Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
“ Pendidikan Multikultural ”
Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt, yang masih memberikan
kita rahmat dan karunianya berupa nikmat kesehatan. Tak lupa sholawat dan salam kita
ucapkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Yang kelak kita akan mendapatkan syafaatnya
di yaumil akhir kelak. Aamiin.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Fatimah Purba, M.Pd.I. Selaku dosen
pengampu yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini
dengan baik, pada mata kuliah Pendidikan Multikultural. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman terhadap bantuan dan kontribusinya dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan nya, baik dari segi bahasa maupun penulisannya.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun agar makalah ini bisa lebih baik kedepannya. Terimakasih.
Kelompok VII
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Simpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan media dalam membangun kesadaran untuk saling
menerima perbedaan dan menjadikan perbedaan sebagai alat untuk membuka ruang
kerjasama. dalam kurikulum pendidikan dengan berbagai komponen di dalamnya (tujuan,
konten, proses, dan evaluasi) harus dikembangkan dalam konteks masyarakat dengan
berbagai keragaaman budaya (multiculture). Sekolah tidak boleh menjadi institusi yang
justru menyemaikan dan melanggengkan pandangan sempit mengenai budaya dan
realitas social.
Setiap bangsa memiliki pendidikan yang sesuai dengan system nilai dan kondisi
masyarakatnya. Untuk itu, dengan pendidikan di Indonesia harus dikembangkan dari
keunikan pola keragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia Kerangka operasional
pendidikan multikultural merupakan sebuah gagasan dasar yang dapat dijadikan titik
tolak untuk mengembangkan pendidikan multikultural dalam tataran praktis baik di
sekolah atau dalam masyarakat. Prinsip dasar dalam kerangka operasional ini
dikembangkan dari gagasan teoriritis.
Dengan demikian, para peserta didik idealnya meningkatkan kesadaran mereka
mengenai budaya, nilai multikultural, dan wawasan multikultural untuk menanamkan
sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan SARA yang sudah menjadi realitas
kebangsaan di Indonesia, baik secara akademik maupun non-akademik. Fakta-fakta
tersebut, semakin meyakinkan semua pihak, betapa sangat urgen dan mendesak untuk
membahas mengenai Kerangka operasional Pendidikan Multikultural.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Arifi. Politik Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2010
2
bisa dipahami mengingat semakin tinggi kesempatan seseorang atau masyarakat
mengenyam pendidikan, semakin tinggi pula seseorang atau masyarakat memiliki
kesempatan membaca, membandingkan, mengevaluasi, sekaligus mengkritisi ruang
idealitas dan realitas politik. Maka, kunci pendidikan politik masyarakat sebenarnya
terletak pada politik pendidikan masyarakat.
2
Samsul Munir, Politik Pendidikan Islam Berbasis Multikultural: Konsep dan Strategi
Pembelajaran Agama Islam dalam Mewujudkan Islam Rahmatan Li Al- ‘Alamin. Dirosat. Jurnal of Islamic
Studies. Institut Agama Islam Pangeran diponerogo nganjuk. 2017. Vol.2. no. 2. hal.10.
3
reformasi. Hal ini dapat terlihat dari fakta akan minimnya perhatian pada
Pendidikan Pancasila baik di tingkat dasar, menengah maupun di perguruan
tinggi.
b. Kedua, adanya pergeseran nilai-nilai etis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam pembangunan ekonomi, selain dampak positif yang didapatkan,
ia juga tidak sedikit telah membawa dampak negatif dalam relasi sosial, seperti
munculnya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan personal dan
sosial. Dalam kehidupan personal, hal ini tampak dalam bangkitnya semangat
individualisme dan kecenderungan seseorang dalam mengagungkan sikap
materialisme dan pragmatis, yang selanjutnya kecenderungan ini akan melahirkan
pribadi-pribadi yang konsumeris.
c. Ketiga, Ancaman disintegrasi bangsa. Ancaman ini tidak hanya terjadi dalam
penghayatan nilai-nilai dasar kebangsaan yang mengalami degradasi, melainkan
juga terhadap rasa kebangsaan dalam arti mengakui sesama anak bangsa dan alat
negara sebagai bagian integral dirinya yang semakin menipis. Maraknya konflik
yang bersifat vertikal dan horizontal, bahkan dengan munculnya anarkisme dan
vandalisme yang akhir-akhir ini terjadi menurutnya sudah cukup untuk dijadikan
sebagai bukti akan adanya ancaman disintegrasi tersebut.
