Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKUTURAL DI


JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTMA (SMP)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Pendidikan Multikultural

Dosen Pengampu

Triani Widyanti, M.Pd

Disusun oleh:

Alni Dahlena

Ai Istiqomah

Aditsutya Pratama

Risma Agustina

Irwan Nurkholis

Vira Dwiyul Tiara

Wini Siti Alawiyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL BAHASA DAN SASTRA

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGARTAR

Puji dan syukur kepada Alloh SWT yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “KONSEP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
MULTIKUTURAL DI JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTMA (SMP)” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak
yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah
menjadi referensi, sumber data dan fakta bagi penulisan makalah ini.

Adapun maksud penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah
Kajian Local Wisdom dengan judul “KONSEP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
MULTIKUTURAL DI JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTMA (SMP)” Penulis
berharap semoga gagasan pada makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Garut, Desember 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGARTAR............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
A. .Latar belakang.................................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................................................................ 1
C.  Tujuan .............................................................................................................................................. 2
D.  Manfaat ............................................................................................................................................ 2
BAB II....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural...................................................................................... 3
B. Peran Pendidikan Multikultural di Sekolah SMP........................................................................ 4
C. Dimensi Penerapan Pendidikan Multikultural di SMP............................................................... 5
D. Strategi Implementasi Pendidikan Multikultural di SMP........................................................... 6
BAB III..................................................................................................................................................... 9
PENUTUP................................................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan....................................................................................................................................... 9
B. Saran.................................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi
peserta didik. Pendidikan juga merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam
mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang
lebih baik di masa depan. Untuk itu secara terus menerus perlu dibangun dan dikembangkan
peran sekolah agar dapat menghasilkan generasi yang bertanggung jawab pada kemaslahatan
dan kemajuan bangsa dan negara sesuai dengan sistem pendidikan nasional Indonesia. Peserta
didik dalam mengadakan interaksi dengan seluruh warga sekolah yang memiliki latar belakang
berbeda seperti: etnik, budaya, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, jenis kelamin, agama.
Keragaman tersebut berimplikasi pada perlakuan dan kebijakan dari multikultural yang dihadapi
sekolah kepada para peserta didik dan warga sekolah lainnya.

Secara umum dalam konsep multikulturalisme tentunya menjadi urgensi dalam penerapan
pendidikan, dimana dalam pendidikan multicultural yang merujuk sekaligus pada dua hal yang
berbeda, yaitu realitas dan etika atau praktik dan ajaran. Sebagai realitas atau praktik,
multikulturalisme dipahami sebagai representasi yang produktif atas interaksi di antara elemen-
elemen sosial yang beragam dalam sebuah tataran kehidupan kolektif. Pendidikan multikultural
merupakan urgensi bagi pendidikan di Indonesia.

Dengan demikian bahwa pendidikan multikultural perlu diberikan pada setiap jenjang
pendidikan (dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi), yang saat ini telah banyak
dilaksanakan di beberapa sekolah oleh penyelenggara pendidikan. Pemikiran dan praktik
pendidikan multikultural di sekolah inilah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini.
Pengakuan akan keberagaman masyarakat Indonesia sudah eksplisit dalam tulisan pada lambang
negara Indonesia. Bertolak dari kesadaran di atas, terlihat kekeliruan mendasar yang ingin
diperbaiki sejak zaman reformasi, yaitu perhatian yang minim di masa lalu terhadap dinamika
daerah akibat titik berat yang berlebihan pada kepentingan pusat. Cita-cita reformasi untuk
membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara bertolak dari hasil perombakan
terhadap keseluruhan tatanan kehidupan baik dalam lingkup satuan pendidikan ataupun
kehidupan sosial masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar blakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar dalam pola penerapan pendidikan multikultural di SMP?


2. Bagaimana peranan pendidikan multikultural di sekolah jenjang SMP ?
3. Bagaimana dimensi yang menjadi tolak ukur penerapan pendidikan multicultural di SMP?

1
4. Bagaimana strategi ataupun upaya untu menerapkan konsep pendidikan multicultural di
SMP?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dalam pola penerapan pendidikan multikultural di SMP.
2. Untuk mengetahui peranan pendidikan multikultural di sekolah jenjang SMP.
3. Untuk mengetahui dimensi yang menjadi tolak ukur penerapan pendidikan multicultural di
SMP.
4. Untuk mengetahui strategi ataupun upaya untu menerapkan konsep pendidikan
multicultural di SMP.
D. Manfaat

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dari penerapan konsep pendidikan
multikultural di SMP maka dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memberikan pengetahuan mengenai konsep dasar dalam pola penerapan pendidikan
multikultural di SMP.
2. Dapat memberikan pengetahuan mengenai peranan pendidikan multikultural di sekolah
jenjang SMP.
3. Dapat memberikan pengetahuan mengenai dimensi yang menjadi tolak ukur penerapan
pendidikan multikultural di SMP.
4. Dan dapat memberikan pengetahuan mengenai strategi ataupun upaya untu menerapkan
konsep pendidikan multikultural di SMP.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural

Secara umum bahwasanya multikulturalisme dapat dipahami sebagai sikap bagaimana


masing-masing kelompok bersedia untuk menyatu (integrate) tanpa mempedulikan keragaman
budaya yang dimiliki. Mereka semua melebur, sehingga pada akhirnya ada proses “hidridisasi”
yang meminta setiap individu untuk tidak menonjolkan perbedaan masing-masing kultur16.
Secara historis, pendidikan multikultural sejak lama telah berkembang di Eropa, Amerika dan
negara-negara maju lainnya. Dalam perkembangannya, gerakan pendidikan tentang budaya
majemuk (multikultural education) mencapai puncaknya pada dekade 1970/1980-an, terutama di
lembaga-lembaga pendidikan Amerika Serikat.

Dimana bahwasanya hampir di setiap lembaga pendidikan di berbagai region di dunia


menekankan pada prinsip-prinsip kemajemukan etnik dan budaya diusahakan agar diintegrasikan
ke dalam kegiatan-kegiatan pendidikan dalam rangka pembaharuan kurikulum yang menunjang
gerakan pendidikan multikultural. Konsep-konsep tentang etnisitas dan nasionalitas dijabarkan
kembali dengan tujuan agar gambaran keberadaan jati-diri “etnik seseorang” jelas di mana
tempatnya di dalam kebersamaan dan keseluruhan. Oleh karena itu pendidikan multikultural
ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik dengan sejumlah sikap dan keterampilan yang
diperlukan dalam lingkungan budaya etnik mereka, budaya nasional dan antar budaya etnik
lainnya. Contohnya : seorang peserta didik dari Aceh harus akrab dengan budaya kelompok
etniknya sendiri, akan tetapi ia juga harus mampu berbaur dan akrab dengan budaya etnik lain di
luar kelompoknya.

Kemudian bahwa pendidikan multikultural di lingkup pendidikan dapat memberikan


stimulus terhadap pandangan peserta didik tentang kehidupan dan meningkatkan penghargaan
terhadap keragaman. Sedangkan berdasarkan perspektif dari Musa Asy’arie yang
mengemukakan bahwa pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup diengah-tengah
masyarakat plural. Dengan demikian, pendidikan mutikultural menjadi sangat strategis untuk
dapat mengelola kemajemukan secara kreatif. Seperti yang diungkapkan oleh Paul Suparno
bahwa pendidikan multikultural membantu peserta didik untuk mengerti, menerima dan
menghargai orang dari suku, budaya dan nilai yang berbeda.

Selain itu bahwa peserta didik perlu diajak untuk melihat budaya lain sehingga dapat
mengerti dan akhirnya dapat menghargai. Modelnya bukan dengan menyembunyikan budaya
lain atau menyeragamkan sebagai budaya nasional sehingga budaya lokal hilang. Dalam
pendidikan multikultural tiap budaya memiliki nilai sendiri dan kebenaran sendiri, untuk itu
diperlukan pemahaman hubungan nilai budaya yang salah satu caranya melalui pendidikan.

