Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN KONSELING MULTIBUDAYA

DI SMP 1 TANJUNGANOM

LAPORAN OBSERVASI
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada
mata kuliah Sosioantropologi BK

OLEH:

PUTRI DWIJAYANTI
2014010049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat TUHAN YME yang senantiasa melimpahkan


rahmat dan hidayah-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan laporan observasi yang berjudul
“PELAKSANAAN KONSELING MULTIBUDAYA DI SMA BADRANAYA”.

Laporan observasi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, baik
berupa inspirasi dan motivasi dari berbagai pihak. Terimakasih saya haturkan kepada yang
terhormat:

1. Bapak Dr. Zainal Afandi, M.Pd selaku Rektor Universitas Nusantara PGRI Kediri.
2. Ibu Dr. Mumun Nurmilawati, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Nusantara PGRI
Kediri.
3. Bapak Galang Surya Gumilang, M.Pd selaku Kaprodi BK Universitas Nusantara
PGRI Kediri sekaligus dosen Pembina mata kuliah Sosioantropologi BK.
4. Serta pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Harapan saya, laporan observasi ini dapat digunakan sebagai syarat untuk kelulusan mata
kuliah Sosioantropologi BK.

Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada laporan observasi ini.
Karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan dan
penyempurnaan laporan observasi ini.

Kediri, 26 Desember 2021

Putri Dwijayanti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara multikultural yang memiliki banyak
kebudayaan. Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu sorotan, karena ada beberapa
kasus yang seringkali terjadi karena perbedaan budaya diantara peserta didik. Oleh
karena itu layanan konseling multibudaya dalam bimbingan dan konseling sangat
diperlukan untuk dapat meminimalisir masalah yang terjadi diantara peserta didik.
Konseling multibudaya sendiri merupakan suatu prosesbantuan terhadap individu yang
berbeda beda budaya. Konseling multibudaya juga merupakan suatu proses membantu
menekankan keseimbangan antara teori dan praktik konseling dalam menerima dan
menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Tujuan dari konseling
multibudaya ini merupakan untuk pemberian konseling untuk membantu peserta didik
yang mengalami msaalah belajar kerena hambatan budaya. Pada umumnya konseling ini
membantu peserta didik untuk membantu menerima dan dapat melestarikan budaya
sendiri.
Sebagai seorang konselor multibudaya yang ada disekolah harus memastikan
bahwa peserta didik harus mendapatkan kemudahan akses agar peserta didik dapat
mendapatkan layanan konseling multibudaya ini. Dalam layanan konseling, keragaman
budaya menyadarkan guru bk atau konselor tentang pentingnya kesadaran multikultural
dalam menghadapi perbedaan sekecil apapun. Seorang konselor perlu memiliki kesadaran
multikultural yaitu menghargai perbedaan dan keberagaman nilai. Konselor tidak hanya
memerlukan pengetahuan multikultural melainkan juga memerlukan kesadaran. Didalam
konseling multikultural ini menuntut konselor untuk dapat memberikan layanan yang
sesuai dengan perbedaan kondisi konseli. Kesadaran budaya merupakan salah satu
dimensi yang penting untuk dimiliki oleh seorang konselor, agar dapat memiliki
pemahaman dan kesadaran bahwa faktor budaya yang dimilikinya akan mempengzruhi
perkembangan diri dan pandangan terhadap dirinya.
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari observasi yang saya lakukan di SMP 1 Tanjunganom adalah untuk
mengetahui apakah konseling multibudaya disana sudah diterapkan atau belum.
Konseling multibudaya merupakan konsep yang baru dalam melakukan layanan
bimbingan dan konseling disekolah. Tujuan diadakannya konseling multibudaya ini
adalah untuk membantu siswa menerima berbagai perbedaan budaya yang ada disekolah.
C. Manfaat Kegiatan
1. Untuk dapat memahami perbedaan budaya yang terjadi pada peserta didik.
2. Bisa tahu bagaimana car abersikap tentang suatu perbedaan budaya.
3. Dapat belajar dan memahami perbedaan budaya setiap peserta didik disebuah
sekolah.
BAB II
ANALISIS SITUASI

A. Paparan Kegiatan
a. Perisiapan
Sebelum melaksanakan observasi ke lapangan dosen dari mata kuliah
sosioantropologi memberikan pembekalan kepada setiap mahasiswa yang betujuan
untuk memberikan sebuah gambaran mengenai kegiatan observasi dan gambaran
bagaimana konseling multibudaya diterapakan disekolah. Dengan demikian
mahasiswa bisa melaksanakan observasi dengan berbekal pengetahuan yang telah
diberikan oleh dosen pembimbing dan mendapatkan hasil yang baik.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan observasi dilaksanakan di SMP 1 Tanjunganom yang
berlangsung pada tanggal 21 desember 2022. SMP 1 Tanjunganom merupakan salah
satu sekolah yang berada di kota Nganjuk. Jumlah siswa di disana sekitar 1024 siswa
dari kelas 7-9. Jadi disana dibagi menjadi 33 ruang kelas dan memiliki jumlah guru
sebanyak 64 tenaga pengajar. Di SMP 1 Tanjunganom memiliki 36 ruang kelas .di
SMP 1 Tanjunganom ini terdapat 2 guru bk. Saya melakukan observasi mengenai
konseling multibudaya kepada guru bk disana dengan melakukan wawacara.
Konseling multibudaya menurut guru bk disana adalah konseling dengan
menekankan budaya yang ada agar kita bisa menghargai perbedaan budaya yang ada
diantara kita. Yang dilakukan oleh guru bk adalah dengan memberikan materi agar
peserta didik tidak membedakan teman yang memiliki perbedaan kebudayaan.
Bimbingan koseling yang dilakukan di SMP 1 Tanjunganom ini adalah bimbingan
klasikal, konseling individu dan konseling kelompok. Namun sayangnya di SMP 1
Tanjunganon ini tidak ada mata pelajaran khusus bimbingan dan konseling, dulu
sempat ada namun sekarang tidak ada lagi. Jadi kalau guru bk ingin memberikan
materi guru bk biasanya meminta jam pelajaran dari guru mata pelajaran.
Bimbingan klasikal bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam satu kelas. Murid disana biasanya datang sendiri tanpa diminta karena
kebanyakan siswa disana menganggap guru bk adalah sabahat siswa. Tetapi ada juga
yang datang karena dipanggil oleh guru bk karena memang siswa tersebt bermasalah.
Kadang saat melakukan konseling multibudaya ada siswa yang minder karena kurang
bisa menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Media yang digunakan oleh
guru bk disana salah satunya adalah ice breaking, tetapi karena waktunya yang
terbatas jadi bimbingan yang diberikan kurang maksimal. Tetapi yang terpenting
adalah guru bk disana bisa membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang
dialami oleh siswa. Teknik yang digunakan oleh guru bk disana tidak langsung
diberikan semua ketika melakukan konseling tetapi tetap ada teknik yang digunkan.
Evaluasi dilakukan yang dilakukan guru bk biasanya pada akhir tahun dan berupa
sebuah laporan.
Hambatan bagi guru bk di SMP 1 Tanjunganom ini aalah karena keterbatasan
waktu saat melakukan bimbingan didalam kelas. Lalu hambatan selanjutnya adalah
jika ada siswa yang introvet jadi otomasih akan sulit untuk mendapatkan informasi
dari siswa tersebut.

B. Kajian Teori

Adanya keragaman budaya merupakan realitas hidup, yang tidak dapat


dimungkiri mempengaruhi perilaku individu dan seluruh aktivitas manusia, yang
termasuk di dalamnya adalah aktivitas konseling. Oleh karena itu dalam melakukan
konseling multibudaya sangat penting untuk mempertimbangkan budaya yang ada.
Namun, dalam kenyataannya konseling kesadaran budaya didalam melakukan konseling
sangatlah kurang.

Dalam cakupan budaya Pedersen, Crether & Carlson (Nugraha, 2012:44)


memaparkan sebagai berikut ”cultural empahty is therefore the learned ability of
counselors to accurately understand and respond appropriately to each culturally different
client.” Dapat dipahami empati budaya adalah kemampuan konselor untuk memahami
secara akurat dan respon yang tepat terhadap perbedaan budaya konseli. Hal tersebut
mengisyaratkan bahwa empati merupakan suatu kemampuan bagi seorang konselor
dalam memahami dan merasakan latar belakang kehidupan yang dibawa oleh konseli dan
berpengaruh terhadap keadaan konseli saat proses konseling berlangsung. Konselor dan
guru di sekolah sebagai petugas konseling dalam perumusan tujuan konseling diwarnai
pengaruh budaya klien, pribadi konselor, lingkungan dan teori yang digunakan.

Nuzliah (2016:212) mengemukakan tujuan konseling multikultural adalah: 1)


Membantu klien agar mampu mengembangkan potensi-potensi yang di miliki
meberdayakan diri secara optimal, 2) Membantu klien multikultural agar mampu
memecahkan masalah yang dihadapi, mengadakan penyesuaian diri, serta merasakan
kebahagiaan hidup sesuai dengan budayanya, 3) Membantu klien agar dapat hidup
bersama dalam masyarakat multicultural dan 4) Memperkenalkan, mempelajari kepada
klien akan nilai-nilai budaya lain untuk di jadikan revisi dalam membuat perancanaan,
pilihan, keputusan hidup kedepan yang lebih baik.

Hays & Erford (2010:30) yang menyatakan bahwa konselor yang peka adalah
konselor yang mengerti dan paham terhadap perbedaan dan keberagaman budaya pribadi
konselor dan konseli yang dihadapi dalam layanan konseling. Dari berbagai sumber dapat
digambarkan bahwa konselor multikultural harus memiliki karakteristik:

(1) kesadaran terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan asumsi asumsi
terbaru tentang perilaku manusia;

(2) kesadaran memiliki nilai nilai sendiri yang harus dijunjung tinggi;

(3) menerima nilai-nilai yang berbeda dari klien dan mempelajarinya;

(4) kesadaran terhadap karakteristik konseling secara umum;

(5) kesadaran terhadap kaidah-kaidah dalam melaksanakan konseling;

(6) mengetahui pengaruh kesukuan dan perhatian terhadap lingkungannya;

(7) tanggap terhadap perbedaan yang berpotensi menghambat proses konseling;

(8) tidak boleh mendorong klien untuk dapat memahami budaya dan nilai-nilai
yang dimiliki konselor.
Kompleksitas dan keragaman budaya ini pada kondisi normal dapat
menumbuhkan keharmonisan hidup. Namun, dalam kondisi bermasalah dapat
menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi dan penyesuaian antar budaya. Pedersen,
Lonner dan Draguns (dalam Hardiyanto, 2017) mengemukakan suatu kontinum
kesadaran konseling multikultural yang harus dilewati konselor sebelum ia melaksanakan
konseling multikultural. Kesadaran diri diikuti oleh terbentuknya kesadaran akan
kebudayaannya sendiri, kepekaan akan adanya berbagai ras, seksisme, dan kemiskinan di
dalam masyarakat. Tujuan dari bimbingan dan konseling itu sendiri adalah agar peserta
didik mampu, 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang, 2) mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin, 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikian, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerja, serta 4) mengatasi hambatan
dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja (Nugraha, 2012).

Layanan konseling di sekolah harus dilihat dalam perspektif budaya, yakni proses
konseling merupakan proses interaksi dan komunikasi yang intensif antara konselor
dengan konseli yang didalamnya terjadi perjumpaan budaya antara konselor dengan
konseli. Oleh karena itu, konselor perlu memiliki kepekaan budaya agar dapat memahami
dan membantu konseli sesuai dengan konteks budayanya, menyadari benar bahwa secara
kultural, individu memiliki karakteristik yang unik dan dalam proses konseling akan
membawa karakteristik tersebut. Pemahaman konseling multikultural atau konseling
berwawasan multikultural ini efektif untuk mengeleminir kemungkinan munculnya
perilaku konselor yang menggunakan budayanya sendiri (counselor encaptulation).

C. Kerangka Pemecahan Masalah

Sebagai seorang konselor kita harus mampu bekerja dengan konselor yang
memiiki perbedaan budaya dengan kita. Agar kita juga bisa membandingkan bagaimana
cara konselor lain dalam menghadapi masalah yang dihadapi oleh konseli. Maka setelah
persamaan persepsi ini akan dengan mudah melakukan konseling dan konseling akan
berjalan dengan baik. Hasil dari observasi dilapangan langsung oleh mahasiswa
memberikan gambaran mengenai bagaimana konseling multibudaya ini diterapkan
disebuah sekolah tersebut.

Konselor disekolah tersebut menjelaskan bagaimana cara mengatasi anak yang


datang untuk konseling dan anak yang datang karena mendapatkan masalah. Konselor
juga menjelaskan bagaimana mengenai kendala saat melakukan konseling dengan anak
yang introvert. Sehingga konselor harus memutar otak agar anak tersebut mau membuka
diri dan mau bercerita kepada konselor tersebut.

Seorang konselor yang paham akan budaya biasanya akan lebih mudah dan
mengerti bagaimana cara melakukan seorang konseli saat konseling berlangsung. Karena
konselor yang paham akan budaya tentunya memiliki cara pandang atau sudut pandang
lain dalam memahami seorang konseli. Penrkembangan dan penguasaan teknik yang
dimiliki oleh konsleor juga penting untuk membantuseorang konseli untuk memecahkan
sebuah masalah.

Sikap konselor dalam menciptakan hubungan dengan konseli akan menimbulkan


perasaan tertentu pada diri konseli, dan konseli tersebut akan merasa percaya dengan
kualitas dan keefektifan konseling yang akan konseli jalani bersama konselor. Sikap
konselor berdasarkan pada nilai nilai agama, kepercayaan dan lain sebagainya. Sehingga
konseling akan berjalan dengan baik dan lancar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseling multibudaya adalah konseling tertentu yang pada dasarnya bertujuan untuk
mencari dan memperoleh pemahaman mengenai bagaimana sebuah kebudayaan tertentu dan
identitas seseorang dapat mempengaruhi kesehatan mental suatu individu dan bagaimana
faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hubungan seorang konseli dengan konseling yang
akan dilakukan oleh konselor. Hubungan baik yang terjalin antara seorang konselor dan
konseli dalam suatu proses konseling memerlukan empati yang tinggi dari seorang konselor,
terutama dalam konteks konseling multikultural. Hal tersebut akan membantu seorang
konselor dapat lebih memahami cara pandang konseli melalui perspektif konseli itu sendiri.

Diantara aspek-aspek kebudayaaan (culture) yang menjadi patokan dalam konseling


multikultural adalah identitas gender, orientasi seksual, usia, sosioekonomi status,
agama/keyakinan dan kemampuan yang mungkin berperan dalam konteks kesehatan mental
dan isu personal yang berkaitan dengan konseli/individual. Konseling multikultural pada
intinya adalah salah satu cara untuk mengapreasiasi keberagaman yang ada pada setiap
individu.

B. Saran
 Bagi guru bk : Sebaiknya guru bk mendapatkan lagi pembekalan mengenai
konseling multibudaya. Dengan melalui penyelenggaraan sosialisasi atau
semianar yang dilakukan oleh lembaga yang menaungi seluruh guru bk disetiap
daerah di indonesia agar guru bk satu dengan yang lain bisa saling mengenal dan
bertukar pengalaman.
 Bagi peneliti : Subjek penelitian ini terbatas, karena ruang lingkup yang
diobservasi hanya disatu tempat dan dengan waktu yang singkat. Unutk itu
peneliti bisa melakukan penelitian lebih maksimal lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Annajih, M. Z. H., Lorantina, K., & Ilmiyana, H. (2017). Konseling Multibudaya dalam Penanggulangan
Radikalisme Remaja. In Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling (Vol. 1, No. 1, pp. 280-291).

Rahmawati, R., Evi, A., & Bangun, Y. W. (2021). Bimbingan dan Konseling Multibudaya.

Khowatim, K. (2020). Peran Konselor Dalam Konseling Multibudaya Untuk Mewujudkan Kesetaraan
Gender. Jurnal Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan Praktik), 4(1), 10-15.

Herdi, H., Kartadinata, S., & Taufiq, A. (2018). Kearifan Konselor Multibudaya dan Pengembangannya
Menurut Konselor. Konvensi Nasional Bimbingan dan Konseling Ke-XX, 80-91.

file:///C:/Users/Hp/Downloads/admin,+Journal+manager,+2.+Elizar,+M.Pd.+(13-22).pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/33513352.pdf
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai