Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

CARA MEMBINA KOMUNIKASI YANG BAIK ANTARA SUAMI ISTRI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Pra Nikah

Dosen Pengampu :

Ibu Al Riza Ayurinanda, M.A

Disusun oleh :

Kelompok 10 Bimbingan Konseling Islam 4D

1. Aliska Cahya Agustin (126306201038)


2. Faizzatul Umah (126306202072)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberi kelancaran penyusun dalam menyelesaikan
makalah tentang “Cara Membina Komunikasi Yang Baik Antara Suami Istri”. Sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sebagai pimpinan umat menuju
jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang penuh anugrah beserta rahmat bagi alam semesta.

Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, mungkin penulisan makalah ini
tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapakan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Maftukin, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan
di perguruan tinggi ini.
2. Ibu Al Riza Ayurinanda, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Pra Nikah
yang selalu memberi pengarahan serta bimbingan hingga kami mampu memahami dengan
benar mata kuliah ini.
3. Teman sekelas yang terus memotivasi khususnya anggota kelompok yang mampu bekerja
dengan baik selamiproses pembuatan makalah.

Dengan demikian, tentu terdapat kekurangan penulis dalam makalah ini baik dari segi materi
maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran yang
dapat dijadikan pembelajaran di masa mendatang serta makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Tulungagung, 22 April 2022

Tim Penyusun

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

1. Latar Belakang........................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah...................................................................................................................5

3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

1. Makna Komunikasi dalam Kehidupan…................................................................................6


2. Makna Komunikasi dalam Keluarga.......................................................................................6
3. Syarat Komunikasi yang Sukses….........................................................................................7
4. Kendala dalam Berkomunikasi..……………………….........................................................7
BAB III..........................................................................................................................................10

PENUTUP.....................................................................................................................................10

1. Kesimpulan............................................................................................................................10
2. Saran......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, mustahil membangun rumah tangga seorang diri, ia
harus bergaul dan berinteraksi dengan saudara, keluarga, suami/ isteri, tetangga, teman-teman
kerja dan lain-lain. Kelancaran komunikasi dengan berbagai pihak tersebut akan menunjang
kebahagiaan dalam berumah tangga kita. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam rumah tangga atau keluarga ataupun masyarakat.
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan berkomunikasi
memungkinkan terjadinya interaksi antara individu- individu. Dengan adanya intraksi
tersebut, maka sikap, pandangan atau kemauan dari seseorang kepada orang lain dan
menggunakan bahasa atau lambang sebagai alat penyalurnya.

Pentingnya komunikasi tidaklah dapat dipugkiri karena dengan adanya komunikasi yang
baik suatu hubungan di dalam ruang baik rumah tangga dapat berjalan dengan baik dan
harmonis sebaliknya jika komunikasi yang kurang baik maka hubungan di dalam keluargapun
akan menjadi berantakan.

Komunikasi dalam keluarga dapat disamakan dengan peran jantung dalam tubuh. Sama
seperti jantung yang memompa darah ke seantaro tubuh, komunikasi memompa kehidupan ke
seantaro keluarga. Jadi, seberapa sehatnya keluarga dapat di ukur dari berapa sehatnya
komunikasi dalam keluarga itu. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai pasangan yang
terjebak di dalam konflik yang berkepanjangan, hanya karena tidak mampu mengungkapkan
keinginan dan perasaan secara lancar dan kepada pasangannya, yang berdampak muncul
kesalahpahaman dan memicu emosi serta kemarahan pasangan. Ini menunjukkan adanya
komunikasi yang tidak lancar, sehingga berpotensi merusak rumah tangga.

Komunikasi keluarga antara suami istri menjadi bagian yang sangat penting, bahkan
dianggap sebagai kebutuhan, makin sering berkomunikasi maka akan semakin memperkuat
hubungan. Maka dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga sangat diperlukan komunikasi
yang efektif agar tidak ada kesenjangan komunikasi di dalam keluarga.

