Anda di halaman 1dari 28

UNSUR-UNSUR DESAIN INTERNAL

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI


UNTUK KOORDINASI DAN PENGENDALIAN

Mata Kuliah : Desain Organisasi MGT 3.1


Dosen Pengampu : Lili Erti, SE.,.MM

Disusun Oleh:
Kelompok 8

1. Sonia Esparanza Pasaribu (1961201052)


2. Nopelia Siburian (1961201257)
3. Novira Madona (1961201087)
4. Syarifah Fitri P (1961201044)

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
hidayahNyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang kami susun ini
berjudul “ Unsur-Unsur Desain Internal Menggunakan Teknologi Informasi Untuk
Koordinasi dan Pengendalian”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun , demi perbaikan
dalam makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi


pembaca umumnya dan bagi kami khususnya. Akhir kata kami sampaikan
terimakasih semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita.

Pekanbaru, 11 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...……ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang………..…………………………………………………..….1
I.2 Saran……………………………………………………………………..…..2
I.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..…2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Unsur-Unsur Desain Internal……………………………………………….4
II.2 Desain Internal Menggunakan Teknologi Informasi……………………….4
II.3 Teknologi Informasi Untuk Koordinasi Dan Pengendalian………………..9
II.4 Komponen Sistem Pengendalian internal…………………………………21
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan……………………………………………………………….24
III.2 Saran……………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebuah organisasi memiliki tujuan yang memungkinkan sekelompok orang untuk


secara efektif mengkoordinasikan aktivitas kolektif mereka dan mencapai tujuan.
Struktur organisasi merupakan cara organisasi secara formal dalam mengatur unit dan
aktivitas domestik maupun internasional dan hubungan antar komponen organisasi.
Sebuah struktur perusahaan membantu menentukan dimana kekuatan dan
kewenangan formal akan ditempatkan di dalam organisasi, dan struktur ini adalah apa
yang secara umum dipresentasikan dalam bagan organisasi. Menciptakan dan
mengembangkan struktur organisasi internasional marupakan tugas fundamental dari
manajer senior, sebab mereka mampu menetapkan atau mengubah struktur
keseluruhan dari perusahaan internasional.

Desain organisasi adalah proses yang berkaitan dengan bagaimana bisnis


internasional harus diorganisasikan untuk memastikan bahwa aktivitas bisnis di
seluruh dunia dapat diintregasikan dalam situasi yang efektif dan efisien. Dalam
mendesain sebuah organisasi internasional, sangat penting bahwa struktur dan sistem
yang diimplementasikan harus konsisten satu sama lain dan sesuai dengan konteks
lingkungan tempat perusahaan beroperasi dan strategi yang digunakan perusahaan
untuk bersaing di lingkungan internasional tersebut.

Suatu organisasi dalam menjalankan sejumlah aktivitas juga tidak terlepas dari
suatu kegiatan untuk memulainya dengan melakukan proses perencanaan.
Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas
inidividu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang sering dilakukan
adalah adanya kesadaran individu sebagai makhluk juga mempunyai keinginan-
keinginan atau tujuan pribadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan
organisasi, bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan
organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itu diperlukan suatu pengendali
kerja sehingga tujuan individu 2 bisa selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat
untuk mencapai hal tersebut adalah adanya sistem pengendalian manajemen yang
baik.

iv
Pada makalah ini akan dibahas bentuk organisasi yang berbeda yang bisa diambil
perusahaan internasional dan isu kunci strategis yang harus ditangani oleh manajer
dalam memilih antara berbagai desain dan membahas mengenai pengendalian suatu
organisasi.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja unsur-unsur desain internal ?

2. Bagaimana desain internal menggunakan teknologi informasi ?

3. Bagaimana teknologi informasi untuk koordinasi dan pengendalian ?

4. Apa saja komponen sistem pengendalian internal ?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur desain internal

2. Untuk mengetahui bagaimana desain internal menggunakan teknologi


informasi

3. Untuk mengetahui bagaimana teknologi informasi untuk koordinasi dan


pengendalian

4. Umtuk mengetahui apa saja komponen sistem pengendalian internal

v
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Unsur-Unsur Desain Internal


II.1.1 Unsur-unsur Struktur Organisasi
1. Spesialisasi aktivitas (Specialization of activities). Spesialisasi aktivitas
mengacu pada spesialisasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam
organisasi (pembagian kerja) dan pengaturan-pengaturan tugas-tugas tersebut
menjadi satuan-satuan kerja (departementasi).

2. Standarisasi aktivitas (Standardization of activities). Standardisasi kegiatan


merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
kelayakdugaan (predictability) aktivitasnya. Menstandarisasi berarti
menjadikan kegiatan pekerjaan seragam dan taat azas.

3. Koordinasi aktivitas (Coordination of activities). Koordinasi aktivitas yaitu


proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dan fungsi-fungsi sub
organisasi dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi, untuk
menciptakan keserasian gerak langkah unit-unit yang ada dalam pencapaian
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

4. Sentralisasi dan Desentralisasi pengambilan keputusan (Centralization and


Decentralization of decision making). Sentralisasi dan desentralisasi
pengambilan keputusan mengacu pada lokasi otoritas pengambilan keputusan.
Dalam struktur organisasi yang di sentralisasi, keputusan diambil pada tingkat
tinggi oleh manajer puncak, atau bahkan oleh seorang saja.

II.2 Desain Internal Menggunakan Teknologi Informasi

II.2.1 Dampak Teknologi Informasi Bagi Organisasi

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan sarana penunjang/pendorong


bagi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Romney (2006) menyatakan
bahwa pemanfaatan teknologi informasi didalam organisasi akan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas/proses bisnis yang terdapat dalam organisasi tersebut. Adapun
pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam organisasi dapat dilihat dari

vi
dampak pemanfaatan teknologi informasi pada rantai nilai organisasi (value
chain).

Pemanfaatan teknologi informasi dalam organisasi dapat meningkatkan akses


atas informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai status pengiriman;
memungkinakan organisasi untuk mengurangi jumlah persedian penyangga
(inventory buffer); meningkatkan efisiensi operasi internal perusahaan,
khususnya perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi (misalnya industri
perakitan mobil, komputer, elektronik dan lain-lain); dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dari kegiatan penjualan dan pemasaran, pembelian,
sumber daya manusia serta dukungan layanan purna jual.

Dampak strategis pemanfaatan teknologi informasi bagi organisasi dapat


dilihat dari dapat tidaknya teknologi informasi menunjang dan membantu
organisasi dalam melaksanakan dan mencapai strategi organisasi secara
keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Romney
(2006) bahwa pemanfaaatan teknologi informasi didalam organisasi bukan
merupakan strategi dasar dari organisasi tersebut, implementasi teknologi
informasi digunakan untuk membantu dalam pencapaian strategi organisasi.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi, akses terhadap proses bisnis
perusahaan dapat dilakukan denga cepat sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara lebih cepat dan akurat dan pada akhirnya tujuan organisasi dapat
tercapai.

II.2.2 Lingkungan

Lingkungan oleh Duncan (1972) dalam Susanti (2002) didefinisikan sebagai


totalitas faktor sosial dan fisik yang berpengaruh terhadap perilaku pembuatan
keputusan seseorang dalam organisasi. Lingkungan, baik lingkungan internal
(mudah dikendalikan) maupun lingkungan eksternal (sulit dikendalikan)
merupakan faktor pentoing yanng harus dipertimbangkan bagi perusahaan kerena
berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Proses perencanaan dan
operasional tidak akan mengalami masalah jika lingkungan dalam kondisi stabil,
tetapi untuk kondisi lingkungan yang penuh ketidakpastian proses perencanaan
dan operasional akan mengalami kesulitan.

Terdapat dua dimensi utama lingkungan yaitu dinamika lingkungan dan


kompleksitas lingkungan (Duncan, 1972) dalam Susanti (2002) dimana kedua
dimensi lingkungan tersebut berhubungan erat dengan ketidapastian lingkungan.
Dinamika lingkungan berkaitan dengan tingkat perubahan dalam lingkungan
yang tidak dapat diprediksi/tidak menentu. Dess dan Beard (1984) dalam Susanti
(2002) menyatakan bahwa lingkungan yang dinamis berhubungan dengan dengan
tingkat perubahan, ketiadaan pola dan lingkungan yang tidak dapat diprediksi.

vii
Semakin dinamis lingkungan maka semakin besar pula tingkat rasionalisasi
dalam proses perencanaan perusahaan. Lingkungan yang kompleks adalah
lingkungan yang mencakup heterogenitas dari elemen lingkungan yang relevan
atau berpengaruh tehadap suatu operasi perusahaan. Duncan (1972) dalam
Susanti (2002) mendefinisikan kompleksitas lingkungan dengan adanya
bermacammacam kekuatan eksternal yang berinteraksi dengan organisasi. Gibbs
(1994) dalam Susanti (2002) menggambarkan lingkungan dengan banyaknya
jumlah unit yang saling berinteraksi dan tingkatan dimana suatu organisasi harus
memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai informasi.

II.2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi secara luas didefinisikan sebagai ciri oranisasi yang


berfungsi untuk mengendalikan dan membedakan semua bagian dalam
organisasi. Robins (1990) menyatakan bahwa struktur organisasi mengacu pada
bagaimana tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara
formal. Struktur organisasi merupakan suatu alat kontrol bagi organisasi yang
menunjukkan tingkat pendelegasian wewenang manajer puncak dalam pembuatan
keputusan. Beberapa peneliti menyatakan bahwa terdapat empat dimensi teoritis
dalam struktur organisasi yaitu dimensi sentralisasi, formalisasi, kompleksitas
dan dimansi integrasi. Istilah sentralisasi mengacu pada tingkat mana
pengambilan keputusan dipusatkan pada titik tunggal dalam organisasi (Robin,
1990).

Sentralisasi merupakan struktur organisasi yng menggambarkan apakah


pimpinan puncak dalam organisasi mendelegasikan wewenang atau tidak
(Gibson, et al. 1994). Sentralisasi mengacu pada penempatan pengambilan
keputusan oleh pusat dimana manajer level bawah kurang berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dan hanya sebagai pelaksana dari keputusan yang telah
diambil. Suatu organisasi dikatakan sentralisasi yang luas apabila keputusan
tersebut dibuat pada level organisasi yang tinggi (Susanti, 2002). Hage dan Aiken
(1967) mendefinisikan sentralisasi sebagai tingkat dan ragam partisipasi dalam
keputusan-keputusan strategis oleh kelompok tertentu, yang bersifat relative
terhadap beberapa kelompok dalam organisasi. Semakin besar tingkat partisipasi
oleh kelompok yang berjumlah besar dalam suatu organisasi, maka sentralisasi
akan berkurang. Pendekatan yang dilakukan oleh Hage dan Aiken (1967)
menekankan pada fakta bahwa kekuasaan dijalankan dengan banyak cara dan
ragam dalam organisasi. Van de ven dan Koenig (1976) dalam Lee dan Grover
(2000) mendefinisikan sentralisasi sebagai lokus otoritas pembuatan keputusan
dalam organisasi.

Dalam situasi yang sangat tersentralisasi, manajer level bawah tidak


dipercaya untuk membuat keputusan atau mengevaluasi tindakan mereka sendiri.

viii
Dari beberapa pendapat diatas diperoleh gambaran yang jelas bahwa yang
dimaksud dengan sentralisasi adalah salah satu dimensi struktur organisasi yang
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dan pendelegasian wewenang
dalam organisasi. Kondisi tersentralisasi jika pimpinan manajer puncak dalam
proses pengambilan keputusannya dibuat oleh puncak manajemen itu sendiri
tanpa adanya partisipasi dari manajer dibawahnya.Demikian pula dengan
pendelegasian wewenang pada manajemen level bawah kurang artinya bahwa
manajer level bawah kurang dipercaya untuk menjalankan wewenangnya dan
mengevaluasi tindakannya. Formalisasi mengacu pada sampai tingkat mana
pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi dibakukan atau distandarkan (Robin,
1990). Tingkat formalisasi yang tinggi dalam suatu organisasi dicirikan dengan
adanya uraian jabatan (job description) yang eksplisit; banyaknya aturan
organisasi dan prosedur yang terdefinisi dengan jelas, yang meliputi proses kerja
dalam organisasi. Sebaliknya yang dimaksud tingkat formalisasi rendah apabila
perilaku kerja relatif tidak terprogram dan karyawan mempunyai kebebasan untuk
menjalankan tugasnya. Hall (1972) dalam Susanti (2002) berpendapat bahwa
formalisasi merupakan aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang didesain untuk
mengatasi kontinjensi yang dihadapi oleh organisasi. Formalisasi juga merupakan
tingkat dimana suatu organisasi menggunakan peraturan dan prosedur tertulis
untuk menentukan perilaku karyawannya (Gibson, 1985) dalam Susanti (2002).
Hage dan Aiken (1967) menyatakan bahwa organisasi dengan pekerjaan-
pekerjaan rutin lebih cenderung memiliki formalisasi peran-peran organisasi yang
lebih besar. Hal ini dikarenakan organisasi tersebut cenderung berada pada
tujuan-tujuan yang tidak rutin sebagai bagian dari keseluruhan rutinitas kesatuan.
Bedein dan Zammuto (1991) dalam Susanti (2002) berpendapat bahwa organisasi
yang menggunakan hardware dan software dari suatu proses produksi untuk
peraturan, kebijakan dan prosedur dari standarisasi kerja, maka organisasi yang
menggunakan teknologi baru tersebut berkurang kebutuhannya terhadap
peraturan, kebijakan dan prosedur untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
perilaku karyawan.

Pendapat-pendapat diatas mengemukakan bahwa formalisasi berkaitan


dengan aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dibuat
oleh perusahaan untuk mengatasi ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dan
menentukan perilaku dari karyawannya. Tinggi rendahnya tingkat formalisasi
dalam organisasi ditentukan oleh banyak tidaknya aturan, kebijakan dan prosedur
yang dibuat perusahaan yang berkaitan dengan proses kerja dalam oranisasi.
Kompleksitas struktural mengacu pada tingkat perbedaan sub-sub unit/ fungsi
berdasarkan tujuan, orientasi tugas, rentang waktu dan tingkat otonominya.
Ramamurty (1990) dalam Lee dan Grover (2000) mengartikan kompleksitas
struktural sebagai jumlah dan variasi dari strategi pemasaran, teknologi dan
produk dimana organisasi perusahaan tersebut berinterksi. Gibson et. Al (1994)
menyatakan bahwa kompleksitas merupakan akibat langsung dari adanya
pembagian kerja dan pembentukan departemen, artinya bahwa suatu organisasi

ix
dengan berbagai jenis pekerjaan unit akan menimbulkan masalah manajerial yang
lebih rumit jika dibandingkan dengan organisasi yang memiliki sedikit jenis
pekerjaan dan unit. Kompleksitas struktural berkaitan dengan banyak sedikitnya
pembagian kerja dan pembentukan departemen dalam suatu organisasi. Semakin
banyak pembagian kerja dan pembentukan departemen suatu organisasi maka
semakin banyak pula pekerjaan dan unit yang harus ditangani suatu organisasi
sehingga menimbulkan masalah manajerial yang lebih rumit dibandingkan
dengan organisasi yang memiliki sedikit pekerjaan dan unit. Integrasi
mencerminkan/merefleksikan tingkat koordinasi antara aktivitasaktivitas
organisasi yang berlainan melalui mekanisme koordinasi yang formal (Miller dan
Friesen, 1982) dalam Lee dan Grover (2000). Lawrence dan Lorsch (1967) dalam
Robbins (1990) menyatakan bahwa integrasi merupakan gabungan dari beberapa
unit interdependen atau departemen yang dibutuhkan untuk mencapai usaha unit
dan merupakan tipikal organisasi yang digunakan termasuk aturan dan prosedur,
rencana-rencana formal, hirarki otoritas dan komite pembuatan keputusan. Chia
(1995) dalam Muslichah (2002) menyatakan bahwa integrasi merupakan alat
koordinasi antar segmen dari sub unit dan antar unit dalam organisasi.

II.2.4 Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menghasilkan


informasi. Teknologi informasi teknologi komputer (computing technology) dan
teknologi komunikasi (communication technology) yang digunakan untuk
memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau non
finansial (Bodnar dan Hopwood, 1995). Sehingga dapat dikatakan bahwa
Teknologi informasi adalah segala cara atau alat yang yang terintegrasi yang
digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan atau menyajikan
secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang bermanfaat bagi
pemakainya. Implementsi teknologi informasi dalam perusahaan diharapkan
dapat menunjang kemampuan organisasi dalam mengatasi ketidakpastian
lingkungan. Pfeifer dan Leblebici (1977) dalam Markus dan Robey (1988)
menyatakan bahwa pada saat organisasi menghadapi lingkungan yang sangat
kompleks dan terus berubah, maka teknologi informasi merupakan suatu
keharusan dan dibutuhkan. Senada dengan pendapat diatas, Huber (1984) dalam
Markus dan Robey (1988) juga mengemukakan bahwa kebutuhan akan kapasitas
pengolahan informasi meningkat jika lingkungan menjadi serba tidak menentu
dan kompleks. Lebih lanjut Huber membedakan teknologi informasi menjadi dua
yaitu teknologi komputasi (computing technology) dan teknologi komunikasi
(communication technology) yang dkenal dengan istilah teknologi “C-kuadrat”.
Teknologi komputasi adalah gabungan dari sistem informasi manajemen (MIS),
sistem pengetahuan (knowledge system) dan desicion support system (DSS).
Sedangkan teknologi komunikasi adalah mencakup semua teknologi yang
berkaitan dengan teknologi jaringan yang digunakan untuk komunikasi yaitu
LAN (Local Area Network), WAN (Wide Area Network), E-mail, Voice-mail,

x
Radiophones, Videotext dan E-conference. Keen (1986) dalam Tjakrawala (2002)
mendukung pendapat dari Huber dengan menyebutkan tiga perbedaan antara
teknologi komputasi dengan teknologi komunikasi yaitu : teknologi komunikasi
terkait dengan faktor-faktor perubahan usaha yang baru dan kompleks; teknologi
komunikasi pada dasarnya adalah teknologi pemampu/enabling technology yang
menyediakan sistem informasi yang canggih dan teknologi komunikasi dan
keekonomisannya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan berdampak
pada organisasi. Grover dan Teng (1996) berpendapat bahwa untuk
memisahkan/membedakan secatra tegas antara teknologi komputasi dan teknologi
komunikasi akan mengalami kesulitan. Perbedaan yang mendasar diantara
keduanya, teknologi komunikasi dapat menguranngi biaya dan waktu untuk
meyampaikan informasi tentang lingkungan eksternal, sedangkan teknologi
komputasi memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan
eksternl itu sendiri dan memberikan organisasi kemampuan untuk menangani
lingkungan yang lebih kompleks (melalui fungsi computing technology yaitu
meringkas dan menganalisis).

II.3 Teknologi Informasi Untuk Koordinasi Dan Pengendalian

II.3.1 Definisi Sistem Pengendalian Internal

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling


berhubungan, kumpulan bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.1 Dalam mendefinisikan
Pengendalian Internal kita dapat menjumpai banyak referensi, diantaranya :
“Pengendalian internal adalah suatu keadaan di mana terdapat sistem akutansi
yang memadai menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi
keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham
kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain, yang dijadikan
dasar pengambilan keputusan ekonomi.” “Pengendalian internal adalah rencana,
metode, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi
jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional,
kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap asset, ketaatan/kepatuhan
terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.”

II.3.2 TujuanPengendalian Internal

Pengendalian Internal adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan


komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang
untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai tujuannya. Pengendalian
internal mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Mengecek ketelitian dan Keandalan pelaporan

xi
Manajemen hendaknya memiliki informasi yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan kegiatannya dan pengambilan
keputusan.

b. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi

Harta kekayaan perusahaan merupakan sarana untuk keberhasilan perusahaan


untuk itu perlu dilindungi dengan pengawasan yang memadai agar tidak tersesat
atau hilang dari usaha penyalahgunaan dan usaha pencurian. Hal ini dapat juga
terjadi pada harga tidak terwujud seperti : tagihan, dokumen-dokumen penting
(kontrak dan pembukuan).

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

Setiap pengendalian internal diharapkan dapat memberikan jaminan yang


layak agar peraturan dan prosedur ditaati untuk mencapai tujuan perusahaan.

d. Efektivitas dan efesiensi operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan untuk mencegah pekerjaan


yang tidak perlu, pemborosan dalam setiap usaha, dan menguji setiap pengunaan
sumber daya yang tidak efisien Tujuan pokok struktur pengendalian internal
tersebut dapat dipenuhi denganpengendalian yang baik.Tujuan pertama dan kedua
dapat dipenuhi dengan pengendalian akuntansi, sedangkan tujuan ketiga dan
keempat dapat dipenuhi dengan pengendalian administrasi yang baik.

Di bawah ini penjelasan Pengendalian akuntansi dan pengendalian


administrasi sebagai berikut :

1. Pengendalian Akuntansi

Meliputi rencana organisasi serta prosedur dan catatan yang relevan dengan
pengamanan aktiva, yang disusun untuk menyakinkan bahwa :

a. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan pimpinan

b. Transaksi dicatat sehingga dibuat iktisar keuangan sesuai prinsip akuntansi


yang berlaku serta menekankan pertanggungjawaban atas harta perusahaan

c. Penguasaan atas aktiva diberikan hanya dengan persetujuan dan otorisasi


pimpinan

xii
d. Jumlah aktiva dalam catatan dicocokan dengan aktiva yang ada pada
waktu yang tepat dan tindakan yang sewajarnya jika terjadi perbedaan

2. Pengendalian Administrasi

Pengendalian yang ditujukan untuk mendorong efisiensi operasional dan


menjaga diikutinya kebijakan perusahaan.Dapat berupa rencana organisasi dan
prosedur juga catatan yang relevan dengan pembuatan keputusan yang
mengantarkan pimpinan perusahaan untuk menyetujui atau member wewenang
terhadap transaksi-transaksi. Pelimpahan wewenang merupakan fungsi pimpinan
perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan tangungjawab untuk
mencapai tujuan organisasi dan itu merupakan titik tolak untuk menciptakan
pengendalian akuntansi atau transaksi.

II.3.3 Fungsi Pengendalian Internal

Pengendalian Internal melaksanakan 3 fungsi penting dalam sebuah


organisasi, yaitu :

a. Pengendalian Internal pencegahan (preventive control) Berguna untuk


mencegah timbulnya suatu masalah sebelum ada masalah, seperti :
memperkerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas
pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atau aset,
fasilitas dan informasi.

b. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective contro) Untuk


mengungkapkan masalah saat masalah tersebut ada, contoh : pemeriksaan salinan
atas perhitungan, mempersiapkan rekonsilitasi bank dan neraca saldo setiap
bulan.

c. Pengendalian korektif (corevtive control) Memecahkan masalah yang


ditemukan oleh pengendalian pemeriksaan.Pengendalian ini mencakup yang
dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan memperbaiki
kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan. Contoh dari pengendalian ini adalah :
pemeliharaan back up copies dan file utama, dan mengikuti prosedur untuk
memperbaiki kesalahan memasukkan data.

II.3.4 Prinsip-prinsip Pengendalian Internal

Untuk mendapatkan suatu pengendalian internal yang baik, menurut


Bambang Hartadu harus diperhatikan prinsip-prinsip yang ada dalam suatu
pengendalian internal pada perusahaan :

xiii
1. Pegawai yang berkualitas dan dapat dipercaya. Masing-masing pegawai ini
tentu diberi tanggungjawab yang sesuai dengan kecakapannya, pengalamannya,
dan kejujurannya.

2. Pemisahan wewenang. Struktur organisasi harus disusun dengan baik dan


jelas sehingga di satu pihak tenaga kerja dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya, tapi dilain pihak sekaligus terdapat pembagian tugas untuk maksud
pengendalian internal.

3. Pengawasan. Struktur pekerjaan masing-masing karyawan harus diawasi


dan dinilai oleh masing-masing atasannya yang bertanggungjawab atas hasil
pekerjaan bawahannya atau karyawannya.

II.3.5 Pentingnya Pengendalian Internal

Alasan pentingnya pengendalian internal bagi manajemen dan auditor adalah


sebagai berikut :

1. Luas lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin besar dan kompleks

2. Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam system yang baik memberikan


perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan
kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi

3. Pengendalian internal yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit


sehingga dapat mengurangi biaya audit

4. Digunakan secara efektif untuk mencegah penggelapan maupun


penyimpanagn dalam organisasi

5. Auditor menggunakan perolehan pemahaman atas struktur pengendalian


internal untuk melakukan penaksiran risiko pengendalian untuk asensi dalam
saldo akun, golongan, transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan
keuangan.

II.3.6 Komponen Pengendalian Internal

Struktur pengendalian internal mencakup lima komponen dasar kebijakan


dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi.
Kepentingan auditor berkaitan dengan pecegahan atau pendeteksian salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Dalam perencanaan audit, auditor harus
memperoleh satu pemahaman yang memadai atas komponen pengendalian

xiv
internal untuk merencanakan audit dengan cara melaksanakan prosedur guna
memahami desain pengendalian yang relevan bagi penyusunan laporan keuangan.
Kelima komponen tersebut adalah

1. Lingkungan Pengendalian (Control Enviroment)

Lingkungan pengendalian berkenanan dengan tindakan-tindakan, kebijakan-


kebijakan, dan prosedur-prosedur yang merefleksikan keseluruhan sikap
manajemen, dewan komisaris, kepemilikan dan pihak lainnya terhadap
pentingnya pengendalian internal bagi entitas. Lingkungan pengendalian
menetapkan corak dan suasana suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran
pengendalian personil dalam organisasi. Lingkungan pengendalian internal
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal yang lain, dengan
menciptakan dan menyediakan displin dan struktur. Faktor-faktor yang
membentuk lingkungan pengendalian antara lain :

a. Integritas dan nilai etika Integritas dan nila etika adalah produk dari
standar etika dan perilaku entitas dan bagaimana standar tersebut
dikomunikasikan dan dijalankan dengan praktik.Integritas dan nilai etika
merupakan unsure pokok lingkungan pengendalian yang mempengaruhi
perancangan pengurusan dan pemantauan komponen pengendalian internal
lainnya.Efektifitas pengendalian tidak dapat meningkatkan melampaui dari
integritas dan nilai etika yang menciptakan, pengurus dan memantau.

b. Komitmen terhadap kompetisi Manajemen memperkerjakan karyawan


berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang memiliki karyawan, dan
menempatkan pada pekerjaan yang tepat sesuai dengan kompetensinya, hal
ini untuk menjaga pengendalian internal pada tujuan yang
diharapkan.Keefektifan pekerjaan karyawan dipengaruhi oleh tingkat
keahlian dan pengetahuan yang memiliki karyawan.

c. Partisipasi dewan komisaris dan komite audit Perusahaan yang sudah go


public memerlukan penyerahan wewenang dan segala aktifitaas rapat umum
pemegang saham kepada dewan komisaris. Dewan komisaris yang efektif
adalah yang independen dari manajemen dan anggotanya aktif dalam menilai
aktifitas manajemen. Akibat pendelegasian wewenang dari pemegang saham
kepada dewan komisaris adalah bertambahnya volume tanggungjawab
pekerjaan, maka diperlukan komite audit yang bertugas membantu dewan
komisaris, sehingga memungkinkan.

d. Falsafah manajemen dan gaya operasinya Manajemen melalui aktivitas


yang dilaukannya memberikan tanda yang jelas kepada pegawai tentang
pentingnya pengendalian. Filosofi dan gaya manajemen dapat

xv
memperngaruhi mutu pengertian internal. Manajemen yang menjaga
pengendalian internal dengan mengkomunikasikan dukungannya terhadap
prosedur pengendalian di seluruh organisasi akan dapat mengoptimalkan
efektifitas pengendalian organisasinya.

e. Struktur organisasi Struktur organisasi suatu entitas membatasi garis


tanggungjawab dan wewenang yang ada, menghubungkan garis arus
komunikasi. Struktur organisasi merupakan bentuk dan sifat unit serta fungsi
manajemen dan hubungan pelaporan dengan sub unit. Dalam membangun
struktur organisasi entitas memerlukan penentuan bidang kunci otorisasi dan
tanggungjawab serta garis pelaporan yang tepat.Entitas membangun struktur
organisasi dipengaruhi oleh luas, sifat bisnis, dan kemajuan teknologi.
Struktur organisasi menyediakan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pemantauan aktivitas bisnis. Struktur organisasi membagi
wewenang, tanggungjawab dan tugas diantara anggota organisasi untuk
mengambil keputusan. Bila hal tersebut diterapkan, prosedur untuk
memantau pengambilan keputusan dai manajer yabg terlibat sangat penting.
Dengan auditor memahami struktur organisasi klien, maka dapat
memperlajari manajemen dan elemen fungsional usaha dan menaksir
bagaimana kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan pengendalian
dilaksanakan.

f. Penetapan wewenang dan tanggungjawab. Komunikasi formal mengenai


wewnang dan tanggungjawab dan masalah lain yang berkaitan dengan
pengendalian yang sama pentingnya. Hal ini mencakup deskripsi pekerjaan
setiap lini organisasi dan pekerjaan yang terkait, dokumen kebijakan yang
menggambarkan perilaku pegawai setiap perbedaan kepentingan dan kode
etik perilaku formal, dan semacam memo manajemen tentang pentingnya
pengendalian dan yang terkait dengan pengendalian. Manajemen harus
memahami tujuan entitas, aktifitas yang dilakukan dan tanggungjawab akan
memberikan kontribusi pada tujuan entitas. Maka manajemen perlu
memupuk pemahaman melalui penyerahan otoritas dan tanggungjawab atas
aktifitas tertentu, pembinaan hubungan pelapor dan prosedur otoritas ,
penentuan dan pengkomunikasian praktik bisnis yang tepat, dan penyediaan
sumber daya bagi penunaian tugas.

g. Kebijakan dan praktik di bidang sumber daya manusia. Sistem


pengendalian internal tidak terlepas dari sumber daya manusia. Pegawai yang
berkompeten, dan dapat dipercaya akan memberikan hasil laporan keuangan
yang handal. Pegawai jujur dan efisien akan dapat bekerja pada tingkat yang
tinggi bahkan dengan sedikit pengendalian yang mendukung mereka. Bahkan
meskipun terdapat banyak pengendalian, orang tidak jujur dan tidak
kompeten dapat mengacaukan sistem.Meskipun pegawai tersebut kompeten

xvi
dan terpercaya, tiap orang memiliki kelemahan yang melekat.Dapat saja
pegawai tersebut bosan dan tidak puas atau masalah pribadi yang dapat
merusak kinerjanya.Sehingga metode perekrutan, pengevaluasian, dan
penggajian merupakan bagian penting dari struktur pengendalian internal.

2. Penentuan Resiko Manajemen (Risk Assesment Manajement)

Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana resiko harus dikelola.Penentuan resiko tujuan laporan keuangan
adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen resiko yang terkait dengan
pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum. Manajemen resiko menganalisis hubungan resiko asersi
spesofik laporan keuangan dengan aktifitas seperti pencatatan, pemprosesan,
pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan.

Tafsiran manajemen resiko hendaknya juga mempertimbangkan resiko-


resiko yang muncul dari perubahan lingkungan seperti pembukuan bisnis baru,
penanganan transaksi yang menuntut perlakuan akuntansi yang khusus,
perubahan standar akuntansi, peraturan hukum yang baru, perubahan penggunaan
teknologi informasi dan perubahan personel. Resiko yang relevan dengan
pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan internal maupun eksternal
yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi kemampuan entitas untuk
mencatat, mengolah, mengringkas dan melaporkan dalam laporan keuangan.
Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini :

1) Perubahan lingkungan operasi ata peraturan organisasi. Perubahan dalam


lingkungan mengenai peraturan maupun operasi dapat mengakibatkan perubahan
dalam tekanan persaingan dan resiko yang berbeda.

2) Pergantian karyawan. Personel baru dapat saja memiliki fokus yang


berbeda atas pemahaman terhadap pengendalian internal.

3) Penerapan sistem informasi baru. Perubahan signifikasi dan cepat dalam


sistem informasi dapat mengubah resiko berkaitan dengan pengendalian internal.

4) Pertumbuhan organisasi yang pesat. Perluasan operasi yang cepat dapat


memberi tekanan terhadap pengendalian dan meningkatkan resiko kegagalan
dalam pengendalian.

5) Teknologi baru. Pemasangan teknologi baru ke dalam operasi atau sistem


informasi dapat mengubah resiko yang berhubungan dengan pengendalian
internal.

xvii
6) Pengenalan divisi usaha, atau produk baru Dengan masuk ke bidang bisnis
atau transaksi yang didalamnya entitas belum memiliki pengalaman dapat
mendatangkan resiko baru yang berkaitan dengan pengendalian internal.

7) Restruktur perusahaan. Resruktur dapat disertai dengan pengurangan staf


dan perubahan supervise serta pemisahan tugas yang dapat mengubah resiko yang
berkaitan dengan pengendalian internal.

8) Perluasan usaha ke luar negeri. Perluasan atau perolehan operasi luar


negeri akan membawa resiko baru atau resiko unik yang berdampak terhadap
pengendalian internal, seperti resiko tambahan, resiko yang berubah dari transaksi
mata uang asing.

9) Penerapan prinsip akuntansi yang baru. Pemakaian prinsip akuntansi baru,


atau perubahan prinsip akuntansi yang dapat berdampak terhadap resiko dalam
penyusunan laporan keuangan.

Penetapan resiko oleh manajemen berbeda tetapi berkatan erat dengan


penetapan resiko oleh auditor.Manajemen menetapkan resiko sebagai baian dari
perencangan dan pengoperasian struktur pengendalian internal untuk
meminimalkan salah satu dan ketidakberesan.

Auditor menetapkan resiko untuk memutuskan bahan bukti yang dibutuhkan


dalam audit .Jika manajemen secara efektif menilai dan bereaksi terhadap resiko,
auditor biasanya mengumpulkan lebih sedikit bahan bukti dibandingkan jika
manajemen tidak dapat mengidentifikasikan atau bereaksi terhadap resiko yang
signifikan. Auditor berkepentingan dengan resiko yang berkaitan dengan tujuan
pelaporan keuangan yang dapat diandalkan, untuk itu auditor harus :

1) Memperoleh pengetahuan yang cukup memadai mengenai proses


penetapan resiko entitas.

2) Memahami bagaimana manajemen mengidentifikasi resiko, melakukan


entimasi signifikasinya resiko, menaksir kemungkinan resiko terjadi dan
mempertimbangkan resiko yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan.

3) Memutuskan tentang tindakan yang ditujukan kepada resiko tersebut.

3. Aktivitas pengendalian.

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu


menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam

xviii
pencapaian tujuan entitas.Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan
diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi, pemprosesan data, serta
diintegrasikan dalam komponen-komponen pengendalian lainnya. Kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur, selain yang termasuk ke dalam komponen
lainnya, yang membantu meyakinkan bahwa tindakan-tindakan tertentu telah
dijalankan guna mencapai tujuan perusahaan. Secara umum, aktivitas
pengendalian adalah sebagai berikut :

1) Otorisasi Transaksi dan kegiatan yang memadai

Kebijakan yang dibuat dan harus diikuti oleh pegawai dalam rangka
melakukan supervise setiap aktivitas dan keputusan, disebut sebagai otorisasi.
Otorisasi biasanya didokumentasikan sebagai penandatangan, pemberian paraf,
atau memasukkan kode otorisasi atas dokumen atau catatan transaksi.Para
pegawai yang memproses transaksi harus menverifikasi keberadaan otorisasi
yang sesuai. Otorisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Otorisasi khusus, yaitu beberapa aktivitas atau transaksi tertentu terjadi


karena keadaan khusus. Dalam keadaan ini, pihak manajemen memberikan
otorisasi khusus agar dapat dilaksanakan.

b. Otorisasi umum, yaitu otorisasi yang diberikan pihak manajemen kepada


pegawai untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus. Pihak
manajemen harus memiliki kebijakan tertulis baik mengenai otorisasi khusus
maupun umum untuk semua jenis transaksi.

2) Pemisahan Tugas (Separation Of Duties).

Pemisahan tugas diperlukan untuk mengurangi peluang seseorang yang


ditempatkan dalam posisi pekerjaan tertentu untuk melakukan kecurangan atau
kesalahan ketika menjalankan tugas.Pemisahan tugas diterapkan dengan cara
memisahkan tanggungjawab dan wewenang fungsi-fungsi berikut :

a. Otorisasi (menyetujui transaksi keputusan)

b. Pencatatan (mempersiapkan dokumen sumber, memelihara catatan jurnal


dan file lainnya, mempersiapkan rekonsiliasi, dan mempersiapkan laporan
kinerja).

c. Penyimpanan (menangani kas, memelihara tempat penyimpanan


persediaan, menerima cek masuk dari pelanggan, dan sebagainya).

3) Desain dan pengunaan dokumen serta catatan yang memadai

xix
Desain dan pengunaan catatan yang memadai membantu memastikan
pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang saling
berkaitan. Dokumen dan catatan merupakan media fisik yang digunakan untuk
menyimpan informasi. Dokumen berfungsi sebagai penghantar informasi
keseluruhan bagian organisasi dan antar organisasi yang berbeda.Bentuk dan isi
dokumen harus mendukung pencatatan yang efisien, meminimalkan kesalahan
pencatatan, dan memfasilitasi peninjauan dan verifikasi. Untuk dokumen yang
mengawali transaksi harus memiliki ruang untuk otorisasi. Dokumen yang
digunakan untuk memindahkan aset orang lain, harus memiliki ruang untuk tanda
tangan pihak penerima aset. Untuk mengurangi terjadinya penipuan, dokumen
harus diberi nomor urut cetak sehingga setiap dokumen dapat
dipertanggungjawabkan.

4) Penjagaan Aset dan Catatan yang Menmadai

Aset sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada aset fisik saja tetapi
sebuah informasi juga merupakan aset perusahaan.Prosedur yang dapat dilakukan
untuk menjaga aset, baik aset berupa informasi maupun fisik adalah sebagai
berikut :

a. Mensupervisi dan memisahkan tugas secara detektif.

b. Memelihara catatan aset (termasuk informasi) secara akurat.

c. Membatasi akses secara fisik ke aset, seperti : mesin kas, lemari besi,
kotak uang, dan lain-lain.

d. Melindungi catatan dan dokumen, seperti : area penyimpanan tahan api,


cabinet file terkunci, dan lokasi pendukung diluar kantor.

e. Mengendalikan lingkungan, contoh : perlengkapan computer yang


sensitive diletakkan di dalam ruangan yang memilki alat perlindungan dari
api.

f. Pembatasan akses ke ruang computer, file computer, dan informasi.

5) Pemeriksaan independen atas kinerja

Pemeriksaan internal berfungsi untuk memastikan bahwa seluruh transaksi


diproses secara akurat. Pemeriksaan ini harus idenpenden agar pemeriksaan
berjalan efektif, dapat dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggungjawab
atas jalannya operasi yang diperiksa. Jenis-jenis dari pemeriksaan idenpenden
adalah sebagai berikut :

xx
a) Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara secara terpisah Salah
satu cara untuk memeriksa keakuratan dan kelengkapan catatan adalah
merekonsiliasi catatan tersebut dengan catatan lainnya yang seharusnya memiliki
saldo sama. Contohnya membandingkan jumlah total dalam buku pembantu
piutang dengan total akun piutang usaha dalam buku besar.

b) Perbandingan jumlah actual dengan dicatat Membandingkan jumlah fisik


dengan jumlah yang dicatat.Contoh : jumlah kas fisik harus sama jumlahnya
dengan jumlah yang dicatat, membandingkan jumlah persediaan yang di gudang
dengan catatan persediaan.

c) Pembukuan berpasangan Perbandingan jumlah total debit dengan jumlah


total kredit merupakan pemeriksaan yang memadai atas keakuratan sebuah
proses. Perbedaan selisih apapun menunjukkaan adanya kesalahan.

d) Jumlah total batch (Jumlah total keseluruhan) Dalam aplikasi pemprosesan


batch, dokumen sumber digabungkan dalam data sumber dimasukkan ke dalam
sistem. Selisih antara kedua jumlah total batch menunjukkan kesalahan dalam
langkah pemprosesan sebelumnya.

e) Peninjauan indenpenden Peninjauan atas sebuah proses transaksi dapat


meliputi : keberadaan tanda tangan otorisasi yang memadai, meninjau dokumen
pendukung, memeriksa keakuratan bagian data yang penting.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan


pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang
melaksanakan tanggungjawab mereka.Sistem informasi yang relevan dalam
pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi berisi metode untuk
mengidentifikasikan, menggabungkan, menganalisa, mengklasifikasi, mencatat,
dan melaporkan transaksi serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban.
Komunikasi meliputi penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggungjawab
berkaitan dengan struktur pengendalian internal dalam pelaporan
keuangan.Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran
dan tanggungjawab individual berkaitan dengan pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang
sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami :

1) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi pelaporan


keuangan.

2) Bagaimana transaksi tersebut dimulai.

xxi
3) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dana akun tertentu dalam
pelaporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan
transaksi.

4) Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai


dengan dimasukkan ke dalam pelaporan keuangan, termasuk alat elektronik
(seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk
mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian internal


sepanjang waktu. Berkenaan dengan penilaian efektivitas pengendalian internal
secara terus menerus atau periodic oleh manajemen, untuk melihat apakah telah
dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan.
Tujuan pemantauan adalah untuk menentukan apakah pengendalian masih
berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai atau adanya perbaikan. Perlunya
perbaikan atau moditifikasi pada pengendalian internal disebabkan adanya
perubahan entitas yang semakin luas dan kompleks, adanya penambahan dan
pengurangan pegawai yang menyebabkan personalia baru bergabung perlu
adanya adaptasi, beragamnya pelatihan dan supervise.

Informasi untuk penilaian dan perbaikan dapat berasal dari berbagai sumber
meliputi studi atas struktur pengendalian internal yang ada, laporan auditor,
laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari bank, umpan
balik dari karyawan, dan keluhan dari pelanggan atas tagihan yang datang.
Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu
dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui :

1) Kegiatan berlangsung secara terus-menerus (on going monitoring activities),


meliputi aktivitas manajemen secara teratur, seperti pemantauan secara terus-
menerus terhadap keluhan pelanggan atau peninjauan kewajaran laporan
manajemen.

2) Evaluasi secara terpisah (separate evaluations). Pemantauan aktivitas-aktivitas


yang dilakukan secara tidak rutin, seperti audit berkala oleh auditor internal.

II.3.7 Keterbatasan dan Tanggungjawab Pengendalian Internal

1. Keterbatasan Pengendalian Internal

Sebaik-baiknya desain dan operasi pengendalian internal, pengendalian


internal hanya memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan

xxii
komisaris berkaitan dengan usaha untuk memcapai tujuan pengendalian internal
organisasi. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh dari keterbatasan bawaan
yang melekat dalam pengendalian internal, yaitu :

1) Pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah.

2) Pengendalian internal dapat rusak karena kegagalan yang sifatnya


manusiawi seperti kekeliruan sederhana.

3) Adanya kolusi antara personal sehingga pengendalian tidak efektif.

4) Manajemen yang mengabaikan pengendalian internal.

5) Biaya pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang


diharapkan dari pengendalian tersebut.

Meski hubungan manfaat dan biaya merupakan criteria utama yang harus
dipertimbangkan dalam mendesain pengendalian internal, pengukuran tepat biaya
dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan.Maka manajemen harus
melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menila
hubungan biaya manfaat tersebut.

Hal yang dapat mencegah atau mengurangi terjadinya ketidakberesan yang


dilakukan manajemen :

a. Adat istiadat, dan kultur

b. Corporate governance system

c. Lingkungan pengendalian yang efektif

Dewan komisaris, komite audit dan fungsi audit internal yang efektif dapat
menghalangi perbuatan yang tidak semestinya oleh manajemen. Efektivitas
pengendalian internal dapat juga dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor
seperti perubahan dalam kepemilikan dan pengendalian, perubahan manajemen
atau personel lain atau pengembangan pasar atau industri.

2. Tanggungjawab atas pengendalian internal

Penanggungjawaban dalam penetapan dan melakukan pengendalian internal


suatu entitas adalah manajemen, bukan auditor.Karena manajemenlah yang
konstiten bertanggungjawab dalam penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

xxiii
1) Manajemen. Manajemen bertanggungjawab untuk menciptakan dan
memelihara pengendalian internal yang efektif di dalam perusahaan.

2) Dewan Komisaris dan Komite Audit Dewan menentukan bahwa


manajemen memenuhi tanggungjawabnya dalam menciptakan dan
memelihara pengendalian internal yang efektif.

3) Internal Audit. Ia bertanggungjawab untuk secara terus menerus


mengevaluasi pengendalian internal dan membuat rekomendasi untuk
perbaikan-perbaikannya.

4) Personel Lainnya dalam Organisasi. Personel lain dalam organisasi


bertanggungjawab untuk mengkomunikasi semua masalah yang menjadi
perhatian level personel atau pejabat yang lebih tinggi.

5) Independen Auditor. Auditor menilai pengendalian internal klien untuk


merencanakan auditnya dan menentukan sifat, luas dan saat pengujian yang
harus dilakukan.

II.4 Komponen Sistem Pengendalian internal

Pengendalian internal merupakan suatu proses yang ada pada aktivitas operasi
organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen seperti perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian organisasi nirlaba.

Konsep sebuah pengendalian intern adalah proses (processes), dilaksanakan oleh


manusia (affected to people) and tujuan yang diharapkan (objectives). Dengan begitu
sebuah pengendalian intern berfungsi untuk memenuhi semua kebutuhan pihak yang
berkepentingan yaitu entitas manajemen, auditor eksternal dan internal, dan
pemegang otoritas.
Sistem Pengendalian Internal menurut Committee of Sponsoring Organisations of
the Treadway Commission (COSO) meliputi 5 komponen yaitu:
1. Pengendalian Lingkungan
Control Enviroment dapat diartikan dengan lingkungan pengendalian yang
merupakan pengaruh gabungan dari berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat,
atau memperlemah efektifitas kebijakan dan prosedur tertentu. Adapun faktor-faktor
yang memepengaruhi lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut:
2. Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi


organisasi nirlaba dan staf

3. Struktur Organisasi

xxiv
Salah satu elemen kunci dalam lingkungan pengendalian adalah struktur
organisasi. Struktur Organisasi menunjukkan pola wewenang dan tanggung jawab
yang ada dalam suatu organisasi nirlaba. (Desentralisasi maupun sentralisasi).

4. Nilai integritas dan etika

Pengendalian intern yang desainnya memadai, namun dijalankan oleh orang-


orang yang tidak menjunjung tinggi integritas dan tidak memiliki etika akan
mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian intern.

5. Metode Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab

Metode pendelegasian wewenang dan tanggung jawab mempunyai pengaruh


yang penting dalam lingkungan pengendalian. Biasanya metode ini tercermin dalam
suatu bagan organisasi.

6. Komitmen terhadap kompetensi

Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan manajemen dalam mengawasi


secara efektif aktifitas organisasi, meliputi anggaran dan pelaporan.

7. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Sistem pengendalian intern adalah usaha manajemen untuk mengindentifikasi dan
menganalisis risiko yang relevan dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi.

8. Prosedur Pengendalian (Control Activities)


Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh
manajemen untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif..

9. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).


Sistem informasi organisasi  digunakan untuk mengindentifikasi, mengumpulkan,
mengklarifikasi, dan mencatat dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk
menjaga pertanggungjawaban akuntansi untuk aktiva-aktiva yang berkaitan

10. Pemantauan (Monitoring).
Pemantauan merupakan pengawasan oleh manajemen atau pengawasan lain yang
ditunjuk atas kebijakan efektivitas internal control. Aktivitas pemantauan terdiri dari
tiga hal, yaitu pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Aktivitas pemantauan berhubungan
dengan penetapan secara periodik atas efektivitas dari desain dan implementasi dari
internal kontrol yang dilakukan oleh manajemen dalam sebuah organisasi nirlaba.

Dengan memahami berbagai kompenen dalam sistem pengendalian internal,


organisasi nirlaba ini diharapkan dapat mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan
program. Permasalah yang sering terjadi dalam organisasi adalah isu transparansi
laporan keuangan, tidak adanya pelaporan rutin tentang kondisi keuangan organisasi

xxv
kepada stakeholder, sehingga akuntabilitas keuangan organisasi menjadi hal yang
dipertanyakan. Hal ini dikarenakan lemahnya sistem pengendalian internal pada
organisasi. Terjadinya kondisi seperti ini dapat dsebabkan oleh pengetahuan dan
pemahaman manajemen yang tidak begitu dalam akan sistem pengendalian internal.

xxvi
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Desain organisasi pada umumnya mengikuti perencanaan karena organisasi harus


menerapkan rencana srategis. Proses perencanaan itu sendiri karena mencakup suatu
analisis atas lingkungan eksternal maupun kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Proses pengendalian merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan, dimulai
dengan prestasi yang nyata dan mengukur prestasi tersebut, manajer membandingkan
perstasi dengan standar, mengidentifikasi adanya penyimpangan dan menganalisis
penyaimpangan dan menentukan program perbaikan bila perlu, kemudian
melaksanakan progam perbaikan untuk mencapai prestasi yang diharapkan.

Dengan memahami berbagai kompenen dalam sistem pengendalian internal,


desain internal ini diharapkan dapat mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan
program. Permasalah yang sering terjadi dalam organisasi adalah isu transparansi
laporan keuangan, tidak adanya pelaporan rutin tentang kondisi keuangan organisasi
kepada stakeholder, sehingga akuntabilitas keuangan organisasi menjadi hal yang
dipertanyakan. Hal ini dikarenakan lemahnya sistem pengendalian internal pada
organisasi. Terjadinya kondisi seperti ini dapat dsebabkan oleh pengetahuan dan
pemahaman manajemen yang tidak begitu dalam akan sistem pengendalian internal.

III.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan melalui penulisan makalah ini ialah, agar setiap
orang yang membacanya dapat mengetahui dan mengenal tentang akuntansi
manajemen. Dan makalah ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

Indah.makalah kelompok bisnis global desain dan pengendalian organisasi.


file:///C:/Users/INDAH/Downloads/MAKALAH%20KELOMPOK%202_BISNIS
%20GLOBAL%20B_DESAIN%20DAN%20PENGENDALIAN
%20ORGANISASI_.pdf

Liviardi,lerisa. Makalah desain organisasi makul manajemen pengantar bisnis.


https://text-id.123dok.com/document/y4e1lvkq-makalah-desain-organisasi-makul-
manajemen-pengantar-bisnis.html

http://eprints.walisongo.ac.id/7293/3/BAB%20II.pdf

http://lnk996.blogspot.com/2015/04/katapengantar-denganmengucapkan-puji.html?
m=1

xxviii

Anda mungkin juga menyukai