Disusun Oleh:
Kelompok 8
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
hidayahNyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang kami susun ini
berjudul “ Unsur-Unsur Desain Internal Menggunakan Teknologi Informasi Untuk
Koordinasi dan Pengendalian”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun , demi perbaikan
dalam makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...……ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang………..…………………………………………………..….1
I.2 Saran……………………………………………………………………..…..2
I.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..…2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Unsur-Unsur Desain Internal……………………………………………….4
II.2 Desain Internal Menggunakan Teknologi Informasi……………………….4
II.3 Teknologi Informasi Untuk Koordinasi Dan Pengendalian………………..9
II.4 Komponen Sistem Pengendalian internal…………………………………21
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan……………………………………………………………….24
III.2 Saran……………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu organisasi dalam menjalankan sejumlah aktivitas juga tidak terlepas dari
suatu kegiatan untuk memulainya dengan melakukan proses perencanaan.
Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas
inidividu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang sering dilakukan
adalah adanya kesadaran individu sebagai makhluk juga mempunyai keinginan-
keinginan atau tujuan pribadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan
organisasi, bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan
organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itu diperlukan suatu pengendali
kerja sehingga tujuan individu 2 bisa selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat
untuk mencapai hal tersebut adalah adanya sistem pengendalian manajemen yang
baik.
iv
Pada makalah ini akan dibahas bentuk organisasi yang berbeda yang bisa diambil
perusahaan internasional dan isu kunci strategis yang harus ditangani oleh manajer
dalam memilih antara berbagai desain dan membahas mengenai pengendalian suatu
organisasi.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
dampak pemanfaatan teknologi informasi pada rantai nilai organisasi (value
chain).
II.2.2 Lingkungan
vii
Semakin dinamis lingkungan maka semakin besar pula tingkat rasionalisasi
dalam proses perencanaan perusahaan. Lingkungan yang kompleks adalah
lingkungan yang mencakup heterogenitas dari elemen lingkungan yang relevan
atau berpengaruh tehadap suatu operasi perusahaan. Duncan (1972) dalam
Susanti (2002) mendefinisikan kompleksitas lingkungan dengan adanya
bermacammacam kekuatan eksternal yang berinteraksi dengan organisasi. Gibbs
(1994) dalam Susanti (2002) menggambarkan lingkungan dengan banyaknya
jumlah unit yang saling berinteraksi dan tingkatan dimana suatu organisasi harus
memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai informasi.
viii
Dari beberapa pendapat diatas diperoleh gambaran yang jelas bahwa yang
dimaksud dengan sentralisasi adalah salah satu dimensi struktur organisasi yang
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dan pendelegasian wewenang
dalam organisasi. Kondisi tersentralisasi jika pimpinan manajer puncak dalam
proses pengambilan keputusannya dibuat oleh puncak manajemen itu sendiri
tanpa adanya partisipasi dari manajer dibawahnya.Demikian pula dengan
pendelegasian wewenang pada manajemen level bawah kurang artinya bahwa
manajer level bawah kurang dipercaya untuk menjalankan wewenangnya dan
mengevaluasi tindakannya. Formalisasi mengacu pada sampai tingkat mana
pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi dibakukan atau distandarkan (Robin,
1990). Tingkat formalisasi yang tinggi dalam suatu organisasi dicirikan dengan
adanya uraian jabatan (job description) yang eksplisit; banyaknya aturan
organisasi dan prosedur yang terdefinisi dengan jelas, yang meliputi proses kerja
dalam organisasi. Sebaliknya yang dimaksud tingkat formalisasi rendah apabila
perilaku kerja relatif tidak terprogram dan karyawan mempunyai kebebasan untuk
menjalankan tugasnya. Hall (1972) dalam Susanti (2002) berpendapat bahwa
formalisasi merupakan aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang didesain untuk
mengatasi kontinjensi yang dihadapi oleh organisasi. Formalisasi juga merupakan
tingkat dimana suatu organisasi menggunakan peraturan dan prosedur tertulis
untuk menentukan perilaku karyawannya (Gibson, 1985) dalam Susanti (2002).
