Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Dosen Pengampu:

Prof. Amirul Mukminin, S.Pd.,M.Sc.Ed.,Ph.D.

Dra. Hj. Aprillitzavivayarti, M.M.

Robi Hendra, S.Pd., M. Pd

Disusun Oleh:

Muhammad Ij’alni Kamandana Robbi A1D521020

Pandhu Qistiawan A1D521027

Nur Hidayati Gultom A1D521035

Melia Putri Utami A1D521039

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt atas Rahmat-Nya yang telah
tercurah, sehingga penulis bisa menyelesaikan Diktat Pendidikan multikultural ini.
Serta shalawat dan salam yang mana semoga kita semua menjadi ummat yang
mendapat syafaat Nabi Muhammad Saw nantinya di hari kelak amin. Terkhusus
kepada kedua orang tua Ayahanda dan Ibunda yang selalu berdo’a untuk selalu
mengukir karya dan prestasi untuk selalu menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat
untuk ummat dan bangsa dan Agama. Adapun tujuan dari disusunnya buku ini adalah
supaya para mahasiswa dapat mengetahui berbagai literatur materi berbasis
Pendidikan Multikultural yang diharapkan menambah khasanah keilmuan mahasiswa,
terlepas apapun jurusan yang mereka tempuh. Tersusunnya buku ini tentu bukan dari
usaha penulis seorang. Dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangatlah
membantu tersusunnya buku ini. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada
Editor Secara khusus, keluarga saya, sahabat-sahabat saya, rekan-rekan, dan pihak-
pihak lainnya yang membantu secara moral dan material bagi tersusunnya buku ini.
Buku yang tersusun sekian lama ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih baik
nantinya.

Jambi, 21 September 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN................................................................................................................................... 2
2.1 Pendidikan Multikultural adalah Pendidikan Dasar.............................................................. 2
2.2 Pendidikan Multikultural penting bagi semua siswa ............................................................ 2
2.3 Pendidikan Multikultural adalah keadilan sosial .................................................................. 3
2.4 Pendidikan Multikultural adalah Sebuah Proses ................................................................. 5
Fungsi Pendidikan Multikultural.................................................................................................... 6
2.5 Pendidikan Multikultural adalah Pedagogi Kritis ................................................................. 6
SEJARAH PEDAGOGI KRITIS ................................................................................................ 7
PEDAGOGI KRITIS UNTUK INDONESIA ............................................................................ 10
BAB III................................................................................................................................................ 12
PENUTUP ......................................................................................................................................... 12
3.1 Simpulan ..................................................................................................................................... 12
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia agar
memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan
manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam
dan lingkungan budayanya.Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari budaya
yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah
rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan
sepanjang masa karena salah satunya adalah perbedaan budaya.Olehnya,
kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi dan memberikan
pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan bersikap toleran terhadap
budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan yang memiliki basis
multikultural akan menjadi salah satu solusi dalam pengembangan sumberdaya
manusia yang mempunyai karakter yang kuat dan toleran terhadap budaya lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pendidikan multikultural?
2. Bagaimana prinsip pendidikan multikultural?
3. Apa saja fungsi pendidikan multikultural?
4. Bagaimana sejarah pedagogi kritis untuk Indonesia pada pendidikan multikultural?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan pengertian dan tujuan pendidikan multikultural
2. Mendeskripsikan prinsip pendidikan multikultural
3. Mendeskripsikan fungsi pendidikan multkultural
4. Mendeskripsikan sejarah pedagodi kritis untuk Indonesia pada pendidikan
multikultural

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Multikultural adalah Pendidikan Dasar


a. Pengertian

Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan multikutural.


Pendidikan sendiri berarti proses pengembangan sikap dan tingkah laku seseorang
atau sekelompok orang melalui pembelajaran,pelatihan dengan cara-cara yang
mendidik. Sedangkan multikultural bisa diartikan beragam budaya.

b. Tujuan Pendidikan Multikultural

Jadi tujuan pendidikan multikultural ialah

1. Untuk memfungsikan peran sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang


beraneka ragam.
2. untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap
perbedaan ras,etnik (suku bangsa),dan kelompok keagamaan
3. memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajarkan mereka dalam
mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.
4. membantu siswa dalam membangun ketergantungan lintas budaya ()dan
memberikan gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.

