FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Unsur –
unsur desain organisasi Open Sistem mendesain organisasi untuk lingkungan
internasional” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang di berikan Dosen yang mengajar mata kuliah Desain Organisasi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................2
BAB I.............................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
BAB II............................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................5
BAB III..........................................................................................................20
KESIMPULAN.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini yaitu :
1. Memahami makna dari Desain Organisasi
2. Dapat mengetahui unsur – unsur Desain Organisasi Open Sistem
3. Desain Organisasi terhadap lingkungan Internasional
4. Pengaruh Desain Organisasi Open Sistem terhadap Lingkungan Internasional
a. Desain organisasi adalah struktur organisasi tertentu sebagai hasil dari berbagai
keputusan dan tindakan para manajer (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson,
2007:236).
b. Desain organisasi adalah keseluruhan rangkaian elemen struktural dan hubungan di
antara elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk mengelola organisasi secara
total (Griffin, 2004:352).
c. Desain organisasi adalah sebuah proses memilih dan mengelola aspek-aspek
struktural dan kultural yang dilakukan oleh para manajer sehingga organisasi mampu
mengendalikan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
bersama (Wisnu dan Nurhasanah, 2005:11).
Organisasi sebagai Open system ini bisa diibaratkan seperti organisme yang hidup dalam
media tertentu. Agar dapat bertahan hidup organisme ini perlu terus menerus berinteraksi
dengan lingkungannya, mengambil makanan dari lingkungan, kemudian pengkonversikannya
menjadi energi dan kemudian energi serta limbahnya dilepaskan kembali ke lingkungan.
Konsep input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu teori yang menjelaskan
bagaimana Sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia nyata. Suatu teori yang beranjak dari
konsep umum ke khusus yang tampak logis, rasional dan teratur berupaya untuk mencari
jawaban terhadap upaya menghubungkan nilai input dan nilai output sehingga menghasilkan
efisiensi biaya.
Open system akan mencapai suatu tingkat dinamika tertentu atau keseimbangan dinamis.
Di sisi lain Sistem ini masih mempunyai kemampuan yang berkelanjutan untuk
melangsungkan kerja dan melakukan transformasi ke pihak lain. Sistem ini mempunyai
proses putaran yang kontinu yang menyebabkan daya hidupnya berkelangsungan. Organisasi
dipandang sebagai hal yang dinamis yang senantiasa berubah. Masukan yang berasal dari
lingkungan, diterima oleh sesuatu organisasi. Kemudian organisasi tersebut memproses
sebagai salah satu kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil pemrosesan ini
dikirim dan diterima oleh lingkungan baik berupa barang-barang atau jasa pelayanan. Hasil
ini dirasakan oleh masyarakat sebagai unsur lingkungan dari organisasi tersebut. Lingkungan
akan memberikan umpan balik kepada organisasi yang digunakan sebagai bahan masukan
baru untuk diolah dan diproses didalam organisasi. Dengan cara demikian organisasi
mencapai tingkat keseimbangan yang dinamis dengan lingkungannya. Karena ia dirangsang
untuk mendapatkan potensi baru guna melanjutkan kelangsungan hidupnya.
Karakteristik dari Open system ini menurut Burns dan Stalker (1994) adalah sebagi
berikut:
1. Tugas-tugas yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang tidak stabil.
2. Pengetahuan spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya. Berbeda dengan
Sistem tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi tugas itu pengetahuan spesialisasinya
dimiliki oleh masing-masing orang yang barang kali hanya bisa dipergunakam jika
menguntungkan orang tersebut untuk mengatasi berbagai tugas organisasi.
3. Hasil (atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan
4. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara teman sejawat.
5. Pencairan pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas yang bersifat formal
dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota didalam memecahkan persoalan-persoalan
organisasi.
6. Rasa pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang adalah pada organisasi secara
keseluruhan, tidak hanya pada subunit organisasi yang telah dibebankan kepada seseorang
pejabat.
7. Organisasi dipandang sebagai struktur network yang merembes (fluiding network
structure) (dalam hal ini organisasi dilihat sebagai amoeba).
8. Pengetahuan atau informasi dapat berada dimana saja di dalam organisasi (misalnya, setiap
orang mengetahui sesuatu yang bergayutan dengan organisasinya. Tidak semua orang
termasuk kepala atau pimpinan dapat mengetahui semua hal).
9. Interaksi di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak secara horizontal,
selancar geraknya interaksi vertikal.
10. Gaya interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat pemberian saran
disbandingkan dengan pemberian instruksi, dan disifati dengan mitos setia kawan dengan
mengesampingkan hubungan antara atasan-bawahan.
11. Hasil tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya menekankan pada
loyalitas dan kepatuhan pada seseorang atasan.
12. Prestise ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya kedudukan atau status
seseorang di dalam organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan professional dan reputasi
seseorang.
Pada sebuah organisasi bersistem terbuka perlu menjalin hubungan dengan banyak pihak
baik didalam maupun diluar organisasi. Humas adalah fungsi yang diperlukan oleh sebuah
organisasi yang menganut Sistem terbuka untuk mengelola hubungan atau interaksi serta
komunikasi antara organisasi dengan pihak-pihak luar. Grunig dan Hunt (1984) menyebut
humas yang posisinya berada di perbatasan antara manajemen pusat dengan bagian-bagian
lain yang ada didalam organisasi serta antara organisasi dan lingkungannya.
Dengan pandangan seperti inilah kehadiran humas dalam sebuah organisasi menjadi
sangat diperlukan karena humaslah yang bertugas sebagai penghubung antara organisasi
dengan lingkungannya dan demikian pula sebaliknya. Namun begitu perlu untuk ditekankan
disini bahwa hubungan antara organisasi dengan lingkungannya tidaklah berada dalam
kerangka hubungan yang tidak seimbang.
Organisasi harus sejak awal menyadari bahwa hubungan antara dirinya dengan
lingkungan adalah hubungan yang saling menguntungkan, seimbang, serta berazaskan
komunikasi dua arah yang saling timbal balik. Karena hanya dalam kerangka hubungan
semacam inilah organisasi dapat bertahan dan eksis untuk terus merealisasikan tujuan-
tujuannya. Untuk dapat merealisasikan sebuah hubungan timbal balik dua arah yang saling
menguntungkan, ternyata keterbukaan sebuah Sistem saja dipandang kurang mencukupi.
Atau dengan kata lain, walaupun organisasi tersebut telah berSistem terbuka, organisasi
masih memerlukan faktor lain untuk memantapkan posisinya dalam sebuah Sistem.
Organisasi masih memerlukan worldview yang sesuai.
Menurut Grunig (1989) ada dua jenis worldview yang bisa dianut oleh sebuah organisasi.
Ia menyebutnya sebagai Symmetrical Worldview dan Asymmetrical Worldview atau bisa kita
terjemahkan sebagai Paradigma Simetris dan Paradigma Asimetris. Grunig lebih lanjut
menyatakan bahwa untuk sebuah organisasi agar bisa bertahan dalam lingkungannya dengan
baik dan mampu menjalin hubungan yang positif dengan lingkungn tersebut sebuah
organisasi memerlukan Paradigma yang Simetris (dikutip dalam Grunig dan White, 1992).
Seperangkat Paradigma yang simetris adalah:
1. Interdependence
Organisasi menyadari bahwa ia tidak bisa mengisolasi diri dari lingkungan sekitar.
Walaupun sebagai sebuah Sistem organisasi memiliki pembatas, namun pembatas itu bisa
ditembus oleh lingkungan.
2. Moving Equilibrium
Organisasi sebagai sebuah Sistem bisa saja berupaya untuk mencapai kondisi equilibrium
yaitu kondisi yang stabil, namun ia harus menyadari bahwa kondisi stabil tersebut tidak akan
selamanya bertahan. Dengan kata lain, organisasi harus selalu siap dengan kondisi
equilibrium yang selalu bergerak ini. Equilibrium selalu bergerak karena lingkungan di
sekitar Sistem selalu berubah. Jika sebuahSistem ingin terus eksis, ia harus bisa beradaptasi
dengan perubahan itu.
3. Equity Organisasi
Beroperasi atas dasar persamaan hak antar manusia. Karyawan harus diperlakukan
dengan manusiawi serta dipenuhi hak-haknya, termasuk hak untuk berbeda pendapat atau
memberi kritikan serta masukan kepada organisasi. Demikian juga dalam berinteraksi dengan
komponen yang lain dalam komunitas.
4. Autonomy
Memberikan otonomi yang cukup luas kepada karyawan. Pemberian otonomi tidak perlu
dikhawatirkan akan menjadi lepas kendali karena banyak penelitian membuktikan otonomi
yang dimiliki seseorang justru akan memperbaiki kinerja orang tersebut. Dengan demikian
pemberian otonomi pada karyawan justru akan memberikan dampak yang positif pada
organisasi.
5. Innovation
Organisasi bersikap fleksibel atau luwes dalam menghadapi adanya gagasan-gagasan
baru dan tidak terpaku pada konservatisme atau tradisi yang ketinggalan jaman. Anggota
organisasi diberikan kesempatan dan ruang untuk berinovasi, mengembangkan kreativitasnya
atau berimprovisasi.
6. Decentralization of Management
Ada pendelegasian kewenangan yang memadai. Para menajer berperan lebih sebagai
koordinator dari pada diktator. Pendelegasian kewenangan yang cukup terbukti akan
mendorong tumbuhnya iklim komunikasi yang sehat, kinerja yang baik, dan kepuasan kerja
yang cukup tinggi.
7. Responsibility
Organisasi dan para anggotanya harus menyadari bahwa kehadiran mereka dalam suatu
lingkungan memiliki dampak bagi Sistem lain yang ada di lingkungan tersebut. Karenanya,
organisasi harus berupaya memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak
negatif mereka terhadap lingkungan.
8. Conflict Resolution
Organisasi bersikap terbuka terhadap adanya konflik. Konflik adalah sesuatu yang biasa
dalam interaksi antar manusia, sehingga tidak perlu ditutupi atau dianggap tabu. Konflik yang
terjadi harus diselesaikan dengan cara negosiasi, komunikasi, dan kompromi dan bukannya
diselesaikan dengan cara pemaksaan, manipulasi, koersi, atau kekerasan.
Sedangkan seperangkat Paradigma yang Asimetris adalah:
1. Internal Orientation (berorientasikan ke dalam)
Para anggota organisasi tersebut hanya bisa melihat kepada dirinya sendiri namun tidak
mampu membayangkan bagaimana orang lain memandang organisasi tersebut. Dengan kata
lain organisasi tersebut tidak pernah berusaha mencari tahu bagaimana pendapat orang lain
tentang dirinya. Ia sudah cukup puas dengan pendapatnya sendiri.
2. Closed System Informasi
Hanya bergerak keluar dari organisasi, namun tidak ada informasi yang masuk kedalam
organisasi. Artinya, organisasi tersebut tidak pernah berusaha mencari feedback dari luar.
3. Efficiency
Adalah segala-galanya bagi organisasi, bahkan jika perlu dengan mengorbankan inovasi.
4. Elitism
Menganggap pimpinan organisasi sebagai yang paling tahu dan yang paling bijak. Ide-
ide atau pendapat dari mereka yang tidak memiliki posisi tinggi atau penting dalam
organisasi dianggap sebagai pendapat yang tidak berguna dan karenanya tidak perlu
diindahkan.
5. Conservatism
Organisasi enggan untuk berubah. Perubahan dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan
karenanya harus dihindari. Upaya-upaya yang ada untuk membawa organisasi ke arah
perubahan dianggap sebagai tindakan yang subversif dan karenanya patut mendapat
hukuman.
6. Tradition
Tradisi turun temurun dalam organisasi tersebut dianggap sebagai pakem yang tidak bisa
diubah-ubah lagi, bahkan bila tradisi tersebut tidak sesuai lagi dengan perubahan jaman.
Organisasi menganggap bahwa bergantung pada tradisi akan membawa stabilitas dan rasa
nyaman.
7. Central Authority
Kekuasaan harus terkonsentrasi pada segelintir orang yang ada di pucuk pimpinan
perusahaan. Kewenangan tidak didelegasikan (dari Grunig dan White, 1992).
