Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ADAPTASI PSIKOLOGI MASA NIFAS”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
TRISILIA BAKUE (1221003)
SINDIANI MULYATI (1221006)
KRISTINA SERLINDA JUNIA (1221009)
FHAMYLIA ANJELA (1221012)
PETRA MARLINA YUNI INNA (1221013)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

 
Assalamualaikum Wr. Wb.
 
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga,
tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa pertolongannya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tugas
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Adaptasi Psikologi Ibu dalam
Masa Nifas”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini
dapat lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya
dan Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, 15 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Proses Adaptasi Psikologi Pada Masa Nifas......................................................... 2
B. Gangguan Psikologis Pada Masa Nifas................................................................. 3
C. Cara Mencegah Dan Menangani Gangguan Psikologis Pada Masa Nifas............ 7
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................................................ 9
B. Saran...................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu. Secara psikologi, pascapersalinan
ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami
perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Ibu biasanya akan mengalami atau merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan.
Beberapa ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan terpengaruh
dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan hal yang baru seperti
adanya bayi. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan
khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian
yang normal yang umum terjadi.
 
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan
sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan
dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik
abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat
kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
 
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula
kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda,
pasca persalinan adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan
peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
 
B. Rumusan Masalah
 
1. Bagaimana proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas?
2. Apa saja gangguan psikologi pada masa nifas?
3. Bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas?
 
C. Tujuan
 
1. Untuk mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas.
2. Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa nifas.
3. Untuk mengetahui cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas.
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas


 
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat
bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas
merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah dan
sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang
labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan
ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan
gembira bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran
yang sebentar lagi akan dijalani. Perubahan tubuh yang biasanya terjadi juga dapat
mempengaruhi kondisi psikologis ibu. Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang
wanita dapat bertambah.
 
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga
merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan
bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu
nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan segala kasih sayang kepada bayinya tidak
hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja, tapi juga dari segi psikologis
seperti menatap, mencium, sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga. Perubahan peran
seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu
mengalami stres pasca persalinan, terutama pada ibu primipara.
 
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :

1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang
tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
 
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini :
1. Taking in periode
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah
persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal
sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules,
nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari.
 
2. Taking hold period
 Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif seperti mudah
tersinggung dan gampang marah, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan
perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
3. Letting go periode
Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab
sebagai“seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya.
 
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Fisik
 Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara yang segar, dan
lingkungan yang bersih.
2. Stres
Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang
menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
3. Sosial
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan
memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
4. Psikososial
 
B. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas Post Partum Blues
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama pasca persalinan atau merupakan kesedihan atau kemurungan
pascapersalinan, yang biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2 hari – 2
minggu sejak kelahiran bayi. Biasanya disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami
ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini
merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua
perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.
Gejala-gejalanya sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab.
2. Reaksi depresi/sedih/ disforia.
3. Menangis tanpa sebab.
4. Tidak sabar.
5. Tidak percaya diri.
6. Sensitif, cepat marah dan mudah tersinggung (iriabilitas).
7. Merasa kurang menyayangi bayinya.
8. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.
9. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya.
10. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
12. Kelelahan.
 
Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai berikut:
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone, prolaktin, serta estriol
yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah melahirkan dan ternyata
estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang
berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
2. Ketidaknyaman fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita
pasca melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, seperti
perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6. Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya, tingkat pendidikan, kehamilan
yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa pada wanita
tersebut.
7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua dan keluarga.
8. Stres dalam keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami,
problem dengan mertua atau orang tua.
9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa menyusui
bayinya atau ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, rasa bosan terhadap
rutinitas barunya.
10. Kelelahan pasca melahirkan.
11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya rasa cemas
terhadap kemampuan merawat bayi
12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang berlebihan
akan kehilangan bayinya.
13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak
sebelumnya, sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
 
a. Post Partum Depression/Neurosa Post Partum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu
baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih
oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan
apapuan untuk menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum dapat berlangsung
selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih
ringan. Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu mungkin terlalu memikirkan
kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu. Walaupun banyak wanita yang
mengalami depresi post partum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak
merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi
dapat saja terjadi dalam kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi post partum
mungkin saja berkembang menjadi post partum psikosis, walaupun jarang terjadi.
 
Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada
kelainan depresi lainnya. Gejala-gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi
post partum adalah sebagai berikut :
 
1. Perasaan sedih dan kecewa.
2. Sering menangis.
3. Merasa gelisah dan cemas.
4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan dan sukar konsentrasi.
5. Nafsu makan menurun.
6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7. Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangakan (paranoid).
8. Tidak bisa tidur (insomnia) dan terkadang mimpi buruk.
9. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), hingga pikiran mau bunuh diri.
10. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
11. Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya dan terkadang ingin
menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
 
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah, kurangnya dukungan sosial
dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat,
kesulitan selama persalinan dan melahirkan, merasa terasing, masalah/perselisihan
perkawinan atau keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan.

