Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB IV “SISTEM INFORMASI, ORGANISASI, MANAJEMEN, DAN


STRATEGI”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 KELAS BE

ANGGOTA :

1. MUHAMMAD REYKHAN (185020201111005)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami akan membahas “Sistem Informasi, Organisasi, Manejemen,
dan Strategi”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sistem
Informasi Manajemen”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat berharap akan
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi
lebih baik dikemudian hari. Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat
bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang.
Terimakasih.

Malang, 4 Februari 2020


Penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai seorang manajer, anda perlu tahu mengenai hubungan antar


organisasi, sistem informasi dan strategi bisnis. Anda perlu memahami bagaimana
memanfaatkan sistem informasi secara strategis dan bagaimana sistem bisa
membantu anda dalam membuat keputusan secara lebih baik, terutama dalam
menentukan strategi bisnis di dalam organisasi. Bab ini memperkenalkan ciri-ciri
organisasi yang perlu anda pahami saat mendesain, membangun, dan menjalankan
sistem informasi manajemen. Selanjutnya, mengulas masalah-masalah yang
dihadapi perusahaan dari kompetensi dan berbagai macam cara sistem informasi
memberikan keuntungan yang kompetitif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Organisasi dan Sistem Informasi

Sistem informasi dan organisasi memiliki hubungan yang saling


terkait satu sama lain. Sistem informasi harus selalu disesuaikan dengan
organisasi. Organisasi harus mampu mengoptimalkan sistem informasi
sehingga mendapatkan keuntungan dari teknologi-teknologi yang ada.
Interaksi antara teknologi informasi dan organisasi sangat dipengaruhi
oleh faktor mediasi, yaitu lingkungan, kultur, struktur, prosedur baku,
proses bisnis, politik, keputusan manajemen, dan peluang. Manajer harus
mampu memahami sistem informasi, karena sangat akan mempengaruhi
kehidupan organisasi. Manajer perlu memilih sistem apa dan bagaimana
yang akan dibangun didalam organisasi.

Sistem informasi pada dasarnya merupakan bagian atau komponen


dari organisasi, oleh karena itu komponen-komponen dari sistem informasi
juga merupakan komponen-komponen dari organisasi. Dalam suatu
organisasi, sistem informasi merupakan suatu alat yang dapat memberikan
informasi yang diperlukan kepada semua pihak yang berkepentingan.

 Fitur Umum Organisasi

Organisasi mengatur tenaga ahli dalam sebuah struktur hierarki


otoritas dimana setiap orang bertanggung jawab terhadap seseorang dan
otoritas terbatas pada tindakan-tindakan tertentu. Otoritas dan tindakan
masih dibatasi lagi oleh aturan-aturan atau prosedur-prosedur abstrak yang
diinterpretasikan dan diterapkan untuk kasus-kasus tertentu. Aturan-aturan
ini menciptakan sistem pengambilan keputusan bersifat netral dan
universal, setiap orang diperlakukan sama. Organisasi berusaha menyewa
dan mempromosikan karyawan berdasarkan kualifikasi teknis dan
profesionalisme. Organisme menerapkan prinsip efesiensi, menghasilkan
keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan usaha seminim
mungkin. Fitur umum organisasi terdiri dari : Struktur Formal, Prosedur
Standar Pengoperasian (PSP), Politik, Kultur, Konstituensi, Fungsi,
Kepemimpinan, Tugas-tugas, Teknologi, dan Proses bisnis.

 Fitur Khusus Organisasi

Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang umum,


namun tidak ada dua organisasi yang sama persis. Semua organisasi
memiliki struktur, sasaran, konstituensi, gaya kepemimpinan, tugas-tugas,
dan lingkungan sekitar yang berbeda. Fitur khusus organisasi terdiri dari :
Tipe organisasi, Lingkungan, Tujuan, dan Kekuasaan,

B. Pengaruh Sistem Informasi Terhadap Organisasi dan Bisnis


1. Dampak Ekonomi

Perusahaan biasanya berusaha untuk mengurangi biaya transaksi.


Teknologi informasi secara potensial dapat mengurangi biaya pada ukuran
tertentu, membuka kemungkinan pertumbuhan pendapatan tanpa
menambah ukuran, atau bahkan pertumbuhan pendapata disertai ukuran
yang menyusut.

2. Dampak Organisasi dan Perilaku


a. Teknologi Informasi atau TI meratakan organisasi, yaitu perataan
hierarki dengan memperluas distribusi informasi untuk memberikan
kekuatan kepada karyawan tingkat rendah dan meningkatkan
efisiensi manajemen

b. Organisasi pascaindustri, yaitu wewenang semakin bergantung


kepada pengetahuan dan kompetensi, dan tidak hanya pada posisi
formal.

c. Memahami penolakan organisasi terhadap perubahan. Terdapat


beberapa cara untuk memvisualisasikan penolakan organisasi yang
saling berhubungan untuk membawa perubahan dengan mengubah
teknologi, tugas, struktur, dan orang-orang secara bersamaan.

3. Internet dan Organisasi


Internet meningkatkan aksesibiltas, penyimpanan, dan distribusi
informasi dan pengetahuan untuk organisasi, dan untuk mengurangi biaya
transaksi dan keagenan yang dihadapi kebanyakan organisasi. Internet
memiliki dampak yang penting bagi relasi antara perusahaan dengan
entitas-entitas eksternalnya, bahkan antara perusahaan dengan proses
bisnis internalnya. Internet mampu secara dramatis menekan biaya
transaksi dan agensi.

 Infrastruktur Teknologi Informasi dan Layanan Teknologi


Informasi

Satu cara agar organisasi bisa mempengaruhi bagaimana teknologi


informasi digunakan adalah melalui keputusan-keputusan mengenai
konfigurasi teknis dan organisasional dari sistem. Cara lain organisasi
mempengaruhi teknologi informasi adalah melalui keputusan-keputusan
mengenai siap yang akan mendesain, membangun, dan memelihara
infrastruktur TI organisasi. Keputusan-keputusan ini menentukan
bagaimana layanan teknologi informasi di kirim. Unit atau fungsi
organisasi formal yang bertanggung jawab untuk layanan tenologi disebut
departemen sistem informasi. Departemen sistem informasi bertanggung
jawab untuk memelihara perangkat lunak, perangkat keras, penyimpanan
data, dan jaringan yang menyusun infrastruktuk perusahaan.

Departemen sistem informasi terdiri dari para ahli, seperti


programer, analisis sistem, pemimpin proyek, dan manajer sistem
informasi. Programer adalah ahli teknis terlatih yang membuat kode-kode
instruksi perangkat lunak untuk komputer. Analis sistem bertugas
menyusun link-link utama antar kelompok sistem informasi dan
kelompok-kelompok lainnya dari organisasi. Merupakan tugas analis
sistem untuk menerjemahkan masalah-masalah bisnis dan persyaratannya
untuk meenjadi prasyarat informasi dan sistem.

Manajer sistem informasi adalah pemimpin tim yang terdiri dari


programer dan analis, manajer proyek, manajer fasilitas fisik, manajer
telekomunikasi, dan kepala kelompok sistem kantor. Ia juga bertindak
sebagai manajer untuk pengoperasian komputer dan staf pengetri data.
Juga para ahli luar, seperti penjual perangkat lunak dan konsultan sering
berpartisipasi dalam operasi harian dan perencanaan jangka panjang sistem
informasi.

Dibanyak perusahaan, departemen sistem informasi dikepalai oleh


seorang chief information officer (CIO). Ia tergolong manajemen senior
yang bertugas memperluas pemanfaatan teknologi informas didalam
perusahaan. End user adalah perwakilan diluar kelompok sistem informasi
sebagai objek sasaran pengembangan aplikasi. End user atau pengguna
akhir memainkan peran yang semakin besar dalam perancangan dan
pengembangan sistem informasi.

C. Manajer, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi


1. Peran Manajer dalam Organisasi

Manajer memiliki peran dan tanggung jawab meliputi pengambilan


keputusan, membuat laporan, dan melakukan evaluasi. Manajer bertindak
sebagai figur kepala untuk organisasi sewaktu merepresentasi
perusahaannya kedunia luar dan menjalankan tugas-tugas simbolis seperti
memberi penghargaan kepada karyawan. Manajer juga bertindak sebagai
pemimpin yang memotivasi, memberi saran, dan mendukung bawahannya.
Manajer juga bertindak sebagai penghubung antara beragam level
organisasi, didalam tiap level ini, mereka menjadi penghubung antara para
anggota tim manajemen. Selain itu manajer berperan sebagai pusat nadi
organisasi, menerima informasi terbaru dan mendistribusikannya kepada
pihak pihak terkait.

Manajer memiliki peran paling penting sebagai pembuat


keputusan. Mereka bertindak sebagai pengusaha dengan menginisiasi tiap
bentuk aktivitas baru, mereka menangani kesulitan-kesulitan yang muncul
diorganisasi, mereka mengalokasikan sumber-sumber kepada staf yang
membutuhkan, menegosiasikan konlik dan menjadi mediator antara
kelompok-kelompok yang berkonflik didalam organisasi.
2. Manajer dan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sering menjadi peran manajer yang sangat


menantang. Sistem informasi telah membantu manajer untuk
mengkomunikasikan dan mendistribusikan informasi, namun hanya
memberi bantuan terbatas untuk pengambilan keputusan manajemen.
Karena pengambilan keputusan merupakan wilayah yang terutama
dirancang untuk memperngaruhi keseluruhan proses bisnis.

 Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan strategis menentukan sasaran-sasaran


jangka panjang, smber-sumber, dan kebijakan organisasi. Pengambilan
keputusan untuk kontrol manajemen secara prinsip memberi perhatian
pada bagaimana sumber-sumber digunakan secara efektif dan efisien, dan
bagaimana unit-unit operasional menjalankan tugasnya. Pengambilan
keputusan kontrol operasional menentukan bagaimana melaksanakan
tugas-tugas khusus yang berasal dari manajemen madya. Pengambilan
keputusan level-pengetahuan berhubungan dengan pengevaluasian
gagasan-gagasan baru untuk menciptakan produk dan layanan, cara-cara
untuk mengkomunikasikan pengetahuan baru, dan cara-cara untuk
mendistribusikan informasi keseluruh organisasi.

Didalam tiap level pengambilan keputusan ini, digolongkan


menjadi keputusan terstruktur dan keputusan tidak testruktur. Keputusan
tidak terstruktur adalah keputusan-keputusan yang memerlukan evaluasi,
pengertian, dan pertimbangan terhadap definisi masalah. Tiap keputusan
yang dihasilkan selalu baru, penting, dan besifat non-rutin, dan tidak perlu
kesepakatan prosedural dalam membuatnya. Sedangkan Keputusan
terstruktur adalah keputusan-keputusan yang bersifat rutin dan berulang-
ulang, dan memerlukan prosedur baku untuk menanganinya supaya lebih
praktis. Ada juga keputusan yang bersifat semi terstruktur, yaitu hanya
bagian tertentu dari masalah yang memiliki jawaban yang jelas sesuai
dengan prosedur tertentu, sedangkan bagian lainnya masih belum jelas
penyelesaiannya.
 Tingkatan Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan mengandung beberapa aktivitas


yang saling berbeda. Simon (1960) menggambarkan 4 tingkat dalam
pengambilan keputusan yaitu kecerdasan, perancangan atau desain,
pilihan, dan penerapan. Kecerdasan terdiri dari pengidentifikasian dan
pemahaman masalah-masalah yang muncul didalam organisasi mengenai
mengapa masalah itu muncul, dimana, dan apa saja akibatnya. Sistem
tradisional SIM yang menawarkan variasi rincian informasi dapat
membantu mengidentifikasikan masalah, khususnya jika sistem yang
bersangkutan memberi beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai
outputnya.

Selama melakukan perancangan atau desain solusi atas masalah


individu merancang kemungkinan solusi atas masalah. Sistem
pengambilan keputusan yang sederhana ideal untuk tingkat pengambilan
keputusan ini karena mampu menjalankan model-model sederhana, bisa
dikembangkan dengan cepat, dan bisa dioperasikan dengan data yang
terbatas.

Pilihan terdiri penentuan dari beraganm solusi alternatif. Di sisi


para pengambil keputusan memerlukan sistem SPK yang lebih kompleks
untuk mengembangkan data ekstensif yang lebi banyak pada beragam
alternatif dan model-model kompleks atau atau alat bantu analisis data
untuk mengkakulasi semua eban, konsekuensi, dan peluang.

Selama melakukan implementasi, ketika keputusan dijalankan,


manajer dapat menggunakan sistem pelaporan yang bisa mengerjakan
laporan-laporan rutin untuk kemajuan solusi tertentu.

 Model-model Pengambilan Keputusan

Model rasional dari perilaku manusia terbentuk berdasarkan


gagasan bahwa orang-orang menjalankan semacam kalkulasi
pemaksimalan nilai, kalkulasi rasio, kalkulasi konsisten. Menurut model
ini, seorang individu mengidentifikasi sasaran, tujuan dan semua prioritas
tindakan alternatif berdasarkan kontribusinya terhadap sasaran tersebut,
kemudian memilih satu yang paling memberi kontribusi atas sasaran
tujuan itu.

Model kognitif menggambarkan disposisi kepribadian yang


mendasar terhadap perlakuan atas informasi, alternatif pilihan, dan
evaluasi konsekuensi. Pembuat keputusan sistematis mendekati
permasalahan dengan cara menstrukturisasi masalah berdasarkan beberapa
metode formal. Mereka mengevaluasi dan mengumpulkan informasi
berdasarkan metode terstrukturnya. Para pembuat keputusan intuitif
mendekati permasalahan dengan beragam metode, menggunaka cara trial
and error untuk mencari solusi. Tidak ada satupun metode yang lebih
superior daripada yang lainnya dan masing-masing metode bisa
menguntungkan untuk situasi tertentu. Sementara masalah terstruktur
dengan pokok-pokok yang sudah jelas bisa ditangani dengan “berfikir
dahulu” berdasarkan langkah-langkah logis, masalah lainnya memerlukan
solusi kreatif yang baru melalui intuisi atau mencoba beberapa bentuk
tindakan tersebut sesuai sebagai solusi.

Menurut pengambilan keputusan model birokratis tujuan terpenting


organisasi adalah memelihara organisasi itu sendiri. Tujuan utama lainnya
adalah merduksi hal-hal lain yang kurang diperlukan. Kebijakan
cenderung meningkat dan hanya sedikit berbeda dari masa lalu. Hal ini
karena masuknya kebijakan radikal melibatkan sekian banyak hal yang
kurang diperlukan. Model ini menunjukan organisasi secara umum bukan
sebagai “pemilihan” atau “keputusan” dalam arti rasional; tetapi menurut
model-model birokratis, lebih kepada apapun yang dilakukan organisasi
merupakan hasil dari prosedur standar pengoperasian yang dijalankan
secara aktif.

Dalam pengambilan keputusan model politis, yang dikerjakan oleh


organisasi merupakan hasil tawar-menawar politik antara para pemimpin
dan kelompok-kelompok yang terlibat. Organisasi tidak memiliki
keputusan yang berasal dari “pilihan” untuk memecahkan “permasalahan”.
Keputusan berasal dari kesepakatan atau kompromi yang menghasilkan
konflik, munculnya pengendali-pengendali utama, perbedaan minat,
kekuatan yang berbeda, dan kebingungan politik.

3. Implikasi untuk Perancangan dan Pemahaman Sistem Informasi

Agar mampu memberikan manfaat, sistem informasi harus


dibangun dengan suatu pemahaman yang jelas atas organisasi tempat
sistem itu diterapkan dan bagaimana sistem informasi secara tepat
memberi konstribusi untuk pengambilan keputusan manajerial.

faktor-faktor sentral pada organisasi yang perlu dipertimbangkan


dalam merencanakan sistem adalah :

 Lingkungan dimana organisasi harus berfungsi.


 Struktur organisasi : hierarki, spesialisasi, dan prosedur standar
pengoperasian.
 Kultur dan politik organisasi.
 Tipe organisasi dan gaya kepemimpinannya.
 Kelompok-kelompok utama terkait yang mempengaruhi sistem dan
perilaku para pekerja yang akan menggunakan sistem itu.
 Jenis tugas, keputusan, dan proses bisnis yang akan dibantu oleh
sistem informasi.

Sistem harus dibangun untuk mendukung pengambilan keputusan


kelompok dan organisasi. Para perancang sistem informasi harus
mendesain sistem yang memiliki karakteristik berikut :

 Fleksibel dan memberi banyak pilihan untuk menangani


data dan mengevaluasi sistem.
 Mampu mendukung beragam gaya, keterampilan, dan
pengetahuan juga mampu melacak banyak alternatif dan
konsekuensi
 Sensitif atau birokrasi organisasi dan ketentuan-ketentuan
politik.
D. Sistem Informasi dan Strategi Bisnis
Tipe sistem informasi tertentu sangat penting bagi kesejahteraan
dan kelangsungan hidup jangka panjang suatu perusahaan. Sistem tersebut,
yang merupaka alat ampuh untuk tetap terdepan dalam persaingan, disebut
sistem informasi srategis. Sistem informasi stategis mengubah sasaran,
pengoperasian, produk, jasa atau relasi lingkungan organisasi untuk
memperkuat posisi dalam persaingan dagang. Sistem yang mampu
memberi efek seperti ini mampu mengubah bisnis organisasi. Sistem
informasi strategis harus dibedakan dengan sistem level-strategis untuk
manajer senior yang fokus pada permasalahan pengambilan keputusan
jangka panjang. Sistem informasi strategis bisa digunakan disemua level
pada satu organisasi, dengan jangkauan yang lebih luas dan lebih dalam
ketimbang sistem lainnya sebagaimana sudah dijelaskan. Sistem informasi
strategis secara intens mengubah cara suatu perusahaan menjalankan
bisnisnya. Organisasi perlu mengubah proses pengoperasian internal dan
relasinya dengan pelanggan serta pemasok sehingga memperoleh
keuntungan dari teknologi sistem informasi yang baru.
Umumnya tidak ada sistem strategis tunggal, namun ada sejumlah
sistem yang beroperasi pada beragam level dari strategi bisnis, perusahaan,
dan industri. Untuk tiap level pada strategi bisnis, terdapat pemanfaatan
strategis dari sistem. Dan untuk tiap level strategi bisnis, terdapat model
yang sesuai yang digunakan untuk analisis.
 Strategi Level-Bisnis dan Model Rantai Nilai

Pada level bisnis dari strategi, pertanyaan pokoknya adalah,


“Bagaimana kita berkompetisi dalam pasar tertentu ini?” Yang menjadi
obyek untuk pasar mungkin saja bolam lampu, televisi kabel, atau
perkakas bangunan. Strategi yang paling umum untuk level ini adalah : (1)
menjadi penghasil produk dengan biaya yang rendah, (2)
mendiferensiasikan produk dan jasa, dan atau (3) mengubah lingkup
persaingan baik dengan cara memperluas pasar sampai ke pasar global
maupun dengan mempersempit pasar-yaitu fokus hanya pada wilayah
yang tidak terjangkau dengan baik oleh pesaing lain. Perusahaan digital
memberi kemampuan baru untuk mendukung level strategi dengan cara
mengelola rantai persediaan, membangun sistem “nikmati dan beri
tanggapan” bagi pelanggan., dan memanfaatkan fungsi web dalam
melakukan distribusi produk-produk baru dan jasa ke pasar.

 Strategi Level-Perusahaan dan Teknologi Informasi

Suatu perusahaan bisnis biasanya merupakan kumpulan bisnis.


Perusahaan terorganisasi secara finansial sebagai suat kumpulan unit
bisnis strategis, dan keuntungan perusahaan secara langsung terkait erat
dengan kinerja unit bisnis strategis. Sistem informasi bisa menjalankan
kinerja keseluruhan dari unti bisnis ini berdasarkan sinergi dan kompetensi
intinya. Gagasan mengenai kendali sinergis adalah jika beberapa unti bisa
digunakan sebagai input bagi unit lainnya, atau dua organisasi meraup
pasar dan keahlian, maka relasi ini dapat menekan biaya dan menghasilkan
keuntungan.

Konsep kedua untuk strategi level-perusahaan adalah gagasan


mengenai “kompetensi inti”, alasannya adalah bahwa kinerja semua unit
bisnis dapat meningkat sejauh unit bisnis tersebut mengembangkan, atau
menciptakan inti pusat kompetensi Kompetensi inti adalah aktivitas yang
menyebabkan perusahaan menjadi pemimpin kelas dunia. Kompetensi
menyebabkan perusahaan menjadi perancang komponen miniatur di dunia,
atau layanan pengiriman barang terbaik, atau pabrik membuat film terbaik.
Singkatnya, kompetemsi inti bersandar pada; pengetahuan yang
dikembangkan bertahun-tahun, dan organisasi penelitian terpercaya atau
orang-orang yang mengikuti literatur dan pengetahuan baru lainnya.

Sistem informasi apapun yang melakukan sharing pengetahuan


lintas unit bisnis bisa memperluas kompetensi. Sistem seperti ini
memperluas kompetensi dan membantu karyawan untuk sadar akan
munculnya pengetahuan-pengetahuan baru, juga membantu bisnis untuk
mempengaruhi kompetensi yang sudah ada kepada pasar terkait,
 Strategi Level-Industri dan Sistem Informasi: Kekuatan-Kekuatan
Kompetitif dan Perekonomian Jaringan

Perusahaan terdiri dari industri, misalnya industi otomotif, telepon,


pemancar televisi, dan industri produk perhutanan, dan seterusnya.
Pertanyaan strategis yang utama untuk level analis ini adalah, “Bagaimana
dan bilamana kita harus berkompetisi dengan yang lainnya dalam
industri?” Oleh karena sebagian besar analis strategis menekankan
persaingan, maka keuntungan besar bila diperoleh dengan cara bekerja
sama dengan perusahaan lain pada industri terkait. Tiga konsep utama
analisis strategi pada level industri adalah kemitraan informasi, model
kekuatan kompetitif, dan perekonomian jaringan.

o Kemitraan Informasi

Perusahaan dapat membentuk kemintraan informasi dan


bahkan menghubungkan satu sama lain sistem informasinya utuk
mencapai sinergi yang unik. Didalam kemitraan informasi, kedua
perusahaan yang saling bermitra bisa menggabungkan kekuatan
dengan saling berbagi informasi tanpa secara nyata/fisik bergabung.
Kemitraan seperti ini membantu perusahaan memperoleh akses untuk
mendapatkan pelanggan baru, menciptakan peluang-peluang baru
untuk penjualan dan penargetan produk. Perusahaan yang telah
menjadi pesaing tradisional akan menemukan bahwa aliasi seperti itu
sangat menguntungkan kedua belah pihak.

o Model Kekuatan Kompetitif

Menurut model kekuatan kompetitif yang dikemukakan oleh


Porter, Perusahaaan menghadapi sejumlah ancaman dan peluang
eksternal : ancaman dari pemain-pemain baru dipasar, tekanan dari
produk atau jasa subtitusi, kekuatan penalaran dari para pelanggan,
kekuatan penawaran dari para pemasok, dan posisi pesaing industri
tradisional. Keuntungan kompetitif bisa diperoleh dengan
memperluaskemampuan perusahaan untuk berhadapan dengan
pelanggan, pemasok, produk atau jasa subtitusi, dan pemain-pemain
baru dipasar, yang berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan
antara perusahaan dan pesaing lainnya dalam industri terkait.

Dalam era perusahaan digital, model kekuatan kompetitif perlu


dimodifikasi. Model tradisional Porter mengasumsikan lingkungan
industri yang relatif statis, batasan-batasan industri relatif terlihat secara
jelas, dan kumpulan pemasok, pesaing dan pelanggan relatif stabil. Namun
dewasa ini perusahaan tidak lagi berpartisipasi dalam satu jenis industri.
Sekarang mereka lebih ambil bagian pada suatu “Set Industry” atau
kumpulan industri beragam yang saling berhubungan sehingga dihadapkan
pada beragam pilihan produk dan jasa.

Namun demikian, model kekuatan kompetitif tetap merupakan


model yang sah untuk penganalisisan strategi, bahkan jika
memperhitungkan dampak teknologi internet. Teknologi internet telah
mempengaruhi struktur industri dengan memberikan teknologi yang
mempermudah para pesaing untuk berkompetisi dalam hal harga dan para
pemain baru pada pasar. Keuntungan juga makin berkurang karena
internet secara dramatis meningkatan informasi yang tersedia bagi para
pelanggan dalam hal perbandingan harga, dengan demikian meningkatkan
kekuatan penawaran mereka. Walaupun internet bisa memberikan
keuntungan, misalnya pengadaan saluran-sauran baru bagi pelanggan
konsumen dan efisiensi pengoperasian baru, namun perusahaan tidak bisa
mendapatkan keuntungan kompetitif kecuali mereka mengintegrasikan
fungsi-fungsi internet ke dalam strategi dan operasional mereka secara
keseluruhan.Dalam era internet, kekuatan-kekuatan kompetitif tradisional
masih tetap bekerja, namun persaingan menjadi lebih intens.

o Perekonomian Jaringan

Konsep strategis ketiga yang juga bermanfaat pada level-


industri adalah perekonomian jaringan. Dalam ekonomi tradisional-
perekonomian pabrik dan pertanian-produksi mengalami penurunan
laba. Semakin banyak sumber yang digunakan untuk produksi,
semakin rendah perolehan keuntungannya, sampai tercapai satu titik
dimana input-input tambahan tidak lagi menghasilkan output
tambahan. Ini adalah hukum penurunan laba, dan menjadi dasar bagi
sebagian besar perekonomian modern.

Dari perspektif perekonomian jaringan ini, teknologi


informasi bisa berguna secara strategis. Situs-situs internet dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk membangun pelanggan berpola
“komunitas pengguna” yang ingin berbagi pengalaman. Hal ini bisa
menciptakan loyalitas pelanggan dan kesenangan, da membangun
ikatan unik dengan pelanggan. Ebay, situs lelang online raksasa dan
iVillage, komunitas online untuk wanita adalah contoh hal tersebut.
Kedua bisnis itu didasarkan pada jaringan dari jutaan pengguna dan
kedua perusahaan memanfaatkan web dan alat komunikasi internet
untuk membangun komunitas.

 Memanfaatkan Sistem Demi Keuntungan Kompetitif: Pokok-


Pokok Manajemen

Sistem informasi strategis sering mengubah organisasi termasuk


produk-produk, jasa, prosedur pengoperasiannya, mengendalikan
organisasi menuju ke pola-pola perilaku yang baru. Pemanfaatan teknologi
untuk mendapatkan keuntungan strategis memerlukan perencanaan dan
pengelolaan yang cermat. Manajer yang berminat dalam hal pemanfaatan
sistem informasi untuk mendapatkan keuntungan kompetitif perlu
menjalankan analisis sistem strategis. Bagian Alat Bantu Manajer
diuraikan sejumlah pokok analisis tersebut.

o Mengelola Peralihan Strategis

Perubahan-perubahan seperti ini sering mengaburkan batasan-


batasan organisasi, baik eksternal maupun internal. Pemasok dan
pelanggan harus terhubung erat dan bisa berbagi masing-masing
kewajiban. Manajer perlu merencanakan proses bisnis baru untuk
mengkoordinasi aktivitas perusahaannya dengan pelanggan,
pemasok, dan organisasi lainnya.

Teknologi informasi menyediakan alat bantu bagi para


manajer untuk menyelesaikan baik peran baru maupun peran
tradisionalnya, memampukan manajer untuk memonitor,
merencanakan, dan memprediksi dengan lebih tepat dan cepat untuk
merespons dengan cepat perubahan lingkungan bisnis. Menemukan
cara dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mencapai
keuntungan kompetitif pada bisnis, perusahaan, dan level-industri
merupakan tanggung jawab kunci bagi manajemen. Sebagai
tambahan untuk identifikasi proses bisnis, kompetensi inti, dan
hubungan dengan yang lain didalam industri yang dapat ditingkatkan
dengan teknologi informasi, para manajer harus mengawasi
perubahan sosio –teknis yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem
strategis.

Masing-masing organisasi mempunyai konstelasi untuk


sistem informasi yang berasla dari interaksinya dengan teknologi
informasi. Teknologi informasi zaman ini dapat mendorong ke arah
efisiensi dan perubahan utama organisasi dengan mengurangi iaya-
biaya agensi dan biaya transaksi dan bisa juga menjadi sumber
keuntungan kompetitif. Pengembangan sistem strategis biasanya
memerlukan perubahan luas di dalam struktur organisasi, kultur, dan
proses bisnis. Perubahan-perubahan tersebut sering menghadapi
perlawanan.

Teknologi informasi menawarkan cara-cara baru untuk


mengorganisasi kerja dan menggunakan informasi yang dapat
meningkatkan kekayaan serta mempertahankan kelangsungan
organisasi. Teknologi dapat digunakan untuk membedakan produk
yang ada, menciptakan produk dan jasa yang baru, memelihara
kompetensi inti, dan mengurangi biaya operasional. Pemilihan
teknologi yang sesuai untuk strategi kompetitif perusahaan
merupakan keputusan kunci.

Bisnis bisa menggunakan sistem informasi strategis untuk


memperkuat posisi di antara para pesaing. Sistem seperti ini
mengubah sasaran organisasi , proses bisnis, produk, jasa, atau relasi
dengan lingkungan, sehingga membawa kepada bentuk-bentuk
perilaku baru. Sistem informasi bisa digunakan untuk mendukung
strategi pada level bisnis, perusahaan, dan industri. Pada strategi level
bisnis, sistem informasi bisa digunakan untuk membantu perusahaan
menjadi produser barang berharga murah, membedakan produk dan
jasa, atau melayani. Sistem infomasi juga bisa digunakan utntuk
“mengunci” pelanggan dan pemasok menggunakan aplikasi
manajemen rantai persediaan. Analisis rantai nilai berguna pada level
bisnis untuk menggarisbawahi aktivitas tertentu dalam bisnis dimana
sistem informasi memperoleh dampak strategis.

Pada level perusahaan, sistem informasi bisa digunakan untuk


memperoleh efisiensi dengan cara mengikat semua pengoperasian
unit bisnis sehingga bisa berfungsi secara keseluruhan atau dengan
cara menyediakan wadah untuk berbagi informasi pengeahuan lintas
bisnis. Pada level industri, sistem bisa memberi keuntungan
kompetitif dengan cara memfasilitasi kerja sama dengan perusahaan
lainnya didalam indusri, menciptakan konsorsium atau komunitas
untuk berbagi informasi, tukar-menukar transaksi, atau
mengkoordinasi aktivitas. Moel kekuatan kompetitif, kemitraan
informasi, dan perekonomian jaringan adalah konsep-konsep yang
berguna untuk mengidentifikasi peluang-peluan strategis bagi sistem
pada level-industri.
BAB III

PENUTUP

Organisasi memiliki arti dan peran yang sangat strategis agar dapat
mengelola kehidupan manusia agar lebih memiliki hakikat yang bermakna .
Organisasi pada dasarnya berorientasi pada aspirasi dari pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap organisasi. Hakikat organisasi menjadi pondasi
dasar dan asas dalam pengelolaan organisasi untuk menjapai tujuannya demi
terciptanya manajerial yang baik. Organisasi harus ada dalam kehidupan manusia
sebagai instrument yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika
dan keteraturan hidup. Setiap organisasi memiliki keterbatasan pada sumber daya
manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi.

Sistem informasi dan organisasi sebagai tempat penerapannya saling


berinteraksi dan berpengaruh satu sama lain. Sistem informasi mempengaruhi
struktur organisasi, sasaran, rancangan kerja, nilai-nilai, persaingan antara
kelompok-kelompok terkait, pengambilan keputusan, dan perilaku organisasi.
Pada saat bersamaan, sistem informasi harus dirancang untuk dapat melayani
kebutuhan-kebutuhan kelompok-kelompok penting dalam organisasi dan aka
dibentuk oleh struktur, tugas, sasaran, kultur, politik, dan manajemen organisasi.
Teknologi informasi bisa menekan biaya transaksi dan agensi, dan perubahan-
perubahan seperti ini telah diperluas di dalam organisasi dengan menggunakan
internet. Departemen sistem informasi merupakan unit formal dalam organisasi
yang bertanggung jawab atas fungsi sistem informasi organisasi. Karakteristik
organisasional dan keputusan manajerial menentukan peran sesungguhnya dari
kelompok tersebut.

Anda mungkin juga menyukai