaskan selama pemrosesan ulang batang
bahan bakar dari reaktor nuklir. Konsentrasi 85Kr di Kutub Utara 30% lebih tinggi
daripada di Kutub Selatan karena adanya pencampuran konvektif.
Kripton ditemukan di Britania Raya pada tahun 1898 oleh William Ramsay,
seorang kimiawan Skotlandia, dan Morris Travers, seorang kimiawan Inggris, dalam
residu yang tersisa dari penguapan hampir semua komponen udara
cair. Neon ditemukan melalui prosedur serupa oleh pekerja yang sama hanya
beberapa minggu kemudian. William Ramsay kemudian dianugerahi Penghargaan
Nobel Kimia tahun 1904 untuk penemuan serangkaian gas mulia, termasuk kripton.
Krypton biasanya ditemukan di alam dalam bentuk senyawa dengan gas mulia
lainnya seperti argon, xenon, dan neon.
Krypton adalah salah satu unsur langka dalam jumlah yang sangat kecil di
atmosfer Bumi, dan sebagian besar ditemukan sebagai campuran dalam gas
alam.Pada tahun 1960, Biro Internasional untuk Ukuran dan
Timbangan mendefinisikan meter sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya
yang dipancarkan dalam ruang hampa sesuai dengan transisi antara tingkat 2p 10 dan
5d5 dalam isotop kripton-86. Perjanjian ini menggantikan prototipe meter
internasional tahun 1889, yang merupakan sebuah batang logam yang terletak
di Sèvres. Ini juga menghapus definisi ångström tahun 1927 berdasarkan garis
spektrum kadmium berwarna merah, menggantikannya dengan 1 Å= 10−10 m.
Definisi kripton-86 bertahan hingga konferensi Oktober 1983, yang mendefinisikan
ulang meter sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama
1/299.792.458 detik. Bumi telah mempertahankan semua gas mulia yang ada pada
saat pembentukannya kecuali helium. Konsentrasi kripton di atmosfer ialah sekitar 1
ppm. Ia dapat diekstraksi dari udara cair melalui distilasi fraksional. Jumlah kripton
di luar angkasa tidak pasti, karena pengukurannya berasal dari aktivitas meteorik dan
angin surya. Pengukuran pertama menunjukkan kelimpahan kripton di luar angkasa.
Gas kripton juga digabungkan dengan raksa untuk membuat tanda bercahaya yang bersinar
dengan cahaya biru kehijauan yang terang.
f. Radon (Rn)
Radon adalah sebuah unsur kimia dengan lambang Rn dan nomor atom
86. Ia adalah sebuah gas mulia yang bersifat radioaktif, tak berwarna, tak berbau, dan
tak berasa. Ia terjadi secara alami dalam jumlah kecil sebagai perantara dalam rantai
peluruhan radioaktif normal di mana torium dan uranium perlahan-lahan meluruh
menjadi berbagai unsur radioaktif berumur pendek dan timbal. Radon sendiri
merupakan produk peluruhan langsung dari radium. Isotopnya yang paling stabil,
222Rn, memiliki waktu paruh hanya 3,8 hari, menjadikannya salah satu unsur yang
paling langka. Karena torium dan uranium adalah dua unsur radioaktif paling umum
di Bumi, juga memiliki tiga isotop dengan waktu paruh beberapa miliar tahun, radon
akan ada di Bumi jauh di masa depan meskipun waktu paruhnya singkat. Peluruhan
radon menghasilkan banyak nuklida berumur pendek lainnya, yang dikenal sebagai
"anak radon", berakhir pada isotop timbal yang stabil.
Ada beberapa alasan yang berbeda penggunaan argon dalam aplikasi tertentu:
Diperlukan gas inert. Terutama, argon adalah alternatif paling ekonomis
ketika nitrogen dianggap kurang inert.
Diperlukan konduktivitas termal rendah.
Diperlukan sifat elektroniknya (ionsasi dan/atau spektrum emisi).
Gas mulia lainnya mungkin dapat digunakan dengan baik dalam sebagian
besar aplikasi ini, tetapi argon sejauh ini adalah yang termurah. Argon tidak mahal
karena ia terdapat secara alami di udara, dan siap didapat sebagai produk
samping pemisahan udara kryogenik dalam produksi oksigen cair dan nitrogen cair:
konstituen utama udara digunakan pada industri skala besar. Gas mulia lainnya
(kecuali helium) diproduksi dengan cara ini juga, tetapi argon adalah yang paling
banyak. Banyaknya aplikasi argon muncul karena sifatnya yang inert dan relatif
murah.