Masih teringat dalam ingatan penulis, beberapa tahun yang lalu ketika sebuah perusahaan
besar di Indonesia memutuskan untuk ditanya apa alasannya membentuk dan mengangkat
pejabat humas. Sang Direktur menjawab bahwa alasannya membentuk bagian humas karena
merasa kewalahan menghadapi wartawan. Gambaran ini menunjukkan, bahwasannya
keberadaan humas dalam organisasi akan sangat tergantung dari kemauan para pemimpinnya.
Begitupula sebuah perusahaan yang memiliki bagian humas tetapi tidak mampu
mendeskripsikan kerja/tugas humas secara tegas, maka para petugas humas-nya berkelakar
bahwa tugas humas adalah semua tugas yang belum dikerjakan oleh bagian lain. Tetapi ada
juga bagian humas yang sungguh sangat elegan dengan deskripsi dan wewenang yang jelas.
Gambaran ini menunjukkan bahwa keberadaan humas di sebuah organisasi juga tergantung
dari bagaimana apresiasi dan persepsi para pengambil keputusan.
Keberadaan humas dalam organisasi pada dasarnya bisa dilihat secara fungsional
maupun struktural. Secara fungsional artinya humas tidak harus ada sebagai state of being
atau sebagai sebuah bagian tersendiri dengan segala konsekuensi sebuah bagian yang
memiliki fasilitas ruang, pimpinan dan staf tersendiri, melainkan secara fungsional tanpa
adanya bagian humas, organisasi bisa mengangkat seorang petugas humas untuk menjalankan
fungsi-fungsi kehumasan. Sedangkan secara struktural artinya humas telah terlembagakan ke
dalam bagian tersendiri.
Djanaid (2000) mengklasifikasikan menjadi dua, yakni sebagai state of being dan method
of communication. Sebagai method of communication, humas dipahami sebagai sebuah
aktivitas berhubungan dengan public melalui pendekatan komunikasi yang dilakukan oleh
siapa saja yang berada dalam organisasi tersebut. Sementara sebagai state of being, humas
telah terlembagakan kedalam bagian-bagian dalam struktur organisasi.
Humas berkedudukan sebagai sebuah fungsi yang mengantarai manajemen pusat dengan
bagian-bagian lain yang ada dalam organisasi, humas memiliki posisi yang cukup dekat
dengan manajemen pusat. Keberadaan humas pada sebuah posisi yang dekat dengan
manajemen pusat tersebut menggambarkan betapa posisi humas dianggap cukup penting
dalam sebuah organisasi. Kedekatan posisi humas dengan manajemen pusat tersebut memang
disengaja, karena humas sebagai fungsi pencari dan pemberi informasi diharapkan memiliki
akses langsung kepada manajemen pusat untuk mempercepat serta memudahkan tugas-tugas
humas sebagai pemberi masukan serta pengambil keputusan khususnya yang melibatkan
masalah-masalah komunikasi yang dihadapi organisasi.
B. Dampak Awal Kegiatan Internasional pada Desain Organisasi
Sebagai perusahaan domestik yang memperluas ke internasional, ini akan merubah
organisasi yang dirancang untuk mengakomodasi peningkatan kegiatan internasional.
a. Pendekatan wajar
Sekarang berasumsi bahwa perusahaan hipotetis yang baru saja dijelaskan mulai terlibat
dalam mengekspor langsung pada tingkat sederhana. Respon awal untuk penjualan
internasional dan perintah adalah pendekatan wajar.
b. Departemen Ekspor
Sebagai penjualan perusahaan ekspor yang menjadi lebih signifikan, langkah
selanjutnya biasanya adalah untuk menciptakan departmen ekspor terpisah. departemen
ekspor bertanggung jawab untuk mengawasi operasi internasional, pemasaran produk,
pemrosesan order, bekerja sama dengan distributor asing, dan mengatur pembiayaan bila
diperlukan.
c. Divisi Internasional
Perusahaan menanggapi tantangan mengendalikan bisnis internasional mereka
berkembang dengan mengubah desain organisasi mereka melalui penciptaan sebuah divisi
internasional yang mengkhususkan diri dalam mengelola operasi luar negeri.
Lima bentuk paling umum desain organisasi global adalah produk, area/ lapangan,
fungsional, pelanggan / customers, dan matriks.
Contoh desain fungsional global yang digunakan British Airways, perusahaan ini pada
dasarnya adalah sebuah perusahaan bisnis tunggal - menyediakan layanan transportasi udara
dan memiliki operasi fungsional yang luas perusahaan yang didedikasikan untuk pemasaran
dan operasi, urusan publik, teknik, keuangan perusahaan, sumber daya manusia dan
fungsi dasar lainnya.
Sentralisasi Versus Desentralisasi
Ketika merancang organisasi, MNC harus membuat keputusan sangat kritis yang
menentukan tingkat otonomi, kekuasaan dan kontrol itu ingin memberikan anak perusahaan.
kira itu memilih untuk desentralisasi pengambilan keputusan desentralisasi dengan
memungkinkan anak individu kebijaksanaan yang besar atas strategi, keuangan, produksi,
dan keputusan pemasaran, sehingga membiarkan keputusan yang dibuat oleh manajer paling
dekat dengan pasar.
Koordinasi dalam Organisasi global
Akhirnya, sebagai bagian menciptakan desain yang efektif untuk dirinya sendiri, sebuah
perusahaan internasional harus memenuhi kebutuhan koordinasi. Dalam koordinasi
pengertian ini adalah proses menghubungkan dan mengintegrasikan fungsi dan kegiatan
kelompok yang berbeda, unit atau divisi.
D. Budaya Perusahaan Dalam Bisnis Internasional
Budaya organsiasi yang berorientasi pada sistem terbuka (Open system) digambarkan
bahwa orang-orang yang ada di dalam organisasi saling terbuka dan setiap orang merasa
nyaman dalam organisasi sehingga proses transformasi informasi yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan bisa dengan mudah diperoleh sehingga organisasi cepat merespon
perubahan yang terjadi di luar lingkungan organisasi. Sedangkan pada sistem tertutup (Close
– system) orang-orang yang ada di dalam organisasi tertutup dengan pihak luar dan informasi
bersifat rahasia (Hofstade, 1980). Budaya organisasi yang berorientasi pada sistem
pengendalian lemah (Loose control) direfleksikan bahwa orang-orang yang ada dalam
organisasi tidak peduli dengan biaya, tidak tepat waktu, tidak serius dalam bekerja dan
tingkat frekuensi bekerja kurang. Sedangkan budaya sistem pengendalian ketat (Tight
control) diidentikkan dengan orangorang yang memiliki cost consious tinggi, tepat waktu,
dan serius (Hofstade, 1980). Pengendalian organisasi dilakukan melalui peraturan-peraturan
dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengendalikan perilaku manajemen agar
sesuai dengan tujuan organisasi sehingga proses pengambilan keputusan dapat lebih mudah
dilakukan (Nahar, 2002).
Desain organisasai Open sistem ini akan merubah organisasi yang dirancang untuk
mengakomodasi peningkatan kegiatan internasional. Budaya organisasi yang berorientasi
pada sistem terbuka berhubungan positif dengan pengendalian keputusan dan manajemen
keputusan pada lingkungan internasional. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan
keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya, sehingga harus memiliki Sistem
pengendalian yang baik. Lingkungan dapat dilakukan dengan dua arah yaitu organisasi
dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh organisai. Adapun
lingkungan organisasi terdiri atas lingkungan mikro dan makro.
Dikarenakan lingkungan internasional termasuk kedalam lingkungan makro tentu saja
Open sistem dapat digunakan dalam mendesain organisasi di lingkungan internasional. Tidak
menutup kemungkinan pengendalian yang baik dapat mengendalikan lingkungan
internasional dengan metode open sistem.
BAB III
KESIMPULAN
Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
http://the-bean-organics.blog.friendster.com/2008/05/organisasi-Sistem-terbuka/
http://mangihot.blogspot.com/2017/02/pengertian-dan-jenis-jenis-desain.html?m=1
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Collaboratory
http://tugasleoespadamenejemen13unsri.blogspot.com/2016/01/desain-organisasi-untuk-
bisnis.html