Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH

GIZI IBU HAMIL, IBU MENYUSUI, BAYI, BALITA,


REMAJA DAN DEWASA

DI SUSUN OLEH :
TRISILIA BAKUE
1221003

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan    : MASALAH GIZI IBU HAMIL, IBU MENYUSUI, BAYI,


BALITA, REMAJA DAN DEWASA
Sasaran                 : Ibu – Ibu Hamil
Hari / tanggal       : Kamis, 11 Agustus 2022
Waktu                   : 20 menit
Tempat                 : Sekretariat Himpunan Pelajar Indonesia Gorontalo
Penyaji : Trisilia Bakue

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan ibu hamil dapat mengetahui
dan memahami tentang gizi seimbang Ibu hamil, serta dapat
menerapkannya dalam mempertahankan gizi Ibu hamil.
2. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )
a. Ibu dapat menjelaskan tentang pengertian masalah gizi pada ibu
hamil dan ibu menyusui.
b. Ibu dapat menjelaskan masalah gizi pada ibu hamil dan ibu
menyusui.
c. Ibu dapat menjelaskan masalah gizi pada bayi da balita .
d. Ibu dapat menjelaskan masalah gizi pada remaja dan dewasa.
B. Media

1. Leaflet

C. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab
D. Pelaksanaan
No. Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
1. Pembukaan 5 menit  Mengucap salam Menjawab salam,
dan teima kasih atas mendengarkan
waktu yang dengan seksama.
diberikan.
 Memperkenalkan
diri dan apersepsi.
2. Inti 15  Menjelaskan Mendengarkan
menit
pengertian masalah dan
gizi pada ibu hamil. memperhatikan.
 Menjelaskan masalah
gizi pada ibu hamil
dan ibu menyusui.
 Menjelaskan masalah
gizi pada bayi dan
balita.
 Menjelaskan masalah
gizi pada remaja dan
dewasa.
3. Diskusi dan 5 menit Memberikan kesempatan Peserta bertanya
tanya jawab kepada peserta untuk dan
bertanya jika terdapat hal- memperhatikan.
hal yang belum jelas.
4. Penutup 5 menit  Menyimpulkan Mendengarkan
hasil penyuluhan. dan menjawab
 Mengevaluasi salam.
hasil kegiatan.
 Memberi salam
dan meminta maaf
bila ada kesalahan.
 Mengucapkan
terima kasih atas
perhatian dan
mengucapkan salam
penutup.

E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Masalah gizi
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis
dan pelayanan masyarakat saja. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
masalah gizi, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus
melibatkan berbagai sektor yang terkait. (1) Menurut Depkes RI status gizi
adalah tingkat keadaan gizi seseorang yang dinyatakan menurut jenis dan
beratnya keadaan gizi ; contohnya gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan
gizi buruk. Sedangkan menurut Jellife dan Beck status gizi adalah keadaan
yang seimbang antara kebutuhan zat gizi dan konsumsi makanan. Menurut
Waspadji yang dikatakan status gizi optimal adalah adanya keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi.

2. Masalah Gizi Pada Ibu Hamil


Masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil adalah Kurang Energi
Kronis (KEK), Anemia, dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium.Masalah gizipada ibu hamil berdampak pada kesehatan ibu dan
bayinya. Bayi yang dilahirkan dapat mengalami keterlambatan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta penurunan kecerdasan.

a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu
menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu
(Depkes RI, 2002). KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa
lalu yaitu kekurangan gizi kronis pada masa anak-anak baik disertai
sakit yang berulang ataupun tidak. Kondisi tersebut akan
menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau kurus
(wasting) pada saat dewasa(Soetjiningsih, 2009).

b. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada
trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama kehamilan
memerlukan perhatian serius karena berpotensi membahayakan ibu
dan anak (Manuaba, 2009). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 menyebutkan anemia pada kehamilan umumnya bersifat
fisiologis. Anemia merupakan keadaan ketika jumlah sel darah merah
atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak
mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Wanita hamil rentan
mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan oksigen pada ibu
hamil lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksieritopoitin.
Volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Peningkatan volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit
sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin (Rai, dkk,
2016).

c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah setiap
kelainan yang ditemukan akibat defisiensi yodium (Bachtiar, 2009).
Yodium merupakan salah satu mineral yang diperlukan tubuh dalam
jumlah kecil tetapi mempunyai fungsi penting untuk kehidupan.
Yodium yang ada di kelenjar tiroid digunakan untuk menyintesis
hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).
Hormon tersebut diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik, dan mental manusia (Almatsier, 2004).

3. Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui


Kekurangan zat gizi pada ibu menyusui dapat meningkatkan risiko
berbagai penyakit, termasuk infeksi, anemia. Kekurangan Vitamin A,
produksi asi lebih sedikit, dan kekurangan yodium serta menurunkan
produktivitas dan kemampuan untuk beraktivitas. Ibu menyusui yang
mengalami kekurangan zat gizi akan tidak dapat memproduksi ASI
berkualitas karena tidak adanya cadangan zat gizi yang tersimpan.

a. Anemia

Anemia dapat mengintai siapa saja, termasuk ibu menyusui.


Penyebab yang paling sering adalah kekurangan zat besi.Ibu yang
sedang mengalami anemia dapat menyusui anak. Meski demikian,
tetap penting untuk mengatasi anemia ini dengan baik agar ibu sehat
dan bisa memproduksi ASI dengan lancar. 

Anemia pada ibu menyusui dapat merupakan kelanjutan dari


anemia selama kehamilan yang tidak tertangani dengan baik.

Munculnya anemia pada ibu menyusui dapat terjadi karena berbagai


hal berikut:

 Kurangnya suplementasi zat besi selama kehamilan.


 Perdarahan yang banyak saat proses melahirkan.
 Kondisi nifas bisa menyebabkan ibu menyusui rentan mengalami
anemia.

b. Kekurangan Vitamin A
Ibu menyusui berisiko mengalami kekurangan vitamin A (KVA)
karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi
untuk produksi ASI bagi bayinya. Status gizi dan kesehatan pada ibu
hamil sangatlah penting, karena sering kali status gizi pada ibu
menyusui terabaikan terlebih pada keluarga yang ekonominya
menengah kebawah, hal ini menunjukan bahwa KVA merupakan
masalah potensial bagi ibu serta bayi yang disusuinya.

c. Produksi ASI terlalu sedikit

Produksi ASI yang terlalu rendah atau sedikit bisa menimbulkan


kecemasan dan kekhawatiran tersendiri pada ibu. Semakin sering bayi
menyusu, semakin cepat ASI di payudara kosong sehingga masalah
menyusui pada ibu dan bayi ini bisa diatasi itu sebabnya, hal ini juga
menjadi satu dari berbagai masalah menyusui pada ibu. Namun,
jangan langsung cemas karena salah satu masalah menyusui pada ibu
dan bayi ini kabar baiknya, sebenarnya produksi ASI yang rendah ini
bisa diatasi asalkan ibu tahu kapan bayi ingin menyusu semakin sering
bayi menyusu, semakin cepat ASI di payudara kosong sehingga
masalah menyusui pada ibu dan bayi ini bisa diatasi.

d. Kekurangan Yodium

Kekurangan yodium paling sering terjadi pada anak-anak dan ibu


menyusui. Ada berbagai gangguan yang muncul akibat kekurangan
iodium (yodium), antara lain penyakit gondok dan hipotiroid. Kondisi
ini yang dikenal sebagai GAKI atau gangguan akibat kekurangan
iodium. Kekurangan yodium paling sering terjadi pada anak-anak dan
ibu menyusui. Ada berbagai gangguan yang muncul akibat
kekurangan iodium (yodium), antara lain penyakit gondok dan
hipotiroid. Kondisi ini yang dikenal sebagai GAKI atau gangguan
akibat kekurangan iodium.
4. Masalah Gizi Pada Bayi Dan Balita
a. berat badan lahir rendah pada bayi

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah salah satu masalah gizi
pada bayi. Sesuai namanya, kondisi berat badan lahir rendah ini terjadi
ketika bayi yang baru lahir memiliki berat badan di bawah rentang
normal.

Idealnya, bayi baru lahir tergolong memiliki berat badan normal


jika hasil pengukuran ada di rentang 2,5 kilogram (kg) atau 2.500
gram (gr) sampai dengan 3,5 kg atau 3.500 gr. adi, apabila berat badan
bayi baru lahir yang berada di bawah 2.500 gram, menandakan bahwa
ia mengalami masalah gizi berupa BBLR.

Namun, Anda perlu ingat bahwa rentang berat badan normal


tersebut berlaku untuk bayi baru lahir di usia kehamilan 37-42
minggu.

b. gizi buruk pada bayi dan balita


Masalah gizi lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi buruk
adalah keadaan saat berat badan berdasarkan tinggi badan balita
berada jauh dari rentang yang seharusnya.

Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak


menjabarkan bahwa pengukuran bayi dan balita dengan kategori gizi
buruk yakni kurang dari -3 SD. Sama halnya seperti gizi kurang yang
mencakup beberapa masalah, gizi buruk pun demikian. Masalah gizi
buruk pada bayi dan balita dapat dibagi menjadi kwashiorkor,
marasmus, dan marasmus-kwashiorkor.
Marasmus adalah kondisi gizi buruk karena asupan energi tidak
tercukupi. Kwashiorkor adalah masalah gizi buruk yang disebabkan
oleh kurangnya asupan protein pada bayi dan balita.Sementara
marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan dari keduanya yakni
masalah karena asupan protein dan energi kurang dari yang
seharusnya.

c. gizi kebih pada bayi dan balita


Masalah gizi lainnya yang juga bisa dialami bayi yaitu kelebihan
gizi. Kelebihan gizi alias gizi lebih adalah kondisi saat berat badan
berdasarkan tinggi badan si kecil berada di atas rentang normalnya.
Bayi dengan gizi lebih bisa memiliki salah satu dari dua kondisi,
yaitu antara berat badan lebih (overweight) dan obesitas (obese).
Bayi dikatakan memiliki berat badan lebih saat pengukurannya
berada di rentang 2 SD sampai 3 SD. Sementara untuk obesitas
berbeda dengan gemuk biasa karena berada di atas pengukuran 3 SD.

5. Masalah Gizi Pada Remaja


a. Kurang energi kronik
Kurang energi kronik kurangnya konsumsi zat gizi khususnya kurang
energi (sumber karbohidrat) yang terus menerus, dapat mengakibatkan
remaja menderita kekurangan energi kronik (KEK). Untuk menanggulangi
masalah KEK pada remaja, terutama remaja putri, perilaku gizi yang tidak
tepat perlu diubah, melalui peningkatan pengetahuan tentang gizi lewat
pedoman umum gizi seimbang (PUGS).

b. Obesitas
Gizi lebih merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh asupan
energi yang melebihi kebutuhan. Kelebihan energi tersebut akan disimpan
tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak, sehingga
mengakibatkan seseorang menjadi gemuk. Berikut ini adalah perilaku
remaja yang salah tentang gizi:

 Remaja lebih suka makan jajanan yang kurang bergizi, seperti gorengan,
cokelat manis, permen, dan es manis, sehingga konsumsi makanan mereka
kurang beraneka ragam.

 Remaja sering makan di luar rumah bersama teman-teman, sehingga


waktu makan tidak teratur yang berakibat terganggunya sistem pencernaan
(gangguan maag atau nyeri lambung).

 Remaja sering tidak makan pagi karena tergesa-gesa ke sekolah,s ehingga


akan mengalami lapar dan lemas (kemampuan menangkap pelajaran
menurun, semangat belajar menurun, keluar keringat dingin, kesadaran
menurun dan bahkan bisa pingsan).
 Remaja putri sering kali menghindari beberapa jenis bahan makanan
seperti telur dan susu karena dianggap bisa menimbulkan masalah kulit
dan kegemukan. Alhasil, mereka bisa mengalami kekurangan asupan
protein hewani, sehingga tidak dapat tumbuh atau mencapai tinggi yang
optimal.

c. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal. Anemia di masyarakat dikenal juga dengan
sebutan kurang darah.
Anemia berbeda dengan tekanan darah rendah. Batas anaemia, apabila Hb:
Anak usia sekolah < 12 gram persen Wanita dewasa < 12 gram persen
Laki-laki dewasa < 13 gram persen Ibu hamil < 11 gram persen

6. Masalah Gizi Pada Dewasa


Permasalahan gizi orang dewasa lebih cenderung pada kelebihan berat
badan. Menurut hasil data Riskesdas (2010), secara nasional persentase
penduduk yang mengalami overweight dan obesitas (21,7%) lebih tinggi
daripada penduduk yang mengalami gizi kurang (12,6%). Prevalensi
obesitas pada laki-laki lebih rendah (16,3%) dibanding perempuan
(26,9%). Pada provinsi Jawa Barat, penduduk dengan berat badan lebih
(11,8%) dan obesitas (17,9%) sudah melebihi persentase nasional yaitu
sebesar (11,4%) dan (15,5%). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan
bahwa permasalahan gizi pada penduduk dewasa di Indonesia yang
berusia ˃ 18 tahun dapat terlihat dari prevalensi berat badan lebih
(overweight) yaitu sebanyak 13,5% (Riskesdas, 2013). Sedangkan hasil
data Riskesdas 2018 menunjukan prevalensi status gizi lebih pada laki-laki
dewasa sebanyak (12,1%) dan obesitas (14,5%) (Riskesdas, 2018).

F. Sumber Referensi
 Pusat penyuluhan kesehatan masyarakat Depkes RI. 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang.
 SPAG Surabaya. Gizi Untuk Calon Ibu. Wyeth Ayerst Internasional.
 Hannah dan Rosemary, 2001.masalah gizi pada ibu hamil: Jakarta
 Muchtadi, Deddy. 2006.  Ilmu Gizi. Alfabeta : Bandung
 Nurachman, Elly. 2010. Nutrisi Dalam Keperawatan. CV. Sagung Seto :
Jakarta
 Sediaoetama, Achmad. 1999. Ilmu Gizi Jilid II. Dian Rakyat : Jakarta
 Lailiyana, Nurmailis, dan Surytni. 2010. Buku Ajar Gizi Kesehatan
Reproduksi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
 A. (2004). Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang,
makalah dalam Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju
Keluarga Sadar Gizi. Jakarta. 27 September 2004.
 Bachtiar, H. (2009). Faktor Determinan Kejadian Gondok di Daerah Pantai
Jawa Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 62-67.
 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. (2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
(1996).

Anda mungkin juga menyukai