Komunikasi dalam keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam


mewujudkan keluarga bahagia, keluarga bahagia bukan hanya dipenuhi kebutuhan primer dan
skunder dalam kehidupan berumah tangga (kebutuhan sandang, pangan, dan papan), namun
komunikasi juga merupakan sarana yang penting dalam menyampaikan maksud atau tujuan
kepada anggota keluarga, dan hal ini perlu dibina dan dilestarikan kelancarannya, serta

4
efektifitasnya dan kehidupan keseharian yang dijalan. Komunikasi yang baik dalam keluarga
perlu dilakukan secara terbuka dan dilakukan secara dua arah (suami dengan istri, dan
begitupun sebaliknya dan orang tua dengan anak).

Komunikasi terbuka dilakukan dengan menyampaikan apa yang menjadi maksud dan
tujuannya dengan hal yang jelas, sehingga mudah dipahami dalam mengungkapkannya dan
dilakukan secara berkesinambungan antara suami dengan istri, dan orang tua dengan anak.
Dengan demikian, mereka mampu memberikan umpan balik secara dua arah dalam memberi
dan menerima.

Komunikasi yang baik dapat pula menjadikan anggota keluarga merasa tentram berada di
rumah bersama orang-orang yang disayangi, rumah bagi mereka adalah teman yang
memberikan kedamaian dan kesejukan secara lahir dan batin. Sehingga dengan komunikasi
yang baik dapat mencapai tujuan perkawinan di dalam membentuk keluarga bahagia dan
tentram secara lahir dan batin (sakinah).

Dalam kegiatan berkomunikasi tidak selamanya dilaksanakan dengan lisan, bahkan


dengan pandangan atau tatapan muka yang mesra, penuh kasih sayang, belaian tangan yang
lembut dan gerakan-gerakan anggota badan yang dilakukan dengan cepat dan ekspresif sering
akan mengesankan, apabila komunikasi dilakukan secara lisan sebaiknya selalu
memperhatikan nada dan irama dalam kesopanan tanpa emosi yang tak terkendalikan untuk
menyampaikan kebaikan, kasih sayang, dan kebahagiaan dalam kehidupan keluarga.
Komunikasi yang baik bukan hanya penyampaian pendapat baik sepakat ataupun tidak
sepakat. Namun, melalui komunikasi yang dijalankan dengan baik dan berkesinambungan
juga dapat membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Komunikasi yang baik
sangatlah penting di dalam keluarga karena ikatan perkawinan selalu membutuhkan
komunikasiyang harmonis untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna komunikasi dalam kehidupan ?
2. Apa makna komunikasi dalam keluarga ?
3. Apa syarat komunikasi yang sukses ?
4. Apa kendala dalam berkomunikasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna komunikasi dalam kehidupan
2. Untuk mengetahui makna komunikasi dalam keluarga
3. Untuk mengetahui syarat komunikasi yang sukses
4. Untuk mengetahui kendala dalam berkomunikasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi dalam Kehidupan


