Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH OBSTETRI

GANGGUAN PSIKOLOGI KEBIDANAN


Dosen Pengampu Ibu Siti Maryani , SST, MPH

Di Susun Oleh :
1. Elsa Ananda P1337424220094
2. Afidah Azhar P1337424220095
3. Alfina Deviani P1337424220096
4. Istiana Nurul Hidayah P1337424220097
5. Zulaicha Fitri Umaamah P1337424220099
DANDELION

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Salawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tericinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita natikan syafaatnya di
akhirat nanti. Tidak lupa kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Obstetri dengan judul “Gangguan Psikologi
Kebidanan”
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Obstetri yang telah membimbing
kami menyelesaikan tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya kepada kami. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, kami berharap kritik saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini ,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi semua
kalangan. Sekian dan terima kasih.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Magelang, 19 Agustus 2021

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...5
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan Penyusunan.......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
1.Gangguan Mental Minor Dalam Kehamilan Trimester 1..............................................7
A. Pengertian Gangguan Mental Minor TM 1 ............................................................7
B. Penyebab Gangguan Mental Minor TM 1...............................................................7
C. Gejala Gangguan Mental Minor TM 1....................................................................8
D. Cara Mengatasi Gangguan Mental Minor TM 1.....................................................9
2. Gangguan Mental Minor Dalam Kehamilan Lanjut...................................................10
A. Pengertian Gangguan Minor Kehamilan Lanjut………………………………….10
← 3. Gangguan Mental Mayor Dalam Kehamilan
A. Pengertian…………………………………………………………………………12
B. Gejala……………………………………………………………………………...13
C. Dampak……………………………………………………………………………14
D. Cara Mengatasi…………………………………………………………………….14
4. Gangguan Mental Pada Puerpurium…………………………………………………...15
A.Pengertian………………………………………………………………………...15
B. Faktor Resiko……………………………………………………………………..15
C. Penyebab………………………………………………………………………….16
D.Gejala……………………………………………………………………………..16
E. Diagnosis………………………………………………………………………….17
F. Komplikasi………………………………………………………………………...17
G.Pengobatan………………………………………………………………………...18
H.Pencegahan
3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….20

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau postpartum adalah periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, 4 sampai 6 minggu walaupun merupakan
masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak
perubahan fisiologis. Pada masa ini perubahan yang terjadi tidak hanya secara fisiologis
maupun sosiokultural, tetapi juga psikologi. Perubahan kompleks pada ibu postpartum atau
setelah proses persalinan memerlukan penyesuaian terhadap diri dengan pola hidup dan
kondisi setelah proses tersebut (Prawihardjo, 2013). Beberapa dari perubahan tersebut
mungkin hanya sedikit mengganggu “ibu baru” walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi
(Cuningham et al., 2013).
Setelah melahirkan, ibu akan menghadapi banyak tantangan sebagai seorang ibu
(Ardiyanti dan Dinni, 2018). Pada ibu yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi dapat menimbulkan gangguang psikologi, baik gangguan psikologi ringan maupun
berat. Gangguan psikologis utama pada ibu hamil disebut dengan depresi materna(antepartum
atau postpartum). World Health Organization (2020) depresi pada ibu hamil merupaka
permasalahan yang diperkirakan akan menjadi beban penyakit terbesar nomor dua (Masyuni,
et al., 2019) Salah satu gangguan psikologi yang bisa terjadi pada ibu postpartum yaitu
depresi postpartum (Syafrianti, 2018). Depresi postpartum adalah gangguan perasaan yang
dialami oleh ibu nifas sebagai kegagalan dalam penerimaan psikologis pada proses adaptasi
(Ria, et al., 2018). Depresi postpartum apabila tidak ditanggulangi dengan baik dapat
berkembang menjadi psikosis postpartum, serta pembunuhan anak sendiri oleh ibu (Cmace,
2011). Ibu dengan depresi postpartum akan mengalami perasaaan sedih yang berlebihan dan
diiringi tangisan tanpa alasan yang jelas, perubahan pola tidur, penurunan konsentrasi, merasa
putus asa, tidak berdaya, perubahan pada nafsu makan, gangguan psikomotor dan pada
keadaan berat dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri (Suryati, 2018). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan depresi postpartum. Faktor biologis dikaitkan dengan
peningkatan risiko depresi postpartum, yaitu depresi selama kehamilan, adanya riwayat
depresi, gangguan pramenstruasi dan riwayat keluarga depresi. Faktor psikososial, termasuk

5
peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dan kurangnya dukungan sosial, secara terus
menerus juga dapat memicu timbulnya gejala depresi postpartum.
Dampak depresi postpartum bagi ibu dan bayi, seperti keterikatan ibu dan bayi yang
buruk dalam emosional dan perkembangan kognitif anak (Hymas dan Girard, 2019). Hal ini
disebabkan oleh ibu yang depresi cenderung untuk tidak menyusui, bernyanyi untuk bayi
mereka, membawa bayi mereka ke kunjungan anak dan mengurusi bayi mereka. Dampak
buruk dari depresi postpartum selama masa bayi dan bertahan sampai remaja (Miller dan
LaRusso, 2011). Bayi dari ibu yang depresi cenderung mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan dibandingkan dengan bayi dari ibu yang tidak mengalami depresi, seperti
lebih beresiko malnutrisi yaitu dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Deteksi dini depresi postpartum, pencegahan dan pengobatan gangguan
depresi ibu serta strategi yang efektif tidak hanya akan memperbaiki dampak gangguan
depresi pada ibu tetapi juga mendukung perkembangan dan pertumbuhan bayi yang optimal
(Sharmin, et al., 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gangguan mental minor dalam kehamilan TM 1, penyebab gangguan, gejala, dan
cara mengatasi?
2. Apa itu gangguan mental minor pada kehamilan lanjut?
3. Apa itu gangguan mental mayor dalam kehamilan, apa gejalanya, dampak dan cara
mengatasi?
4. Apa itu depresi postpartum , apa faktor resikonya, penyebab, gejala, cara menanganinya,
serta komplikasi yang terjadi?
C. Tujuan Penyusunan
1. Mengetahui pengertian, penyebab, gangguan, gejala dan cara mengatasi gangguan minor
dalam kehamilan TM 1
2. Mengetahui tentang gangguan mental minor pada kehamilan lanjut
3. Mengetahui pengertian, gejala yang menyertai, dampak dan cara mengatasi gangguan
mental mayor dalam kehamilan
4. Mengetahui pengertian depresi postpartum, faktor resiko, penyebab,gejala, cara
mengatasinya, serta komplikasi pada depresi postpartum.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. GANGGUAN MENTAL MINOR DALAM KEHAMILAN TM 1


A. Pengertian
Gangguan mental lebih sering terjadi pada kehamilan, terutama pada trimester 1. Hal
ini disebut dengan Gangguan Mental Minor dalam Kehamilan Trimester 1, yakni
gangguan yang berhubungan dengan kejiwaan yakni karena dampak dari kondisi stres
dan ketidaksiapan atau lingkungan yang kurang mendukung selama kehamilan.
B. Gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 terjadi karena :
 Perubahan hormonal
Serangan jiwa pada gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 berkaitan
erat dengan kadar hormon estrogen progesteron, sehingga ibu hamil penyandang
gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 dengan kadar estrogen
progesteron yang meningkat akan lebih sering mengalami gangguan jiwa.
Perubahan metabolism , Adanya kenaikan berat badan pada ibu hamil yang
disebabkan penumpukan air dan garam serta perubahan metabolisme seperti
terjadinya perubahan metabolisme di hati yang dapat mengganggu metabolisme
obat anti gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 (terutama proses
buang kotoran). Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan jiwa, meskipun masih
selalu diperdebatkan.
 Masalah tidur
Ibu hamil sering mengalami kurang tidur yang disebabkan beberapa keadaan
seperti rasa mual muntah, nyeri pinggang, gerakan janin dalam kandungan.
Semuanya ini dapat meningkatkan serangan jiwa.

 Penurunan vitamin tubuh

Penurunan vitamin pada tubuh ibu hamil yakni asam folat (37%) dalam serum
darah dapat ditemukan pada ibu hamil. Ibu hamil dengan gangguan mental minor
dalam kehamilan trimester 1 lebih mungkin menjadi kekurangan darah, karena
sebagian besar obat anti gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 yang
dikonsumsi berperan sebagai pelawan terhadap asam folat dan juga. Jadi walaupun
terdapat sedikit kekhawatiran terhadap pemberian asam folat namun dosis rendah
minimal 0,4 mg/ hari tiap hari secara teratur masih dianggap aman dan dapat
7
dilanjutkan selama kehamilan pada ibu hamil penyandang atau penderita gangguan
mental minor dalam kehamilan trimester 1. Dosis tinggi (4 mg/ hari) diberikan
pada ibu hamil yang sebelumnya melahirkan anak dengan kelainan otak, terutama
ibu hamil yang pernah mendapat obat anti gangguan mental minor dalam
kehamilan trimester 1.
 Psikologik (stres dan rasa cemas)

Stres dan rasa cemas sering berhubungan dengan peningkatan jumlah terjadinya
serangan jiwa yang berujung pada gangguan mental minor dalam kehamilan
trimester 1. Keadaan ini sering disertai dengan gangguan tidur, gangguan nutrisi,
dan gangguan psikologik depresi.

 Penggunaan alkohol dan zat tertentu

Penggunaan alkohol yang berlebihan akan menginduksi enzim hati dan


menurunkan kadar plasma obat anti gangguan mental minor dalam kehamilan
trimester 1 (phenobarbital, phenytoin dan karbamazepin) sehingga timbul
gangguan jiwa.Di samping itu racun alkohol mapun obat obatan terlarang akan
menyebabkan gangguan siklus tidur normal sehingga meningkatkan gangguan
jiwa. Hal lain yang meningkatkan jumlah serangan jiwa pada ibu hamil
penyandang gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 adalah faktor
kesengajaan menghentikan makan obat karena takut efek obat terhadap janin yang
dikandungnya.

C. Gejala Gangguan Mental Minor dalam Kehamilan Trimester 1


- Keadaan emosi gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 / tertekan
sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh
laporan subjektif (contoh: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan individu lain
(contoh: terlihat seperti ingin menangis).
- Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan
sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan individu lain)
- Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (contoh: perubahan berat badan lebih
dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
- Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
8
- Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
individu lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa
lambat)
- Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
- Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar
(bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat
keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan
individu lain)
- Berulang kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang
kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh
diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri
D. Cara Mengatasi Gangguan Mental Minor dalam Kehamilan Trimester 1
1) Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk
mengantisipasi gangguan mental minor dalam kehamilan trimester 1 yaitu
menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu
konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat,
2) cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan
melakukan senam bagi ibu hamil. Di samping itu juga melakukan terapi
kejiwaan supaya terhindar dari gangguan mental minor dalam kehamilan
trimester 1, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan
dari suami dan keluarga.
3) Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat
penting pada ibu hamil yang didiagnosis gangguan mental minor dalam
kehamilan trimester 1, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau
dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang
masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat obat
psikofarmakologi.
4) Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan
psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak
direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila
terdapat riwayat gangguan yang sama. Pengobatan yang dilakukan di klinik
kesehatan dilakukan dalam tahap berikut :

9
 Tahap akut  Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah
efek yang merugikan dan penderita diberi penyuluhan.
 Tahap lanjut  Penderita dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah
terjadinya kambuh. Pada tahap pemeliharaan, individu penderita yang beresiko
kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama masa kehamilan. Untuk
penderita yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan
dihentikan.

2. GANGGUAN MENTAL MINOR PADA KEHAMILAN LANJUT


a) Pengertian
Gangguan lanjut mental minore pada kehamilan lanjut merupakan bangunan kedepresian
yang di alami oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah berusia lanjut untuk menjelang
proses persalinannya. Bangunan mental ini dapat berupa :Depresi, Stres
 Depresi
Depresi dapat berupa gejala kumpulan gejala (sindrom) ataupun ganguan depresi.
a. Gejala depresi
- Sedih
- Murung
- Tidak ada semangat
- Ingin menyendiri ibu di katakana menderita gagngguan depresi bila gejala
dan tanda yang ada pada ibu memenuhi keretreia diagnostic untuk gangguan
depresi .
Depresi dapat di sebabkan oleh berbagai factor antara lain :
 factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood
berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin
dan dopamine pada ibu hamil : ( factor genetic, factor psikososial)
 factor keperibadian
orang mempunyai keperibadian histronik,obsesif-kompulsif dan borderline
lebih banyak menderita gangguan depresi disbanding ibu yang mempunyai
keperibadian antisocial dan paranoid
 factor ketidak berdayaan
ketidak berdayaan yang di pelajari dari depresi menghubungkan fenomena
depersi pada ibu tentang pengalaman peristigwa yang tidak terkenadali.

10
Gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya
perubahan dari fungsi sebelumnya.contoh depresi pada ibu saat keamilan lanjut :
- Mood depresi yang berlangsung spanjang hari hamper sepanjang hari yang di
tunjukan oleh adanya rasa sedih, pada ibu
- Berkurangnya minat pada kehamilannya terhadap kesenangan keseluruhan, terhadap
aktifitas sehari-hari.
- berkurangnya berat badan sehingga berdampak pada janin ibu.
- Tidur terganggu sehinga waktu istirahat kurang, berlangsung tiap hari
- Mengamuk mara-marah atau malas
- Kesulitan untuk berkonsentrasi fositif terhadap kehamilannya
- Fikiran yang berulang tenang kematian janin dan hal-hal yang tidak diininginkan
pada kehamilannya
Cata penanggulangan depresi :
a) usahakan agar ibu terhindari dari hal-halyang membahayakan keselamatanya
b) kirimkan kedokter / psikiater untuk dapat piñata laksaanan selanjutnya.
c) Lakukan usaha untuk mengulangi atau menghilangkan penyebab terjadinya depresi
d) Mencoba berkomunikasi yang baik memberikan hal-hal yang fosihtif pada ibu tentang
kehamilannya sekarang.Untuk mendiagnosakan retardasi mental pada ibu dengan tepat, perlu
di ambil anamnesa dari orang terdekat, denga sangat teliti tentang kehamilannya,
perkembangan janin dan persalinan.
 Stress
- sters dapat mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada kehamilan ibu
memasuki trimester ketiga sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas nyata,
alas an yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan aadalah kecemasan
mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekwatiran terhadap anaknya.
Penanggulangan kecemasan dalam kehamilan , seorang ibu yang tabah akan
berusaha menguasai keadaan menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak
yang telah dapat di lalui akan mendatangkan kebahgiaan.
 Mempercayai anjuran dan pengobatan yang di berikan oleh tenaga
kesehatan
 Menyelenggarakan hubungan batin yang baik sehingga usaha pertolongan
dapat mudah di lakukan

11
 Memberikan penerangan, penjelasan dan pengertian mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan rumah tangga peristiwa kehamilan dan
persalinan
Sumber stres dapat di golongkan dalam bentuk :
 Krisis = Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan
ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
 Frutrasi = Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga
timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
 Konflik = Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan
kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
 Tekanan = Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di
tanggungnya.
 Akibat dari stress ( perasaan cemas, rasa takut, tertekan, kehilangan rasa
nyaman, gelisah, Pusing, kurang istirahat, tidak dapat berfikir fositif)
Cara penanggulangan stress :
 mengenal dan menyadari sumber-sumber stress
 mengembangkan hidup sehat
 mengucapkan syukur kepada tuhan yang maha esa terhadap seuatu yang
terjadi saat ini dan nanti
 meminta bimbingan, nasehat serta masukan yang fositif untuk kebaikan
dirinya dan janin yang di kandungnya
 kepada pendamping dan tenaga kesehatan
 menghindarkan sikap-sikap negative dari ibu itu sendiri.

