Anda di halaman 1dari 9

LATAR BELAKANG, PENGERTIAN, PERSAMAAN, DAN PERBEDAAN

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Dosen pengampu:

Eni Rindi Antika, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Bilqis Mujahidah (2201418073)


2. Nur Jannatul Khoirina (4101418053)
3. Icha Neni Prestiwati (5402418007)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bimbingan
Konseling. Makalah ini kami susun juga untuk bertujuan memenuhi penilaian mata kuliah
Bimbingan dan Konseling. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu
Eni Rindi Antika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan bahasa maupun informasi yang diberikan kurang berkenan. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat menambah wawasan terhadap pembaca.

September, 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling pasti sudah sangat familiar dikalangan pelajar.
Kebanyakan pelajar memiliki presepsi bahwa guru BK itu galak dan sebagainya,
dan tak luput dari itu guru pun memiliki pembawaan yang terkesan galak. Yang
selama ini diketahui bahwa guru BK itu seperti itu padahal pada kenyataannya
dalam lingkungan dunia pendidikan seorang guru BK bukanlah yang seperti itu,
melainkan guru yang mampu membimbing dan membantu menyelesaikan atau
memberi solusi dari setiap masalah yang dihadapi siswa-siswinya.
Guru BK adalah guru yang memang khusus memberi bimbingan, bukan
guru mata pelajaran yang masuk kelas dengan jumlah waktu yang intens. Akan
tetapi bagaimana dengan bimbingan dan konseling disetiap jenjang pendidikan?
Akankah sama? Pastinya tidak, maka dari itu dari sini kita akan membahas tugas
apa saja yang harus dilakukan guru BK di setiap jenjang pendidikan.
Sebagai seorang calon pendidik maka diharapkan dari sini mampu
mendapat gambaran bagaimana seharusnya guru mata pelajaran yang juga memiliki
peran penting dalam memberi bimbingan kepada siswa-siswinya. Karena disetiap
zaman pastinya berbeda maka dari itu guru BK juga dituntut untuk tetap mengikuti
perkembangan yang ada.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia?
b. Apa latar belakang diperlukannya bimbingan dan konseling di Sekolah?
c. Apa pengertian bimbingan dan konseling?
d. Apa persamaan perbedaan antara bimbingan dan konseling?
e. Apa saja kesalahpahaman tentang bimbingan dan konseling di sekolah?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di
Indonesia
b. Untuk mengetahui apa latar belakang diperlukannya bimbingan dan konseling di
Sekolah
c. Untuk mengetahui apa pengertian bimbingan dan konseling
d. Untuk mengetahui apa persamaan perbedaan antara bimbingan dan konseling
e. Untuk mengetahui apa kesalahpahaman tentang bimbingan dan konseling di
sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Lahirnya Bimbingan Dan Konseling Di Indonesia

Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari


dimasukannya Bimbingan dan Penyuluhan pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak
tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Malang 1960. Untuk memenuhi kebutuhan petugan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah maka pada perkembangan berikutnya tahun 1964 padaFakultas Ilmu
Pendidikan di lingkungan IKIP didirikan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Di sekolah-
sekolah timbul berbagai sikap. Ada pro dan kontra, da yang acuh dan ada yang tak acuh, ada
pula yang berusaha keras untuk melaksanakan. Bagi yang melaksanakan , nampak
mengalami berbagai hambatan yang cukup sulit untuk diatasi.
Peranan bimbingan dan konseling di sekolah semakin mendapat perhatian dan
posisi yang kuat sejak tahun 1971 yaitu dengan berdirinya Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) yang dilanjutkan dengan lahirnya kurikulum 1975untuk Sekolah
Menengah Atas yang didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Kurikulum
1975 berisi layanan bimbingan dan penyuluhan sebagai salah satu dari wilayah layanan
dalam sistem persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA yaitu pembelajaran
yang didampingi layanan manajemen dan layanan bimbingan dan konseling. Dengan
diterbitkannya peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri
pendidikan sejak tahun 1960 an hingga saat ini membuktikan bahwa pemerintah merasa
melalui menteri pendidikannya menyadari bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
sangat dibutuhkan dalam proses penyelengaraan Pendidikan di sekolah. Dengan
diterbitkannya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Secara resmi mulai diterapkannya pola
bibingan dan konseling secara komprehensif, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6 ayat 1
yang menyebutkan bahwa: “Komponen layanan bimbingan dan konseling memiliki 4
program yang mencakup: layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual,
layanan responsif, dan layanan dukungan sistem”. Dari perkembangan tersebut, kiranya
dapat dibuktikan bahwa pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
memang benar-benar dibutuhkan dan semakin dirasakan dalam menunjang tercapainya
tujuan Pendidikan Nasional.

B. Latar Belakang Diperlukannya Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


1. Latar belakang psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi-
pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai indivisu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika
dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Di samping
itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai
hasil proses belajar.
Hal tersebut merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber
dari siswa sebagai subyek didik, dan dapat menimbulkan berbagai masalah
Timbulnya masalah-masalah psikologis menuntut adanya upaya pemecahan melalui
layanan bimbingan dan konseling.
2. Latar belakang sosial budaya
Arah perubahan sosial budaya, modernisasi dan pembangunan yang dituju oleh semua
masyarakat bangsa dimanapun adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
yang diinginkan. Hidup di dunia sekarang dan masa depan, menuntun penguasaan
ilmu dan teknologi. Beberapa arah perubahan sosial budaya menurut Syamsidar
(2015) antara lain:
a. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang dan
jasa daripada membuatnya sendiri)
b. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenrnya bukan merupakan
keperluannya)
c. Hedonisme (cara hidup berwemah-mewah untuk mengejar prestise atau gengsi
tertentu)
d. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam proses
pembangunan. Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakalan
remaja, prostitusi, dan sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginanan untuk
menyesuaikan dengan taraf hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dan
ketrampilan yang memadai.
Atas dasar keadaan tersebut, sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal
harus bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil
menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan adanya layanan bimbingan dan
konseling di sekolah yang secara khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk
memberi bantuan kepada siswa dalam mencegah terjadi permasalahan sebagai akibat
dari perubahan sosial dan budaya.
3. Latar belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemajuan teknologi selain membawa kemajuan dan pembaharuan dalam segala
bidang, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi ini juga berdampak negatif
pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk bagi bangsa Indonesia. Banyak persoalan
yang menimpa bangsa Indonesia sebagai dampak negatif dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini. Persoalan-persoalan itu meliputi peningkatan epidemi
AIDS, ketergantungan pada obat-obat terlarang dan alkohol,kekerasan pada anak-
anak dan remaja, semakin tingginya kasus siswa putus sekolah, semakin maraknya
perkelahian antar pelajar, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut lagi, saat membahas problem-problem diatas kita menemukan bahwa isu-
isu diatas bukan hanya membuttuhkan penanganan segera tetapi juga upaya preventif
agar tidak membesar dan merembes kemana-mana. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar problem tersebut berada di wilayah kerja konselor.
4. Latar belakang Paedagogis
Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah untuk
mengembangkan manusia Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Inti dari
pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap anak didik
sebagai pribadi. Dengan demikian, stiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada
tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-
masing.

C. Pengertian Bimbingan Dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance dan
Conseling ” dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat
diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan
kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
2. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “Consilium” yang
berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan kata “menerima” atau
“memahami”. Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang muaranya pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
D. Persamaan Perbedaan Antara Bimbingan Dan Konseling

1. Persamaan antara Bimbingan Konseling


Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaan-persamaan
tertentu. Persamaan yang lebih jelas antara keduanya terletak pada tujuan yang
hendak dicapai, yaitu sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-
sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua
kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu
kesatuan dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan bimbingan
tersebut.
2. Perbedaan antara Bimbingan Konseling

Segi Bimbingan Konseling


Ruang Lingkup Lebih luas karena mencakup Kuratif
usaha preventif, kuratif,
preseveratif.
Masalah Menangani hal-hal yang non Menitikberatkan pada
emosional, misalnya masalah masalah-masalah emosional
belajar, pemilihan jurusan,
persiapan pekerjaan.
Tujuan Mengutamakan pencegahan Mengutamakan pemecahan
agar siswa terhindar dari permasalahan siswa agar
permasalahan siswa mampu mengatasi
permasalahan yang mereka
hadapi.
Layanan Secara kelompok meskipun Lebih bersifat individu
kadang bisa secara individual walaupun kadang
berkelompok

E. Kesalahpahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Prayitno (2015) mengemukakan beberapa kesalahpahaman bimbingan dan konseling
yang sering dijumpai di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Layanaan bimbingan dan konseling hanya bagi siswa yang bermasalah
2. Bimbingan dan konseling semata-mata hanya berupa pemnerian nasihat
3. Bimbingan dan konseling melayani orang yang sakit dan kurang normal
4. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah
5. Konselor harus aktif sedangkan klien pasif
6. Adanya anggapan bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh
siapa saja
7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagia semua klien
8. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah
incidental
9. Guru Bimbingan dan konseling bekerja secara mandiri
10. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan konseling harus segra dilihat
11. Memusatkan suatu ushaa bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumen
12. Bimbingan dan konseling hanyalah mengatasi masalah yang diaggap ringan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui materi ini, kita mendapatkan pengetahuan terkait sejarah, latar
belakang, pengertian, persamaan maupun perbedaan, hingga kesalahpahaman
mengenai bimbingan dan konseling yang terjadi disekolah. Maka dari itu ada
baiknya kita pelajari terlebih dahulu, sebelum akhirnya kita terjun didunia
pendidikan sebagai seorang pendidik. Seorang guru bukan hanya memiliki
kemampuan mengajar tapi juga harus memiliki kemampuan mendidik. Maka
dari itu kita harus bisa membawa diri ditengah-tengah siswa-siswi.
B. Kritik dan Saran
Kami yakin makalah ini masih jauh dari kata baik, tapi kami membuat
makalah ini semata-mata untuk menambah wawasan para pembaca sekalian.
Apabila ada kalimat atau informasi yang kurang baik atau kurang berkenan
kami harap dan kami tunggu kritik serta saran yang membangun. Tujuan dari
kritik dan saran tersebut harapan kedepannya makalah kami jauh lebih baik dari
hari ini. sekian dari penulis kami ucapkan terima kasih.

Daftar Pustaka
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud

Shetzer, Bruce dan Stone, Shelley.1981.Fundamental of guidance. Boston:


Houghton Mifflin Company.

Thantawy R. 1998. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pamator


Pressindo

Anda mungkin juga menyukai