Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Etika bisnis Islam merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang
dilupakan banyak orang, padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat
memahami suatu bisnis persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap
manis, menjaga sopan santun, berpakaian yang baik sampai bertutur kata,
semua itu ada “meaning’nya. Bagaimana era global ini dituntut untuk
menciptakan suatu persaingan yang kompetitif sehingga dapat terselesaikannya
tujuan dengan baik, kolusi, korupsi, mengandalkan koneksi, kongkalikong
menjadi suatu hal yang lumrah, padahal pada etikanya tidak begitu.
Dalam ajaran Islam, kegiatan bisnis sangat dianjurkan, tetapi harus sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan baik itu oleh al-Qur’an maupun sunnah Nabi.
Keduanya menjadi pedoman bagi kaum muslim dalam melakukan kegiatan
bisninya. Di antara pedoman tersebut terdapat pula beberapa kode etika dalam
perdagangan menurut Islam diantaranya adalah sidiq (jujur). Amanah
(tanggung jawab), tidak melakukan riba, menepati janji, tidak melakukan
penipuan, tidak tahfif (curang dalam timbangan), tidak menjelek-jelekan
pedagang lain, tidak menimbun barang dan hal ini yang dapat merugikan orang
lain.
Ekonomi Islam mengarahkan bisnis atau dunia usaha yang penuh dengan
nilai-nilai ekonomi dan etika, dengan kata lain bahwa Islam tidak pernah
memisahkan ekonomi dengan etika. Manusia muslim, individu maupun
kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis disatu sisi diberi kebebasan
untuk mencari keuntungan sebesar besarnya namun disisi lain ia terkait dengan
iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan
modalnya atau membelanjakan hartanya.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi etika ?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen ?

1
3. Apa tujuan manajemen ?
4. Bagaimana etika manjemen dalam islam ?
5. Apa dasar hukum manajemen dalam islam ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi etika
2. Untuk mengetahui apa itu manajemen
3. Untuk mengetahui tujuan manajemen
4. Untuk mengetahui etika manajemen dalam islam
5. Untuk mengetahui dasar hukum manajemen dalam islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Etika
Secara etimologi, etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos
mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap
apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib,
tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau
tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.
Etika merupakan filsafat tentang moral. Jadi sasaran etika adalah moralitas.
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan
yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang
mengendalikan kegiatan itu dan nilai yang tersimpul didalamnya, yang
dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut. Menurut
Robert C. Solomon, moral tidak diartikan sebagai aturan aturan dan ketaatan,
tetapi lebih menunjuk kepada bentuk karakter atau sifat-sifat individu seperti
kebajikan, kasih sayang, kemurahan hati dan sebagainya, yang semuanya itu
tidak terdapat dalam hukum. Menurut K. Bertens dalam buku Etika,
merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga: Pertama, etika
digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral
atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Menurut
Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu yang
menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju
oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat. Dalam ajaran Islam, istilah yang paling
dekat berhubungan dengan istilah etika dalam Al-Quran adalah Khuluq. Al-
Asfahani dalam mengartikan Khuluq pada firman Allah yang artinya : apa
yang diusahakan manusia untuk mencapai kemuliaan sesuai dengan

3
penciptaannya. Dalam kamus al-Munawwir, khuluq berarti ; tabi’at, budi
pekerti, kebiasaan , kesatriaan dan keperwiraan. Keluar istilah al-akhlaq yang
kemudian sudah menjadi sebuah ilmu tersendiri. Sangat menarik bila
dicermati, kedekatan kholaqo yang berarti mencipta dan kholuqo yang berarti
berperangai, ternyata perangai atau kebiasaan (akhlak) tidak akan terbentuk
kecuali ada kehendak dan I’tikad manusia dalam menciptakan perbuatannya.
Al-Quran juga menggunakan sejumlah istilah lain untuk menggambarkan
konsep tentang kebaikan: khair (kebaikan), birr (kebenaran), qist (persamaan),
‘adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan), ma’ruf
(mengetahui dan menyetujui) dan taqwa (ketakwaan). Tindakan yang terpuji
disebut sebagai salihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai sayyi’at.
Dalam khazanah pemikiran Islam, etika dipahami sebagai Al-Akhlaq atau Al-
Adab yang bertujuan untuk mendidik moralitas manusia. Etika terdapat dalam
materi-materi kandungan ayat-ayat Al-Quran yang sangat luas, dan
dikembangkan dalam pengaruh filsafat Yunani hingga para sufi.

2. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa prancis kuno menage-ment, yang
memilki arti : seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet
(1868-1933), manajemen diartikan sebagai “lebih dekat pada seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.” Ricky W. Griffin mendefenisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dikerjakan secara benar, terorganisasi, dan
sesuai dengan jadwal.
Menurut Georgy R. Terry Manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-
orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

4
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”
(pengelolaan), sedang pelaksananya di sebut manager atau pengelola. Luther
Gullick mendefenisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan
(science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat
kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Mary Parker Follet
mendefenisikan manajemen adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui
orang lain.

3. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi dasar manajemen saling berkaitan. Perencanaan
umpamanya mempengaruhi pengorganisasian, dan pengorganisasian
mempengaruhi pengawasan. Satu fungsi sama sekali tidak berhenti, sebelum
yang lain dimulai. Fungsi-fungsi itu jalin menjalin tanpa terpisahkan, dan
biasanya mereka tidak dijalankan dalam suatu urutan tertentu, tetapi tampaknya
menurut yang dikehendaki keperluan masing-masing. Untuk melancarkan
suatu organisasi baru, biasanya memulai dengan perencanaan, diikuti oleh
fungsi-fungsi yang lain. Masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
a. Fungsi Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai
dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan
bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan. Jadi, planning (perencanaan) yaitu
penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan
merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut:
 Tindakan apa yang harus dikerjakan?
 Apa sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?
 Di manakah tindakan itu harus dikerjakan?
 Kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
 Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?

5
 Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu? Menurut Stoner,
planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk
mencapai sasaran. Jadi, perencanaan bagian dari suatu proses atau fungsi
manajemen yang merupakan keputusan dalam memperkirakan,
mengamsusikan atau memprediksikan tindakan-tindakan terhadap
kebutuhan organisasi dimasa yang akan datang.
b. Fungsi Organizing (pengorganisasian)
Tujuan pengorganisasian adalah untuk mengelompokkan kegiatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya yang dimilki agar pelaksanaan dari
suatu rencana dapat dicapai secara efektif dan ekonomis. Langkah pertama
yang sangat penting dalam pengorganisasian ini yang umumnya harus
dilakukan sesudah perencanaan adalah proses mendesain organisasi yaitu
penentuan struktur organisasi yang paling memadai untuk strategi, orang,
teknologi dan tugas organisasi. Unit-unit kerja perlu dibentuk dan demikian
pula hubungan antara pengurus dengan manajer serta antara manajer dengan
pegawai perlu ditentukan sehingga akan melahirkan suatu struktur organisasi
yang dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antar bagian-bagian
komponen dan posisi dalam suatu organisasi serta bagaimana
mengkoordinasikan aktivitas organisasi. Pengorganisasian adalah proses
manajerial yang berkelanjutan. Sebagaimana kita ketahui teknologi terus
berkembang dan lingkungan organisasi dapat berubah. Oleh karena itu,
manajer harus menyesuaikan strategi yang telah disusunnya sehingga tujuan
dari organisasi tetap dapat dicapai secara efektif dan efisien. Demikian halnya
dengan struktur organisasinya dapat didesain kembali disesuaikan dengan
perubahan lingkungan yang terjadi sehingga tujuan dari organisasi dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
c. Fungsi Menggerakkan/Kepemimpinan (Actuating)
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi aktivitas dari
pada kelompok yang terorganisir dalam usaha dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan. Memimpin adalah suatu proses
mempengaruhi yang lain untuk bekerja menuju pencapaian tertentu.