Argon digunakan dalam beberapa proses industri bertemperatur tinggi, ketika
zat yang biasanya tak reaktif menjadi reaktif. Misalnya, atmosfer argon digunakan
dalam tanur listrik grafit untuk mencegah terbakarnya grafit. Untuk beberapa proses
ini, kehadiran gas nitrogen atau oksigen dapat menyebabkan kecacatan bahan. Argon
digunakan dalam berbagai macam pengelasan listrik seperti pengelasan listrik logam
gas dan pengelasan listrik wolfram gas, seperti dalam pengolahan titanium dan unsur
reaktif lainnya. Atmosfer argon juga digunakan untuk menumbuhkan
kristal silikon dan germanium.
2.3 Definisi Halogen
Halogen adalah unsur-unsur golongan VIIA atau sekarang lebih dikenal dengan
golongan 17 dalam tabel sistem periodik unsur, yang mempunyai elektron valensi 7 pada
subkulit ns²np⁵ . Istilah halogen berasal dari istilah ilmiah bahasa Perancis dari abad ke-
18 yang diadaptasi dari bahasa Yunani, yaitu halo genes yang artinya ‘pembentuk garam’
karena unsur-unsur tersebut dapat bereaksi dengan logam membentuk garam. Halogen
merupakan sekumpulan unsur nonlogam yang saling berkaitan erat, lincah, dan
berwarna terang. Dan secara alamiah bentuk molekulnya diatomik.
Untuk mencapai keadaan stabil (struktur elektron gas mulia) atom-atom ini cenderung
menerima satu elektron dari atom lain atau dengan menggunakan pasangan elektron
secara bersama hingga membentuk ikatan kovalen. Atom unsur halogen sangat mudah
menerima elektron dan membentuk ion bermuatan negatif satu. Ion negatif disebut ion
halida, dan garam yang terbentuk oleh ion ini disebut halida. Halogen digolongkan
sebagai pengoksidator kuat karena kecenderungannya membentuk ion negatif. Selain
itu, halogen adalah golongan yang paling reaktif karena unsur-unsurnya memiliki
konfigurasi elektron pada subkulit ns2 np5.
Golongan halogen terdiri dari beberapa unsur yaitu Fluorin (F), Klorin (Cl), Bromin
(Br), Iodin (I), Astatin (At) dan unsur Ununseptium yang belum diketahui dengan jelas.
A. Sejarah Halogen
Halogen adalah kelompok unsur kimia dalam tabel periodik yang terdiri dari
fluor (F), klor (Cl), brom (Br), iodin (I), dan astatin (At). Nama "halogen" berasal dari
bahasa Yunani, yang berarti "penghasil garam." Berikut adalah sejarah singkat
perkembangan pengetahuan tentang halogen:
Fluor (F):
Fluor pertama kali diisolasi pada tahun 1886 oleh ahli kimia Prancis Henri
Moissan. Proses isolasi ini memerlukan peralatan yang sangat khusus karena fluor
sangat reaktif dan sulit untuk diisolasi.
Klor (Cl):
Klor dikenal sejak zaman kuno, tetapi pengetahuan lebih lanjut tentang sifat-
sifatnya berkembang selama abad ke-18. Klor digunakan dalam pengobatan dan
pemutihan sebelum diketahui sebagai unsur kimia.
Brom (Br):
Brom pertama kali diisolasi oleh ahli kimia Prancis Antoine-Jérôme Balard
pada tahun 1826. Ia menemukan brom dalam bentuk senyawa dalam air laut dan air
garam, lalu mengisolasi unsur ini.
Iodin (I):
Iodin pertama kali diisolasi oleh ahli kimia Prancis Bernard Courtois pada
tahun 1811. Courtois menemukan iodin saat mencoba mengisolasi senyawa natrium
nitrat dari abu laut.
Astatin (At):
Astatin adalah halogen yang paling jarang ditemui di alam dan memiliki masa
paruh yang sangat singkat. Unsur ini pertama kali disintesis secara buatan pada tahun
1940 oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dale R. Corson, Kenneth Ross
MacKenzie, dan Emilio Segrè.
B. Ciri-Ciri Halogen
Gas halogen, termasuk unsur fluorin (F), klorin (Cl), bromin (Br), iodin (I),
dan astatin (At), memiliki beberapa sifat umum: 1. Warna: Gas halogen umumnya
memiliki warna yang berbeda-beda. Contohnya, fluorin berwarna kuning pucat, klorin
berwarna hijau kuning, bromin berwarna merah-coklat, iodin berwarna ungu-hitam,
dan astatin berwarna hitam keabu-abuan.
2. Konfigurasi Elektron
Adapula hal lain yang menyebabkan halogen disebut sebagai pembentuk
garam yaitu konfigurasi elektronnya.
4. Para ilmuwan menemukan bahwa isotop yang mereka buat bersifat radioaktif, jadi
mereka menamakan unsur tersebut dengan menggunakan kata astatos ‘Yunani
yang berarti tidak stabil. Sekarang diketahui bahwa tidak ada isotop astatine yang
stabil, isotop terpanjang yang tinggal, astatine-210, memiliki waktu paruh 8,3 jam.
C. Sifat-sifat Halogen
1. Sifat-sifat Umum Halogen
Berikut adalah sifat-sifat umum halogen, diantaranya adalah:
a. Reaktivitas Tinggi: Halogen sangat reaktif dan cenderung untuk membentuk
senyawa kimia dengan unsur-unsur lain. Mereka memiliki kecenderungan
untuk mendapatkan satu elektron lagi untuk mencapai konfigurasi elektron
penuh dalam kulit terluar mereka.
b. Bentuk Fisik Beragam: Kelompok halogen mencakup unsur-unsur dalam
berbagai bentuk fisik pada suhu kamar. Misalnya, fluorin (F2) dan klorin (Cl2)
adalah gas, bromin (Br2) adalah cair, dan iodin (I2) adalah padat.
c. Warna Khas: Gas halogen memiliki warna yang khas. Fluorin berwarna
kuning pucat, klorin berwarna hijau kuning, bromin berwarna coklat merah,
dan iodin berwarna ungu.
d. Keberadaan dalam Aliran Laju (Diatomic): Unsur-unsur halogen biasanya
terdapat dalam bentuk molekul diatomik, yang berarti mereka terdiri dari dua
atom yang identik. Misalnya, klorin hadir dalam bentuk Cl2, dan bromin hadir
dalam bentuk Br2.
e. Pelepasan Gas Beracun: Beberapa gas halogen, seperti klorin, bromin, dan
iodin, dapat menghasilkan gas beracun saat mereka terpapar dengan panas
atau cahaya intens.
f. Bau Tidak Sedap: Beberapa senyawa halogen memiliki bau yang tidak sedap.
Misalnya, bromin memiliki bau yang sangat tajam.
g. Penting dalam Industri Kimia: Unsur-unsur halogen digunakan dalam berbagai
aplikasi industri, termasuk produksi bahan kimia, desinfektan air, dan
pembuatan bahan kimia organik.
h. Kemampuan Elektron Negatif: Halogen memiliki afinitas elektron negatif
tinggi, yang berarti mereka cenderung menarik elektron dari unsur-unsur lain
dalam reaksi kimia.
i. Kestabilan Senyawa Garam: Senyawa-senyawa garam yang terbentuk dari
ion-ion halogen dan logam umumnya memiliki sifat kristal yang stabil dan
titik leleh yang tinggi.
j. Penting dalam Kimia Organik: Halogen juga sering digunakan dalam kimia
organik sebagai gugus fungsional dalam molekul organik, seperti dalam
senyawa-senyawa seperti kloroform (CHCl3) atau tetraklorometana (CCl4).
b. Klorin
Klorin adalah unsur kimia dengan simbol Cl dan nomor atom 17. Senyawa ini adalah
halogen kedua paling ringan, berada diantara fluor dan bromin dalam tabel periodik dan
sifat-sifatnya sebagian besar di antara mereka. Klorin berwujud gas berwarna kuning-hijau
pada suhu kamar. Unsur ini merupakan elemen sangat reaktif dan oksidator kuat: klorin
mempunyai afinitas elektron tertinggi dan elektronegativitas ketiga tertinggi di belakang
oksigen dan fluor.