3
Dengan demikian dapat ditarik kesimppulan berdasarkan teori konsep pendidikan
multikultural berdasarkan perspektif dari Banks (1993), pendidikan multikultural setidaknya
terkait tiga hal: ide atau konsep, gerakan reformasi, dan proses. Ini adalah ide bahwa semua
siswa, terlepas dari tertentu karakteristik seperti ras atau jenis kelamin, harus mengalami
pendidikan kesetaraan. Beberapa siswa, karena karakteristik tertentu, memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk berhasil. Oleh karena itu, pendidikan multikultural sebagai gerakan reformasi
yang membutuhkan transformasi semua komponen yang saling terkait yang membentuk sekolah-
sekolah kita.

B. Peran Pendidikan Multikultural di Sekolah SMP

Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kemampuan
peserta didik untuk memiliki pengetahuan, sikap dan bertindak dalam menghadapi realita
kehidupan yang berkemajuan dan berkeadilan didasari atas perbedaan multikultur dan multietnis.
Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku
dan agama. Di dalam lembaga pendidikan perlu mengembangkan kesadaran kolektif dan
kepekaan terhadap kenyataan kemajemukan, pluralitas bangsa baik etnis, budaya, agama, hingga
orientasi politik, karena itu pendidik dan tenaga kependidikan tidak layak bila memperlihatkan
sikap dan perilaku yang bersifat diskriminatif, menghina, melecehkan etnis, budaya, agama di
dalam kehidupan sekolah.

Pada dasarnya peranan pendidikan multikultural di sekolah jenjang SMP berperan untuk
membentuk sikap dan tindakan respek terhadap multietnis dan multikultural harus menjadi
bagian dari materi pembelajaran atau kurikulum pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, jenis
pendidikan baik sekolah yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat dalam
membangun dan mengembangkan budaya baru menuju masyarakat multibudaya yang berbasis
saling menghargai, menghormati dan harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara umum bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur mutlak harus
dipandang dari kacamata multikulturalisme. Dipaparkan oleh Magnis Suseno ( 2005) bahwa,
Indonesia hanya dapat bersatu, bila pluralitas agama yang menjadi kenyataan sosial dihormati.
Ini dimaksudkan multikulturalisme agama tidak akan menghilangkan identitas setiap komponen
bangsa dan partisipasi agama-agama, tetapi harapannya agar semuanya menjadi warga negara
Indonesia tanpa merasa terasing. Sikap saling menghormati identitas masing-masing dan
kesediaan untuk tidak memaksakan pandangan agama sendiri tentang yang baik kepada siapapun
merupakan syarat keberhasilan masa depan Indonesia. Untuk itu itu diperlukan transformasi
kesadaran multikulturalisme menjadi identitas nasional dan menempatkan agama menjadi
fondasi kesatuan bangsa.

Kemudian peran sekolah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah guru perlu memiliki
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuannya. Sehingga konsep pendidikan memiliki

4
fungsi untuk mempersiapkan individu-individu sesuai dengan kriteria keahlian, pendidikan
mengajarkan kemampuankemampuan praktis yang dibtuhkan oleh setiap orang untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, pendidikan berfungsi untuk mengajarkan nilai-nilai
moral. Sekolah sebagai agen perubahan (change agent) diharapkan dapat menyediakan
ketrampilan hidup (life skill) dan moralitas publik kepada peserta didik. Masyarakat haruslah
berpartisipasi di dalam proses pendidikan di sekolah, dengan memberikan sumbangsih pemikiran
yang dapat mendorong dan mengembangkan cakrawala pendidikan menuju masyarakat
multikultural yang harmonis.

C. Dimensi Penerapan Pendidikan Multikultural di SMP

Berdasarkan pendapat dari Ahmad Syai’i Ma’arief pendidikan diharapkan bukan hanya
bertali-temali dengan transfer of knowledge, dan arena indoktrinasi, tetapi pendidikan juga
merupakan media dan aktivitas membangun kesadaran, kedewasaan, dan kedirian peserta didik
(Zamroni, 2003: viii). Pendidikan multikultural ini, dalam lima dimensi, yaitu:

a. Dimensi content Integration, yaitu integrasi isi pelajaran oleh masingmasing guru. Artinya
bahwa pendidikan multikultural ini tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran tetapi
diharapkan dari kemampuan guru untuk mampu mengintegrasikan dalam kultur atau masing-
masing budaya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Atau bisa Berkaitan dengan
sejauhmana guru menggunakan contoh-contoh, data dan informasi dari berbagai kultur dalam
proses pembelajaran pada mata pejaran yang diampu.

b. Dimensi The Knowledge Construction process, yaitu proses penyusunan pengetahuan.


Diharapkan guru memberikan suatu pemahaman kepada siswa tentang suatu konsep, atau asumsi
yang tersirat yang nantinya akan membentuk pengetahuan siswa. Kemudian membantu siswa
memahami bagaimana suatu pengetahuan dikembangkan dan bagai-mana pengembangan ilmu
tersebut yang dipengaruhi oleh ras, etknik, gender dan strata sosial dari individu dan kelompok
yang ada di sekolah.

c. Dimensi Prejudice Reduction, yaitu dalam proses pembelajaran diharapkan guru dapat
membantu siswa untuk mengurangi sikap prasangka yang berlebihan di dalam kelas dan lebih
mengedepankan kebersamaan dan proses pembelajaran yang tidak menjurus kepada prasangka
tersebut. Serta membantu siswa untuk mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap ras dan
ethnik, dan apabila gambaran realitas kehidupan berbagai ras dan ethnik ditampilkan dalam
materi pembelajaran harus secara konsisten, alami dan integrated.

d. Dimensi An equity Pedagogy, kesetaraan pedagogik yaitu diharapkan guru dalam proses
pembelajarannya dikelas tidak membeda-bedakan diantara masingmasing siswa, yaitu dengan
menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi sehingga menggugah siswa untuk dapat
belajar dengan senang hati, tanpa ada tekanan dan lain sebagainya.

5
e. Dimensi An Empowering School Culture, pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sekolah
yang mendukung proses pembelajaran yaitu berupa partisipasi kelompok. Misalnya dalam
kegiatan praktikum dengan kelompok, atau kegiatan keolahragaan dan lain sebagainya (Banks,
2005: 20).

Dengan demikian bahwa sekolah sebagai satu sistem masyarakat dengan kebijakan dan kerja
kerasnya dapat memberikan ruang bagi seluruh siswa, maupun guru untuk berinteraksi dengan
memperhatikan nilainilai kebersamaan dan keragaman, tanpa meninggalkan nilai budaya
masing-masing siswa di sekolah. Karena bisa jadi, tanpa sekolah mengemas berbagai perbedaan
yang terjadi pada diri siswa yang datang dengan berbagai latar belakang, akan muncul sikapsikap
yang mendiskreditkan, sikap prejudice atau prasangka, dan pelanggaranpelanggaran hak-hak
lainnya seperti keadilan sosial (social justice).

D. Strategi Implementasi Pendidikan Multikultural di SMP

Strategi Sekolah dalam Proses Pendidikan Berbasis Multikultural kegiatan belajar mengajar
yang memberikan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tindakan dalam mengembangakan atas
kondisi perbedaan dan persamaan peserta didik terkait dengan jenis kelamin, ras, budaya, etnik
dan agama. Kegiatan pembelajaran pendidikan multikultural menurut Zubaidi (2004: 77) adalah
guru dituntut mau dan mampu menerapkan strategi pembelajaran kooperatif harus menerapkan
di antaranya: adanya saling ketergantungan, adanya interaksi tatap muka yang membangun,
pertanggung jawaban secara individu, ketrampilan sosial dan efektivitas proses pembelajaran
dalam kelompok.

Strategi Sekolah dalam Pendidikan multikultural senantiasa menghormati, menghargai


perbedaan yang ada pada warga sekolah dengan latar belakang nilai agama, suku, ras, bahasa,
etnis dan golongan yang ada di sekolah, baik terhadap peserta didik, guru, karyawan, staf
kependidikan maupun komite sekolah dan semua komponen yang berkepentingan dengan
sekolah. Strategi pembelajaran yang diterapkan pendidik berdasarkan pendidikan multikultural di
sekolah dengan mengacu pada proses pembelajaran yang dikembangkan oleh Sudjana (1997: 26)
yakni:

(1) model pengembangan, maksudnya proses belajar mengajar dikembangkan sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan manusia,

(2) model konsep diri, yakni pengembangan proses pembelajaran yang menekankan pada
pentingnya kepribadian siswa yang kuat, dengan strategi pembelajarannya membantu siswa
menjelaskan pikiran dan perasaan tentang dirinya dan nilai-nilai dasar kemanusiaan serta dapat
merefleksikan pemahaman tentang dirinya,

(3) model kepekaan dan orientasi kelompok, dimaksudkan untuk membantu keterbukaan pikiran
dan kepekaan siswa terhadap orang lain. Strategi pembelajaran ini dapat dilakukan dengan
melalui kelompok yang efektif,

6
(4) model perluasan penyadaran proses belajar mengajar dimaksudkan untuk penyadaran
terhadap kekuatan dan penggunaan fungsi otak kiri dan kanan,

(5) model pembelajaran partisipatif, yakni proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan,


berorientasi pada tujuan, berpusat kepada peserta didik dan belajar berdasarkan pengalaman
dalam kehidupan.

Dengan demikian bahwa strategi yang digunakan untuk menerapakan pendidikan


multikultural bermacam-macam seperti: diskusi, simulasi, bermain peran, observasi, studi kasus,
problem solving (Aly, 2003: 60-73). Melalui diskusi guru dapat memberikan masukan dan
memperoleh informasi dari peserta didik tentang sumbangan aneka budaya dan orang dari suku
lain dalam hidup bersama sebagai bangsa. Strategi pembelajaran ini melibatkan peserta didik
yang dikelola dan diselenggarakan oleh guru dalam tiga tahap kegiatan belajar mengajar yakni
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kegiatan ini dapat dapat dilakukan baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Strategi sekolah dalam mengembangkan pendidikan
multikultural dapat dilakukan dengan berbagai ragam cara antara lain:

(1) proses pendidikan di sekolah diusahakan menerapakan manajemen sekolah berbasis


multikultural oleh pihakpihak yang terkait dengan sekolah yakni: kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, semua guru, semua peserta didik, orang tua dan komite sekolah,

(2) mengembangkan suasana yang kondusif di sekolah, ditandai oleh adanya saling
menghormati, menghargai antara berbagai pihak yang berbeda dari aspek multikulturalnya,
seperti: aspek budaya, etnis, sosial ekonomi, agama, bahasa, gender, dan usia,

(3) mengembangkan kebijakan/peraturan sekolah yang menghindarkan sifat diskriminatif


terhadap salah satu kelompok multikultural atau lebih yang ada di sekolah,

(4) sekolah dapat memenuhi kebutuhan semua unsur multikultural secara proporsional baik
aspek budaya, sosial ekonomi, bahasa, gender, usia, etnis dan sebagainya dalam pliralitas
komunitas sekolah yang dinamis,

(5) mengembangkan komunikasi dan interkasi yang efektif antar warga sekolah, sehingga dapat
menghindari munculnya permasalahan kelompok multikultural yang belum terselesaikan,

(6) Sekolah mengembangkan visi, misi, dan tujuan sekolah agar mendapat dukungan dari semua
warga sekolah dengan memperhatikan aspek pluralitas,

(7) Sekolah perlu mengembangkan dukungan normatif untuk mencegah, mengembangkan dan
menindak agar pendidikan multikultural di sekolah berjalan secara harmonis dan dinamis.

(8) Membangun Komunitas Belajar, dimana melalui komunitas belajar akan mengajarkan
tentang multikultural karena siswa dapat melanjutkan partisipasi mereka dalam publik.
Membangun komunitas belajar berarti guru telah menciptakan iklim saling menghormati untuk

7
membantu siswa membangun hubungan yang positif, menyelesaikan konflik, dan
mengembangkan kemampuan kelompok dalam memecahkan masalah (Browning, Davis, &
Retsa, 2000; Nelsen, Lott, & Glenn, 200043). Untuk membangun komunitas, siswa didorong
untuk terlibat dalam diskusi dan berinteraksi sosial dengan siswa lain dari berbagai ras, etnis,
budaya, dan kelompok bahasa, untuk membangun pemahaman. Untuk melakukan hal ini, guru
dapat membuat struktur kerjasama antar-ras kelompok yang memungkinkan siswa dari berbagai
ras dan kelompok etnis untuk saling mengenal satu sama lain.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian bahwa konsep dari pendidikan multikultural sebagai suatu pendidikan
untuk memberikan pemahaman tentang sebuah perbedaan. Secara umum pendidikan
multikultural berdasarkan perspektif dari Banks (1993), pendidikan multikultural setidaknya
terkait tiga hal: ide atau konsep, gerakan reformasi, dan proses. Ini adalah ide bahwa semua
siswa, terlepas dari tertentu karakteristik seperti ras atau jenis kelamin, harus mengalami
pendidikan kesetaraan. Kemudian lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting
dalam perkembangan kemampuan peserta didik untuk memiliki pengetahuan, sikap dan
bertindak dalam menghadapi realita kehidupan yang berkemajuan dan berkeadilan didasari atas
perbedaan multikultur dan multietnis. Pendidikan multikultural merupakan proses
pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya
sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.

Adapun Strategi pembelajaran yang diterapkan pendidik berdasarkan pendidikan


multikultural di sekolah dengan mengacu pada proses pembelajaran yaitu : proses pendidikan di
sekolah diusahakan menerapakan manajemen sekolah berbasis multicultural, mengembangkan
suasana yang kondusif di sekolah, mengembangkan kebijakan/peraturan sekolah yang
menghindarkan sifat diskriminatif, sekolah dapat memenuhi kebutuhan semua unsur
multicultural, mengembangkan komunikasi dan interkasi yang efektif antar warga sekolah,
Sekolah mengembangkan visi, misi, dan tujuan sekolah, Sekolah perlu mengembangkan
dukungan normatif untuk mencegah, dan membangun komunitas belajar, dimana melalui
komunitas belajar akan mengajarkan tentang multikultural.

B. Saran

Maka dari itu mengembangkan penerapan pendidikakn multikultural di sekolah jenjang SMP,
yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa ditengah-tengah sebuah
perbedaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

[1] U. M. Sadjim. “Pentingnya Konsepsi Pendidikan Multikultural di Sekolah Pasca Konflik


Sosial di Ternate”. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 01, No. 01. 2017.

[2] M. Kartikasari, C.B. Utomo, S. Ami. “Implementasi Pendidikan Multikultural pada


Pembelajaran Sejarah”. Indonesian Journal of History Education, Vol. 6 No. 1. 2018.

[3] Saliman, T. Wulandari, dan Mukmina. “Model Pendidikan Multikultural di Sekolah


Pembaharuan Medan”. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol. 8 No. 3. 2014.

[4] B. Akob, G. A. Wibowo. “Pembelajaran Multikultural Pada Siswa SMP Sebagai Upaya
Meningkatkan Nasionalisme”. Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 2, No.1. 2015.

[5] Y.D. Elfanto. “Implementasi Pendidikan Multikultural Di SMP Imanuel Cibatu”. Skripsi
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim. Malang, 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai