Disusun oleh
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah materi mata kuliah Manajemen Perubahan
yang berjudul “Kepemimpinan dan Kerja sama Tim”
Semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari jika
dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang
terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna kesempurnaan tugas makalah ini. Demikian
makalah ini kami susun,apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat
kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Terimakasih .
Penulis
DEFINISI KEPEMINPINAN
Kepeminpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasil nyata. Kadangkala
kepeminpinan mengarah pada seni, tetapi seringakali pula berkaitan dengan ilmu. Pada
kenyataanya, kepeminpinan merupakan seni sekaligus ilmu.
Kepeminpinan bukanlah fungsi dari kharisma. Oleh karena itu seseorang tidak bisa hanya
mengandalkan kharisma yang ia miliki semata dalam usaha meminpin suatu kelompok
tertentu. Bila seorang peminpin mencoba menggunakan citra dan kharisma nya semata
untuk meminpin suatu organisasi, maka ia buaknlah peminpin, tetapi misleader. Ada
beberapa karateristik yang membedakan seorang peminpin dengan misleader (Drucker,
1992, p. 122) :
Sebagai telah dijelaskan bahwa tidakn semua peminpin adalah manajer, makan konsep
mamajemen dan kepeminpinan pun sebenarnya agak berbeda. Kepeminpinan merupakan salah
satu bagian dari manajemen . meskipun demikian keduanya saling melengkapi. Beberapa
perbedaan anatar manajemen dan kepeminpinan menurut Kotler (dalam Goetsch dan Davis,
1994, p. 209) anatara lain :
Perbaikan kualitas
Penurunan biaya
Peningkatan produktivitas
Penurunan harga
Peningkatan pangsa pasar
Kelangsungan hidup yang lebih lama dalam industri/bisnis
Lapangan kerja yang lebih luas
Peningkatan ROI
1. Perencanaan kualitas
2. Pengendalian kualitas
3. Perbaikan kualitas
Dalam pasar global yang kompetitif dan selalu berubah dengan cepat, setiap perusahan
menghadapi tantangan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Dalam kaitannya
dengan cara menangani perubahan, manajer dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Driver yaitu manajer yang memimpin dengan pedoman dan arah baru sebagai tanggapan
terhadap perubahan
2. Rider yaitu manajer yang hanya bereaksi bila terjadi perubahan.
3. Spoiler yaitu manajer yang secara aktif menolak perubahan
GAYA KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan otokratis yaitu mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain
dan mengharapkan mereka mematuhinya
2. Kepemimpinan demokratis yaitu orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para
karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya
3. Kepemimpinan Partisipatif yaitu orang yang menganut pedekatan ini hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan
4. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan yaitu orang yang menganut pendekatan ini
meminta untuk anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada.
5. Kepemimpinan situasional yaitu asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa
tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam segala
kondisi
Adalah kepemimpinan yang partisipatif yang lebih tinggi level atau tingkatannya. Agar gaya
kepemimpinan partisipatif model TQM dapat diterapkan dengan baik manajer harus didukung
oleh para bawahannya, dimana mereka respect terhadapnya dan bersedia dan mengikutinya.
Karakteristik yang harus dimiliki seorang manajer diantaranya :
Suatu pendekatan yang paling tepat dalam menjalin hubungan antar individu dalam suatu
perusahaan menurut (Covey, 1994) meliputi :
Pemikiran dari 2 orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikiran satu orang
saja
Konsep sinergi ( 1+1 > 2 ), yaitu bahwa hasil keseluruhan (tim) jauh lebih baik daripada
jumlah bagiannya (anggota individual)
Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka dapat saling
membantu.
Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik
Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat dianggap sebagai tim
maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Ada kesepakatan terhadap misi tim
Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja dengan
efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya.
Menurut Johnson, Kantner, dan Kikora (dalam Goetsch dan Davis, 1994, pp. 214-215),
umumnya tim dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
1. Tim penyempurnaan departemen
Jenis ini paling banyak dijumpai. Tim terdiri dari personil yang menyusun unit,
departemen, atau fungsi tertentu dalam organisasi dan seringkali disebut juga gugus
kualitas (quality circle)
Seperti telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang –
orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama. Seringkali tim tidak
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penyebab utamanya adalah fakto manusia.
Beberapa aspek di antaranya adalah :
2. Perluasan Tugas
3. Penjajaran
5. Kepercayaan
6. Kepemimpinan
9. Penilaian/tindakan
10. Perayaan
Komunikasi dapat bersifat vertikal antara atasan dan bawahan, atau lateral antar sesama unit atau
kelompok yang berada pada level yang sama. Jaringan komunikasi ada 2 jenis: formal karena
adanya struktur organisasi formal perusahaan yang menggambarkan rantai komando, dan
informal berupa informasi yang tidak pasti seperti isu atau desas-desus.
Manajemen Konflik
Robbins mendefinisikan konflik sebagai segala bentuk oposisi atau interaksi yang bersifat
antagonis, yang dikarenakan kelangkaan kekuasaan (power), sumber daya atau posisi social, dan
system nilai yang berbeda. Dengan kata lain, konflik dapat pula dirumuskan sebagai
ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam
organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara
bersama-sama , dan atau karena mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang
berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut berusaha
menjelaskan duduk persoalan dari sudut pandang mereka masing-masing. Berdasarkan pihak-
pihak yang saling bertentangan, ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu:
Pandangan terhadap konflik dalam organisasi telah mengalami perkembangan dari masa
ke masa. Ada tiga pandangan terhadap konflik yang timbul dalam organisasi, yaitu:
1. Pandangan Tradisional
Bahwa konflik merupakan sesuatu yang sangat buruk, tidak diinginkan dan berbahaya
bagi organisasi. Penganut pandangan ini berpendapat bahwa timbulnya konflik
menunjukan adanya sesuatu yang salah dalam organisasi. Tugas manajemen dalam
pandangan ini adalah menghilangkan konflik.
2. Pandangan Perilaku
Konflik merupakan peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan organisasi. Anggota-
anggota suatu organisasi sangat beraneka ragam dan masing-masing bersifat unik serta
memiliki kepentingan sendiri-sendiri yang kadang saling bertentangan. Para penganut
pandangan ini menyatakan bahwa konflik bisa bersifat fungsional maupun dysfunctional .
meskipun sebagian besar lebih bersifat merugikan.
3. Pandangan Interaksionis
Konflik dalam organisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dan bahkan diperlukan.
Pandangan ini berusaha meminimumkan aspek-aspek yang merugikan dan
memaksimumkan aspek yang menguntungkan.
Sementara itu ada pula konflik yang bersifat desktruktif, biasanya hal ini terjadi bila
konflik yang terjadi hanya memakan pikiran, waktu, tenaga, dan lain-lain, serta berlarut-larut
tanpa terselesaikan. Konflik ini menghambat koordinasi dan hubungan antar individu maupun
antar kelompok dalam organisasi.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta:
ANDI