Komunikasi merupakan sebuah proses dimana sebuah interaksi antara komunikan dan
komunikator yang melakukan pertukaran pesan di dalamnya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Komunikasi sendiri dianggap suatu hal kursial dalam kehidupan untuk
melakukan interaksi sosial. Sebuah interaksi social tidak akan berarti jika komunikasi tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehiduapan
sehari-hari di rumah tangga, ditempat pekerjaan, dipasar, dalam masyarakat atau dimana saja
manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi
sangat penting bagi kehidupan manusia. Berkembangnya pengetahuan manusia dari hari ke
hari karena komunikasi. Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, maka dari itu komunikasi dan masyarakat tidak dapat
dipisahkan.
B. Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk mencapai tujuan
tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan. Komunikasi dikatakan berhasil kalau
menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi demikian harus dilakukan dengan
efektif. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga terasa hilang, karena di dalamnya
tidak ada kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya, sehingga kerawanan
hubungan antara orang tua dan anak sukar untuk dihindari.Oleh karena itu, komunikasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam kehidupan keluarga. Fenomena komunikasi terdapat
di mana saja, sehingga setiap orang menganggap dirinya sebagai ahli komunikasi, baikyang
menyangkut permasalahannya maupun pemecahannya.
Keluarga menggunakan bentuk komunikasi keluarga dengan orientasi konformitas
(conformity orientation) yaitu interaksi keluarga yang menanamkan kepada kesamaan antara
anggota keluarga sehingga anak bisa terlibat dalam mengambil keputusan, mempunyai
karakter interaksi yang berfokus pada interaksi keluarga yang menanamkan kesamaan anggota
keluarga sehingga anak bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Orang tua sebagai
pemimpin dalam keluarga, dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunju ke salah
seorang anggota keluarga menjadi komunikator.
Secara umum terdapat empat hambatan komunikasi yang dihadapi kebanyakan orang,
khususnya terkait komunikasi dengan keluarga:
a. Hambatan fisik atau lingkungan. Ini memang dirasakan dan dihadapi banyak keluarga
yang terpaksa terpisah satu sama lain akibat jarak dan pekerjaan.
b. Hambatan situasional, misalnya saat seorang ibu hamil tengah moody dan akhirnya
orang disekitarnya enggan melakukan komunikasi dengannya akibat perilakunya yang
kurang memberi kenyamanan bagi orang disekitarnya.

6
c. Adanya hambatan psikologis, dimana seseorang sudah terlebih dahulu merasa takut
ditolak atau tidak diterima sebelum memulai komunikasi.
d. Hambatan gender yang melihat bahwa wanita dan pria masing-masing memiliki cara
berbeda dalam upaya berkomunikasi.

C. Syarat Komunikasi yang Sukses


Rakmat (2007) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam upaya mencapai keberhasilan komunikasi interpersonal yaitu,
1) Adanya sikap percaya suami terhadap istri maupun sebaliknya. Kepercayaan ini
merupakan sebuah bukti bahwa mereka tidak akan saling menghianati. Sikap percaya
dalam keluarga akan terbangun apabila keduanya saling jujur dan saling menerima.
2) Adanya sikap suportif atau sikap saling mendukung dan saling menghargai
sehingga keduanya dapat menghilangkan sikap defensif yang cenderung menutup diri
dalam setiap aktifitas komunikasi yang dilakukan
3) Adanya sikap terbuka yang nantinya dapat mendorong timbulnya saling pengertian,
saling memahami dan saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal antara
suami dan istri dalam upaya mencapai komunikasi interpersonal yang baik dan efektif

D. Kendala dalam Berkomunikasi


Menurut Ron Ludlow dan Fergus Panton dalam bukunya Komunikasi Efektif (Penerbit Andi,
Yogyakarta, 1996), hambatan-hambatan komunikasi itu meliputi perbedaan status, problem
semantik, distorsi persepsi, perbedaan kultur, gangguan fisik, miskin pilihan sarana, dan tidak
adanya respon. Berikut ini pembahasan pada lingkup hambatan komunikasi antara suami dan
isteri.
1. Status Effect
Adanya perbedaaan status sosial yang dimiliki suami dan isteri bisa menjadi hambatan
komunikasi. Misalnya seorang suami yang "berdarah biru" atau ningrat, sementara isterinya
dari kalangan masyarakat biasa. Atau isteri yang menempuh pendidikan tinggi hingga
mencapai gelar doktor bahkan profesor, sementara suaminya hanyalah lulusan SMP atau
SMA. Ada isteri yang memiliki karier bagus dan mampu mencapai puncak jabatan di
instansinya, sementara sang suami tidak pernah naik pangkat dan jabatan. Ada pula suami
yang menikmati posisi sebagai pemimpin keluarga, lalu bersikap otoriter karena
meletakkan isteri sebagai bawahan. Itu semua adalah contoh adanya perbedaan status sosial
antara suami dan isteri. Jika mereka tidak saling memahami dan toleransi atas perbedaan
itu, bisa membuat pasangannya tidak dapat mengemukakan pendapatnya dengan lancar.
Ada sekat status sosial yang menyebabkan masing-masing tidak leluasa dalam
berkomunikasi.
2. Semantic Problems dan Perceptual Distortion
Faktor semantik menyangkut bahasa, diantaranya mengenai makna kata dan kalimat. Ada
kata-kata yang diucapkan suami, namun dipahami dengan cara berbeda oleh isteri. Ada
kalimat yang diucapkan isteri, namun dipahami secara berbeda oleh suami. Sedangkan
7
distorsi persepsi adalah penyimpangan persepsi dari makna yang dikehendaki. Misalnya
ketika suami mengatakan "Aku tidak senang melihat engkau berpakaian seperti itu". Sang
isteri tersinggung dan sakit hati, karena ia menyimpulkan suaminya membenci dirinya.
Perhatikan, kata "tidak senang", telah dipahami sebagai "benci". Padahal "tidak senang" itu
tidak sama dengan "benci". Ini yang menjadi salah satu contoh problem semantik dalam
komunikasi, bahwa kata-kata dan kalimat itu bisa dimaknai dengan cara berbeda oleh
pasangan. Contoh lain, saat isteri mengatakan kepada suami, "Aku ingin kamu lebih
bersemangat dalam kerja, supaya hasilnya lebih banyak." Kalimat ini membuat sang suami
tersinggung, karena "Saya dikira pemalas. Saya kan sudah bekerja keras selama ini".
Perhatikan, kata "lebih bersemangat kerja", dipahami sebagai menuduh suami sebagai
pemalas. Padahal jelas sangat berbeda maknanya. Demikian pula problem semantik dan
distorsi persepsi dalam tulisan. Saat suami mengirim sms kepada isterinya dengan kalimat
"Cepat pulang !!!" Isteri merasa sangat tidak nyaman dengan sms tersebut. Ia merasa baru
sebentar pergi sudah dimarahi dan disuruh pulang. "Kenapa engkau memarahiku????"
Jawab isteri lewat sms. "Aku tidak marah !!!!!" balas suami. Penggunaan tanda seru dalam
tulisan, bisa dimaknai sebagai bahasa marah. Berbeda antara "Cepat pulang...." yang ditulis
dengan tambahan titik-titik, dengan "Cepat pulang !!!!" yang ditulis dengan tambahan
beberapa tanda seru. Padahal sang suami merasa tidak marah dan hanya meminta isterinya
cepat pulang. Distorsi persepsi dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang
sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan
atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
3. Cultural Differences
Hambatan komunikasi bisa disebabkan oleh karena perbedaan latar belakang budaya atau
kebiasaan antara suami dan isteri. Perbedaan corak kultur sangat tampak dalam masyarakat
Indonesia yang heterogen. Budaya Batak berbeda dengan Jawa, kultur Makassar tidak sama
dengan Sunda, kebiasaan masyarakat Madura berbeda dengan Betawi, dan seterusnya. Jika
suami berasal dari Batak dan isteri berasal dari Solo, Jawa Tengah, bisa menimbulkan
problem komunikasi ketika mereka tidak saling berusaha memahami dan menyesuaikan
diri. Isteri menganggap suaminya kasar kalau bebricara, sedangkan suami menganggap
isterinya tidak pernah jelas kalau bicara, karena terlalu pelan.
4. Physical Distractions
Gangguan fisik bisa menjadi hambatan komunikasi. Gangguan ini bisa terjadi pada
pengaruh lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya suara
riuh atau kebisingan, suara hujan atau petir, menyebabkan pembicaraan menjadi tidak
nyaman dan membuat pesan tidak tertangkap secara jelas dan utuh. Gangguan fisik juga
bisa disebabkan karena kondisi fisik yang menyebabkan tidak jelas dalam berbicara.
Misalnya suara menjadi sengau, atau suara menjadi tidak jelas, karena faktor struktur fisik
organ suara.
5. Poor Choice of Communication Channels

8
Kadang terjadi gangguan yang disebabkan oleh media yang dipergunakan dalam
komunikasi. Misalnya ketika sedang menelpon pasangan, terjadi gangguan signal, sehingga
suara telepon menjadi terputus-putus dan tidak jelas. Pada situasi seperti itu harus segera
ada pilihan lain untuk meneruskan komunikasi, misalnya dengan mengirim sms, "Maaf
sayang, signal sedang jelek di sini, nanti aku telepon lagi ya". Dengan cara itu,
pasangannya tidak memiliki perasaan curiga atau khawatir, karena sudah ada penjelasan.
Kadang suami isteri berada dalam suasana ketegangan. Mereka tidak bisa berbicara satu
dengan yang lainnya, karena tengah konflik. Dalam kondisi tidak bisa berkomunikasi
secara langsung dengan berbicara, seharusnya ada alternatif lain untuk menyalurkan pesan.
Misalnya melalui tulisan, apakah surat, atau email, atau chatting, atau sms dan lain
sebagainya. Dengan cara itu, komunikasi tetap berjalan lancar, walau tidak harus dalam
bentuk pembicaraan langsung.
6. No Feedback
Hambatan komunikasi bisa terjadi karena tidak adanya respon atau tanggapan sama sekali.
Misalnya seorang isteri yang merasa telah banyak berbicara, bercerita dan mencurahkan
perasaan, namun sang suami hanya diam saja. Tidak merespon sama sekali. Isteri menjadi
tersinggung dan akhirnya malas berbicara karena merasa tidak diperhatikan. Padahal
diamnya suami bukan karena tidak memperhatikan, namun ia tidak tahu akan bicara apa
pada waktu itu. Sesungguhnya respon tidak selalu berbentuk kalimat atau ungkapan-
ungkapan. Karena respon bisa berbentuk mimik wajah, bahasa tubuh, pelukan, belaian,
genggaman tangan dan seterusnya. Dengan cara itu isteri merasa telah diperhatikan oleh
suami, walaupun tidak ada pembicaraan dari suami.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan sebuah proses dimana sebuah interaksi antara komunikan
dan komunikator yang melakukan pertukaran pesan di dalamnya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keluarga menggunakan bentuk komunikasi keluarga dengan
orientasi konformitas (conformity orientation) yaitu interaksi keluarga yang menanamkan
kepada kesamaan antara anggota keluarga sehingga anak bisa terlibat dalam mengambil
keputusan, mempunyai karakter interaksi yang berfokus pada interaksi keluarga yang
menanamkan kesamaan anggota keluarga sehingga anak bisa terlibat dalam pengambilan
keputusan. Faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam upaya
mencapai keberhasilan komunikasi interpersonal yaitu,
1) Adanya sikap percaya suami terhadap istri maupun sebaliknya.
2) Adanya sikap suportif atau sikap saling mendukung dan saling menghargai
sehingga keduanya dapat menghilangkan sikap defensif yang cenderung menutup
diri dalam setiap aktifitas komunikasi yang dilakukan
3) Adanya sikap terbuka

Hambatan-hambatan komunikasi itu meliputi perbedaan status, problem semantik,


distorsi persepsi, perbedaan kultur, gangguan fisik, miskin pilihan sarana, dan tidak
adanya respon.

Berikut ini pembahasan pada lingkup hambatan komunikasi antara suami dan isteri.

1. Status Effect
2. Semantic Problems dan Perceptual Distortion
3. Cultural Differences
4. Physical Distractions
5. Poor Choice of Communication Channels
6. No Feedback

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari pada makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca berguna sebagai bahan perbaikan bagi kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/ettisal

Interpersonal Pasutri Dengan Keharmonisan Dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana 2013,
Vol. 1, No. 1, Hal. 22-31.

Muallimah, 2020. “Komunikasi Efektif Dalam Membina Keluarga Sakinah Di Desa Balebo”.
Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar

11

Anda mungkin juga menyukai