2.2 Pendidikan Multikultural penting bagi semua siswa


Pembelajaran yang berbasis multikultural ini sangat lah penting bagi siswa karna
akan mengajarkan siswa untuk menghargai keberagaman suku,ras,agama,serta
bahasa untuk mengarahkan siswa dalam bersikap toleran terhadapa realitas
masyarakat yang beragama. Karna setiap siswa itu memiliki hak untuk memperoleh
pendidikan yang layak tidak terkecuali siswa yang berkebutuhan khusus. Siswa
berkebutuhan khusus ini bukanlah siswa yang perlu dijauhi atau dikucilkan karna
mereka berbeda dengan siswa yang normal pada umumnya,justru siswa yang
berkebutuhan khusus membutuhkan dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya
diri dan pendidikan untuk membantu mereka mengatasi keterbatasan yang dimiliki

2
sehingga mampu menyelesaikan tugas sehari-hari layaknya siswa normal pada
umumnya.

Berikut 4 pendekatan dalam pendidikan multikultural

1. Pendekatan kontribusi
Yaitu: dalam pembelajaran yang sesuai dapat menggabungkan pengetahun
tentang tokoh pahlawan ,benda budaya dari berbagai daerah,bentuk rumah
adat,pakaian adat, serta cara berpakaian yang berbeda disetiap daerah dan
lain-lainnya.
2. Pendekatan aditif
Yaitu dalam pembelajar diperpustakaan harus dilengkapi buku-buku seperti
cerita rakyat dari berbagai daerah,memutar vidio kehidupan sehari-hari dari
berbagai daerah,serta mengintregasikan nilai multikultural dan menerapkan
nya dikelas
3. Pendekatan transformatif
Yaitu mengubah asumsi dasar kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar
siswa dalam melihat isu dan permasalahan dari beberapa perspektif dan sudut
pandang etnis.
4. Pendekatan aksi sosial
pendekatan ini bertujua untuk mendidik siswa untuk melakukan kritik sosial dan
mengajarkan keterampilan membuat keputusan untuk membantu siswa
menjadi individu yang kritis terhadap perubahan sosial.

2.3 Pendidikan Multikultural adalah keadilan sosial


a. Pengertian

Pendidikan multikultural merupakan suatu sistem pendidikan yang berupaya


untuk meredam adanya kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial dengan cara
mengenalkan serta mensosialisasikan salah satu orientasinya yakni kebersamaan.
Yang mana pada orientasi kebersamaan ini setidaknya akan mampu untuk
memahami bahwa begitu penting menghargai dan menciptakan kebersamaan. Tujuan
pendidikan multikultural salah satunya yaitu tidak mengenal kelas sosial.

Dalam pendidikan multikultural diajarkan untuk mengerti, menerima, dan


menghargai orang dari suku, budaya, nilai, dan agama yang berbeda sehingga

3
mampu menumbuhkan sikap saling menghargai perbedaan, dan dapat hidup saling
berdampingan antara individu yang satu dengan yang lain.

b. Menurut para ahli

John Rawls mengemukakan konsep keadilannya sebagai satu konsep yang netral
kultur. Menurut Rawls,untuk mewujudkan satu masyarakat yang teratur, maka prinsip-
prinsip keadilan yang dilaksanakan harusbersifat fair. Prinsip keadilan tersebut harus
menguntungkan setiap orang dan berdasarkan kesepakatan darisemua orang. Untuk
itu, Rawls mengandaikan satu posisi asali, ditandai dengan kebebasan, kesamaan
danrasionalitas orang-orang yang ada di dalamnya diselubungi oleh satu
ketidaktahuan terhadap hal-halspesifik, kecuali hak-hak yang bersifat umum.

Dengan demikian mereka dapat berpikir secara objektif,berpikir untuk keuntungan


semua orang, untuk kebebasan dan kesamaan di antara semua pihak
dalammasyarakat. Dengan prinsip egalitariannya, Rawls sangat menginginkan
kesamaan di antara individu-individu, namun ia tidak menutup kemungkinan adanya
ketidaksamaan-ketidaksamaan. Untuk itu iamenyikapinya dengan strategi maksimum,
di mana ketidaksamaan terutama harus menguntungkan pihakyang paling tidak
beruntung, tanpa merugikan pihak yang sudah beruntung dan semua posisi dan
jabatanterbuka untuk semua orang.

Will Kymlicka mengatakan bahwa individu adalah pelaku otonom dan untuk
mewujudkan otonomi padaindividu harus dijamin keberadaan kelompok kulturalnya.
Kultur sangat berpengaruh terhadap kontekspilihan yang tersedia bagi individu dalam
bertindak, dan individu bukan suatu keberadaan yang terasing tapimemiliki
ketertanaman pada kelompok kulturnya. Untuk menjamin keberadaan kelompok-
kelompokkultural pada masyarakat multikultural, maka setiap kelompok kultural
berhak mendapat hak-hak kulturalseperti hak pemerintahan sendiri, hak polietnis dan
hak perwakilan khusus.

Dilihat dari perspektif Rawls tampak bahwa ketidaksamaan-ketidaksamaan di


antara orang-orang, di antarakelompok-kelompok kultural, harus disikapi dengan
melakukan redistribusi nilai-nilai sosial yang terutamamenguntungkan
kelompokkelompok kultural yang telah tidak diuntungkan sebelumnya, tanpa
merugikankelompok kultural yang telah beruntung. Konsep keadilan Rawls sangat

4
relevan untuk diterapkan padaketidaksamaan-ketidaksamaan di bidang sosial dan
ekonomi yang disebabkan oleh keanggotaan kultural.Sementara, konsep keadilan
Kymlicka bertujuan untuk memberikan kekuatan politik kepada kelompok-kelompok
kultur minoritas agar mereka dapat mengatur dan menyuarakan sendiri interes-
intereskelompoknya ke wilayah publik. Konsep keadiian Rawls dan Kymlicka juga
relevan digunakan dalammenyikapi keberadaan dari keberagaman kelompok kultural
di Indonesia.Konsep keadilan pada masyarakat multikultural dilihat dari perspektif

c. Prinsip

Pendidikan Multikultural Menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya kedalam


sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality),saling
menghormati dan menerima serta memahami dan adanya komitmen moral untuk
sebuah keadilan sosial. Seperti yang tertuang dalam sila kelima yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa di Indonesia menerapkan
keadilan sosial. Namun sangat disayangkan keadilan sosial di Indonesia belum
terlaksana maksimal.

2.4 Pendidikan Multikultural adalah Sebuah Proses


Pendidikan Multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia
yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman
budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural menekankan
sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima. Serta
memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial.

Definisi Pendidikan Multikultural

Mundzier Suparta dalam bukunya Islamic Multicultural Education, mencatat lebih


dari sepuluh definisi tentang pendidikan multikultural, diantaranya adalah;

1) Pendidikan Multikultural adalah sebuah filosofi yang menekankan pada


makna penting, legitimasi dan vitalitas keragaman etnik dan budaya
dalam membentuk kehidupan individu, kelompok maupun bangsa.
2) Pendidikan Multikultural adalah menginstitusionalkan sebuah filosofi
pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan

5
menerima, memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah
keadilan sosial.
3) Pendidikan Multikultural adalah sebuah pendekatan pengajaran dan
pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang
mendorong berkembangnya pluralisme budaya; dalam hampir seluruh
bentuk komprehensifnya. Pendidikan multikultural merupakan sebuah
komitmen untuk meraih persamaan pendidikan, mengembangkan
kurikulum yang menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-
kelompok etnik dan memberangus praktik-praktek penindasan.
4) Pendidikan Multikultural merupakan reformasi sekolah yang
komprehensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang
menentang semua bentuk diskriminasi dan intruksi yang menindas dan
hubungan antar personal di dalam kelas dan memberikan prinsip-prinsip
demokratis keadilan sosial.

Fungsi Pendidikan Multikultural


Menurut Gorski, pendidikan multikultural berfungsi:

1. Memberikan konsep diri yang jelas


2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau
dari sejarahnya
3. Membantu memahami bahwa konflik antara yang ideal dan realistis itu
memang ada pada setiap masyarakat
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan partisipasi sosial dan
keterampilan kewarganegaraan
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa

2.5 Pendidikan Multikultural adalah Pedagogi Kritis


Terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam dunia pen- didikan yaitu
“pedagogi” dan “pedagogik”. Pedagogi berarti pendidikan, sedangkan pedagogik
berarti ilmu pendidikan

Secara sederhana, pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan dan


mengembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

6
Sedangkan pendidikan multikultural pada prinsipnya adalah pendidikan yang
menghargai perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan suatu
proses di mana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi. Akan tetapi tidak mudah
untuk mendesain pendidikan multikultural secara praksis.

Tujuan pendidikan multikultural dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu tujuan
yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan pembelajaran.Yang terkait dengan
aspek sikap (attitudinal goals) ada- lah untuk mengembangkan kesadaran dan
kepekaan kultural, toleransi kultural, penghargaan terhadap identitas kultural, sikap
responsif terhadap budaya, keterampilan untuk menghindari dan meresolusi konflik.
Kemudian yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (cognitive goals) adalah untuk
memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan
untuk menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan tentang
kesadaran perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang
berkaitan dengan pembelajaran (instructional goals) adalah untuk memperbaiki
distorsi, stereotip, dan kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan
media pembelajaran; memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan
di depan orang, memberikan alat-alat konseptual untuk komunikasi antar budaya;
mengembangkan keterampilan interpersonal; memberikan teknik- teknik evaluasi;
membantu klarifikasi nilai; dan menjelaskan dinamika kultural.

Memperhatikan definisi dan tujuan pendidikan multikultural di atas, maka


kurikulum pendidikan multikultural seharusnya berisi tentang materi-materi yang dapat
menghadirkan lebih dari satu perspektif tentang suatu fenomena kultural.

SEJARAH PEDAGOGI KRITIS


Pedagogi Kritis menurut Henry A. Giroux

Banyak ahli pendidikan yang mengharapkan, supaya Indonesia melakukan


reformasi pendidikan. Namun, konsep ini, yakni reformasi pendidikan, tetap tidak
jelas. Menurut Giroux, secara global, konsep reformasi pendidikan biasanya justru
diajukan untuk mengubah pendidikan menjadi semakin tidak kritis.Yang kemudian
terjadi, pendidikan menjadi semakin otoriter, sehingga membunuh kebebasan dan
kesempatan bertanya, serta menciptakan ketidakpedulian terhadap segala
permasalahan yang terjadi.

7
Pedagogi kritis menjadi semakin penting, ketika orang hidup dalam masyarakat
yang penuh dengan penindasan dan ketidakadilan. Di dalam masyarakat semacam
itu, banyak orang tak memiliki kesempatan untuk menentukan hidupnya sendiri, dan
ikut mengatur masyarakatnya. Pendek kata, ia tidak dapat mengekspresikan
kemanusiaannya secara penuh. Dalam masyarakat semacam ini, menurut Giroux,
pedagogi kritis bisa menjadi alat untuk membangun kesadaran dan mendorong
perubahan sosial secara luas. Ia adalah sebentuk tindakan teoritis sekaligus politis
untuk memahami serta mengubah masyarakat. Pedagogi kritis lebih dari sekedar
metode kering yang biasanya digunakan di dalam penelitian dan pendidikan. Di dalam
paradigma pendidikan semacam ini, peserta didik dilihat sebagai robot- robot patuh
yang siap diperintah untuk mengejarkan sesuatu. Soal-soal keadilan sosial, nilai, etika
dan hubungan kekuasaan di dalam masyarakat dijauhkan dari model pengajaran dan
kurikulum pendidikan.

Pedagogi kritis memiliki sisi lain, yakni sisi harapan dan kemungkinan. Dasar
dari harapan dan kemungkinan ini adalah demokrasi itu sendiri yang berpijak pada
kesetaraan dan kebebasan. Dua hal ini pula, yakni kebebasan dan kesetaraan, yang
seringkali dikorbankan di dalam penerapan pedagogi tradisional. Pedagogi
pendidikan mendorong anak berpikir kritis dengan kebebasan dan tanggung jawab.
Pedagogi tidak boleh menjadi anak sekedar penerima pasif dari materi ajar yang
berpijak pada kepatuhan buta. Dengan ketrampilan berpikir kritis, yang berpijak pada
kritik dan harapan, sekolah akan menjadi tempat untuk melatih kepekaan terhadap
penderitaan dan bersikap solider terhadap orang lain. Pedagogi pun berubah menjadi
pendorong peserta didik untuk terlibat di dalam perubahan sosial ke arah kebebasan,
demokrasi dan kesetaraan.

Pedagogi kritis juga memiliki kaitan erat dengan politik. Dengan membenturkan
pendidikan dan politik, peserta didik diajarkan untuk melihat keadaan secara kritis.
Dari pemahaman kritis ini, mereka lalu bisa terlibat secara bertanggungjawab di dalam
melakukan perubahan sosial yang dibutuhkan. Untuk itu diperlukan kemampuan
mengaitkan antara tantangan pribadi dengan tantangan sosial secara luas, karena
keduanya memang tak terpisahkan. Misalnya, pergulatan seorang pribadi untuk
mencari pekerjaan terkait dengan isu pertumbuhan ekonomi serta tata kelola ekonomi
yang dilakukan pemerintah secara umum. Kesulitan seorang mahasiswa membayar
uang kuliah terkait dengan tata kelola institusi pendidikan secara umum, termasuk

8
paradigma pendidikan nasional yang digunakan negara terkait. Dalam arti ini, yang
privat tidak pernah bisa dilepaskan dari yang publik.

Pada akhirnya, tujuan tertinggi dari pedagogik kritis adalah membantu peserta
didik untuk menjalani hidup yang bermakna. Di dalam hidup ini, mereka mampu
mempertanyakan segala bentuk hubungan kekuasaan yang ada, dan membuatnya
berfungsi untuk menciptakan kebaikan bersama (common good). Dengan pedagogi
kritis, peserta didik juga dididik untuk memiliki kemampuan, pengetahuan serta
keberanian untuk mempertanyakan segala kebiasaan lama yang sudah dilakukan. Itu
semua dilakukan untuk membentuk dunia yang lebih adil, bebas dan setara. Oleh
karena itu, pedagogi kritis adalah pendekatan yang berakar pada konteks sosial dan
sejarah sebuah komunitas tertentu. Ia tidak mendaku netral dan universal, seperti
pada pedagogi tradisional. Pedagogi kritis terkait amat erat dengan cita-cita demokrasi
yang sejati, dimana setiap warga negara mampu dan mau terlibat di dalam setiap
pembuatan kebijakan yang terkait dengan hidup bersama.

Ciri khas dari pedagogi kritis, menurut Giroux, adalah kepekaannya terhadap
segala bentuk permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Khusus di abad 21,
pedagogi kritis hendak mengajukan sikap kritis terhadap dua hal, yakni
kecenderungan totalitarisme di dalam masyarakat dengan menggunakan identitas-
identitas primordial, dan kecenderungan menyebarnya pola pikir neoliberalisme,
seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam hal ini, secara khusus, pedagogi kritis
hendak memperjuangkan kepentingan kaum muda yang masih memiliki banyak
kemungkinan untuk menjadi pendorong perubahan sosial. Pedagogi kritis
menyediakan konsep-konsep yang diperlukan untuk berpikir kritis di dalam
menyingkapi keadaan masyarakat yang ada, termasuk hubungan-hubungan sosial
yang berada di belakangnya. Dengan inilah pedagogi kritis dapat memperkaya
paradigma sekaligus sistem pendidikan yang sudah ada.

Pada akhirnya, menurut Giroux, pendidikan haruslah menyadarkan peserta


didik tentang identitasnya. Dalam arti ini, identitas bukanlah sesuatu yang langsung
selesai, melainkan selalu dalam proses pembentukan yang berkelanjutan. Di dalam
proses ini, pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara diri dan lingkungan
sekitar menjadi amat penting. Sikap peka terhadap keadaan sekitar, dan upaya untuk
terlibat aktif di dalam perubahan sosial, menjadi bagian dari proses pembentukan

9
identitas. Pedagogi kritis juga bukanlah upaya untuk menemukan kebenaran dan
membentuk pengetahuan semata. Ia bergerak lebih jauh untuk mendorong orang
menjadi peka dan kritis terhadap keadaan sekitarnya, dan terlibat di dalam upaya
untuk mendorong terciptanya kebaikan bersama. Dalam arti ini, pedagogi kritis
merupakan sebuah tindakan moral sekaligus tindakan politik.

Giroux jelas mendapatkan banyak inspirasi dari Paulo Freire, seorang pemikir
pendidikan asal Brasil. Di dalam kaca mata Freire, pendidikan haruslah dibalut dengan
keberanian intelektual dan politis (Moral and Intellectual Courage). Inilah jantung hati
dari pedagogi kritis yang dirumuskan juga oleh Freire sebelumnya. Pendidikan adalah
soal politis. Yang pribadi dan yang politis tidaklah bisa dipisahkan secara hitam putih.
Sebagai bagian dari dunia pendidikan, kaum intelektual juga memiliki tanggung jawab
politis (Political Responsibility). Mereka tidak bisa netral dan memilih berdiam diri di
dalam bidang keilmuannya. Dengan didorong oleh kepekaan moral dan ketajaman
analisis, mereka terlibat di dalam berbagai upaya untuk mewujudkan kebaikan
bersama di dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan dan gerakan sosial pun lalu
terhubung untuk mendorong perubahan sosial. Ini menjadi amat penting di abad 21,
ketika ilmu pengetahuan digunakan semata sebagai alat untuk menindas dan
menjajah.

PEDAGOGI KRITIS UNTUK INDONESIA


Ada lima catatan yang kiranya bisa diberikan kepada pemikiran Giroux,
terutama dalam konteks Indonesia.

1. Sama seperti analisis Giroux, Indonesia pun mengalami tersebarnya


pedagogi neolliberal di dalam pendidikan. Pendidikan pun disempitkan
menjadi semata pengajaran kemampuan-kemampuan untuk menang di
dalam kompetisi bisnis. Nilai- nilai luhur pendidikan, seperti kemanusiaan,
sikap kritis, kepekaan moral, keterlibatan sosial dan demokrasi, pun
terpinggirkan. Di dalam alam pikir neoliberalisme, uang dan ekonomi
menjadi satu-satunya ukuran bagi semua bidang kehidupan manusia.
2. Di Indonesia, pendidikan juga dijajah oleh formalisme agama, yakni
pemahaman agama yang terjebak pada ritual dan aturan-aturan buta, tanpa
pemahaman akan inti dari agama tersebut. Pendidikan formalistik religius
semacam ini jelas bertentangan dengan cita-cita bangsa Indonesia untuk

10
mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur. Yang tercipta justru sebaliknya, yakni manusia-manusia
yang berpikir tertutup, ketinggalan perubahan jaman, fanatik dan cenderung
intoleran di dalam banyak hal. Jika tidak ditanggapi secara kritis, pola
pendidikan semacam ini justru menghancurkan mental dan pola pikir para
peserta didik
3. Menyebarnya paham fundamentalism agama dan fundamentalisme
ekonomi di dalam pendidikan membuat dunia pendidikan di Indonesia
kehilangan nilai-nilai luhurnya. Peserta didik dibentuk menjadi orang yang
patuh buta terhadap kekuasaan. Ia cerdas dan kreatif di dalam mematuhi
perintah yang diberikan oleh para penguasa politik dan pemilik modal
4. Melihat keadaan Indonesia sekarang ini, pemikiran Giroux tentang
pedagogi kritis jelas amat dibutuhkan. Pedagogi kritis adalah paradigma
pendidikan sekaligus kehidupan yang menekankan sikap kritis terhadap
hubungan-hubungan kekuasaan yang membentuk masyarakat. Sikap kritis
ini dibarengi dengan wawasan luas serta kepekaan moral yang menuntut
pada tindakan nyata yang membawa perubahan sosial ke arah yang lebih
baik.
5. Pedagogi kritis juga bisa berperan besar di dalam pengembangan
demokrasi di Indonesia. Masyarakat demokratis membutuhkan warga yang
mampu berpikir kritis dan rasional, guna menyingkapi berbagai persoalan
yang muncul di dalam hidup bersama. Demokrasi mengandaikan warga
negara yang cukup mampu membuat keputusan dan mengolah informasi
secara kritis dan rasional.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pendidikan multikultural yang diajarkan dan dikembangkan di sekolah memiliki


relevansi dalam konteks Indonesia yang ‘ Bhinneka Tunggal Ika” Semboyan ini
dapat mengakomodasi secara proporsional, normatif dan demokratis bagi bangsa
Indonesia. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu
bangsa di dunia yang terdiri dari beragam suku dan ras memiliki budaya lokal,
bahasa dan agama yang berbeda-beda namun dalam bingkai kesatuan Indonesia.

Masyarakat multikultural harus memperoleh kesempatan yang baik untuk


menjaga dan mengembangkan kearifan budaya lokal mereka ke arah kualitas dan
pendayagunaan yang lebih baik. Unsur-unsur budaya lokal dapat bermanfaat bagi
individu bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut agar menjadi kebudayaan bangsa,
memperkaya khazanah kebudayaan nasional. Misi pokok yang terkandung adalah
mentransformasikan kenyataan multikultural sebagai aset dan sumber kekuatan
bangsa menjadikannya sebagai sinergi nasional, memperkokoh aktivitas
konvergensi keanekaragaman suatu bangsa.

Membangun multikulturalisme pada prinsipnya adalah membangun dirinya,


bangsa dan tanah air tanpa merasakan sebagai beban dan hambatan, namun
didasarkan pada ikatan persatuan, kesatuan dan kebersamaan serta saling bekerja
sama dalam membangun Indonesia yang maju, aman dan sejahtera.

3.2 Saran

1. Dalam Pembelajaran Pendidikan Multikultural diperlukan dukungan dari


berbagai pihak, khususnya orang tua siswa dan para guru mata pelajaran
umum agar tercipta sikap toleransi.
2. Perlu adanya peningkatan kerjasama guru mata pelajaran umum dan lembaga-

12
lembaga keagamaan untuk meningkatkan toleransi umat beragama terutama di
kalangan guru dan siswa.
3. Tanamkan sikap menghormati dan menghargai perbedaan

13
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azumardi Identitas dan Krisis Multikulturalisme Indonesia, From


http:/budpar.go.id/agenda/precongres/makalah/abstrak/58%20 azra.htm,

R Ahida - Depok: Disertasi Program Pasca Sarjana Program Ilmu Filsafat FIB UI,
2005Jurnal Rustam Ibrahim, 2017 Pendidikan Multikultural

Abdillah, Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim


Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993.

Al-Abrasyi, Athiyyah, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Falsafatuha, Beirut: Dar al-Fikr.


1969.

Ainul Yaqin, M. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk


Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media. 2005.

Pedagogi Kritis-Jurnal UGM, Pemikiran Henry Giroux Tentang Pendidikan dan


Relevansinya untuk Indonesia,
https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/downloadSuppFile/34714/4322

14

Anda mungkin juga menyukai