6
d. Pengarahan (Directing)
Directing merupakan pengarahan yang diberikan kepada bawahan
sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja
efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Directing juga
mencakup kegiatan yang merancang untuk memberi orientasi kepada pegawai,
misalnya menyediakan informasi tentang hubungan antar bagian, antar pribadi
dan tentang sejarah, kebijaksanaan dan tujuan dari perusahaan.
e. Fungsi Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan
standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik
informasi sesungguhnya dengan standar terlebih dahulu ditetapkan,
menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya organisasi yang digunakan
sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya
sasaran organisasi. Jadi tujuan utama dari pengendalian adalah memastikan
bahwa hasil kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengendalian
tidak bersifat restriktif tetapi korektif dalam arti bahwa bilamana terjadi
penyimpangan-penyimpangan supaya diketahui sedini mungkin. Jadi bukan
merupakan fungsi yang negatif dari manajemen. Dengan adanya pengendalian
diharapkan:
1. Dapat diketahui atau dipastikan kemajuan yang diperoleh dalam
pelaksanaan perencanaan.
2. Dapat meramalkan arah perkembangan dan hasil yang akan dicapai.
3. Dapat menentukan tindakan pencegahan apa yang diperlukan untuk
menghadapi permasalahan-permasalahan.
4. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki
perencanaan yang akan datang.
5. Mengetahui adanya penyimpangan terhadap perencanaan sedini
mungkin.

7
4. Etika manajemen Dalam Islam
Manajemen dalam Islam dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang
harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan
motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan
bersama. “Fii Dunya Hasanah Wa Fil akhiroti hasanah”. Menurut Prayudi
dalam tulisannya berjudul “Manajemen Islami”, mencatat empat landasan
untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan islam, yaitu:
kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus
memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya
mendapatkan hasil yang maksimal. Hal yang paling penting dalam manajemen
berdasarkan pandangan islam adalah harus ada sifat ri‟ayah atau jiwa
kepemimpinan. Kepemimpinan menurut pandangan islam merupakan faktor
utama dalam konsep manajemen. Watak dasar ini merupakan bagian penting
dari manusia sebagai khalifah fi alardl.
Manajemen (Al-Idarah) menurut pandangan islam merupakan manajemen
yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak “menganiaya” bawahan dan
bawahan tidak merugikan perusahaan. Bentuk penganiayaan yang dimaksud
adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa
bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer
mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan,
maka sebenarnya manajernya itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat
ditentang oleh Islam. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan
bersama antara pimpinan dan bawahan. Islam juga menekankan pentingnya
unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen. Nabi Muhammad SAW
adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen
bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW
menempatkan manusia sebagai postulatnya atau sebagai fokusnya, bukan
hanya sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar
target produksi. Nabi Muhammad SAW mengelola (Manage) dan
mempertahankan kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan hanya
bukan hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward

8
atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya. Manajemen Islam pun
tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi). Ada empat pilar etika
manajemen menurut islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Pertama, “tauhid” yang berarti memandang bahwa segala aset dari transaksi
bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan
amanah untuk mengelolanya. Kedua, “adil”artinya segala keputusan
menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus
dilandasi dengan akad saling setuju dengan sistem profit and loss sharing.
Ketiga, “kehendak bebas”manajemen Islam mempersilakan umatnya untuk
menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang
memenuhi asas hukum Ekonomi Islam yaitu halal. Dan keempat adalah
“pertanggung jawaban”(mas‟uliyah) semua keputusan seorang pimpinan
harus dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan. Keempat pilar tersebut
akan membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melakukan kontrak-
kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan
bawahan. Jadi, ciri manajemen Islami adalah amanah. Jabatan merupakan
amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah. Seorang manajer
harus memberikan hak-hak orang lain, baik mitra bisnisnya ataupun
karyawannya. Pimpinan harus memberikan hak untuk beristirahat dan hak
untuk berkumpul dengan keluarganya kepada bawahannya. Ini merupakan
nilai-nilai yang diajarkan manajemen Islam. Ciri lain manajemen Islami adalah
seorang pimpinan harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh
kecil seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja
adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan dan
mengucapkan terimakasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Bukankah
kelembutan tersebut tak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika
karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan, penegakan aturan
harus konsisten dan tidak pilih kasih. Setiap pekerjaan harus dilandasi dengan
niat yang baik. Karena, niat baik akan menuntun kita melakukan pekerjaan
dengan baik untuk hasil yang baik pula. Islam mengajarkan sesuatu harus
diawali dengan niat baik. Innamal a‟malu bin niat wa innama likulliriim ma

9
nawa. Abu Sin dalam bukunya Al-Idarah fi al islam, sebagaimana dikutip
Adiwarman Karim menjelaskan konsep manajemen Islami secara panjang
lebar, sekaligus membuat kritikan terhadap manajemen modern. Menurutnya,
scientific management hanya menekankan pada pentingnya efesiensi dan
kompensasi ekonomis sebagai insentif utama bagi pekerja, padahal efisiensi
menjadi kontraproduktif bila pekerja merasa diperlakukan seperti robot dan
berapapun besarnya kompensasi ekonomis akan terasa kurang bila kebutuhan
psikologisnyaa tidak terpenuhi. Bahkan, konsep ini menimbulkan pertentangan
yang tidak ada habisnya antara pekerja rendahan dengan manajemen atas.
Ahmad Ibrahim Abu Sin, merumuskan empat hal yang harus terpenuhi untuk
dapat dikategorikan manajemen Islami:
a. Manajemen Islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak Islami. Etika
bisnis Islami yang ditawarkan Salafy dan Khalafi berlaku universal tanpa
mengenal ras dan agama. Boleh saja berbisnis dengan label Islam dengan
segala atributnya, namun bila nlai-nilai dan akhlak berbisnis ditinggalkan,
cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.
b. Kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar
pekerja. Cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan memanipulasi
semangat jihad seorang pekerja dengan menahan haknya, kemudian
menghiburnya dengan pahala yang besar. Urusan pahala, Allah yang
mengatur. Urusan kompensasi ekonomis, kewajiban perusahaan
membayarnya.
c. Faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi
ekonomis. Pekerja diperlakukan dengan hormat dan diikut sertakan dalam
pengambilan keputusan. Tingkat partisipatif pekerja tergantung pada
intelektual dan kematangan psikologisnya. Bila hak-hak ekonomisnya
tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad akan mau dan mampu
melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajibannya.
d. Sistem dan struktur organisasi sama pentingnya. Kedekatan atasan dan
bawahan dalam ukhuwah Islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas
formal dan ketaatan pada atasan selama tidak bersangkut dosa.

10
5. Dasar Hukum Manajemen
Ciri manajemen Islam adalah amanah. Jabatan merupakan amanah yang
harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Jika setiap pelaku orang
yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka
diharapkan perilakunya. Seorang manajer perusahaan adalah pemegang amanat
dari pemegang sahamnya, yang wajib mengelola perusahaan dengan baik,
sehingga menguntungkan pemegang saham dan memuaskan konsumennya.
Manajemen Syariah memandang bahwa tugas merupakan amanah dan
tanggung jawab pribadi yang harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Firman
Allah dalam surah An-Nisa (4) : 58
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanaya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi maha melihat.” Ayat di atas menjelaskan bahwa amanah
merupakan tanggung jawab pribadi yang harus disampaikan kepada yang
berhak menerimanya, dan Allah menyuruh untuk berlaku adil dalam
menetapkan hukum.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

11
Dunia mulai memandang perlu adanya etika dan moral dalam menjalankan
bisnis sebagai upaya meminimalisisr adanya kekurangan yang menyebabkan
kegagalan pasar. Sementara itu etika dan moral dalaam islam sendiri telah
diatur sedemikian rupa dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang
manusia. Seperti yang diaplikasikan oleh Nabi Muhummad SAW dalam
menjalankan bisnisnya sebagai seorang pedagang yang tersohor.
1)Larangan memperdagangkan barang atau jasa haram.
2) Bersikap benar, amanah dan jujur, adalah kunci keberhasilan.
3) Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga atau riba.
4) Menerapkan kasih saying dan mengharamkan monopoli.
5)Menegakkan toleransi dan persaudaraan.
Pelaksanaan etika dan moral islam dalam manajeman sumber daya
manusia dapat membawa dampak pada peningkatan performa perusahaan. Hal
ini telah banyak dibuktikan oleh berbagai penelitian yang pada intinya
penerapan manajeman sumber daya manusia secara islami akan membawa
pada kebaikan dunia juga kebaikan akhirat. Hal ini merupakan dampak dari
konsep etika dan moral bisnis yang tidak hanya berlandaskan pada laba semata
namun juga kemaslahatan bagi orang disekitarnya sehingga kepercayaan
masyarakat akan meningkat seiring dengan perbaikan sumber daya manusia
sebagai daya saing kompetitif dalam persaingan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

12
https://media.neliti.com/media/publications/58054-ID-etika-bisnis-dalam-
perspektif-islam-eksp.pdf
http://eprints.stainkudus.ac.id/2306/4/04%20BAB%20I.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/19826/8/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf
file:///C:/Users/Asus/Downloads/511-863-1-SM%20(2).pdf

13

Anda mungkin juga menyukai