Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menginjak tahun 2013 ada banyak perusahaan baru dalam bidang

industri, misalnya perusahaan mobil, perusahaan tekstil, perusahaan kertas,

termasuk di dalamnya perusahaan minuman. Di Indonesia sendiri terdapat

banyak perusahaan minuman. Banyaknya perusahaan minuman dilandaskan

keinginan produsen meraih keuntungan yang maksimal dengan biaya

produksi yang minimal. Termasuk usaha dalam meminimalkan biaya

produksi adalah dengan penggunaan bahan yang murah tanpa

mempertimbangkan dampak pada kesehatan manusia. Tidak hanya

perusahaan minuman besar yang menggunakan bahan yang murah dalam

produksinya, para pedagang kecil juga sering dijumpai.

Salah satu cara untuk meminimalisasikan biaya produksi adalah

menggunakan bahan pemanis buatan, misalnya aspartame, siklamat, dan

sakarin. Diantara beberapa pemanis buatan yang beredar luas, sakarin lebih

sering digunakan daripada pemanis buatan lainnya. Sakarin maupun siklamat

harganya lebih murah dibandingkan dengan pemanis lainnya seperti,

acesulfam, alitam, aspartam, dan neotam (Simatupang, 2009). Selain itu,

penggunaan sakarin sangat berbahaya bagi kesehatan, karena sakarin dapat

menyebabkan tumor kandung kemih (Arisworo dkk, 2006:172 ), toksisitas

sakarin pada tingkat yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan,

mual, muntah, dan kanker kandung kemih pada hewan uji (Bararah, 2008).

1
Banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bahaya yang

ditimbulkan oleh sakarin. Untuk itu perlu adanya identifikasi kandungan

sakarin dalam suatu minuman lebih awal. sebagaimana firman Allah SWT

dalam surat ‘Abbas ayat ke 24 yang artinya : “Maka hendaklah manusia itu

memperhatikan makanannya.” Cara yang dapat digunakan untuk identifikasi

awal sakarin adalah dengan memanfaatkan tanaman lokal.

Tanaman lokal yang digunakan adalah bunga kana. Bunga kana

mempunyai warna yang sangat beragam mulai dari merah tua, merah muda,

merah muda kuning, maupun kombinasi dari warna-warna tersebut. Warna

merah pada bunga kana mengindikasikan bahwa bunga tersebut mengandung

pigmen alami (antosianin, antosantin) (Thamrin dkk, 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

tentang penggunaan pigmen antosianin dalam bunga kana untuk

megidentifikasi kandungan sakarin dalam minuman kemasan dengan bentuk

circle paper.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana cara membuat circle paper of canna sebagai indikator uji

sakarin pada minuman kemasan?

b. Bagaimana kefektifitasan circle paper of canna sebagai indikator uji

sakarin pada minuman kemasan?

2
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui cara membuat circle paper of canna sebagai indikator uji

sakarin pada minuman kemasan.

b. Mengetahui keefektifitasan circle paper of canna sebagai indikator uji

sakarin pada minuman kemasan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi kepada

masyarakat pada umumnya untuk mengidentifikasi sakarin pada minuman

kemasan dengan circle paper of canna.

1.5 Hipotesa

Pada uji sakarin akan memunculkan semburat hijau kotor pada circle

paper of canna yang telah mengalami perubahan warna (sesuai dengan pH

minuman) karena senyawa fenol yang juga merupakan senyawa flavonoid

(yang terdapat pada antosianin bunga kana) dapat bereaksi dengan sakarin

dan dapat menjadikan perubahan warna untuk standar kandungan sakarin

yang ada pada minuman kemasan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kana

Kana berasal dari bahasa Yunani untuk tipe alang-alang (Kessler, 2007).

Di wilayah Indonesia bunga kana sering juga disebut dengan bunga tasbih

atau ganyong hutan. Jenis tanaman kana yang telah familiar sejak dahulu bagi

masyarakat Indonesia adalah spesies Canna indica (Sunaryanti, 2012). Di

Indonesia sendiri bunga kana berpotensi untuk dijadikan tanaman hias. Warna

dari kelopak bunga kana yang sering dijumpai adalah merah, kuning, orange,

atau perpaduan antara kuning dan orange.

2.1.1 Klasifikasi Bunga Canna sp.

Kedudukan klasifikasi tanaman Canna sp. adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Sub classis : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Family : Cannaceae.

Genus : Canna

Species : Canna sp.

4
Gambar 1. Dokumentasi pribadi bunga kana merah.

2.1.2 Tanaman Kana

Di Indonesia, tanaman kana banyak digunakan untuk hiasan

kota dan perwarna alami pada makanan. Pada faktanya, tanaman ini

berasal dari Amerika Selatan yang beriklim juga tropis dan kemudian

menyebar ke berbagai wilayah termasuk Indonesia (Van Steenis, 1987

dalam Sunaryanti, 2012). Jenis tanaman kana yang sejak dulu telah

populer di kalangan masyarakat Indonesia adalah Canna Indica.

Rimpang C. indica dapat digunakan sebagai bahan makanan karena

berdasarkan data Direktorat Gizi Depkes RI, kandungan tiap 100 gram

rimpang C. Indica terdiri atas: kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak

0,11g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 0,021 g; fosfor o,07 g; zat besi

0,0019 g; vitamin B1 0,0001 g; vitamin C 0,01 g; air 75,00 g (Soenardi

5
dan Wulan, 2009). Selain itu rimpang C. Indica juga mengandung

beberapa senyawa kimia seperti fenol, terpena, koumarin, dan alkaloid

khusus, sehingga berkhasiat sebagai antipiretik dan diuretic, serta

bermanfaat untuk mengobati jerawat, luka, demam, batuk, diare, panas

dalam, hipertensi hingga hepatitis akut (Santoso dalam Sunaryanti,

2008).

Tanaman kana diidentifikasikan memiliki rimpang, batang, daun

yang menyirip, dan bunga kana yang memiliki mahkota beragam

warna, mulai dari merah, kuning, merah kekuningan. Bunga kana

merah memiliki pigmen antosianin yang termasuk ke dalam golongan

senyawa flovanoid. Antosianin dan beberapa flovanoid lainnya banyak

dikabarkan akhir-akhir ini bermanfaat didunia kesehatan seperti

fungsinya sebagai antikarsinogen, antiinflamasi, antihepatoksik,

antibacterial, antiviral, antialergenik, antitrombotik, dan sebagai

perlindungan akibat kerusakan yang disebabkan oleh radaiasi sinar UV

dan sebagai antioksidan (Holton, 1995; Macdougall, 2002 dalam

Thamrin dkk, 2009).

2.2 Pemanis Minuman

Di Indonesia dapat ditemui 2 macam pemanis minuman, yaitu pemanis

alami dan pemanis buatan. Pemanis alami merupakan pemberi rasa manis

yang diperoleh dari bahan-bahan alami (hewani dan nabati). Pemanis alami

nabati misalnya gula tebu, gula merah, dan kayu manis. Gula tebu atau gula

6
pasir yang diperoleh dari tanaman tebu mengandung zat pemanis fruktosa

yang termasuk dalam glukosa. Gula tebu juga merupakan pemanis alami

(nabati) yang lebih sering digunakan oleh masyarakat daripada pemanis

lainnya. Gula merah merupakan pemanis alami (nabati) yang berwarna

coklat. Kebanyakan gula merah digunakan untuk makanan tradisional, seperti

dodol, bubur, kue apem, dan gulali. Lain dari gula tebu dan gula merah, kayu

manis merupakan pemanis alami (nabati) yang berasal dari kulit kayu.

Sedangkan pemanis alami (hewani) adalah madu yang berasal dari lebah

madu. Madu selain dapat digunakan sebagai pemanis alami juga dapat

digunakan untuk obat.

Berbeda dari pemanis alami yang terbuat dari bahan-bahan alam.

Pemanis buatan merupakan senyawa sintetis laboratorium yang dapat

memberikan rasa manis pada minuman. Pemanis buatan hampir tidak ada

kandungan gizi yang berguna bagi tubuh manusia. Saat ini masih banyak

pemakaian pemanis buatan dalam berbagai makanan dan minuman. Produsen

menggunakan pemanis buatan dalam produk minuman dikarenakan untuk

memperkecil biaya produksi. Harga pemanis buatan lebih murah jika

dibandingkan dengan gula asli serta penambahannya ke dalam minuman

hanya sedikit jika dibandingkan dengan gula asli.

Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik

Indonesia yang tertuang dalam BAB 1 pasal 1 tentang persyaratan

penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan

mengatakan bahwa pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang

7
dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit

mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk

pangan dalam jumlah tertentu.

2.3 Sakarin

Sakarin atau juga dikenal dengan o-benzoic-sulfimide adalah pemanis

buatan yang telah lama digunakan oleh masyarakat. Senyawa ini ditemukan

tahun 1879 oleh Ira Remsen dan Constantin Falhberg, ketika masih kuliah di

Universitas Johns Hopkins (Bararah, 2008). Sakarin memiliki rasa manis 300

kali lebih manis daripada sukrosa tetapi juga memiliki aftertaste (rasa pahit

ikutan). Sakarin secara luas digunakan sebagai pengganti gula karena

mempunyai sifat stabil, nilai kalori rendah dan harganya relatif murah

(Lestari, 2011). Penggunaan sakarin harus dibatasi karena dapat

membahayakan kesehatan (Siregar, dkk 2013), penggunaan pemanis buatan

yang berlebihan akan dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Dari

berbagai penelitian yang dilakukan di Amerika, bahwa efek tidak langsung

bahan pemanis buatan ini sebagai penyebab kanker dan waktu relatif lama

(Mudjajanto 2005 dalam Siregar, dkk 2013 ).

Penelitian sebelumnya diketahui bahwa pada tikus yang diberi 1-10%

sakarin selama 22 hari ternyata konsentrasi sakarin dalam jaringan ginjal dan

kandung kemih lebih tinggi dibandingkan konsentrasi sakarin dalam plasma

(Bararah, 2008). Menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)

penggunaan sakarin yang diperbolehkan adalah 5 ml/kg berat badan, itu

8
artinya penggunaan di atas batas maksimal akan berdampak buruk bagi

kesehatan pengkonsumsinya.

2.4 Antosianin

Antosianin adalah pigmen yang akan larut dalam pelarut – pelarut polar

dan bersifat polar (Winarti dkk, 2010) Antosianin juga tergolong senyawa

flavonoid yang memiliki fungsi sebagai anti oksidan alami (Subrodo, 2012)

Antosianin merupakan pigmen yang bersifat polar dan akan larut dengan baik

dalam pelarut-pelarut polar (Wijaya dkk, 2001 dalam Wirda dkk, 2011).

Antosianin, penyebab warna merah, oranye, ungu, dan biru banyak terdapat

pada bunga dan buah-buahan seperti bunga tasbih/kana, pacar air, kembang

sepatu, mawar, krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel, chery, anggur,

strawberi, antosianin juga tergolong senyawa flavonoid yang memiliki fungsi

sebagai antioksidan alami (Subrodo, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah pH,

temperatur, sinar, dan oksigen serta faktor-faktor lain seperti enzim dan ion

logam (Muliawati, 2007). Dalam uji tabung percobaaan ekstrak bunga kana

menggambarkan adanya polifenol, flavonoid, dan antioksidan yang tinggi

(Mishra, 2011). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pigmen

antosianin bunga kana merah berjenis Sianidin dengan ikatan glikosida; kadar

gula total 12,27%; kadar air 82,59%; kadar antosianin 1,801mg/100ml; dan

rendemen antosianin 22,549% (Mar’atusshalihat, 2007). Pengekstrakan

bunga kana merah untuk mendapatkan pigmen antosianinnya dapat dilakukan

9
dengan menggunakan metanol, kemampuan metanol dalam melarutkan

antosianin dibandingkan pelarut lainnya lebih baik kemungkinan disebabkan

karena sifat kepolaran yang dimiliki oleh metanol dimana indeks polaritasnya

adalah 5,1 (Byers dalam Wirda, 2011)

Pemanfaatan pigmen bunga kana merah sebagai uji sakarin belum

pernah dilakukan sebelumnya, maka dari itu penulis ingin membuktikan

bahwa pigmen antosianin bunga kana dapat digunakan sebagai indikator

sakarin dan dapat digunakan oleh masyarakat.

10
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September

2013 yang bertempat di Laboratorium Biologi MAN 2 Kudus dan

Laboratorium Biologi Universitas Diponegoro Semarang.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas saring,

pisau, timbangan digital, pipet, pinset, mortal-penggerus, mangkok,

gunting, alat tulis, kertas indikator universal, lemari pendingin, kain lap,

label, gelas ukur, tabung reaksi, corong, tisu, cawan petri dan kamera.

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga

kana merah (Canna sp.), metanol 95%, sakarin, aquades, dan 4 sampel

minuman kemasan.

3.3 Cara Kerja

a. Pengambilan bunga

Bunga kana merah (Canna sp.) yang masih segar diambil dari

taman kota Kudus atau dapat di lain tempat.

11
b. Pengukuran pelarut

Mengukur metanol 95% sebanyak 5 ml tiap 4 cicle paper of

canna menggunakan gelas ukur.

c. Pengekstrakan bunga kana

Mahkota bunga kana merah dilepaskan dari kelopak bunganya.

Bunga kana merah di timbang sebanyak 0,5 gram tiap sekali pembuatan

circle paper of canna. Kemudian mahkota bunga kana merah dipotong

kecil–kecil menggunakan gunting untuk mempermudah proses

penumbukkan. Potongan bunga kana merah ditumbuk dalam mortal

sekaligus dituangkan metanol ke dalamnya sebanyak 5 ml. Setelah itu,

ampas mahkota bunga dengan larutan ekstrak pigmen bunga kana merah

dipisahkan menggunakan kertas saring.

d. Pembuatan circle paper of canna.

Kertas saring direndam ke dalam ekstrak pigmen bunga kana

merah selama ±15 menit. Kemudian dikeringkan pada suhu ruangan 25 oC

selama ±10 menit tanpa terkena sinar matahari langsung.

e. Pembuatan kontrol warna

Pembuatan kontrol warna berdasarkan konsentrasi sakarin dan pH

larutan sakarin. Pembuatan kontrol warna yang berdasarkan konsentrasi

sakarin dimulai dari konsentrasi 0,05%; 0,1%; 0,4%; 0,6%; dan 0,8%.

Kemudian circle paper of canna dicelupkan ke dalam masing-masing

larutan sakarin dengan konsentrasi yang berbeda.

12
Pembuatan kontrol warna yang berdasarkan pH dimulai dari pH

larutan sakarin 2, 4, 6, 7, dan 10. Kemudian circle paper of canna

dicelupkan ke dalam masing-masing larutan sakarin dengan pH yang

berbeda tersebut.

f. Pengujian circle paper of canna pada minuman kemasan.

Pengujian circle paper of canna pada minuman kemasan dilakukan

dengan menguji empat sampel minuman kemasan yang dijual di pasar.

Diantaranya Frutz, Teh Rio, Mini Ultramilk, dan Nescafe Moccachino.

Circle paper of canna dicelupkan ke dalam empat minuman kamasan

tersebut selama ±10 detik.

g. Pengeringan circle paper of canna yang telah mengandung sakarin.

Circle paper of canna kemudian diletakkan pada nampan, lalu

dikeringkan pada suhu kamar 25 oC sampai kering.

h. Pembandingan hasil uji dengan kontrol warna

Setelah kering, diamati perubahan warna kertas saring yang terjadi

dan dibandingkan dengan kontrol warna yang telah dibuat sebagai dasar

pengambilan kesimpulan.

i. Analisis Hasil

Analisis hasil dilakukan secara deskriptif sesuai dengan perubahan

warna yang terjadi pada circle paper of canna.

13
Gambar 2. Diagram alur (flow chart) circle paper of canna sebagai indikator

uji sakarin pada minuman/makanan kamasan.

Analisa Teoritis

Pemanfaaatan Antosianin
Bunga Kana

Pembuatan Circle
Paper of Canna

0,5 gram Bunga


Kana Merah

Pembuatan Kontrol
Warna
Uji Coba Circle Paper of
Canna pada Minuman
Kemasan

Tidak berhasil
Minuman Kemasan

Terjadi Perubahan
Warna

Pembanding Kontrol

Berhasil

Hasil Percobaan

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bunga kana merah (Canna sp.) mengandung pigmen antosianin yang

termasuk dalam senyawa flavonoid yang dapat bereaksi dengan sakarin dan dapat

menjadikan perubahan warna untuk standar kandungan sakarin yang ada pada

minuman kemasan (Hadju, 2012).

4.1 Proses pembuatan Circle Paper of Canna

a. Bunga kana merah diambil dari taman kota Kudus (boleh dari tempat yang

lain).

b. Lalu ditimbang sebanyak 0,5 gram.

c. Hasil timbangan dipotong kecil-kecil lalu ditumbuk halus ke dalam mortal

dengan pelarut metanol 95% sebanyak 5 ml.

d. Kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk dipisahkan

ampasnya sehingga mendapatkan ekstraksi bunga kana merah.

e. Kertas saring direndam pada ekstraksi bunga kana merah selama ±15

menit lalu dikeringkan dengan suhu kamar 25 oC selama ±10 menit.

f. Circle paper of canna siap digunakan untuk uji sakarin.

4.2 Efektifitas Circle Paper of Canna

Bunga kana merah (Canna sp.) mengandung pigmen antosianin yang

termasuk dalam senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid atau resorsinal dapat

digunakan sebagai indikator uji sakarin.

15
Dalam penelitian ini, cara yang digunakan dalam menguji sakarin

yakni dalam bentuk circle paper yang berasal dari ekstrak bunga kana merah

yang mengandung pigmen antosianin. Pigmen antosianin termasuk dalam

senyawa flavonoid/resorsinol. Senyawa flavonoid terdiri atas dua inti fenolat

yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoid dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Kerangka dasar senyawa flavonoid.

Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol

tersubstitusi.

Gambar 4. Cincin A karakteristik bentuk resorsinol tersubstitusi.

Flavonoid mengandung system aromatic yang terkonjugasi sehingga

menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan

spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang

disebut dengan glikosida (Harborne, 1996).

Flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoid dan

dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu

16
ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Berhubungan dengan pernyataan

diatas, sakarin yang termasuk ke dalam golongan senyawa benzenasulfumida

dapat bereaksi dengan pigmen antosianin yang termasuk senyawa flavonoid

sehingga terjadi reaksi antara antosianin dengan sakarin. Pengaruh reaksi

antara antosianin dengan sakarin dapat menyebabkan perubahan warna hijau

kotor sesuai dengan indeks warna 336600.

Penelitian ini, penulis menggunakan 0,5 gram mahkota bunga kana

merah. Dengan perhitungan kandungan pigmen antosianin menggunakan

rumus absorbansi (diketahui λ antosianin = 510 – 520 nm).

Tabel 1. Uji spectrophotometer ekstrak pigmen bunga Kana merah

Berat bunga

kana merah Pelarut λ (nm) %T A

(gram)

0,5 Metanol 510 21,9 0,66

Setelah dihasilkan circle paper of canna yang telah direndam

dalam ekstrasi bunga kana merah berdasarkan tabel 1, lalu membuat kontrol

warna yang berdasarkan konsentrasi larutan sakarin dan pH larutan sakarin

yang disediakan dalam tabel 2 dan tabel 3.

17
Tabel 2. Hasil uji circle paper of canna pada sakarin

Konsentrasi sakarin

0,05% 0,1% 0,4% 0,6% 0,8%

Pada tabel diatas menunjukkan pengaruh konsentrasi larutan

sakarin pada perubahan warna yang terjadi pada circle paper of canna.

Dari tabel tersebut, circle paper of canna dengan warna terbaik dihasilkan

oleh larutan sakarin dengan konsentrasi 0,6%. Hal ini dikarenakan warna

hijau kotor yang dihasilkan lebih mencolok sehingga mudah untuk

diamati. Kemudian cicrle paper of canna dengan kandungan 0,6% larutan

sakarin diujikan pada larutan yang memiliki pH berbeda, mulai dari 2, 4,

6, 7 dan 10. Perlakuan ini bertujuan sebagai kontrol ketika circle paper of

canna telah diujikan pada minuman kemasan.

Tabel 3. Hasil uji circle paper of canna pada larutan sakarin dengan pH.

pH sakarin 0,6%

2 4 6 7 10

18
Circle paper of canna yang berwarna ungu mengalami perubahan

warna menjadi merah muda menyala apabila dicelupkan pada larutan

sakarin dengan pH 2, berwarna ungu muda apabila dicelupkan pada pH 4,

berwarna ungu tua apabila dicelupkan pada pH 6, berwarna ungu tua pekat

apabila dicelupkan pada pH 7, dan berwarna abu gelap semburat hijau

dengan pH 10. Hal ini membuktikan bahwa sakarin pada kondisi asam,

warna cicle paper of canna yang semula ungu akan memudar menjadi

semakin merah. Sedangkan, jika sakarin pada kondisi basa warna circle

paper of canna yang semula ungu akan semakin pekat menjadi abu – abu

tua dan apabila dikeringkan warna akan mengalami perubahan menjadi

hijau.

Gambar 5. Kertas indikator universal dengan keterangan pH


masing – masing yang telah dicelupkan pada larutan sakarin 0,06%.

19
Setelah cirle paper of canna telah teruji kelayakannya, penulis

melakukan pengujian circle paper of canna pada minuman kemasan yang

dipasarkan. Sampel minuman kemasan yang digunakan adalah Frutz, Teh

Rio, Mini Ultramilk, dan Nescafe Moccachino.

Gambar 6. Sampel minuman kemasan yang siap diuji.

Dari gambar diatas, dalam menguji minuman kemasan disediakan

circle paper of canna dan circle paper tanpa kandungan pigmen antosianin

sebagai kontrol. Dalam pengujiannya circle paper of canna dicelupkan

secara bersamaan di setiap jenis minuman dalam durasi waktu 10 detik.

Penggunaan durasi waktu pencelupan yang singkat bertujuan agar warna

ungu dari circle paper of canna tidak memudar menjadi warna minuman

kemasan tersebut. Setelah diuji secara deskriptif, maka akan diperoleh

hasil yang disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji circle paper of canna terhadap minuman kemasan

Minuman Kemasan Circle paper of canna Kontrol (kertas saring

20
biasa)

Frutz

Teh Rio

Mini Ultramilk

Nescafe Moccachino

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan pigmen

antosianin dalam circle paper of canna teruji berpengaruh terhadap

perubahan warna yang menunjukkan adanya sakarin (hijau kotor) karena

pada circle paper tanpa kandungan pigmen antosianin tidak memberikan

perubahan warna yang menunjukkan adanya sakarin (hijau kotor) melainkan

perubahan warna yang terjadi hanya dipengaruhi oleh warna asli minuman

kemasan.

21
Circle paper of canna yang telah dicelupkan dalam minuman

kemasan bermerk Frutz akan berubah warna dari ungu menjadi ungu ke

merah mudaan karena pH-nya asam (ditandai dengan rasanya yang masam)

sesuai dengan kontrol warna pada pH 4 tabel 3. Selain itu penulis

mengamati terdapatnya warna hijau kotor di circle paper of canna minuman

Frutz yang menunjukkan bahwa minuman Frutz mengandung sakarin.

Sedangkan circle paper of canna yang telah dicelupkan dalam

minuman kemasan bermerk Teh Rio, perubahan warna yang terjadi yakni

dari ungu menjadi ungu semburat hijau kotor sesuai dengan tabel 2 yang

dipengaruhi oleh pH tertentu. Semburat hijau kotor tersebut menunjukkan

adanya sakarin dalam minuman Teh Rio.

Beralih ke circle paper of canna yang telah dicelupkan dalam

minuman bermerk Mini Ultramilk, perubahan warna dari ungu menjadi

ungu kecoklatan. Perubahan warna yang terjadi pada minuman ini tidak

dikarenakan adanya kandungan sakarin karena tidak ada warna semburat

hijau kotor ataupun pengaruh dari pH yang disesuaikan menurut tabel 3

melainkan karena warna asli minuman kemasan. Sehingga minuman Mini

Ultramilk teruji tidak mengandung sakarin.

Untul circle paper of canna yang telah dicelupkan pada sampel

minuman terakhir yang bermerk Nescafe Moccachino akan terjadi

perubahan warna dari ungu menjadi coklat tua semburat hijau sedikit

sesuai dengan kontrol warna pada pH 10 tabel 3. Sehingga dari perubahan

22
warna tersebut minuman Nescafe Mocchacino mengandung sakarin

dengan kadar sedikit.

Pengamatan ke-empat minuman kemasan diatas, penulis

menyimpulkan bahwa kandungan sakarin paling banyak terdapat pada

minuman bermerk Teh Rio karena semburat hijau kotornya lebih jelas

daripada yang lain, lalu diikuti Frutz yang lebih dipengaruhi rasa asam

yang ditandai dengan warnanya didominasi merah muda daripada

semburat hijau kotor dan yang terakhir Nescafe Moccachino yang hanya

menunjukkan sedikit semburat hijau kotor. Sedangkan pada minuman

bermerk Mini Ultramilk kandungan sakarinnya tidak terdeteksi.

Berdasarkan uraian–uraian sebelumnya, circle paper of canna

menunjukkan kelayakannya untuk digunakan dalam masyarakat.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Circle paper yang berasal dari bunga kana merah yang memiliki pigmen

antosianin yang termasuk dalam senyawa flavonoid/resorsinol yang dapat

bereaksi dengan sakarin sehingga menghasilkan perubahan warna dari ungu

menjadi hijau kotor.

Cara membuat circle paper of canna adalah membuat ekstrak bunga kana

merah 0,5 gram (hasil penelitian terbaik) ke dalam metanol 5 mL. Lalu kertas

saring yang berbentuk circle (lingkaran) direndam ke dalam ekstrak selama

±15 menit lalu dikeringkan dalam suhu kamar 25oC hingga kering maka

dihasilkan warna ungu pada circle paper of canna. Pada pengujian circle

paper of canna pada minuman kemasan akan terjadi perubahan warna dari

ungu menjadi hijau kotor (jika minuman terbukti mengandung sakarin) atau

tidak terjadi perubahan warna (minuman tidak mengandung sakarin).

24
Penelitian tentang circle paper of canna yang digunakan sebagai indikator

uji sakarin pada minuman kemasan merupakan penelitian pertama yang

sebelumnya belum pernah dilakukan.

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan pemanfaatan

pigmen antosianin pada bunga kana yang dapat digunakan untuk menguji

adanya zat adiktif lainnya.

25

Anda mungkin juga menyukai