Dari tiga persoalan yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya tersebut
adalah; pertama, kualitas pendidikan yang rendah dari berbagai jenjang, kedua,
kesenjangan sosial yang sedemikian jauh antara mereka yang miskin dan kaya, ketiga,
persoalan moral, karakter, atau akhlak bangsa. Dengan demikian, Politik pendidikan
multikultural yaitu kebijakan pemerintah suatu Negara pada bidang pendidikan yang
berupa perturan perundangan atau lainnya untuk menyelenggarakan pendidikan demi
tercapainya tujuan negara. Politik pendidikan suatu negara sangat ditentukan oleh
ideologi (pandangan hidup) yang diemban negara tersebut. Faktor inilah yang
menentukan karakter dan tipologi masyarakat yang dibentuknya. Dengan demikian,
politik pendidikan dapat dipahami sebagai strategi pendidikan yang dirancang negara
dalam upaya menciptakan kualitas human resources (sumberdaya manusia) yang dicita-
citakan.
4
B. Kurikulum Pendidikan Multikultural
Kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik mulai dari masuk sekolah samapai selesai, untuk mendapatkan ijazah. Diartikan
secara luas, kurikulum tidak hanya sebatas mata pelajaran yang harus diikuti oleh siswa
selama mengikuti pendidikan, tetapi meliputi segala usaha sekolah yang dapat
mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan yang
memberikan pedoman dan pegangan mengenai jenis, ruang lingkup, urutan isi, serta
proses pendidikan. Oleh karena itu kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam seluruh
proses pendidikan, yakni sebagai pedoman dan pegangan guru dalam proses
pembelajaran.
Karena masyarakat kita majemuk, maka kurikulum yang ideal adalah kurikulum
yang dapat menunjang proses anak didik menjadi manusia demokratis, dan menekankan
penghayatan hidup serta refleksi untuk menjadi manusia yang utuh, yaitu generasi muda
yang tidak hanya pandai, tetapi juga bermoral dan etis, dapat hidup dalam suasana
demokratis, dan menghormati hak orang lain. Memperhatikan masyarakat Indonesia yang
bersifat majemuk, maka kurikulum pendidikan multikultural seharusnya berisi tentang
materi-materi yang dapat menghadirkan lebih dari satu perspektif tentang suatu fenomena
kultural. Untuk menghadirkan keragaman perspektif dalam kurikulum ini, menurut James
A. Bank yang dikutip Zoran Minderovic dapat dilakukan dengan empat tahapan, yaitu:
3
Ida Zahara Adibah. Pendidikan Multikultural sebagai wahana pembentukan karakter. Jurnal
madaniyah, 2014. hal. 10.
5
(a) tahap kontribusi (contribution level), (b) tahap penambahan (additive level), (c) tahap
perubahan (transformative level), dan (d) tahap aksi soial (social action level).
Kurikulum berbasis multikultural juga perlu memasukan materi dan bahan ajar
yang berorientasi pada penghargaan kepada orang lain dan kelompok lain. Demi
terwujudnya tujuan kurikulum tersebut, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh guru,
yaitu:
(2) Cara belajar anak didik yang ditentukan oleh latar belakang budayanya;
(3) Lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan pribadi anak didik adalah entry
behavior kultur anak didik;
Indonesia dalah Negara yang kaya dengan budaya, seperti dinyatakan dalam
ungkapan “Bhineka Tunggal Ika”. Apabila kebudayaan dijadikan salah satu landasan
yang kuat dalam pengembangan kurikulum, maka proses pengembangan kurikulum di
Indonesia harus pula memperhatikan keragaman kebudayaan yang ada. Artinya,
pendekatan multikulturalis dalam pengembangan kurikulum di Indonesia adalah suatu
keharusan yang tak dapat diabaikan lagi. Pengembangan kurikulum yang menggunakan
pendekatan multikultural haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
4
Azyumardi, Azra, Pendidikan Agama Membangun Multikultura Indonesia, dalam Zakiyuddin
Baidhowy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Erlangga, Jakarta. 2005.
6
1) Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori model, dan
hubungan sekolah dengan lingkungan sosial-budaya.
3) Budaya di lingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan obyek studi yang
harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar anak didik, dan
1) Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini kepada filosofi
yang lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit
pendidikan. Untuk tingkat pendidikan dasar, filosofi konservatif seperti esensialisme dan
perenialisme haruslah dapat diubah ke arah filosofi kurikulum yang progresif seperti
humanize, progresivisme, dan rekonstruksi sosial, yang lebih menekankan pendidikan
sebagai upaya mengembangkan kemampuan kemanusiaan peserta didik baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat, bangsa dan dunia.
2) Teori kurikulum tentang konten (curriculum content) haruslah berubah dari yang
mengartikan konten sebagai aspek substantive yang berisikan fakta, teori, dan
generalisasi kepada pengertian yang mencakup pula nialai, moral, prosedur, proses, dan
keterampilan yang harus dimiliki anak didik.
3) Teori yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan keragaman
sosial, budaya, ekonomi dan politik tidak lagi hanya mendasarkan diri pada teori
psikologi belajar yang bersifat individualistik dan menempatkan anak didik dalam suatu
kondisi value free, tetapi harus pula didasrkan pada teori belajar yang menempatkan anak
didik sebagai mahluk sosial, budaya, politik, dan hidup sebagai anggota aktif masyarakat,
bangsa dan dunia.
4) Proses belajar yang dikembangkan untuk anak didik juga harus berdasarkan proses
yang dimiliki tingkat isomorphism yang tinggi dengan kenyataan sosial. Artinya, proses
7
belajar yang mengandalkan anak didik belajar secara individualistis dan bersaing secara
kompetitiv-individualistis harus ditinggalkan dan diganti dengan cara belajar
berkelompok dan bersaing secara kelompok dalam suatu situasi positif. Dengan cara
demikian, perbedaan antar individu dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan
kelompok dan anak didik terbiasa hidup dengan berbagai keragaman budaya, sosial,
intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi politik.
8
e. Kelima, manusia tidak dapat mengetahui kebenaran absolute, tetapi suatu
kebenaran dapat direalisasikan pada level yang berbeda-beda melalui perasaan,
pemikiran, intuisi, dan intelektual. Keempat bentuk ini harus bekerja secara
harmoni dan terintegrasikan ke dalam sebuah system pendidikan yang
konprehensif.
f. Keenam, peserta didik harus didorong untuk mengetahui prinsi-prinsip unity and
diversity dan menyadari adanya dasar-dasar keamanan yang menembus dunia
biologis dan psikis. Ini sebuah refleksi terhadap kesatuan prinsip-prinsip
pencapaian dunia.
Model pendidikan multikultural mencakup kurikulum yang resmi serta the hidden
curriculum (kurikulum tak tertulis dan terencana tetapi proses internalisasi nilai,
pengetahuan, dan keterampilan justru terjadi di kalangan peserta didik). Dalam kurikulum
resmi, pendidikan multikultural sebaiknya diintegrasikan ke semua mata pelajaran dan
kegiatan lintas kurikulum. Sebaiknya wawasan multikulturalisme tidak dimasukkan
sebagai beban tambahan sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum yang sudah
dirasakan amat berat oleh guru dan peserta didik5. Model kurikulum multikultural
mengintegrasikan proses pembelajaran nilai, pengetahuan, dan keterampilan hidup dalam
masyarakat yang multikultural. Muatan nilai, pengetahuan, dan keterampilan
multikultural ini bisa didesain sesuai tahapan perkembangan anak dan jenjang
pendidikan. Muatan-muatan nilai multikultural perlu dirancang dalam suatu strategi
proses pembelajaran yang mendorong terjadinya internalisasi nilai-nilai.
Banyak model kurikulum yang dapat digunakan para pendidik pada lembaga
pendidikan formal. Misalnya Kurikulm Berbasis Multikultural. Model kurikulum
Berbasis Multikultural berbeda dengan kurikulum-kurikulum lainnya. Kurikulum
tersebut merupakan aliran pendidikan yang memiliki keterkaitan dengan tiga filosofi
pendidikan yang dikemukakan oleh Theodore Brameld, yaitu; perenialisme,
esensialisme, progresifisme dan rekonstruksionalisme. Perenialisme, pada dasarnya
5
Ismail Fuad, Konsep Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam. Skripsi: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2009. hal. 98.
9
adalah sudut pandang dimana sasaran yang laik dicapai oleh pendidikan adalah
kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan kebenaran, dan nilai, yang abadi, tak
terikat waktu, tak terikat ruang.
1) Esensialisme, tugas manusia adalah memamhami hokum dan tatanan alam semesta
hingga bias menghargai dan menyesuiakan diri dengannya.
6
Suniti, Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural. IAIN Syaekh Nurjati Cirebon. Jurnal
Edueksos, 2014. Vol. III, No.2. hal. 37.
10
4) Membantu mengonseptualisasi dan mengaspirasikan konstruksi masyarakat yang lebih
baik, demokratis, dan egaliter tanpa ada diskriminasi, penindasan, dan pelanggaran
terhadap nilai-nilai yang universal.
Sejalan dengan konsep ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam
mengemabangkan kurikulum, Pertama, hakekat dan kebutuhan peserta didik. Kedua,
hakikat dan kebutuhan masyarakat. Ketiga, masalah pokok yang diminati peserta didik
untuk mengembangkan diri sebagai pribadi yang matang dan mampu menjalin hubungan
dengan pribadi lain dan masyarakat.
Berdasarkan tujuan dan isi model kurikulum multikultural, ada beberapa metode
desain yang menjadi ciri dari model tersebut, yaitu:
11
karena itu, ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi dalam melaksanakan pendidikan
multikultural, yaitu7:
1. Pemilihan materi pelajaran harus terbuka secara budaya didasarkan pada siswa.
Keterbukaan ini harus menyatukan opini–opini yang berlawanan dan interprestasi-
interprestasi yang berbeda.
2. Isi materi pelajaran yang dipilih harus mengandung perbedaan dan persamaan dalam
lintas kelompok.
3. Materi pelajaran yang dipilih harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat.
Selanjutnya, Tilaar juga mengemukakan empat prinsip yang perlu dipegang dalam
menerapkan pendidikan multikultural, yaitu sebagai berikut.
4. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi
persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya. (Tilaar, 2005).
7
Hamdan H. B. Dessy N.A. Desain Pengembangan Pendidikan Multikultural disekolah dasar.
Jurnal, Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin. 2008. hal. 3.
12
2) Menetapkan pendekatan, metode, dan media pembelajaran berbasis multikultural, dan
8
Tilar H.A.R. Multikulturalisme. Jakarta Grasindo. 2004.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Munir,S. 2017. Politik Pendidikan Islam Berbasis Multikultural: Konsep dan Strategi
Pembelajaran Agama Islam dalam Mewujudkan Islam Rahmatan Li Al- ‘Alamin.
Dirosat. Jurnal of Islamic Studies. Institut Agama Islam Pangeran diponerogo
nganjuk. Vol.2. no. 2.
Ismail Fuad, 2009. Konsep Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam. Skripsi:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15