Klorin memiliki 2 isotop stabil, 35Cl dan 37Cl. 2 isotop ini merupakan 2 isotop alam
yang ada, dengan perbandingan di alam 35Cl 76% dan 37Cl 24% sisanya. Keduanya
disintesa di bintang pada proses pembakaran oksigen dan pembakaran silikon.[30]
Keduanya memiliki spin nuklir 3/2+ dan oleh karena itu dapat digunakan untuk resonansi
magnetik nuklir, meski besaran spin lebih besar dari 1/2 akan menghasilkan distribusi
muatan nuklir non-lingkar dam akhirnya resonansi meluas sebagai akibat dari momen
kuadrupol nuklir dan resultan relaksasi kuadrupolar tidak nol. Isotop klorin yang lain
semuanya radioaktif dengan waktu-paruh yang terlalu cepat. Dari semuanya, yang paling
umum digunakan di laboratorium adalah 36Cl (t1/2 = 3.0×105 thn) dan 38Cl (t1/2 = 37.2
menit), yang bisa dibuat dari aktivasi neutron klorin alam.
Radioisotop klorin yang paling stabil adalah 36Cl. Mode peluruhan utama isotop yang
lebih ringan dari 35Cl adalah penangkapan elektron terhadap isotop-isotop sulfur; isotop
yang lebih berat dari 37Cl adalah peluruhan beta terhadap isotop-isotop argon; dan 36Cl
dapat meluruh menjadi 36S atau 36Ar stabil. Dalam lingkungan subpermukaan,
penangkapan muon oleh 40Ca digunakan untuk menghasilkan 36Cl.
Di alam, klorin banyak ditemukan bersenyawa dengan unsur natrium membentuk garam
dapur (NaCl), serta ditemukan dalam karnalit dan silvit. Klorida membentuk banyak garam
terlarut dalam lautan dengan sekitar 1,9% dari massa air laut adalah ion klorida.
c. Bromin
Bromin atau brom adalah sebuah unsur kimia dengan lambang Br dan nomor atom 35.
Ia adalah cairan berwarna merah-cokelat yang bersifat volatil pada suhu kamar yang mudah
menguap membentuk uap berwarna serupa. Sifat-sifatnya berada di antara klorin dan iodin.
Ia diisolasi secara independen oleh dua kimiawan, Carl J. Löwig (pada tahun 1825) dan
Antoine J. Balard (pada tahun 1826). Nama unsur ini berasal dari bahasa Yunani Kuno
βρῶμος (bromos) yang berarti "bau busuk" atau "berbau pesing", merujuk pada baunya
yang tajam dan menyengat.
Bromin memiliki dua isotop stabil, 79Br dan 81Br. Mereka berdua adalah satu-satunya
isotop alami bromin, dengan 79Br membentuk 51% bromin alami dan 81Br membentuk
49% sisanya. Keduanya memiliki spin inti 3/2− sehingga dapat digunakan untuk resonansi
magnet inti, meskipun 81Br lebih diminati. Distribusi relatif 1:1 dari dua isotop ini di alam
sangat membantu dalam identifikasi senyawa yang mengandung bromin menggunakan
spektroskopi massa. Semua isotop bromin lainnya bersifat radioaktif, dengan waktu paruh
yang terlalu untuk terjadi di alam. Dari mereka, yang paling penting adalah 80Br (t1/2 =
17,7 menit), 80mBr (t1/2 = 4,421 jam), dan 82Br (t1/2 = 35,28 jam), yang mungkin
dihasilkan dari aktivasi neutron dari bromin alami. Radioisotop bromin yang paling stabil
adalah 77Br (t1/2 = 57,04 jam). Mode peluruhan utama isotop yang lebih ringan dari 79Br
adalah penangkapan elektron menjadi isotop selenium; isotop yang lebih berat dari 81Br
mengalami peluruhan beta menjadi isotop kripton; dan 80Br dapat meluruh melalui salah
satu dari dua mode tersebut menjadi 80Se atau 80Kr yang stabil. Isotop bromin mulai dari
87Br dan yang lebih berat mengalami peluruhan beta dengan emisi neutron sehingga secara
praktis dianggap penting karena merupakan produk fisi; 87Br dengan waktu paruh 55 detik
dikenal sebagai pemancar neutron tertunda yang berumur paling panjang.
Bromin ditemukan dalam keadaan alamiah sebagai senyawa kimia di laut dan air laut.
Ini dapat ditemukan dalam bentuk ion bromida (Br-) atau berikatan dengan unsur lain,
seperti natrium untuk membentuk natrium bromida (NaBr) atau dengan kalium untuk
membentuk kalium bromida (KBr).
d. Iodin
Iodin atau yodium adalah sebuah unsur kimia dengan lambang I dan nomor atom 53.
Menjadi unsur halogen stabil terberat, ia merupakan padatan nonlogam semi-berkilau pada
kondisi standar yang melebur membentuk cairan berwarna lembayung tua pada suhu 114
°C (237 °F), dan mendidih menjadi gas berwarna lembayung pada 184 °C (363 °F). Unsur
ini ditemukan oleh kimiawan Prancis Bernard Courtois pada tahun 1811 dan diberi nama
dua tahun kemudian oleh Joseph L. Gay-Lussac, dari bahasa Yunani Kuno Ιώδης 'berwarna
lembayung'.
Dari tiga puluh tujuh isotop iodin yang diketahui, hanya satu yang terdapat di alam,
iodin-127. Isotop lainnya bersifat radioaktif dan memiliki waktu paruh yang terlalu pendek
untuk menjadi primordial. Dengan demikian, iodin adalah unsur monoisotop dan
mononuklida serta berat atomnya diketahui dengan sangat presisi, karena merupakan
konstanta alam.
Isotop radioaktif iodin yang berumur paling panjang adalah iodin-129, yang memiliki
waktu paruh 15,7 juta tahun, meluruh melalui peluruhan beta menjadi xenon-129 yang
stabil. Beberapa iodin-129 terbentuk bersama dengan iodin-127 sebelum pembentukan Tata
Surya, tetapi sekarang telah benar-benar meluruh, menjadikannya radionuklida yang telah
punah yang masih berguna dalam menentukan usia sejarah Tata Surya awal atau air tanah
yang sangat tua, karena mobilitasnya di lingkungan. Keberadaannya sebelumnya dapat
ditentukan dari kelebihan anaknya, xenon-129. Sejumlah kecil iodin-129 masih ada hingga
sekarang, karena ia juga merupakan nuklida kosmogenik, terbentuk dari spalasi sinar
kosmik xenon atmosfer: ia membentuk sekitar 10−14 hingga 10−10 dari semua iodin
terestrial. Ia juga terjadi dari uji coba nuklir di udara terbuka, tetapi tidak berbahaya karena
waktu paruhnya yang sangat panjang, yang terpanjang dari semua produk fisi. Pada puncak
pengujian termonuklir pada tahun 1960-an dan 1970-an, iodin-129 hanya membentuk
sekitar 10−7 dari semua iodin terestrial. Keadaan tereksitasi dari iodin-127 dan iodin-129
sering digunakan dalam spektroskopi Mössbauer.
Radioisotop iodin lainnya memiliki waktu paruh yang jauh lebih pendek, tidak lebih dari
beberapa hari. Beberapa di antaranya memiliki aplikasi medis yang melibatkan kelenjar
tiroid, tempat iodin yang masuk ke dalam tubuh disimpan dan dipekatkan. Iodin-123
memiliki waktu paruh 13 jam dan meluruh melalui penangkapan elektron menjadi
telurium-123, memancarkan radiasi gama; ia digunakan dalam pencitraan kedokteran
nuklir, meliputi pemindaian tomografi terkomputasi emisi foton tunggal (SPECT) dan
tomografi terkomputasi sinar-X (X-Ray CT). Iodin-125 memiliki waktu paruh 59 hari,
meluruh melalui penangkapan elektron menjadi telurium-125 dan memancarkan radiasi
gama berenergi rendah; ia merupakan radioisotop iodin dengan umur terpanjang kedua, dan
telah digunakan dalam pengujian biologis, pencitraan kedokteran nuklir, dan dalam terapi
radiasi sebagai brakiterapi untuk mengobati sejumlah kondisi, meliputi kanker prostat,
melanoma uvea, dan tumor otak. Yang terakhir, iodin-131, dengan waktu paruh 8 hari,
meluruh melalui peluruhan beta menjadi keadaan tereksitasi dari xenon-131 yang
kemudian berubah menjadi keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gama. Ia adalah
produk fisi yang umum sehingga hadir dalam tingkat yang tinggi dalam luruhan nuklir. Ia
kemudian dapat diserap melalui makanan yang terkontaminasi, dan juga akan menumpuk
pada kelenjar tiroid. Karena ia meluruh, ia dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar
tiroid. Risiko utama dari paparan iodin-131 tingkat tinggi adalah kemungkinan terjadinya
kanker tiroid radiogenik di kemudian hari. Risiko lain meliputi kemungkinan pertumbuhan
nonkanker dan tiroiditis.
Iodin terjadi dalam banyak keadaan oksidasi, meliputi iodida (I−), iodat (IO−3), dan
berbagai anion periodat. Ia adalah halogen stabil yang paling tidak melimpah, menjadi
unsur paling melimpah ke-61
e. Astatin
Astatin adalah sebuah unsur kimia dengan lambang At dan nomor atom 85. Ia
adalah unsur alami yang paling langka di kerak Bumi, hanya terjadi sebagai produk
peluruhan dari berbagai unsur yang lebih berat. Semua isotop astatin berumur pendek; yang
paling stabil adalah astatin-210, dengan waktu paruh 8,1 jam. Sebuah sampel astatin murni
tidak pernah dibuat, karena setiap spesimen makroskopisnya akan segera diuapkan oleh
panas radioaktivitasnya sendiri. Sifat sebagian besar astatin tidak diketahui dengan pasti.
Banyak dari sifat tersebut berasal dari perkiraan dari posisi astatin pada tabel
periodik sebagai analog iodin yang lebih berat, dan anggota halogen (kelompok unsur yang
berisikan fluorin, klorin, bromin, dan iodin). Namun, astatin juga berada di sepanjang garis
pemisah antara logam dan nonlogam, sehingga beberapa perilaku logam juga telah diamati
dan diprediksi untuknya. Astatin cenderung memiliki penampilan gelap atau berkilau dan
mungkin sebuah semikonduktor atau mungkin sebuah logam. Secara kimia, beberapa
spesies anionik astatin telah diketahui dan sebagian besar senyawanya mirip dengan iodin,
tetapi terkadang juga menunjukkan karakteristik logam dan menunjukkan beberapa
kesamaan dengan perak. Penyintesisan pertama unsur ini dilakukan pada tahun 1940
oleh Dale R. Corson, Kenneth R. MacKenzie, dan Emilio G. Segrè di Universitas
California, Berkeley, yang menamakannya dari bahasa Yunani Kuno ἄστατος (astatos)
'tidak stabil'. Empat isotop astatin kemudian ditemukan terjadi secara alami, meskipun jauh
lebih sedikit dari satu gram hadir pada waktu tertentu di kerak Bumi. Baik isotop astatin-
210 yang paling stabil, maupun astatin-211 yang berguna secara medis, tidak terjadi secara
alami; mereka hanya dapat diproduksi secara sintetis, biasanya dengan
membombardir bismut-209 dengan partikel alfa
Ada 39 isotop astatin yang diketahui, dengan massa atom (nomor massa) 191–229.
Pemodelan teoretis menunjukkan bahwa ada 37 isotop lagi. Tidak ada isotop astatin yang
stabil atau berumur panjang yang telah teramati, juga tidak ada yang diperkirakan eksis.
Energi peluruhan alfa astatin mengikuti tren yang sama seperti unsur berat lainnya. Isotop
astatin yang lebih ringan memiliki energi peluruhan alfa yang cukup tinggi, yang menjadi
lebih rendah saat inti menjadi lebih berat. Astatin-211 memiliki energi yang jauh lebih
tinggi daripada isotop sebelumnya, karena memiliki inti dengan 126 neutron, dan 126
adalah sebuah bilangan ajaib yang sesuai dengan kulit neutron yang terisi. Meskipun
memiliki waktu paruh yang mirip dengan isotop sebelumnya (8,1 jam untuk astatin-210
dan 7,2 jam untuk astatin-211), probabilitas peluruhan alfa jauh lebih tinggi untuk yang
terakhir: 41,81% dibandingkan hanya 0,18%. Dua isotop berikut melepaskan lebih banyak
energi, dengan astatin-213 melepaskan energi paling banyak. Untuk alasan ini, ia adalah
isotop astatin yang berumur paling pendek. Meskipun isotop astatin yang lebih berat
melepaskan lebih sedikit energi, tidak ada isotop astatin yang berumur panjang, karena
meningkatnya peran peluruhan beta (emisi elektron) Mode peluruhan ini sangat penting
untuk astatin; sedini tahun 1950, dipostulatkan bahwa semua isotop astatin mengalami
peluruhan beta meskipun pengukuran massa nuklir menunjukkan bahwa sebenarnya beta-
stabil, karena ia memiliki massa terendah dari semua isobar dengan A = 215. Sebuah mode
peluruhan beta telah ditemukan untuk semua isotop astatin lainnya kecuali untuk astatin-
213, astatin-214, dan astatin-216m. Astatin-210 dan isotop yang lebih ringan menunjukkan
peluruhan beta plus (emisi positron), astatin-216 dan isotop yang lebih berat menunjukkan
peluruhan beta minus, dan astatin-212 meluruh melalui kedua mode, sementara astatin-211
mengalami penangkapan elektron.
Isotop yang paling stabil adalah astatin-210, yang memiliki waktu paruh 8,1 jam. Mode
peluruhan utamanya adalah beta plus, menjadi pemancar alfa polonium-210 yang berumur
relatif panjang (dibandingkan dengan isotop astatin). Secara total, hanya lima isotop yang
memiliki waktu paruh lebih dari satu jam (astatin-207 hingga -211). Isotop keadaan dasar
yang paling tidak stabil adalah astatin-213, dengan waktu paruh 125 nanodetik. Ia
mengalami peluruhan alfa menjadi bismut-209 yang berumur sangat panjang.
Astatin memiliki 24 isomer nuklir yang diketahui, yang merupakan inti dengan satu atau
lebih nukleon (proton atau neutron) dalam keadaan tereksitasi. Isomer nuklir juga dapat
disebut "keadaan meta", yang berarti sistem itu memiliki lebih banyak energi
dalam daripada "keadaan dasar" (keadaan dengan energi dalam serendah mungkin),
membuat yang pertama cenderung meluruh menjadi yang terakhir. Mungkin ada lebih dari
satu isomer untuk setiap isotop. Yang paling stabil dari isomer nuklir ini adalah astatin-
202m1,yang memiliki waktu paruh sekitar 3 menit, lebih lama dari semua keadaan dasar
kecuali isotop 203–211 dan 220. Yang paling tidak stabil adalah astatin-214m1; waktu
paruhnya, selama 265 nanodetik, lebih pendek daripada semua keadaan dasar kecuali
astatin-213.
Astatin sangat jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Kebanyakan astatin yang
terdapat di alam ada dalam bentuk senyawa yang tercampur dengan unsur-unsur lain,
seperti dalam mineral radioaktif. Astatin biasanya terbentuk sebagai hasil peluruhan
radioaktif dari unsur-unsur yang lebih berat, dan karena tingkat radioaktivitasnya yang
tinggi dan masa paruh baya yang singkat, astatin sangat sulit ditemukan dalam jumlah yang
signifikan dalam keadaan murni di alam. Sebagian besar astatin yang digunakan untuk
keperluan ilmiah atau medis diproduksi melalui reaksi nuklir di laboratorium
2.5 Pengaplikasian Gas Mulia dan Halogen
a. Penggunaan Dalam Bidang Elektromika
1. Gas Mulia
Argon (Ar): Digunakan dalam pengelasan untuk melindungi logam dari oksidasi selama
proses pengelasan. Argon juga digunakan dalam lampu neon untuk menghasilkan cahaya
yang berwarna.
Helium (He): Digunakan dalam industri semikonduktor untuk mendinginkan peralatan
elektronik seperti MRI dan komputer kuantum.
Krypton (Kr): Digunakan dalam lampu kilat fotografi untuk menghasilkan cahaya yang
intens dan dalam laser yang menghasilkan cahaya berwarna hijau.
Xenon (Xe): Digunakan dalam lampu sorot mobil dan televisi layar datar untuk
menghasilkan cahaya yang terang dan stabil.
Neon (Ne): Digunakan dalam lampu neon yang sering digunakan untuk tanda-tanda neon
yang bercahaya dan indikator lampu.
2. Halogen
Elemen halogen, seperti fluor (F), klor (Cl), brom (Br), iodin (I), dan astatin (At),
memiliki beberapa kegunaan dalam elektronika. Berikut adalah satu contoh kegunaan
untuk setiap elemen halogen:
Fluor (F): Fluor dapat digunakan dalam proses kimia untuk membersihkan permukaan
komponen elektronik sebelum pemasangan. Proses ini disebut etching, di mana fluor
dapat menghilangkan lapisan oksida yang dapat mengganggu sambungan elektrik.
Klor (Cl): Klorin (sebagai ion klorida) dapat digunakan dalam produksi berbagai
komponen elektronik, seperti silikon, dalam proses yang disebut produksi silikon tipe
p-n dalam fabrikasi semikonduktor.
Brom (Br): Brom dapat digunakan dalam produksi pelapisan tahan api pada perangkat
elektronik, terutama dalam kasus peralatan yang berpotensi terpapar api atau suhu
tinggi.
Iodin (I): Iodin kadang-kadang digunakan dalam elektrolit dalam sel elektrokimia
yang digunakan dalam baterai dan kapasitor.
Astatin (At): Astatin adalah elemen yang sangat jarang ditemukan dan memiliki
sedikit kegunaan dalam elektronika. Itu tidak sering digunakan dalam konteks ini.
Penggunaan elemen halogen dalam elektronika dapat bervariasi tergantung pada sifat
kimia dan fisik masing-masing elemen, serta persyaratan aplikasi elektronik yang
khusus.
b. Penggnaan dalam Bidang Kesehatan
1. Gas mulia
Gas mulia, seperti helium (He) dan argon (Ar), memiliki beberapa kegunaan dalam
bidang kesehatan. Berikut adalah contoh kegunaannya:
Helium (He): Helium digunakan dalam dunia medis untuk berbagai tujuan, salah
satunya adalah penggunaan campuran helium-oksigennya dalam terapi pernapasan.
Campuran ini lebih ringan dari udara biasa dan digunakan untuk mengurangi beban
kerja pernapasan pada pasien dengan gangguan pernapasan, seperti asma atau
penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK). Hal ini membantu pasien bernapas lebih
mudah.
Argon (Ar): Argon digunakan dalam bedah oftalmologi, terutama dalam prosedur
pengirisan kornea mata. Dalam metode ini, argon digunakan sebagai alat pendingin
untuk mendinginkan permukaan mata saat pengirisan laser, membantu melindungi
mata dari kerusakan panas yang berlebihan selama prosedur
Brom (Br): Brom dapat digunakan dalam produksi pelapisan tahan api pada
perangkat elektronik, terutama dalam kasus peralatan yang berpotensi terpapar api
atau suhu tinggi.
Iodin (I): Iodin kadang-kadang digunakan dalam elektrolit dalam sel elektrokimia
yang digunakan dalam baterai dan kapasitor.
Astatin (At): Astatin adalah elemen yang sangat jarang ditemukan dan memiliki
sedikit kegunaan dalam elektronika. Itu tidak sering digunakan dalam konteks ini.
Penggunaan elemen halogen dalam elektronika dapat bervariasi tergantung pada sifat
kimia dan fisik masing-masing elemen, serta persyaratan aplikasi elektronik yang khusus
2. Halogen
Elemen halogen, seperti klor (Cl), memiliki beberapa kegunaan dalam bidang kesehatan.
Salah satu contoh kegunaannya adalah:
a. Klor (Cl): Klor digunakan dalam industri farmasi dan pemurnian air untuk
menghilangkan mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, dan parasit.
Klorinasi air adalah metode umum untuk menghasilkan air minum yang aman
dengan menghancurkan patogen yang dapat menyebabkan penyakit seperti kolera
dan disentri. Selain itu, klor juga digunakan sebagai desinfektan dalam berbagai
produk antiseptik dan disinfektan medis untuk menjaga kebersihan dan sterilisasi
alat-alat medis serta lingkungan rumah sakit.
Penggunaan klor dalam pemurnian air dan perawatan medis adalah kontribusi penting
dalam menjaga kesehatan masyarakat dan menghindari penyebaran penyakit melalui air dan
lingkungan yang terkontaminasi.