Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural


Yang Dibina Oleh Danang Prastyo, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh
1. Lailatul Maghfiroh (208000072)
2. Rachma Safira A.W (208000221)
3. Tantri Septiarini (208000185)
4. Irma Dwi Suryani (208000254)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS PEDAGOGIK DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN........................................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Multikultural................................................................................................................3
B. Konsep Pendidikan Multikultural.....................................................................................................................4
C. Pentingnya pembelajaran multikultural di sekolah dasar..................................................................................4
BAB III........................................................................................................................................................................ 4
PENUTUP.................................................................................................................................................................... 4
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................................4
B. Saran.................................................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan suatu lembaga yang mengelola dan menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran kepada peserta didik dalam usaha mencapai tujuan yang diharapkan serta merupakan
tempat yang ampuh dalam membangun kecerdasan, sikap dan ketrampilan peserta didik dalam
menghadapi realita kehidupannya. Untuk itu secara terus menerus perlu dibangun dan dikembangkan
peran sekolah agar dapat menghasilkan generasi yang bertanggung jawab pada kemaslahatan dan
kemajuan bangsa dan negara sesuai dengan sistem pendidikan nasional Indonesia. Peserta didik dalam
mengadakan interaksi dengan seluruh warga sekolah yang memiliki latar belakang berbeda seperti:
etnik, budaya, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, jenis kelamin, agama. Keragaman tersebut
berimplikasi pada perlakuan dan kebijakan dari multikultural yang dihadapi sekolah kepada para
peserta didik dan warga sekolah lainnya.
Pada prinsipnya, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan.
Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan proses dimana setiap kebudayaan bisa
melakukan ekspresi. Tentu saja untuk mendesain pendidikan multicultural secara praksis, itu tidaklah
mudah. Tetapi, paling tidak kita mencoba melakukan ijtihad untuk mendesain sesuai dengan prinsip-
prinsip pendidikan multikulturalisme. Terkait dengan pembentukan karakter bangsa, maka sekolah
dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memegang peranan penting. Di satu sisi
sekolah dasar mengemban tanggung jawab untuk membentuk peserta didik menjadi generasi muda
yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang keanekaragaman budaya bangsa. Di sisi lain sekolah
dasar juga mengemban tanggung jawab untuk membentuk peserta didik menjadi generasi yang
mampu dan mau bersikap untuk mengahargai perbedaan yang ada di tengahtengah pluralisme budaya
yang dimiliki bangsa. Dalam rangka menuju tercapainya tugas dan tanggung jawab di sekolah dasar
tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapakan pembelajaran bebasis
multikultural di sekolah dasar.
Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas
dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Pendidikan
multikultural menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan
pada prinsip- prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya
komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial. Pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan
dan kesadaran tentang interkulturalisme seusai Perang Dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran
interkulturalisme ini selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM,
kemerdekaan dari kolonialisme, diskriminasi rasial, dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di
negara-negara Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke
Amerika dan Eropa. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti
(difference) atau “politics of recognition” politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.
Pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa
sikap “indiference”dan “non-recognition” tidak hanya berakar dari ketimpangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan multikultural?
2. Bagaimana konsep pendidikan multikultural?
3. Bagaimana pentingnya pembelajaram multikultural di sekolah dasar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural
3. Untuk mengetahui pentingnya pembelajaran multikultural di sekolah dasar

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan pendidikan yang mendorong terciptanya
kesempatan yang sama dan setara bagi seluruh siswa, apapun jenis budaya, ras, suku, agama, bahasa,
serta latar belakang sosial yang mereka miliki. Pendidikan multikultural biasanya lebih banyak
diterapkan pada sekolah-sekolah berskala internasional, di mana murid-murid yang ada di dalam kelas
berasal dari negara yang berbeda dengan kebudayaan yang berbeda pula. Namun, pendidikan
multikultural juga sudah banyak diterapkan pada sekolah nasional maupun lokal, seiring
perkembangan globalisasi di tengah masyarakat.
Melalui pendidikan multikultural, para siswa diharap dapat memahami keberagaman yang ada di dunia
dan saling menghargai perbedaan satu sama lain. Dengan begitu, akan tercipta sikap toleransi dan
tenggang rasa pada diri siswa. Sehingga, di manapun mereka berada, baik di lingkungan sekolah atau di
lingkup masyarakat luas, mereka bisa lebih menghormati sesama manusia dan menghindari sikap
diskriminatif. kebudayaan menurut para ahli sangat beragam, namun dalam konteks ini
kebudayaan dilihat dalam perspektif fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
Dalam konteks perspektif kebudayaan tersebut, maka multikulturalisme adalah ideologi yang
dapat menjadi alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiannya.

Multikulturalisme mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual
maupun secara kebudayaan.Multikulturalisme memandang sebuah masyarakat mempunyai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam
mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat lebih kecil yang membentuk
terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik tersebut.
Istilah “multibudaya” (multiculture) jika ditelaah asal-usulnya mulai dikenal sejak tahun 1960-an,
setelah adanya gerakan hak-hak sipil sebagai koreksi terhadap kebijakan asimilasi kelompok minoritas
terhadap melting pot yang sudah berjalan lama tentang kultur dominan Lebih jauh Alo Liliweri menjelaskan
bahwa banyak budaya hidup di daerah-daerah perbatasan antar Negara, antar-suku bangsa, antar-etnik, antar-ras,
dan antar-geografis. Di sinilah muncul situasi dan kondisi masyarakat yang memiliki keragaman budaya. Kita
menggunakan istilah methaphors untuk menggambarkan kebudayaan campuran (mixed culture). Ada beberapa
istilah yang menggunakan methapor yaitu: Pertama,melting pot adalah masyarakat masih memelihara
keunikan budaya untuk membedakan keturunan mereka dengan orang lain. Dalam konsep ini masing-masing
etnis dengan budayanya menyadari adanya perbedaan antara sesamanya. Namun, dengan perbedaan tersebut mereka
dapat membina hidup bersama dengan baik dan sehat. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa melting pot terdapat
kekuatan untuk mensintesiskan kebudayaan dari masing-masing kelompok. Kedua,tributaries yaitu
menggambarkan aliran sungai yang airnya merupakan campuran dari air dari sungai-sungai kecil lain. Aliran sungai
itu menuju kearah yang sama, ke sebuah muara. Hal ini menggambarkan bahwa sungai itu merupakan lintasan
dari sejumlah budaya yang terus mengalir. Masyarakat yang dibangun Amerika khususnya di New York dan
California. Will Kymlicka berpendapat, multibudaya merupakan suatu pengakuan, penghargaan dan
keadilan terhadap etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada hak-hak
individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan kebudayaannya berbagai
konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah demokrasi, keadilan dan
hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa,
kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya,
domain privat dan publik, hak asasi manusia, hak budaya komunitas, dan konsep-konsep
lainnya yang relevan. Sebagai sebuah ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai
interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup
dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai
kegiatan lainnya di dalam masyarakat yang bersangkutan. Interaksi tersebut berakibat
pada terjadinya perbedaan pemahaman tentang multikulturalisme. Lebih jauh, perbedaan ini
berimplikasi pada perbedaan sikap dan perilaku dalam menghadapi kondisi multikultural
masyarakat. Sebagai sebuah ideologi, multikulturalisme harus diperjuangkan, karena dibutuhkan
sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, hak asasi manusia dan kesejahteraan hidup
masyarakatnya.

B. Konsep Pendidikan Multikultural


1.Sejarah Pendidikan MultikulturalPendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran
tentang “interkulturalisme” setelah terjadinya Perang Dunia (PD) kedua. Kemuculan kesadaran dan gagasan ini
selain terkait dengan perkembangan politik global yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM), kemerdekaan
dari penjajahan, diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena berkembang pesatnya pluralitas di Barat yang
disebabkan peningkatan migrasi dari negara-negara berkembang menuju daratan benua Amerika dan Eropa
(Tilaar, 2002). Pendidikan Multikultural juga menjadi respon terhadap perkembangan keragaman populasi di
sekolah, pendidikan multikultural juga dituntut sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok.
Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk
memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang selain bangsa Eropa. Secara
luas pendidikan multikultural mencakup seluruh siswa tanpa membeda-bedakan gender, ras, budaya, status sosial
dan budaya. Secara historis, pendidikan multikultural merupakan konsep atau pemikiran yang tidak muncul dalam
ruang yang kosong, namun terdapat hubungan politik, sosial, ekonomi dan intelektual yang melatar belakangi
kemunculannya. Melani Budianata dan Imron menyatakan, sejarah multikulturalisme berawal dari munculnya teori
melting pot yang diwacanakan oleh J.Hektor St.Jhon De Crevecour yang merupakan imigran di Amerika yang
menggambarkan bercampurnya manusia lintas etnis, suku, agama dan budaya menjadi “manusia baru”, (Mashadi,
2009) konsep melting potmenunjukan perspektif masih menunjukan perspektif monokultur yang digunakan untuk
melelehkan berbagai latar belakang budaya.Konsep pendidikan multikultural bukanlah hal asing di benua Amerika
dan Eropa, utamanya di negara yang menganut konsep demokrasi seperti di Amerika dan Kanada. Mereka
menerapkan pendidikan multikultural guna menghapus diskriminasi rasial antara orang kulit hitam dan kulit putih,
yang memilki tujuan besar yakni memajukan dan memelihara integritas nasional (Masnunah, 2011). Amerika
serikat ketika membangun masyarakatnya apsca kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776 baru menyadari
bahwasannya, masyarakat Amerika terdiri dari bermacam-macam ras dan asal negara yang erbeda-beda. Sebab itu
Amerika mencari suatu formulasi dengan strategi menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat untuk
mensosialisasikan dan pembudayaan nilai-nilai baru yang dicita-citakan. Atau dalam bahasa lain, Lembaga
pendidikan dijadikan sebagai medium transformasi budaya.Dengan pendekatan ini, menurut John Dewey dalam
(Hasbi, 2021) bahwa lembaga pendidikan mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi di amerika serikat berhasil
membentuk masyarakatnya yang dalam perkembangan selanjutnya pencapaian perkemebangan melebihi bangsa
induknya yakni Eropa. Berkaitan dengan nilai-nilain kebudayaan yang akan diwariskan dan dikembangkan melalui
sistem pendidikan di masyarakat, maka Amerika serikat menggunakan sistem pendidikan berasaskan demokrasi
yang dipelopori oleh Jhon Dewey. Pada dasarnya toleransi tidak hanya diperuntukan untuk kepentingan bersama,
melainkan juga bertujuan menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat.

