Anda di halaman 1dari 3

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.

Jenis barang
yang dapat diimpor berbagai macam, seperti : mainanan anak-anak, sepatu dan alas kaki,
mesin-mesin, buah-buahan, bahan baku untuk obat, spare parts mobil dan kendaraan, dan
lain-lain.

Berikut ini adalah : 10  Langkah yang  dilakukan dalam mengimpor barang:


Langkah 1 :  Melakukan perencanaan barang apa yang diimpor dari negara mana
Langkah 2 : Melakukan registrasi impor agar mendapatkan perijinan impor
Langkah 3 : Memenuhi persyaratan lartas (barang larangan dan batasan) (jika ada)
Langkah 4 : Menentukan klasifikasi barang ( HS Code)
Langkah 5 : Membuat pemberitahuan pabean impor
Langkah 6 : Menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor
Langkah 7 : Membayar bea masuk dan pajak dalam rangka impor
Langkah 8 : Mendapatkan penjaluran barang
Langkah 9 : Melakukan proses pengeluaran barang di pelabuhan
Langkah 10 : Mengirimkan barang impor ke tempat tujuan bongkar

Langkah 1 adalah berkaitan dengan barang apa yang akan diimpor , dari negara mana,
berapa jumlah barang yang diimpor, dan moda transportasi yang digunakan. Langkah 1 juga
termasuk dengan estimasi berapa biaya yang akan dikeluarkan dalam mengimpor barang.

Langkah 2 adalah berkaitan dengan registrasi importir sesuai dengan perijinan impor. Syarat
utama untuk melakukan impor adalah :  barang diimpor harus baru, kecuali diatur secara
khusus. Selain perijinan pokok perusahaan ( NPWP,SIUP, dan TDP),  para importir juga
harus memiliki API (Angka Pengenal Impor) dan NIK (Nomor Identitas Kepabeanan)
Langkah 3 adalah  berkaitan perijinan khusus  sesuai dengan jenis barang yang ditetapkan
sebagai barang larangan dan batasan (lartas) , seperti : NPIK, produsen importir, dan
lainnya). Syarat barang lartas ini bisa dicheck diwww.insw.go.id.

Langkah 4 adalah menentukan klasifikasi barang (HS Code) atas barang yang diimpor.
Klasifikasi barang dapat dicheck di Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI). Klasifikasi
barang bertujuan untuk mengetahui berapa tarif bea masuk atas barang impor tersebut.
Langkah 4 ini dapat dilakukan pada saat langkah 1. Contoh barang impor : daging tanpa
tulang: 0201.30.00.00 ; Tarif bea masuk: 5% .

Langkah 5 adalah berkaitan dengan pembuatan dokumen pemberitahuan pabean impor,


yaitu: PIB (Pemberitahuan Impor Barang- BC 2.0).  PIB dibuat dengan cara manual
(formulir& media disket) dan cara elektronik (PDE/EDI).   Wilayah Bea dan Cukai Jakarta,
Semarang, Surabaya, Makasar,dan Medan  sudah melakukand dengan cara elektronik
(PDE/EDI). Pembuatan PIB dapat dilakukan sendiri oleh importir atau melalui kuasanya,
yaitu : PPJK (Pengusaha Perusahaan Jasa Kepabenan).
Langkah 6 adalah menghitung besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PPN,
PPh pasal 22).  Perhitungan bea masuk adalah tarif BM x Nilai Pabean. Metode menentukan
nilai pabean ada 6 metode yang ditetapkan secara hirarki. Salah satu metoda nilai pabean
yang sering digunakan adalah metode nilai pabean berdasarkan nilai transaksi.

Langkah 7 adalah berkaitan dengan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor
(PPN, dan PPH pasal 22) atas barang yang diimpor ke bank devisa yang telah kerjasama
dengan instansi Bea dan Cukai.

Langkah 8 adalah berkaitan  penjaluran  barang  impor yang ditetapkan berdasarkan kriteria
manjemen resiko. Penjaluran terdiri dari jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur Mita Non
Prioritas dan  Mita Prioritas.

Langkah 9 adalah berkaitan prosedur pengeluaran barang impor. Pengeluaran barang impor
dapat dilakukan oleh importir sendiri atau melalui jasa EMKL atau Freight Forwarder.

Langkah 10 adalah dilakukan setelah langkah 10.  Pengiriman barang ke tempat tujuan
bongkar dilakukan melalui trailer dan truck.  Menentukan jenis dan jumlah truck/armada
yang digunakan untuk mengangkut barang import disesuaikan dengan jumlah barang dan
berat barang, serta jumlah peti kemas yang diimpor. Pengiriman barang dilakukan dapat
dilakukan oleh perusahaan jasa pengangkutan, EMKL dan atau freight forwarder.

DASAR HUKUM

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-22/ BC/2009 tentang Pemberitahuan
Pabean Impor sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor PER-44/BC/2011.

SYARAT ADMINISTRASI PIB

Surat keterangan asat (SKA).

Jenis dan jumlah barang yang diberitahukan dalam PIB.

HasiI pemeriksaan fisik barang.

Nama pemasok dan importir yang diberitahukan dalam PIB dan SKA harus sesuai.

Membayar PNBP (penerimaan negara bukan pajak) paling lambat pada saat penyamPaian
PIB.

Jika pengurusan PIB tidak dilakukan sendiri, importir menguasakannya kepada pengusaha
pengurusan jasa kepabean

Importir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan impor yang ditetapkan
oleh instansi teknis.

PIB dibuat dalam rangkap tiga dengan ketentuan sebagai berikut:


  Lembar asli untuk pengeluaran barang.
Lembar kedua untuk BPS Jakarta.
Lembar ketiga untuk Bank Indonesia bagian pengolahan data dan informasi ekonomi
dan moneter.

Anda mungkin juga menyukai