Anda di halaman 1dari 13

“HEALTHY RELATIONSHIP DAN TUJUAN KOMUNIKASI

TERAPEUTIK ”

OLEH :

KELOMPOK 2
MILDA DJAFAR 2121006
SEPTIA MALIKI 2121005
ANGELA MARIA BILI 2121008
DEA ANANDA MILE 2121010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pada Mata Kuliah KOMUNIKASI TERAPEUTIK yang terkhusus pada
materi “HEALTHY RELATIONSHIP DAN TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK”.

Salawat dan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda Rasulullah
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
zaman yang serba modern ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat
sekarang ini. Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna. Penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini.

Makassar,20 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
1. LATAR BELAKANG ....................................................................................
2. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................
3. TUJUAN ........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................
A. PENGERTIAN HEALTHY RELATIONSHIP .............................................
B. CARA MEMBANGUN HUBUNGAN YANG SEHAT ...............................
C. PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK.............................................
D. FUNGSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ......................................................
E. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK .....................................................
F. CIRI-CIRI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ...................................................
G. TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK .......................................................
H. STRATEGI MENANGGAPI RESPON KLIEN DALAM
BERKOMUNIKASI ........................................................................................
I. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI ...............................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................................
A. KESIMPULAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Healthy relationship dikenal dengan hubungan yang sehat. Hubungan yang sehat adalah
hubungan yang aman, dan kita bisa menjadi diri kita sendiri tanpa rasa takut. Kita akan merasakan
aman dan nyaman ketika menjalin hubungan seperti ini.
Komunikasi terapeutik di bidang keperawatan memegang peranan penting untuk
menciptakan hubungan harmonis antara perawat,pasien, dan tenaga kesehatan lainnya, guna
mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indra Wati, 2003). Keefektifan
komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien akan mengoptimalkan tindakan keperawatan yang
akan mempercepat proses penyembuhan fisik dan psikologis pasien (Anas Tamsuri, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian healthy relationship?
2. Bagaimana cara membangun hubungan yang sehat?
3. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana fungsi komunikasi terapeutik?
5. Apa tujuan komunikasi terapeutik?
6. Apa ciri-ciri komunikasi terapeutik?
7. Bagaimana tahap komunikasi terapeutik?
8. Bagaimana strategi menanggapi respon klien dalam berkomunikasi?
9. Bagaimana sikap perawat dalam komunikasi?

C. Tujuan
1. Agar pembaca memahami pengertian healthy relationship?
2. Agar pembaca memahami cara membangun hubungan yang sehat?
3. Agar pembaca memahami pengertian komunikasi terapeutik?
4. Agar pembaca memahami fungsi komunikasi terapeutik?
5. Agar pembaca memahami tujuan komunikasi terapeutik?
6. Agar pembaca memahami ciri-ciri komunikasi terapeutik?
7. Agar pembaca memahami tahap komunikasi terapeutik?
8. Agar pembaca memahami strategi menanggapi respon klien dalam berkomunikasi?
9. Agar pembaca memahami sikap perawat dalam komunikasi?
BAB II
PEMBAHASAN

HEALTHY RELATIONSHIP

A. Healthy Relationship
Healthy relationship dikenal dengan hubungan yang sehat. Hubungan yang sehat adalah
hubungan yang aman, dan kita bisa menjadi diri kita sendiri tanpa rasa takut. Kita akan
merasakan aman dan nyaman ketika menjalin hubungan seperti ini. Dan tentunya, ini menjadi
hubungan yang menyenangkan.

B. 10 Cara Membangun Hubungan yang Sehat


Terdapat 10 cara yang masing-masing harus ada dalam membentuk hubungan yang
sehat dan seimbang:

1. Kepercayaan
Kepercayaan menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Kepercayaan
merupakan kesediaan individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan risiko
tertentu.

Selain itu, kepercayaan dapat membangun sebuah ikatan emosional dalam sebuah
hubungan. Terlebih, kepercayaan ini akan meningkat apabila salah satu pasangan dapat
memenuhi harapan pasangannya. Tanpa kepercayaan, kemungkinan besar timbul
kecurigaan yang lama-lama bisa membuat hubungan rentan terhadap perpisahan.

2. Kesabaran
Hubungan percintaan tidak akan selalu berjalan lancar. Beberapa kali kamu mungkin
menemui beberapa kesulitan, misalnya melakukan hubungan jarak jauh lintas negara. Hal
itu akhirnya membuat lo sadar perlunya kesabaran untuk bisa melewati itu.

Kesabaran membuat segala masalah dapat diselesaikan dengan baik. Bayangkan


kalau setiap permasalahan dalam hubungan diselesaikan dengan emosi yang tidak stabil,
hubungan yang sehat itu tidak akan bisa berjalan semestinya.
3. Empati
Empati sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan jangka panjang.
Empati berarti menempatkan diri dari sudut pandang pasangan untuk memahami
perasaannya.Alhasil,empati otomatis akan menumbuhkan rasa saling menyayangi dan
mencintai.

4. Pikiran yang Terbuka


Setiap hubungan membutuhkan suatu kompromi. Lantaran, terdapat beberapa
masalah yang bakal membuat kamu harus berpikir lebih terbuka sama
pasangan.Kemampuan pasangan untuk “mengikuti arus” sangat diperlukan terutama ketika
adanya permasalahan besar. kamu harus memahami pasangan kamu dengan mengambil
keputusan berdasarkan kesepakatan bersama. Hubungan yang sehat berarti kamu bisa
saling menyesuaikan dan mengevaluasi setiap masalah sehingga akan tercipta hubungan
yang sehat dan seimbang.

5. Apresiasi
Bersyukur itu penting banget. Semakin kamu bersyukur akan hubungan, semakin
pasangan kamu merasa dihargai dan disayangi. Memberi apresiasi kepada pasangan akan
membuat hubungan yang sehat jauh lebih romantis. Sempatkan waktu untuk setidaknya
bilang terima kasih sama pasangan karena hal kecil itu pun bisa membuat hubungan lebih
bahagia dan aman.

6. Memberi Ruang Untuk Tumbuh


Beri ruang kepada diri sendiri dan pasangan untuk terus berkembang. Hubungan
yang sehat dan baik adalah hubungan yang mempertahankan nilai-nilai pribadi milik
pasangan untuk berkembang lagi.Dua individu yang menjalin suatu hubungan tidak selalu
memiliki kesamaan, tetapi juga perbedaan.

Biasanya hubungan tidak berjalan dengan baik karena masing-masing individu tidak
memiliki ruang untuk tumbuh sendiri. Itu bisa membuat hubungan kamu tidak sehat atau
toksik.kamu tidak mungkin bisa mengharapkan kondisi yang selalu sama karena hubungan
juga merupakan perjalanan yang memiliki banyak perubahan.

7. Menghormati sesama
Hubungan baik juga harus dimulai dengan menghormati pasangan. Hal termudah
yang dapat dilakukan adalah tidak merendahkan atau meremehkan pasangan. Semisal,
kamu sedang berdiskusi sama pasangan, cobalah buat mendengarkan pendapat pasangan
kamu dengan saksama, begitu juga sebaliknya.

Selain itu, hubungan yang sehat juga mengerti privasi dan batasan antara satu sama
lain. Hubungan yang penuh rasa hormat akan membuat hubungan bisa langgeng.

8. Timbal Balik
Hubungan yang sehat harus didasari dengan hubungan timbal balik. Hubungan
timbal balik tidak akan selalu sama karena apa yang kamu butuhkan berbeda dengan yang
dibutuhkan orang lain sehingga harus ada kepekaan antara satu sama lain.

Misalnya, dalam berhubungan, kamu banyak membutuhkan perhatian sedangkan


pasangan lo lebih membutuhkan penerimaan. Contoh lain adalah pasangan kamu menyukai
hadiah ketika ada perayaan seperti hari valentine atau anniversary kalian sehingga kamu
harus punya kepekaan itu dengan memberinya hadiah.

9. Komunikasi Sehat
Saat masalah timbul, terkadang muncul kekesalan dalam diri pasangan yang
mungkin saja dipendam dengan tujuan untuk menghindari konflik. Padahal, hal tersebut
tidak baik dan malah akan menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.

Solusinya adalah jangan ragu untuk mengutarakan apa yang salah terlepas dari
segala risikonya. kamu bisa memperbanyak komunikasi dengan berdiskusi, tujuannya untuk
memecahkan permasalahan bersama.

10. Kejujuran
Hubungan yang sehat mengandalkan kejujuran. Setiap pasangan harus bisa
bercerita secara leluasa untuk bisa mempererat jalinan emosional dalam berhubungan.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur kemungkinan besar merasa enggan untuk mengutarakan
perasaan pribadinya. Efeknya bisa berubah menjadi kebiasaan dalam menipu pasangan
tentang perilakunya.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti, 1994).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara perawat dan pasien, persoalan mendasar dari
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi antara perawat dan pesien, perawat
yang memberikan bantuan dan pasien yang menerima bantuan yang diberikan.

B. Fungsi Komunikasi Terapeutik


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong atau menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien dalam proses keperawatan, membantu pasien dalam
rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada
tahap preventif kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap
pertahanan diri pasien.

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Tujuan komunikasi terapeutik adalah:
a. Membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatannya sehingga dapat
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya
c. Fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.Ciri-Ciri Komunikasi
Terapeutik
a. Empati
Empati yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau
perasaan orang lain.
b. Rasa percaya (trust)
Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang terhadap kebutuhan orang lain dan
berhasrat akan membuat sesuatu yang akan dipertanggung jawabkan
c. Validasi
Validasi yaitu penegasan kembali tentang pesan yang disampaikan. Hal ini
terjadi jika komunikator merasa bahwa orang yang diajak bicara menerima dan
memberi respek terhadap apa yang dikatakannya.
d. Perhatian
Merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam komunikasi yang diekspresikan
secara non verbal pada apa yang dikatakan orang lain dengan cara
memandang, mengangguk, atau dengan perabaan jika dianggap tepat.

D. Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik


Menurut Heri Purwanto ada 4 tahap komunikasi terapeutik yaitu:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan atau pra interaksi adalah masa persiapan sebelum berhubungan
dengan pasien, tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami dirinya, mengatasi
kecemasannya dan meyakinkan dirinya bahwa dia betul-betul siap untuk berinteraksi
dengan pasien.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain: mengeplorasi perasaan, harapan, dan
kecemasan sebelum berinteraksi dengan klien, menganalisis kekuatan dan kelemahan diri,
mengumpulkan data tentang klien, dan merencanakan pertemuan pertama dengan klien

b. Tahap Perkenalan/orientasi
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali bertemu
atau kontak dengan pasien. Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya
terlebih dahulu kepada klien (Brammer, 1993). Dengan memperkenalkan dirinya berarti
perawat telah terbuka pada pasien dan ini hal ini diharapkan akan mendorong pasien untuk
membuka dirinya.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain: membina rasa saling percaya, menunjukan
penerimaan dan komunikasi terbuka, merumuskan kontrak bersama klien, menggali pikiran
dan perasaan, mengidentifikasi masalah klien, serta merumuskan tujuan dengan klien.

c. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart,
G.W, 1998). Pada tahap ini perawat dan klien berkerja sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Perawat juga dituntut mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam proses verbal maupun non verbal klien (Suryani, 2005).
d. Tahap terminasi
Tugas perawat pada tahap ini antara lain: Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksakan, melakukan evaluasi subjektif, menyepakati tindak lanjut
terhadap interaksi yang telah dilakukan, dan membuat kontrak waktu untuk pertemuan
berikutnya.

E. Strategi Menanggapi Respon Klien Dalam Berkomunikasi


Dalam menanggapi respon yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan
berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut:

a. Diam artinya tenang, tidak melakukan pembicaraan selama beberapa detik atau menit.
b. Mendengar, yaitu proses aktif penerimaaan informasi dan penelaahan reaksi seseorang
terhadap pasien yang diterima.
c. Menghadirkan topik pembicaraan yang umum, dengan cara menggunakan pertanyaan
atau pernyataan yang mendorong klien untuk berbicara atau memilih topik
pembicaraan.
d. Menspesifikkan dengan cara membuat pertanyaan yang lebih spesifik dan tentatif.
e. Menggunakan pertanyaan terbuka.Menanyakan sesuatu yang bersifat luas, yang
memberikan klien kesempatan untuk mengesplorasi, (mengungkapkan, klarifikasi,
menggambarkan, membandingkan, atau mengilustrasikan).
f. Sentuhan. Melakukan kontak fisik untuk meningkatkan kepedulian.
g. Mengecek persepsi atau memvalidasi. Metode yang sama dengan klarifikasi, tetapi
pengecekan dilakukan terhadap kata-kata khusus yang disampaikan klien.
h. Menawarkan diri. Menawarkan kehadiran, perhatian, dan pemahaman tentang sesuatu.
i. Memberi informasi. Memberi informasi secara faktual secara spesifik tentang klien
walaupun tidak diminta.Apabila tidak mengetahui informasi yang dimaksud, perawat
menanyakan ketidaktahuannya dan menanyakan pada orang yang dapat dihubungi
untuk mendapatkan informasi.
j. Menyatakan kembali dan menyimpulkan. Secara aktif mendengarkan pesan utama
yang disampaikan klien dan kemudian menyampaikan kembali pikiran dan perasaan itu
dengan menggunakan kata-kata serupa.
k. Mengklarifikasi. Metode membuat inti seluruh pesan dari pernyataan klien lebih
dimengerti. Klarifikasi dapat dilakukan bila perawat tidak dapat menyatakan kembali.
Perawat dapat melakukan klarifikasi dengan menyatakan kembali pesan dasar/meminta
klien mengulang dan menyatakan kembali pesan yang disampaikan.
l. Refleksi. Mengembalikan ide, perasaan, pertanyaan kepada klien untuk memungkinkan
eksplorasi ide dan perasaan mereka terhadap situasi.
m. Menyimpulkan dan merencanakan. Menyatakan poin utama dalam diskusi untuk
mengklarifiksi hal-hal relevan yang perlu didiskusikan. Tehnik ini sering digunakan pada
pendahuluan untuk menemukan rencana perawatan berikutnya.
n. Menyatakan realita. Membantu klien membedakan antara yang nyata dan yang tidak
nyata.
o. Pengakuan. Memberi komentar dengan teknik menghakimi terhadap perubahan
perilaku seseorang atau usaha yang telah dilakukan.
p. Klarifikasi waktu. Membantu klien mengklarifikasi waktu atau kejadian, situasi, kejadian
dan hubungan antara peristiwa dan waktu.
q. Memfokuskan. Membantu klien mengembangkan topik yang penting. Penting bagi
perawat atau menunggu klien beberapa saat tentang tema apa yang mereka sampaikan
(perhatikan) sebelum memfokuskan pembicaraan.

F. Sikap Perawat dalam Komunikasi


Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.
Perawat tidak cukup untuk mengetahui teknik komunikasi tetapi yang sangat penting adalah
sikap atau penampilan dalam berkomunikasi.Egan (1975) dikutip oleh Suryani (2005)
mengidentifikasikan lima sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
a. Berhadapan, arti dari posisi ini adalah “saya siap untuk anda“.
b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukan keinginan untuk mengatakan
atau mendengar sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki tangan menunjukan
keterbukaan.
e. Tetap rileks, tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberikan respon pada klien.

G. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik


Dalam teknik berkomunikasi teraputik harus selalu berpanduan pada 3 aspek
berkomunikasi terapeutik yaitu, tahapan berkomunikasi terapeutik, strategi menanggapi
respon klien, dan sikap perawat dalam berkomunikasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
komunikasi terapeutik yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menyebabkan pasien
dalam menerima setiap tindakan yang diberikan menjadi kurang kooperatif,merasa tidak
puas bahkan pulang paksa.Komunikasi Terapeutik terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap
persiapan, tahap perkenalan, tahap kerja, dan tahap terminal/terminasi. Tiap tahapnya
membutuhkan keterampilan, kesungguhan, dan keikhlasan dari perawat. Kehadiran diri
perawat secara utuh baik fisik maupun psikis, empati dan responsif perawat terhadap pasien
sangat membantu penerapan komunikasi terapeutik yang baik dan benar. Teknik
berkomunikasi teraputik harus selalu berpanduan pada 3 aspek berkomunikasi terapeutik
yaitu, tahapan berkomunikasi terapeutik, sikap perawat dalam berkomunikasi, dan strategi
menanggapi respon klien.Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas keperawatan yang
memenuhi standar praktek keperawatan yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan
diri perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik dan benar karena
komunikasi terapeutik adalah sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat
dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,sehingga terlaksananya tindakan
keperawatan yang optimal.
Daftar Pustaka

AASP, Chandradewi, Siti Wathaniah. Panduan Penelitian. Politeknik Kesehatan Kemenkes


Mataram, 2012.
Arikunto, S. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bina Aksara, 1986.
Brammer. The Helping Relationsip: Proces and Skill,Edisi ke-6 USA, Allyn & Bacon, 1993.
Budi Ana Keliat. Hubungan Teraupetik Perawat Klien Seri Keperawatan, Jakarta: EGC,1992.
Departemen Kesehatan RI. Hubungan Antara Perawat Dengan Pasien. Departemen
Kesehatan RI, 1992.
Kariyoso. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta: EGC, 1994.
Purwanto, H. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC, 1994.
Suryani. Komunikasi Terapeutik, Teori dan Praktek,edisi 1. Jakarta: ECG, 2005.
Stuart, G.W. Therapeutic Nurse- Patient, 1998.

Anda mungkin juga menyukai