2.Pendidikan Berbasis MultikulturalPendidikan merupakan bagian dari investasi masa depan, investasi masyarakat
sekaligus investasinegara dalam rangka memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, Pendidikan senantiasa diarahkan untuk menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan
masalah kengsaan dan keumatan.Sebagaimana diketahui bahwa model Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi
dua, yaitu Pendidikan agama dan Pendidikan nasional. Pertautan antara Pendidikan dan multikultural merupakan
soluasi atau realitas budya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh potensi yang menghargai
pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuwensi keragaman budaya etniss, suku dan aliran atau agama
(Maslikhah, 2007). Pendidikan multikultural menekankan sebuah “loso” pluralisme budaya ke dalam system
Pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima serta
memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial (Ibrahim, 2008). Berbicara masalah
kebudayaan dapat dipahami sebagai system dalam masyarakat yang berkaitan dengan nilai kepercayaan dan
perilaku. Kebudayaan lokal tidak terlepas dari hal-hal tersebut yang berkaitan dengan umsur-unsur kebudayaan
yang universal, seperti pandangan hidup, kesenian, system religi, sastra, upacara adat, organisasi sosial, peralatan,
busana, pengobatan tradisonal dan hukum adat istiadat daerah.Pendidikan multikultural bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik dengan sejumlah sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam lingkungan budaya
entik mereka, budaya nasional dan antar budaya lainnya. Sementara Musa Asy arie dalam (Na’im, 2021)
berpendapat Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran
terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Dengan demikian Pendidikan
multikultural dapat membantu peserta didik untuk mengerti, menerima dan menghargai orang dari suku, budaya
dan nilai yang berbeda.Pendidikan multikultural sangat penting untuk melatih dan membangun karakter siswa
agar mampu bersikap demokratis, humanistis dan pluralis dalam lingkungan mereka. Dengan kata lain, melalui
Pendidikan multikultural peserta didik diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai, memiliki
kompetensi yang baik, bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokratis, humanisme dan pluralisme baik di sekolah
maupun luar sekolah.oleh karena itu tujuan pokok dari Pendidikan multikultural adalah menerapkan prinsip-
prinsip keadilan demokrasi dan sekaligus humanisme. Tujuan pokok dari pendidikan multikultural adalah untuk
menerapkan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi dan sekaligus humanisme. Pendidikan di alam demokrasi seperti
Indonesia harus berorientasi pada kepentingan bangsa yang berlatar belakang multi etnik, multi agama, multi
bahasa, dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan kondisi bangsa
yang heterogen. Perubahan-perubahan yang terjadi sekarang ini sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi
serta masuknya arus globalisasi membawa pengaruh multidimensional (Prayitno, 2009). Berkaitan dengan anak
didik, Pendidikan berbasis kultural menyoalkan tentang etnisitas, gender, kelas, Bahasa, agama dan pengecualian
pengecualian yang mempengaruhi, membentuk dan mempola tiap-tiap individu
sebagai makhluk budaya. Pendidikan berbasis multicultural adalah hasil
perkembangan seutuhnya dari kontelasi/ interaksi unik masing-masing individu
yang memiliki kecerdasan, kemampuan dan bakat. Pendidikan berbasis
multikultural mempersiapkan anak didik bagi kewarganegaraan dalam komunitas
budaya dan Bahasa yang majemuk dan saling berkaitan.Pendidikan multikultural
mempunyai dimensi yang berkaitan antara satu dengan lainnya, dimensi

tersebut meliputi :
1)Content Integration, mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk
menggambarkan konsep dasar, konsep umum, dan teori dalam disiplin ilmu.
2)The Knowledge Construction Prosses, membawa peserta didik untuk memahami
aplikasi budaya ke dalam disiplin ilmu.
3)An Equaty Pedagogy, menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar
peserta didik dalam rangka memfasilitasi potensi akademik peserta didik yang
beranekaragam.
4) Prejudice Redaction, mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menetukan
metode pengajaran. memandang masyarakat dalam pandangan yang lebih luas
merupakan pandangan dasar dalam pendidikan multikultural. Pandangan dasar
tersebut berakar dari sikap “indeference” dan “non recognition” tidak hanya berakar
dari ketimpangan struktur rasial, akan tetapi paradigma pendidikan multikultural
mencakup subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan
keterbelakangan kelompok-kelompok minoritas dalam berbagai bidang yang
mencakup bidang : sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Paradigma ini akan menorong munculnya kajian-
kajian terkait “ethnic studies” dan kemudian akan menemukan tempatnya dalam
kurikulum pendidikan sejak dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

C. Pentingnya pembelajaran multikultural di sekolah dasar


Pembelajaran pendidikan Multikultural sangat penting dilakukan di sekolah dasar. Pendidikan
multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup ditengah-tengah masyarakat plural. Dengan adanya pembelajaran
pendidikan multikultural, diharapkan adanya kenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi
benturan konflik social, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak. Dalam konteks
Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multicultural
menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang
muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan
menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://staffnew.uny.ac.id/upload/
132309073/penelitian/pembelajaran-multikultural-untuk-pengembangan-karakter-bangsa.pdf
https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-pendidikan-multikultural.html
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/
publications/71532-ID-strategi-sekolah-dalam-pendidikan-multik.pdf
https://www.acerid.com/pendidikan/pengertian-pendidikan-multikultural-tujuan-dan-strateginya

Anda mungkin juga menyukai