Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Adinda Ratu Salsadilla (190210204003)
PGSD KELAS A
2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta
salam penulis sampaikan untuk suri tauladan Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa penulis dari kegelapan
menuju zaman yang terang benderang sehingga dapat memberikan hikmah serta
kebarokahan yang sangat berguna untuk segala umat manusia, oleh karenanya
penulis bisa menuntaskan tugas makalah ini dengan baik serta tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Multikultural yang diampu oleh Dra. Yayuk Mardiati M.A.
Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis melalui berbagai rintangan,
namun pada akhirnya penulis dapat menuntaskan tugas ini dengan baik, oleh
karena itu lewat peluang ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak terkait yang sudah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu. Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu seluruh masukan, saran serta kritik yang
membangun dari berbagai pihak penulis harapkan. Harapan penulis mudah-
mudahan paper ini dapat berguna bagi penulis serta pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR IS............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Keragaman Identitas Budaya.....................................................................3
2.2 Pergeseran Kekuasaan Dari Pusat Ke Daerah........................................10
2.3 Kurang Kokohnya Nasionalisme.........................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2. Bagaimana masalah pendidikan multikultur pergeseran kekuasaan dari
pusat ke daerah?
3. Bagaimana masalah pendidikan multikultur kurang kokohnya
nasionalisme?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah pendidikan multikultur keragaman identitas
budaya daerah?
2. Untuk mengetahui masalah pendidikan multikultur pergeseran kekuasaan
dari pusat ke daerah?
3. Untuk mengetahui masalah pendidikan multikultur kurang kokohnya
nasionalisme?
1.4 Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keragaman Identitas Budaya
Keragaman budaya daerah adalah kekayaan budaya nasional.
Keragaman sosial budaya dan adat istiadat di wilayah Indonesia
menjadi kebudayaan nasional yang berlandaskan Undang-Undang
Dasar 1945. Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang
mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan
berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.
Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam
suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di
Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300
macam.Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa
Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu
memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat
Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang
mengancam disintegrasi bangsa.
3
berbagai budaya dari suku bangsa di Indonesia. Persatuan dan
kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang
semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung
kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan
kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional.
Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan
berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai
identitas nasional. Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat
didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada
sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945.
4
sampai saat ini masih ada yang ditinggali, tapi juga ada yang digunakan
untuk upacara adat. Rumah adat merupakan cerminan budaya yang
terbentuk dari tradisi dalam masyarakat, seperti adaptasi atau cara hidup,
ekonomi, dan religinya. Di Indonesia setiap daerah mempunyai rumah
tradisional yang beragam berdasarkan wilayah dan sukunya. Misalnya,
rumah gadang di Sumatera Barat, gapura candi bentar yang merupakan
rumah adat Bali, rumah joglo khas Jawa Tengah, rumah panjang khas
masyarakat Kalimantan Barat, dan sebagainya.
2. Upacara adat
Upacara adat adalah salah satu tradisi yang dianggap memiliki nilai-nilai
bagi masyarakat sekitar. Selain sebagai cara manusia untuk berhubungan
dengan para leluhur dan Sang Pencipta, upacara adat juga menjadi
perwujudan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap alam dan
lingkungannya dalam arti luas. Contohnya, upacara ruwatan dalam tradisi
Jawa untuk menyucikan seseorang dari kesialan. Upacara sekaten oleh
masyarakat Yogyakarta dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad. Kemudian upacara Ngaben di Bali dengan melakukan
kremasi jenazah, dan upacara bakar batu di Papua yang bertujuan untuk
bersyukur, bersilaturahim, atau menyambut tamu penting.
3. Pakaian adat
Keragaman budaya Indonesia selanjutnya adalah pakaian adat. Pakaian
adat atau tradisional berfungsi untuk mengekspresikan identitas. Pakaian
adat ada yang digunakan untuk acara sehari-hari maupun untuk upacara-
upacara adat. Misalnya, baju bodo khas suku Bugis dan Makassar, ulos
dari Sumatera Utara, pakaian adat betawi khas DKI Jakarta, kebaya Jawa
dengan jarik batik khas Jawa Tengah, pakaian adat king baba dan king
bibinge dari Kalimatan Barat.
4. Tarian daerah
Tiap daerah mempunyai tarian adat masing-masing dengan peruntukan
yang berbeda. Ada tarian untuk menyambut tamu agung, menyambut
panen, upacara kematian, upacara keagamaan, dan sebagainya. Sebut saja,
5
tari Saman dari daerah Aceh, tari kecak dan pendet dari Bali, tari jaipong
dari Jawa Barat, tari reog Ponorogo dari Jawa Timur, tari topeng Betawi
dari Jakarta, tari piring dari Sumatera Barat, tari maengket dari Sulawesi
Utara, dan sebagainya.
5. Alat musik dan lagu daerah
Lagu tradisional adalah lagu yang berasal dari daerah tertentu. Lagu
daerah mirip dengan lagu kebangsaan namun statusnya hanya bersifat
kedaerahan dengan lirik dan bahasa asal daerah masing-masing. Lagu
tradisional umumnya menceritakan nilai kehidupan masyarakatnya dan
memiliki makna mendalam. Contoh lagu tradisional yang terkenal di
Indonesia adalah Rasa Sayange asal Maluku, Gundul-gundul Pacul dan
Bapak Pucung dari Jawa Tengah, Bungong Jeumpa dari Aceh, Ayam Den
Lapeh dari Sumatera Barat, Anging Mammiri dari Sulawesi Selatan.
Indonesia juga memiliki alat musik tradisional khas masing-masing
daerah, seperti angklung, bedug, calung, gamelan, kolintang, tifa,
tamborin, saluang, sasando, dan sebagainya.
6. Senjata tradisional
Senjata tradisional tak hanya digunakan sebagai alat berlindung dari
serangan musuh, tapi juga digunakan dalam kegiatan berladang dan
berburu. Pada saat ini, senjata tradisional telah menjadi identitas bangsa
yang turut memperkaya kebudayaan Nusantara. Misalnya rencong khas
masyarakat Aceh, golok khas Betawi, kujang khas Jawa Barat, keris khas
Jawa Tengah, celurit asli Madura, dan badik dari Sulawesi.
7. Makanan khas
Kuliner atau makanan juga merupakan produk budaya berwujud nyata
yang sangat mudah dikenali sebagai identitas suatu masyarakat. Misalnya
di Sumatera Selatan terkenal dengan makanan pempek. Kemudian kerak
telor dari Jakarta, nasi lengko khas Cirebon, nasi gudeg khas Yogyakarta,
rujak cingur dari Jawa Timur, ayam betutu dari Bali, ayam taliwang dari
NTB, papeda dari Maluku dan Papua.
6
sumber daya alam, sumber daya manusia, serta aspek sosial budaya
dan lainnya. Apabila keragaman ini dipupuk dengan baik, maka akan
menjadi sumber kekuatan bangsa Indonesia. Untuk memupuk
keragaman menjadi kekuatan, Indonesia harus terus-menerus
menanamkannya pada generasi muda khususnya generasi milenial
dan setelahnya. Menurut Sri Sunarti Purwaningsih Indonesia
merupakan negara yang memiliki keragaman dan kekayaan alam
yang melimpah Oleh karena itu keduanya harus bisa dikelola secara
tepat agar dapat menjadi kekuatan untuk Indonesia. Kekayaan
sumber daya alam dan manusia ditambah dengan keragaman
berbagai aspek kehidupan membuat Indonesia menjadi target negara
lain untuk meraih sumber kekayaan alamnya dan menjadi target
pasar produk mereka. Untuk mengantisipasi hal itu salah satu upaya
dengan menggandeng generasi muda agar peduli pada hal tersebut.
7
Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan
dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia rentan terpecah-
belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan di masyarakat bisa
memicu konflik yang menimbulkan kerugian banyak pihak. Oleh
karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap
perbedaan dan kemajemukan di masyarakat. Sifat toleransi haruslah
ditanamkan sejak dini supaya bisa menerima perbedaan yang ada.
Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada
tetangga melakukan ibadahnya, tolong-menolong antarwarga ketika
melaksanakan hari raya, dan tidak membeda-bedakan tetangga, dan
menghargai perbedaan budaya yang ada. Sikap dan perilaku toleransi
terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk
meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses
perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap
individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap
keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan.
8
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat mendasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang
lain.
9
menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai,
norma, dan tindakan antar kelompok. Fase disintegrasi merupakan
fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan nilai,
norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan
antar kelompok. Disharmonisasi dan konfik horizontal yang terjadi
di Indonesia sesungguhnya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan
atau keragaman. Bertikai dengan pihak lain, tidak adanya
komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat
dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh karena
itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati,
serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar
masyarakat tersebut. Masing-masing warga daerah bisa saling
mengenal, memahami, menghayati, dan bisa saling berkomunikasi.
10
Struktur organisasi merupakan pendelegasian wewenang dan
memperingan manajemen pemerintah pusat.
Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
Dalam menghadapi permasalahan yang mendesak, pemerintah daerah
tidak perlu menunggu instruksi dari pusat.
Hubungan yang harmonis dan gairah kerja antara pemerintah pusat dan
daerah dapat ditingkatkan.
Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara
pemerintahan baik pusat maupun daerah.
Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat
segera dilaksanakan.
11
penting memang diperlukan agar putra-putra daerah itu ikut
memikirkan dan berpartisipasi aktif dalam membangun daerah
asalnya. Harapannya tentu adanya azas kesetaraan dan persamaan.
Namun bila isu ini terus menerus dihembuskan justru akan membuat
orang terkotak-kotak oleh isu kedaerahan yang sempit. Orang akan
mudah tersulut oleh isu kedaerahan.
12
diperbarui, termasuk di dalamnya Pancasila [ CITATION Rat17 \l
14345 ].
13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keragaman adalah aspek yang harus dikelola dengan tepat agar
dapat menjadi kekuatan. Apalagi Indonesia memiliki keragaman sumber
daya alam, sumber daya manusia, serta aspek sosial budaya dan lainnya.
Apabila keragaman ini dipupuk dengan baik, maka akan menjadi sumber
kekuatan bangsa Indonesia. Untuk memupuk keragaman menjadi
kekuatan, Indonesia harus terus-menerus menanamkannya pada generasi
muda khususnya generasi milenial dan setelahnya.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu
fase disharmoni dan fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada
adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan
antar kelompok. Fase disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak
dapat lagi disatukannya pandangan nilai, norma, dan tindakan kelompok
yang menyebabkan pertentangan antar kelompok. Disharmonisasi dan
konfik horizontal yang terjadi di Indonesia sesungguhnya bukan
disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Bertikai dengan pihak
lain, tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok
masyarakat dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati,
serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat
tersebut. Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal, memahami,
menghayati, dan bisa saling berkomunikasi. Beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman antar budaya dan
14
masyarakat adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit
budaya. Penyakit-penyakit inilah yang ditengarai bisa memicu konflik
antar kelompok masyarakat di Indonesia. Adapun beberapa hal yang
menyebabkan konflik dan disintegrasi adalah ethnosentrisme, stereotip,
prasangka buruk, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (kambing
hitam).
Nasionalisme perlu ditegakkan namun dengan cara-cara yang
edukatif, persuasif, dan manusiawi bukan dengan pengerahan kekuatan.
Sejarah telah menunjukkan peranan Pancasila yang kokoh untuk
menyatukan kedaerahan ini. Kita sangat membutuhkan semangat
nasionalisme yang kokoh untuk meredam dan menghilangkan isu yang
dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu
pendidikan multikultural dapat menjadi jalan untuk memperkokoh
nasionalisme dalam koridor keragaman bangsa yang majemuk ini.
3.2 Saran
Dengan adanya beragam budaya yang ada di Indonesia harus
membangkitkan semangat nasionalisme dan juga menghargai setiap
perbedaan. Penyebab konflik yang ada di Indonesia yaitu dikarenakan
kurangnya komunikasi ataupun perbedaan di setiap budayanya. Maka dari
itu kita sebagai bangsa Indonesia harus lebih bias menghargai perbedaan
dan menghormati satu sama lain, tidak lupa juga untuk selalu melestarikan
budayanya masing-masing agar tidak luntur dan tergantikan dengan
budaya asing.
15
DAFTAR PUSTAKA
Referensi:
https://indomaritim.id/keragaman-budaya-daerah-adalah-kekayaan-budaya-
nasional/
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210222140901-31-609361/mengenal-
7-wujud-keragaman-budaya-indonesia-dan-contohnya
http://lipi.go.id/berita/keragaman-sumber-kekuatan-bangsa-indonesia/19449
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-
di-indonesia/
Referensi:
16
Somantrie, Hermana. 2011. Konflik Dalam Prespektif Pendidikan
Multikultur. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17(6): 660-672
17