Hage dan Aiken (1967) menyatakan bahwa organisasi dengan pekerjaan-
pekerjaan rutin lebih cenderung memiliki formalisasi peran-peran organisasi yang
lebih besar. Hal ini dikarenakan organisasi tersebut cenderung berada pada
tujuan-tujuan yang tidak rutin sebagai bagian dari keseluruhan rutinitas kesatuan.
Bedein dan Zammuto (1991) dalam Susanti (2002) berpendapat bahwa organisasi
yang menggunakan hardware dan software dari suatu proses produksi untuk
peraturan, kebijakan dan prosedur dari standarisasi kerja, maka organisasi yang
menggunakan teknologi baru tersebut berkurang kebutuhannya terhadap
peraturan, kebijakan dan prosedur untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
perilaku karyawan.
ix
dengan berbagai jenis pekerjaan unit akan menimbulkan masalah manajerial yang
lebih rumit jika dibandingkan dengan organisasi yang memiliki sedikit jenis
pekerjaan dan unit. Kompleksitas struktural berkaitan dengan banyak sedikitnya
pembagian kerja dan pembentukan departemen dalam suatu organisasi. Semakin
banyak pembagian kerja dan pembentukan departemen suatu organisasi maka
semakin banyak pula pekerjaan dan unit yang harus ditangani suatu organisasi
sehingga menimbulkan masalah manajerial yang lebih rumit dibandingkan
dengan organisasi yang memiliki sedikit pekerjaan dan unit. Integrasi
mencerminkan/merefleksikan tingkat koordinasi antara aktivitasaktivitas
organisasi yang berlainan melalui mekanisme koordinasi yang formal (Miller dan
Friesen, 1982) dalam Lee dan Grover (2000). Lawrence dan Lorsch (1967) dalam
Robbins (1990) menyatakan bahwa integrasi merupakan gabungan dari beberapa
unit interdependen atau departemen yang dibutuhkan untuk mencapai usaha unit
dan merupakan tipikal organisasi yang digunakan termasuk aturan dan prosedur,
rencana-rencana formal, hirarki otoritas dan komite pembuatan keputusan. Chia
(1995) dalam Muslichah (2002) menyatakan bahwa integrasi merupakan alat
koordinasi antar segmen dari sub unit dan antar unit dalam organisasi.
x
Radiophones, Videotext dan E-conference. Keen (1986) dalam Tjakrawala (2002)
mendukung pendapat dari Huber dengan menyebutkan tiga perbedaan antara
teknologi komputasi dengan teknologi komunikasi yaitu : teknologi komunikasi
terkait dengan faktor-faktor perubahan usaha yang baru dan kompleks; teknologi
komunikasi pada dasarnya adalah teknologi pemampu/enabling technology yang
menyediakan sistem informasi yang canggih dan teknologi komunikasi dan
keekonomisannya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan berdampak
pada organisasi. Grover dan Teng (1996) berpendapat bahwa untuk
memisahkan/membedakan secatra tegas antara teknologi komputasi dan teknologi
komunikasi akan mengalami kesulitan. Perbedaan yang mendasar diantara
keduanya, teknologi komunikasi dapat menguranngi biaya dan waktu untuk
meyampaikan informasi tentang lingkungan eksternal, sedangkan teknologi
komputasi memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan
eksternl itu sendiri dan memberikan organisasi kemampuan untuk menangani
lingkungan yang lebih kompleks (melalui fungsi computing technology yaitu
meringkas dan menganalisis).
xi
Manajemen hendaknya memiliki informasi yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan kegiatannya dan pengambilan
keputusan.
1. Pengendalian Akuntansi
Meliputi rencana organisasi serta prosedur dan catatan yang relevan dengan
pengamanan aktiva, yang disusun untuk menyakinkan bahwa :
xii
d. Jumlah aktiva dalam catatan dicocokan dengan aktiva yang ada pada
waktu yang tepat dan tindakan yang sewajarnya jika terjadi perbedaan
2. Pengendalian Administrasi
xiii
1. Pegawai yang berkualitas dan dapat dipercaya. Masing-masing pegawai ini
tentu diberi tanggungjawab yang sesuai dengan kecakapannya, pengalamannya,
dan kejujurannya.
1. Luas lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin besar dan kompleks
xiv
internal untuk merencanakan audit dengan cara melaksanakan prosedur guna
memahami desain pengendalian yang relevan bagi penyusunan laporan keuangan.
Kelima komponen tersebut adalah
a. Integritas dan nilai etika Integritas dan nila etika adalah produk dari
standar etika dan perilaku entitas dan bagaimana standar tersebut
dikomunikasikan dan dijalankan dengan praktik.Integritas dan nilai etika
merupakan unsure pokok lingkungan pengendalian yang mempengaruhi
perancangan pengurusan dan pemantauan komponen pengendalian internal
lainnya.Efektifitas pengendalian tidak dapat meningkatkan melampaui dari
integritas dan nilai etika yang menciptakan, pengurus dan memantau.
xv
memperngaruhi mutu pengertian internal. Manajemen yang menjaga
pengendalian internal dengan mengkomunikasikan dukungannya terhadap
prosedur pengendalian di seluruh organisasi akan dapat mengoptimalkan
efektifitas pengendalian organisasinya.
xvi
dan terpercaya, tiap orang memiliki kelemahan yang melekat.Dapat saja
pegawai tersebut bosan dan tidak puas atau masalah pribadi yang dapat
merusak kinerjanya.Sehingga metode perekrutan, pengevaluasian, dan
penggajian merupakan bagian penting dari struktur pengendalian internal.
Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana resiko harus dikelola.Penentuan resiko tujuan laporan keuangan
adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen resiko yang terkait dengan
pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum. Manajemen resiko menganalisis hubungan resiko asersi
spesofik laporan keuangan dengan aktifitas seperti pencatatan, pemprosesan,
pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan.
xvii
6) Pengenalan divisi usaha, atau produk baru Dengan masuk ke bidang bisnis
atau transaksi yang didalamnya entitas belum memiliki pengalaman dapat
mendatangkan resiko baru yang berkaitan dengan pengendalian internal.
3. Aktivitas pengendalian.
xviii
pencapaian tujuan entitas.Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan
diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi, pemprosesan data, serta
diintegrasikan dalam komponen-komponen pengendalian lainnya. Kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur, selain yang termasuk ke dalam komponen
lainnya, yang membantu meyakinkan bahwa tindakan-tindakan tertentu telah
dijalankan guna mencapai tujuan perusahaan. Secara umum, aktivitas
pengendalian adalah sebagai berikut :
Kebijakan yang dibuat dan harus diikuti oleh pegawai dalam rangka
melakukan supervise setiap aktivitas dan keputusan, disebut sebagai otorisasi.
Otorisasi biasanya didokumentasikan sebagai penandatangan, pemberian paraf,
atau memasukkan kode otorisasi atas dokumen atau catatan transaksi.Para
pegawai yang memproses transaksi harus menverifikasi keberadaan otorisasi
yang sesuai. Otorisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu :
xix
Desain dan pengunaan catatan yang memadai membantu memastikan
pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang saling
berkaitan. Dokumen dan catatan merupakan media fisik yang digunakan untuk
menyimpan informasi. Dokumen berfungsi sebagai penghantar informasi
keseluruhan bagian organisasi dan antar organisasi yang berbeda.Bentuk dan isi
dokumen harus mendukung pencatatan yang efisien, meminimalkan kesalahan
pencatatan, dan memfasilitasi peninjauan dan verifikasi. Untuk dokumen yang
mengawali transaksi harus memiliki ruang untuk otorisasi. Dokumen yang
digunakan untuk memindahkan aset orang lain, harus memiliki ruang untuk tanda
tangan pihak penerima aset. Untuk mengurangi terjadinya penipuan, dokumen
harus diberi nomor urut cetak sehingga setiap dokumen dapat
dipertanggungjawabkan.
Aset sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada aset fisik saja tetapi
sebuah informasi juga merupakan aset perusahaan.Prosedur yang dapat dilakukan
untuk menjaga aset, baik aset berupa informasi maupun fisik adalah sebagai
berikut :
c. Membatasi akses secara fisik ke aset, seperti : mesin kas, lemari besi,
kotak uang, dan lain-lain.
xx
a) Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara secara terpisah Salah
satu cara untuk memeriksa keakuratan dan kelengkapan catatan adalah
merekonsiliasi catatan tersebut dengan catatan lainnya yang seharusnya memiliki
saldo sama. Contohnya membandingkan jumlah total dalam buku pembantu
piutang dengan total akun piutang usaha dalam buku besar.
xxi
3) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dana akun tertentu dalam
pelaporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan
transaksi.
5. Pemantauan
Informasi untuk penilaian dan perbaikan dapat berasal dari berbagai sumber
meliputi studi atas struktur pengendalian internal yang ada, laporan auditor,
laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari bank, umpan
balik dari karyawan, dan keluhan dari pelanggan atas tagihan yang datang.
Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu
dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui :
xxii
komisaris berkaitan dengan usaha untuk memcapai tujuan pengendalian internal
organisasi. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh dari keterbatasan bawaan
yang melekat dalam pengendalian internal, yaitu :
Meski hubungan manfaat dan biaya merupakan criteria utama yang harus
dipertimbangkan dalam mendesain pengendalian internal, pengukuran tepat biaya
dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan.Maka manajemen harus
melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menila
hubungan biaya manfaat tersebut.
Dewan komisaris, komite audit dan fungsi audit internal yang efektif dapat
menghalangi perbuatan yang tidak semestinya oleh manajemen. Efektivitas
pengendalian internal dapat juga dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor
seperti perubahan dalam kepemilikan dan pengendalian, perubahan manajemen
atau personel lain atau pengembangan pasar atau industri.
xxiii
1) Manajemen. Manajemen bertanggungjawab untuk menciptakan dan
memelihara pengendalian internal yang efektif di dalam perusahaan.
Pengendalian internal merupakan suatu proses yang ada pada aktivitas operasi
organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen seperti perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian organisasi nirlaba.
3. Struktur Organisasi
xxiv
Salah satu elemen kunci dalam lingkungan pengendalian adalah struktur
organisasi. Struktur Organisasi menunjukkan pola wewenang dan tanggung jawab
yang ada dalam suatu organisasi nirlaba. (Desentralisasi maupun sentralisasi).
10. Pemantauan (Monitoring).
Pemantauan merupakan pengawasan oleh manajemen atau pengawasan lain yang
ditunjuk atas kebijakan efektivitas internal control. Aktivitas pemantauan terdiri dari
tiga hal, yaitu pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Aktivitas pemantauan berhubungan
dengan penetapan secara periodik atas efektivitas dari desain dan implementasi dari
internal kontrol yang dilakukan oleh manajemen dalam sebuah organisasi nirlaba.
xxv
kepada stakeholder, sehingga akuntabilitas keuangan organisasi menjadi hal yang
dipertanyakan. Hal ini dikarenakan lemahnya sistem pengendalian internal pada
organisasi. Terjadinya kondisi seperti ini dapat dsebabkan oleh pengetahuan dan
pemahaman manajemen yang tidak begitu dalam akan sistem pengendalian internal.
xxvi
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan melalui penulisan makalah ini ialah, agar setiap
orang yang membacanya dapat mengetahui dan mengenal tentang akuntansi
manajemen. Dan makalah ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/7293/3/BAB%20II.pdf
http://lnk996.blogspot.com/2015/04/katapengantar-denganmengucapkan-puji.html?
m=1
xxviii