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya neurosa post partum, antara lain :

1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat kadar
hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau
terlalu lambat.
2. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung
masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia
perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan
dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
3. Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan
bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan
stres.
4. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan sosial
dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk
bekerja atau melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
5. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi
medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik
yang ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis
yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi
depresi pasca persalinan.
6. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit
banyak berkurang.
 
b. Psikosis Post Partum (Post Partum Psychosis)
Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus
tersebut sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang membahayakan
seperti, menyakiti diri sendiri atau bayinya. Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat
serius dan merupakan depresi yang paling berat, bahkan bisa sampai membunuh anak-
anaknya. Gejala psikosis port partum, diantaranya :
1. Gangguan tidur.
2. Gaya bicara yang keras dan cepat marah.
3. Inkoheren (berbicaranya kacau).
4.Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang).
5. Impulsif (bertindak diluar kesadaran).
6. Curiga berlebihan.
7. Delusi dan halusinasi.
8. kebingungan.
9. Sulit konsentrasi.
 
Faktor pemicu psikosis post partum, antara lain :
1. Faktor keturunan atau adanya riwayat keluarga menderita kelainan psikiatri.
2. Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri.
3. Adanya masalah keluarga dan perkawinan
4. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
5. Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
6. Faktor psikososial (adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami
depresi, penyakit mental, problem emosional, dll)
7. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
8. Perubahan hormonal yang cepat.
9. Masalah medis dalam kehamilan (pre eklampsia, DM).
10. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya dukungan.
11. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
12. Merasa terisolasi dan adanya ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak
sempurna.

 
C. Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
1. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman
depresi setelah melahirkan. Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum,
sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan
segera mendapatkan bantuan secepatnya.
 
a. Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode post partum dan kehamilan.
 
b. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu merasa lebih baik dan
menguasai emosi berlebihan dalam dirinya.
 
c. Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau Sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi post
partum yang diderita.
 
d. Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan sangat
diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang tua, atau siapa saja yang bersedia
menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu berada di sisi ibu
setiap mengalami kesulitan.
 
e. Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas senam hamil yang
sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yang ibu perlukan. Kelas senam hamil
akan sangat membantu ibu dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan,
sehingga nantinya ibu tidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika ibu tahu
apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan gejolak perasaan yang
terjadi selama periode post partum. Kondisi ibu yang belum stabil bisa dicurahkan dengan
memasak atau membersihkan rumah.
f. Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu ibu dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta
perubahan kehidupan yang ibu alami, sehingga ibu merasa lebih baik setelahnya.
 
2. Penanganan
Cara untuk menangani gangguan psikologi post partum, antara lain :
 Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2) Dapat memahami dirinya
3) Dapat mendukung tindakan konstruktif
 
 Dengan cara peningkatan suport mental/dukungan keluarga kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak merasa kehilangan perhatian.
 Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk
menghilangkan kelelahan.
 Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah dukungan dan
pertolongannya.
 Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan
merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya
diri.
 Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
 Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi
cerita dengan orang lain, bersikap fleksibel, bergabung dengan orang-orang baru.
 Respon yang terbaik dalam menangani kasus post partum depression adalah kombinasi
antara psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti anti depresan. Suami dan
anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling, sehingga dapat
dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan
dibutuhkannya.
 Pada psikosis post partum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian
anti depresan atau lithium dan perawatan di rumah sakit, serta sebaiknya menyusui
dihentikan karena anti depresan disekresi melalui ASI.
 
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan psikologis mempunyai
peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga
diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang
dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
 
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in,
periode talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum antara lain, respon
dan dukungan keluarga dan teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan
dan aspirasi, dan membesarkan anak yang lalu, serta pengaruh budaya.
 
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang
baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu dapat mengalami gangguan
psikologi post partum diantaranya, post partum blues, post partum depression, dan psikosis
post partum. Saat hal tersebut terjadi maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainnya maupun petugas kesehatan merupakan dukungan positif bagi ibu.
 
B. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan agar persiapan
diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi
tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat
diperhatikan, baik keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai
pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
 
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Suherni,
dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika. http://andinurfitri27.blogspot.com/2013/04/makalah-prose-adaptasi-
psikologi-ibu.html http://yolandavivian.blogspot.com/2014/06/gangguan-psikologis-ibu-
pada-masa-nifas.html http://himmah-atika.blogspot.com/2012/07/gangguan-psikologis-pada-
masa-nifas.html http://bnhina.blogspot.com/2013/10/gangguan-psikologi-pada-masa-
nifas.html http://yunivia88.blogspot.com/2013/03/nifas.html
http://khalilaturrozha.blogspot.com/2013/12/gangguan-psikologis-pada-masa-nifas.html
http://wwwnyantai.blogspot.com/2011/04/artikel-psikologi-depresi-post-partum.html
http://blogshyfa.blogspot.co.id/2014/12/makalah-adaptasi-psikologi-ibu-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai