Jenis barang
yang dapat diimpor berbagai macam, seperti : mainanan anak-anak, sepatu dan alas kaki,
mesin-mesin, buah-buahan, bahan baku untuk obat, spare parts mobil dan kendaraan, dan
lain-lain.
Langkah 1 adalah berkaitan dengan barang apa yang akan diimpor , dari negara mana,
berapa jumlah barang yang diimpor, dan moda transportasi yang digunakan. Langkah 1 juga
termasuk dengan estimasi berapa biaya yang akan dikeluarkan dalam mengimpor barang.
Langkah 2 adalah berkaitan dengan registrasi importir sesuai dengan perijinan impor. Syarat
utama untuk melakukan impor adalah : barang diimpor harus baru, kecuali diatur secara
khusus. Selain perijinan pokok perusahaan ( NPWP,SIUP, dan TDP), para importir juga
harus memiliki API (Angka Pengenal Impor) dan NIK (Nomor Identitas Kepabeanan)
Langkah 3 adalah berkaitan perijinan khusus sesuai dengan jenis barang yang ditetapkan
sebagai barang larangan dan batasan (lartas) , seperti : NPIK, produsen importir, dan
lainnya). Syarat barang lartas ini bisa dicheck diwww.insw.go.id.
Langkah 4 adalah menentukan klasifikasi barang (HS Code) atas barang yang diimpor.
Klasifikasi barang dapat dicheck di Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI). Klasifikasi
barang bertujuan untuk mengetahui berapa tarif bea masuk atas barang impor tersebut.
Langkah 4 ini dapat dilakukan pada saat langkah 1. Contoh barang impor : daging tanpa
tulang: 0201.30.00.00 ; Tarif bea masuk: 5% .
Langkah 7 adalah berkaitan dengan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor
(PPN, dan PPH pasal 22) atas barang yang diimpor ke bank devisa yang telah kerjasama
dengan instansi Bea dan Cukai.
Langkah 8 adalah berkaitan penjaluran barang impor yang ditetapkan berdasarkan kriteria
manjemen resiko. Penjaluran terdiri dari jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur Mita Non
Prioritas dan Mita Prioritas.
Langkah 9 adalah berkaitan prosedur pengeluaran barang impor. Pengeluaran barang impor
dapat dilakukan oleh importir sendiri atau melalui jasa EMKL atau Freight Forwarder.
Langkah 10 adalah dilakukan setelah langkah 10. Pengiriman barang ke tempat tujuan
bongkar dilakukan melalui trailer dan truck. Menentukan jenis dan jumlah truck/armada
yang digunakan untuk mengangkut barang import disesuaikan dengan jumlah barang dan
berat barang, serta jumlah peti kemas yang diimpor. Pengiriman barang dilakukan dapat
dilakukan oleh perusahaan jasa pengangkutan, EMKL dan atau freight forwarder.
DASAR HUKUM
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-22/ BC/2009 tentang Pemberitahuan
Pabean Impor sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor PER-44/BC/2011.
Nama pemasok dan importir yang diberitahukan dalam PIB dan SKA harus sesuai.
Membayar PNBP (penerimaan negara bukan pajak) paling lambat pada saat penyamPaian
PIB.
Jika pengurusan PIB tidak dilakukan sendiri, importir menguasakannya kepada pengusaha
pengurusan jasa kepabean
Importir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan impor yang ditetapkan
oleh instansi teknis.