Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROBLEM MULTIKULTURAL DI INDONESIA

Diajukan guna memenuhi tugas kuliah Pendidikan Muktikultural

Dosen Pengampu:

Dra. Yayuk Mardiati, M.A.

Disusun Oleh:
Adinda Ratu Salsadilla (190210204003)

Qory Dwiki Rizzatunida (190210204018)

Mufidatur Rizqiya Permana (190210204061)

Aldi Wijaya Putra (190210204068)

Laily Syahriyatul Maulidah (190210204110)


Dyte Meining Tyas (190210204119)
Farah Salsabila Maulida (190210204121)

PGSD KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta
salam penulis sampaikan untuk suri tauladan Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa penulis dari kegelapan
menuju zaman yang terang benderang sehingga dapat memberikan hikmah serta
kebarokahan yang sangat berguna untuk segala umat manusia, oleh karenanya
penulis bisa menuntaskan tugas makalah ini dengan baik serta tepat pada
waktunya.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Multikultural yang diampu oleh Dra. Yayuk Mardiati M.A.
Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis melalui berbagai rintangan,
namun pada akhirnya penulis dapat menuntaskan tugas ini dengan baik, oleh
karena itu lewat peluang ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak terkait yang sudah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu. Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu seluruh masukan, saran serta kritik yang
membangun dari berbagai pihak penulis harapkan. Harapan penulis mudah-
mudahan paper ini dapat berguna bagi penulis serta pembaca.

Jember, 5 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR IS............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Keragaman Identitas Budaya.....................................................................3
2.2 Pergeseran Kekuasaan Dari Pusat Ke Daerah........................................10
2.3 Kurang Kokohnya Nasionalisme.........................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara multikultural terbesar di dunia.


Kenyataan ini suatu taken for granted, dimana negara Indonesia
terdiri dari berbagai kelompok etnis, suku, agama, budaya dan lain
sebagainya. Pada saat ini Indonesia terdiri dari 13.000 pulau besar
maupun kecil, Populasi pendudukanya sekitar 250 juta jiwa dengan
berbagai macam keberagamannya, terdiri dari 300 suku, dan 200
bahasa. Selain itu masyarakat Indonesia menganut 6 agama seperti
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu, serta
berbagai macam aliran kepercayaan. Keberagaman bangsa Inonesia
ini dapat menjadi sebuah berkah juga musibah. Menjadi sebuah
berkah jika Indonesia sebagai sebuah entitas negara bangsa mampu
merawat keberagamannya. Sebaliknya, dapat menjadi sebuah
musibah jika bangsa ini tidak mampu merawat keberagaman, seperti
disharmoni bangsa yang terjadi dewasa ini. Peristiwa disharmoni
sosial yang dipertontonkan di media dan media sosial ini adalah
cerminan bahwa negara ini dalam keadaan darurat kesadaran akan
keberagaman. Banyak jenis masalah dalam kehidupan sehari-hari
dihadapi oleh umat manusia, seperti masalah yang dimulai dari
dalam diri sendiri; lingkungan sekolah; lingkungan masyarakat; antar
organisasi lokal, nasional, dan internasional; sampai dengan masalah
antar kelompok bangsa dan negara. Masalah tersebut berdampak
pada konflik yang menimbulkan pertengkaran antar bangsa yang
dilebih-lebihkan. Untuk itu, pentingnya pendidikan multikultural
untuk diterapkan dan dipelajarkan pada siswa sejak dini agar tidak
menimbulkan masalah multikultur yang terjadi selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana masalah pendidikan multikultur keragaman identitas budaya
daerah?

1
2. Bagaimana masalah pendidikan multikultur pergeseran kekuasaan dari
pusat ke daerah?
3. Bagaimana masalah pendidikan multikultur kurang kokohnya
nasionalisme?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah pendidikan multikultur keragaman identitas
budaya daerah?
2. Untuk mengetahui masalah pendidikan multikultur pergeseran kekuasaan
dari pusat ke daerah?
3. Untuk mengetahui masalah pendidikan multikultur kurang kokohnya
nasionalisme?
1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini diharapkan bermanfaat bagi


siswa untuk mempelajari bagaimana pendidikan multikultur dan juga
untuk memberi wawasan kepada guru untuk membelajarkan
pendidikan multikultur terhadap siswa. Selain itu juga memeri
wawasan kepada masyarakat mengenai masalah dan juga solusi agar
tidak terjadi konflik antar bangsa.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keragaman Identitas Budaya
Keragaman budaya daerah adalah kekayaan budaya nasional.
Keragaman sosial budaya dan adat istiadat di wilayah Indonesia
menjadi kebudayaan nasional yang berlandaskan Undang-Undang
Dasar 1945. Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang
mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan
berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.
Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam
suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di
Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300
macam.Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa
Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu
memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat
Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang
mengancam disintegrasi bangsa.

Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah


suku bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri
dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu
diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu
kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi
makna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat
dibanggakan sebagai identitas nasional. Kebudayaan Indonesia
secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal
yang telah ada sebelum terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun
1945.

Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan


beraneka ragam suku-suku di Indonesia adalah merupakan bagian
integral dari kebudayaan Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika dalam
keberagaman sosial di Indonesia adalah sebagai pemersatu, perekat

3
berbagai budaya dari suku bangsa di Indonesia. Persatuan dan
kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang
semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung
kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan
kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional.
Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan
berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai
identitas nasional. Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat
didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada
sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945.

Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan


beraneka ragam suku-suku di Indonesia adalah merupakan bagian
integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia
walau beraneka ragam namun pada dasarnya terbentuk dan
dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan
Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan
India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di
Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan
yang bernafaskan agama Hindu dan Buddha sempat mendominasi
Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya
kerajaan tertua di Nusantara, Kutai sampai pada penghujung abad
ke-15 Masehi. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakaan kekayaan yang sangat berharga. Dengan keberagaman
untuk mempersatukan perbedaan suku, adat istiadat, ras, dan agama
bukan untuk perpecahan. Adanya keinginan bangsa Indonesia untuk
tetap bersatu mempertahankan kebhinekaan merupakan tanggung
jawab kita bersama dimana dibutuhkan kerjasama antara pemerintah
dan warga masyarakat khususnya generasi muda. Wujud Keragaman
Budaya Indonesia yakni:
1. Rumah adat
Rumah adat dibangun dengan wujud dan cara yang sama dari generasi ke
generasi tanpa atau sedikit mengalami perubahan. Rumah adat tradisional

4
sampai saat ini masih ada yang ditinggali, tapi juga ada yang digunakan
untuk upacara adat. Rumah adat merupakan cerminan budaya yang
terbentuk dari tradisi dalam masyarakat, seperti adaptasi atau cara hidup,
ekonomi, dan religinya. Di Indonesia setiap daerah mempunyai rumah
tradisional yang beragam berdasarkan wilayah dan sukunya. Misalnya,
rumah gadang di Sumatera Barat, gapura candi bentar yang merupakan
rumah adat Bali, rumah joglo khas Jawa Tengah, rumah panjang khas
masyarakat Kalimantan Barat, dan sebagainya.

2. Upacara adat
Upacara adat adalah salah satu tradisi yang dianggap memiliki nilai-nilai
bagi masyarakat sekitar. Selain sebagai cara manusia untuk berhubungan
dengan para leluhur dan Sang Pencipta, upacara adat juga menjadi
perwujudan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap alam dan
lingkungannya dalam arti luas. Contohnya, upacara ruwatan dalam tradisi
Jawa untuk menyucikan seseorang dari kesialan. Upacara sekaten oleh
masyarakat Yogyakarta dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad. Kemudian upacara Ngaben di Bali dengan melakukan
kremasi jenazah, dan upacara bakar batu di Papua yang bertujuan untuk
bersyukur, bersilaturahim, atau menyambut tamu penting.
3. Pakaian adat
Keragaman budaya Indonesia selanjutnya adalah pakaian adat. Pakaian
adat atau tradisional berfungsi untuk mengekspresikan identitas. Pakaian
adat ada yang digunakan untuk acara sehari-hari maupun untuk upacara-
upacara adat. Misalnya, baju bodo khas suku Bugis dan Makassar, ulos
dari Sumatera Utara, pakaian adat betawi khas DKI Jakarta, kebaya Jawa
dengan jarik batik khas Jawa Tengah, pakaian adat king baba dan king
bibinge dari Kalimatan Barat.
4. Tarian daerah
Tiap daerah mempunyai tarian adat masing-masing dengan peruntukan
yang berbeda. Ada tarian untuk menyambut tamu agung, menyambut
panen, upacara kematian, upacara keagamaan, dan sebagainya. Sebut saja,

5
tari Saman dari daerah Aceh, tari kecak dan pendet dari Bali, tari jaipong
dari Jawa Barat, tari reog Ponorogo dari Jawa Timur, tari topeng Betawi
dari Jakarta, tari piring dari Sumatera Barat, tari maengket dari Sulawesi
Utara, dan sebagainya.
5. Alat musik dan lagu daerah
Lagu tradisional adalah lagu yang berasal dari daerah tertentu. Lagu
daerah mirip dengan lagu kebangsaan namun statusnya hanya bersifat
kedaerahan dengan lirik dan bahasa asal daerah masing-masing. Lagu
tradisional umumnya menceritakan nilai kehidupan masyarakatnya dan
memiliki makna mendalam. Contoh lagu tradisional yang terkenal di
Indonesia adalah Rasa Sayange asal Maluku, Gundul-gundul Pacul dan
Bapak Pucung dari Jawa Tengah, Bungong Jeumpa dari Aceh, Ayam Den
Lapeh dari Sumatera Barat, Anging Mammiri dari Sulawesi Selatan.
Indonesia juga memiliki alat musik tradisional khas masing-masing
daerah, seperti angklung, bedug, calung, gamelan, kolintang, tifa,
tamborin, saluang, sasando, dan sebagainya.
6. Senjata tradisional
Senjata tradisional tak hanya digunakan sebagai alat berlindung dari
serangan musuh, tapi juga digunakan dalam kegiatan berladang dan
berburu. Pada saat ini, senjata tradisional telah menjadi identitas bangsa
yang turut memperkaya kebudayaan Nusantara. Misalnya rencong khas
masyarakat Aceh, golok khas Betawi, kujang khas Jawa Barat, keris khas
Jawa Tengah, celurit asli Madura, dan badik dari Sulawesi.
7. Makanan khas
Kuliner atau makanan juga merupakan produk budaya berwujud nyata
yang sangat mudah dikenali sebagai identitas suatu masyarakat. Misalnya
di Sumatera Selatan terkenal dengan makanan pempek. Kemudian kerak
telor dari Jakarta, nasi lengko khas Cirebon, nasi gudeg khas Yogyakarta,
rujak cingur dari Jawa Timur, ayam betutu dari Bali, ayam taliwang dari
NTB, papeda dari Maluku dan Papua.

Keragaman adalah aspek yang harus dikelola dengan tepat


agar dapat menjadi kekuatan. Apalagi Indonesia memiliki keragaman

6
sumber daya alam, sumber daya manusia, serta aspek sosial budaya
dan lainnya. Apabila keragaman ini dipupuk dengan baik, maka akan
menjadi sumber kekuatan bangsa Indonesia. Untuk memupuk
keragaman menjadi kekuatan, Indonesia harus terus-menerus
menanamkannya pada generasi muda khususnya generasi milenial
dan setelahnya. Menurut Sri Sunarti Purwaningsih Indonesia
merupakan negara yang memiliki keragaman dan kekayaan alam
yang melimpah Oleh karena itu keduanya harus bisa dikelola secara
tepat agar dapat menjadi kekuatan untuk Indonesia. Kekayaan
sumber daya alam dan manusia ditambah dengan keragaman
berbagai aspek kehidupan membuat Indonesia menjadi target negara
lain untuk meraih sumber kekayaan alamnya dan menjadi target
pasar produk mereka. Untuk mengantisipasi hal itu salah satu upaya
dengan menggandeng generasi muda agar peduli pada hal tersebut.

Menurut Amalia Ayuningtyas generasi muda Indonesia atau


yang disebut generasi milenial merupakan generasi yang sangat
akrab dengan dunia digital dan internet, generasi ini sangat memiliki
peran penting pada transformasi Indonesia di 2020 sebagai pasar
digital dan sebagai kekuatan ekonomi yang baru. Peran generasi
muda sangat besar dalam upaya membangun kekuatan Indonesia.
Salah satunya dengan terus menjaga persatuan dan menghargai
keragaman sebagai keunggulan bangsa. Beliau juga mengatakan
bahwa generasi muda harus bisa bermental kreatif dan juga
bertanggung jawab terlebih untuk membangun kesadaran publik agar
bisa melek informasi valid dan tidak terpecah belah. Selain itu
generasi muda Indonesia saat ini harus bisa menjadi penggerak untuk
memajukan bangsa, keragaman budaya serta agama yang ada harus
dikelola dengan baik agar tercipta generasi integrasi nasional.
Tantangan integrasi nasional yang saat ini dihadapi antara lain terkait
faktor keberagaman suku bangsa, kebudayaan serta hubungan antar
umat beragama dan keadilan sosial.

7
Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan
dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia rentan terpecah-
belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan di masyarakat bisa
memicu konflik yang menimbulkan kerugian banyak pihak. Oleh
karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap
perbedaan dan kemajemukan di masyarakat. Sifat toleransi haruslah
ditanamkan sejak dini supaya bisa menerima perbedaan yang ada.
Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada
tetangga melakukan ibadahnya, tolong-menolong antarwarga ketika
melaksanakan hari raya, dan tidak membeda-bedakan tetangga, dan
menghargai perbedaan budaya yang ada. Sikap dan perilaku toleransi
terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk
meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses
perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap
individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap
keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan.

Masyarakat Indonesia yang majemuk, memiliki banyak


keberagaman suku budaya, ras dan kesetaraan derajat dalam
berbudaya. Hal ini perlu dicermati apabila membahas masalah
tentang kebudayaan yang sangat kompleks, sebagai suatu kenyataan
dan kekayaan dari bangsa. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Problematika keberagaman serta solusinya dalam kehidupan
Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang
membanggakan. Namun demikian, keragaman tidak serta-merta
menciptakan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal-hal yang baik
lainnya. Keberagaman masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa
berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa tersebut. Van de Berghe
sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi menjelaskan bahwa masyarakat
majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar
sebagai berikut:

8
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat mendasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang
lain.

Berdasarkan hal di atas, keragaman masyarakat berpotensi


menimbulkan segmentasi kelompok, struktural yang terbagi-bagi,
konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang
dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi
demikian adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan
masyarakat. Keberagaman adalah modal berharga untuk membangun
Indonesia yang multikultural. Namun, kondisi tersebut juga
berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan
kecemburuan sosial.

Di tingkat permukaan, efek negatif tersebut muncul dalam


bentuk gesekan-gesekan, pertentangan, dan konflik terbuka antar
kelompok masyarakat. Pertikaian antar kelompok masyarakat
Indonesia sering terjadi, bahkan di era reformasi sekarang ini.
Konflik tersebut bisa terjadi pada antar kelompok agama, suku,
daerah, bahkan antar golongan politik. Beberapa contoh, misalnya
konflik Ambon tahun 1999, pertikaian di Sambas tahun 2000, dan
konflik di Poso tahun 2002.

Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase,


yaitu fase disharmoni dan fase disintegrasi. Fase disharmoni

9
menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai,
norma, dan tindakan antar kelompok. Fase disintegrasi merupakan
fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan nilai,
norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan
antar kelompok. Disharmonisasi dan konfik horizontal yang terjadi
di Indonesia sesungguhnya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan
atau keragaman. Bertikai dengan pihak lain, tidak adanya
komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat
dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh karena
itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati,
serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar
masyarakat tersebut. Masing-masing warga daerah bisa saling
mengenal, memahami, menghayati, dan bisa saling berkomunikasi.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam


meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat adalah
sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya.
Penyakit-penyakit inilah yang ditengarai bisa memicu konflik antar
kelompok masyarakat di Indonesia. Adapun beberapa hal yang
menyebabkan konflik dan disintegrasi adalah ethnosentrisme,
stereotip, prasangka buruk, rasisme, diskriminasi, dan scape goating
(kambing hitam).

2.2 Pergeseran Kekuasaan Dari Pusat Ke Daerah


Pergeseran atau pelimpahan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah sudah tidak asing di Indonesia. Hal ini biasanya
disebut dengan Desentralisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), desentralisasi adalah sistem pemerintahan yang
lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah
untuk mengembangkannya. Ada beberapa kelebihan dari adanya
penerapan desentralisasi yakni diantaranya :

10
 Struktur organisasi merupakan pendelegasian wewenang dan
memperingan manajemen pemerintah pusat.
 Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
 Dalam menghadapi permasalahan yang mendesak, pemerintah daerah
tidak perlu menunggu instruksi dari pusat.
 Hubungan yang harmonis dan gairah kerja antara pemerintah pusat dan
daerah dapat ditingkatkan.
 Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara
pemerintahan baik pusat maupun daerah.
 Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat
segera dilaksanakan.

Namun adanya beberapa kelebihan diatas juga terdapat


kelemahan atau kekurangan dari pengaplikasian desentralisasi yakni
adalah timbulnya sifat kedaerahan. Sejak dilanda arus reformasi,
Bangsa Indonesia dihadapkan pada beragam tantangan baru yang
sangat kompleks. Satu di antaranya yang paling menonjol adalah
persoalan budaya. Dalam arena budaya, terjadinya pergeseran
kekuasaan dari pusat ke daerah membawa dampak besar terhadap
pengakuan budaya lokal dan keragamannya. Bila pada masa Orde
baru, kebijakan yang terkait dengan kebudayaan masih
tersentralisasi, maka kini tidak lagi. Kebudayaan sebagai sebuah
kekayaan bangsa, tidak dapat lagi diatur oleh kebijakan pusat,
melainkan dikembangkan dalam konteks budaya lokal masing-
masing. Ketika sesuatu bersentuhan dengan kekuasaan maka
berbagai hal dapat dimanfaatkan untuk merebut kekuasaan ataupun
melanggengkan kekuasaan itu, termasuk di dalamnya isu
kedaerahan.

Konsep “putra daerah” untuk menduduki pos-pos penting


dalam pemerintahan sekalipun memang merupakan tuntutan yang
demi pemerataan kemampuan namun tidak perlu diungkapkan
menjadi sebuah ideologi. Tampilnya putra daerah dalam pos-pos

11
penting memang diperlukan agar putra-putra daerah itu ikut
memikirkan dan berpartisipasi aktif dalam membangun daerah
asalnya. Harapannya tentu adanya azas kesetaraan dan persamaan.
Namun bila isu ini terus menerus dihembuskan justru akan membuat
orang terkotak-kotak oleh isu kedaerahan yang sempit. Orang akan
mudah tersulut oleh isu kedaerahan.

Konsep pembagian wilayah menjadi provinsi atau kabupaten


baru yang marak terjadi akhir-akhir ini selalu ditiup oleh kalangan
tertentu agar mendapatkan simpati dari warga masyarakat. Mereka
menggalang kekuatan dengan memanfaatkan isu kedaerahan ini.
Warga menjadi mudah tersulut karena mereka berasal dari kelompok
tertentu yang tertindas dan kurang beruntung. Dalam arena budaya,
terjadinya pergeseran kekuatan dari pusat ke daerah membawa
dampak besar terhadap pengakuan budaya lokal dan keragamannya.
Sehingga hal ini yang bisa menyebabkan konflik politik antar suku,
warga sipil, minoritas dan mayoritas serta hal lainnya dan
mengakibatkan adanya pemecahan diantara kehidupan yang
pluralisme di Indonesia saat ini.

2.3 Kurang Kokohnya Nasionalisme

Keragaman budaya membutuhkan adanya kekuatan yang


menyatukan (integrating force) seluruh pluralitas negeri ini.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kepribadian nasional dan
ideologi negara berfungsi sebagai integrating force. Saat ini
Pancasila kurang mendapat perhatian dan kedudukan yang
semestinya sejak isu kedaerahan semakin semarak. Persepsi
sederhana dan keliru banyak dilakukan orang dengan menyamakan
antara Pancasila dengan ideologi Orde Baru yang harus ditinggalkan.
Pada masa Orde Baru kebijakan dirasakan terlalu tersentralisasi.
Sehingga ketika Orde Baru tumbang, maka segala hal yang menjadi
dasar dari Orde Baru dianggap tidak baik, perlu ditinggalkan dan

12
diperbarui, termasuk di dalamnya Pancasila [ CITATION Rat17 \l
14345 ].

Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena


adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup
bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta
cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi
identitas, persatuan, kemakmuran dan kekuatan atau kekuasaan
negara bangsa yang bersangkutan [ CITATION Zul21 \l 14345 ].
Nasionalisme hadir bukan tanpa alasan, melainkan ada tujuan di
baliknya. Berikut ini tujuan nasionalisme, yaitu menjamin kemauan
dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional melawan musuh
dari luar sehingga melahirkan semangat rela berkorban dan
menghilangkan Ekstremisme (tuntutan yang berlebihan) dari warga
negara (individu dan kelompok).

Nasionalisme perlu ditegakkan namun dengan cara-cara yang


edukatif, persuasif, dan manusiawi bukan dengan pengerahan
kekuatan. Sejarah telah menunjukkan peranan Pancasila yang kokoh
untuk menyatukan kedaerahan ini. Kita sangat membutuhkan
semangat nasionalisme yang kokoh untuk meredam dan
menghilangkan isu yang dapat memecah persatuan dan kesatuan
bangsa. Oleh karena itu pendidikan multikultural dapat menjadi jalan
untuk memperkokoh nasionalisme dalam koridor keragaman bangsa
yang majemuk ini.

13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keragaman adalah aspek yang harus dikelola dengan tepat agar
dapat menjadi kekuatan. Apalagi Indonesia memiliki keragaman sumber
daya alam, sumber daya manusia, serta aspek sosial budaya dan lainnya.
Apabila keragaman ini dipupuk dengan baik, maka akan menjadi sumber
kekuatan bangsa Indonesia. Untuk memupuk keragaman menjadi
kekuatan, Indonesia harus terus-menerus menanamkannya pada generasi
muda khususnya generasi milenial dan setelahnya.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu
fase disharmoni dan fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada
adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan
antar kelompok. Fase disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak
dapat lagi disatukannya pandangan nilai, norma, dan tindakan kelompok
yang menyebabkan pertentangan antar kelompok. Disharmonisasi dan
konfik horizontal yang terjadi di Indonesia sesungguhnya bukan
disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Bertikai dengan pihak
lain, tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok
masyarakat dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati,
serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat
tersebut. Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal, memahami,
menghayati, dan bisa saling berkomunikasi. Beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman antar budaya dan

14
masyarakat adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit
budaya. Penyakit-penyakit inilah yang ditengarai bisa memicu konflik
antar kelompok masyarakat di Indonesia. Adapun beberapa hal yang
menyebabkan konflik dan disintegrasi adalah ethnosentrisme, stereotip,
prasangka buruk, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (kambing
hitam).
Nasionalisme perlu ditegakkan namun dengan cara-cara yang
edukatif, persuasif, dan manusiawi bukan dengan pengerahan kekuatan.
Sejarah telah menunjukkan peranan Pancasila yang kokoh untuk
menyatukan kedaerahan ini. Kita sangat membutuhkan semangat
nasionalisme yang kokoh untuk meredam dan menghilangkan isu yang
dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu
pendidikan multikultural dapat menjadi jalan untuk memperkokoh
nasionalisme dalam koridor keragaman bangsa yang majemuk ini.

3.2 Saran
Dengan adanya beragam budaya yang ada di Indonesia harus
membangkitkan semangat nasionalisme dan juga menghargai setiap
perbedaan. Penyebab konflik yang ada di Indonesia yaitu dikarenakan
kurangnya komunikasi ataupun perbedaan di setiap budayanya. Maka dari
itu kita sebagai bangsa Indonesia harus lebih bias menghargai perbedaan
dan menghormati satu sama lain, tidak lupa juga untuk selalu melestarikan
budayanya masing-masing agar tidak luntur dan tergantikan dengan
budaya asing.

15
DAFTAR PUSTAKA
Referensi:

Ratna Tria, d. (2017). Problematika Pendidikan Multikultural di Indonesia.


Zulfikar, F. (2021, Juli 12). Detik.com. Retrieved November 11, 2021, from
detikedu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5643019/nasionalisme-
arti-tujuan-dan-contohnya

Ridwan. (2015). Problematika Keragaman Kebudayaan dan Alternatif Pemecahan.


Jurnal Madaniyah, 255-270.

https://indomaritim.id/keragaman-budaya-daerah-adalah-kekayaan-budaya-
nasional/

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210222140901-31-609361/mengenal-
7-wujud-keragaman-budaya-indonesia-dan-contohnya

http://lipi.go.id/berita/keragaman-sumber-kekuatan-bangsa-indonesia/19449

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-
di-indonesia/

Referensi:

Nurcahyono, Okta Hadi.2018. Pendidikan Multikultur di Indonesia:


Analisis Sinkronis dan Diakronis. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan
Antropologi. 2(1): 105-115

16
Somantrie, Hermana. 2011. Konflik Dalam Prespektif Pendidikan
Multikultur. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17(6): 660-672

17

Anda mungkin juga menyukai