3. GANGGUAN MENTAL MAYOR DALAM KEHAMILAN


a. Pengertian
Gangguan mental mayor dalam kehamilan adalah gangguan dalam jiwa (mood) yang
mempengaruhi yang sering tidak terdiagnosis dengan benar karena orang orang
berpikir bahwa gejala yang ditunjukkan hanya bentuk lain dari perubahan hormon
dimana perubahan hormon tersebut normal terjadi selama masa kehamilan. Karena
itu, penyedia layanan kesehatan mungkin akan cenderung kurang tanggap untuk
menyelidiki kondisi mental ibu hamil, dan seorang ibu hamil mungkin akan merasa
malu untuk mendiskusikan kondisi yang ia alami. Kurang memadainya perawatan

12
gangguan mental mayor dalam kehamilan pada ibu hamil akan berbahaya bagi sang
ibu dan janin dalam kandungan.
b. Gejala Gangguan Mental Mayor dalam Kehamilan
Tanda dan gejala gangguan mental mayor dalam kehamilan, ialah :
 Terjebak dalam mood gangguan mental mayor dalam kehamilan setiap waktu
 Kesedihan yang tak kunjung usai
 Terlalu banyak atau sedikit tidur (Baca juga mengenai penyebab perubahan
psikologis pada ibu hamil)
 Kehilangan minat secara drastis pada hal hal yang biasanya dinikmati
 Rasa bersalah
 Menarik diri dari dunia sekitar, termasuk keluarga dan kerabat dekat
 Rasa tidak berharga
 Tidak berenergi, lemah lesu berkepanjangan
 Konsentrasi yang buruk, atau kesulitan dalam membuat keputusan
 Perubahan nafsu makan (terlalu banyak atau sedikit)
 Merasa putus asa (Baca juga mengenai gangguan emosi pada ibu hamil)
 Tidak memiliki motivasi
 Memiliki masalah ingatan
 Menangis terus menerus
 Mengalami sakit kepala, nyeri dan ngilu, atau gangguan pencernaan yang tidak
kunjung sembuh
 Cemas berlebihan yang sulit dikendalikan
 Mudah marah dan tersinggung (Baca juga mengenai dampak stres bagi wanita
hamil)
 Nyeri/ sakit otot
 Merasa gelisah
 Kelelahan
 Pikiran berulang dan berkelanjutan tentang kematian, bunuh diri, atau
keputusasaan
 Kecenderungan untuk melakukan tindakan atau perilaku berulang untuk
meringankan pikiran merusak tersebut
 Ketakutan yang menetap akan peluang serangan panik selanjutnya
 Penyebab Gangguan Mental Mayor dalam Kehamilan

13
Umumnya wanita dengan kondisi seperti di bawah ini beresiko mengalami gangguan
mental mayor dalam kehamilan :
 Riwayat medis personal atau keluarga terhadap gangguan mood, seperti gangguan
mental mayor dalam kehamilan atau gangguan kecemasan.
 Riwayat dari premenstrual dysphoric disorder (PMDD).
 Menjadi seorang ibu muda (di bawah usia 20 tahun).
 Kurangnya dukungan sosial (dari keluarga dan teman) yang dimiliki.
 Hidup sendiri.
 Mengalami masalah hubungan suami istri.
 Tidak memiliki suami (hamil di luar nikah atau cerai), menjanda, atau berpisah
karena suatu hal.
 Pernah mengalami beberapa kejadian traumatik atau penuh stres dalam setahun
belakangan.
 Komplikasi atau masalah kesehatan dalam kehamilan.
 Memiliki pemasukan keuangan yang rendah.
 Memiliki lebih dari tiga anak.
 Pernah mengalami keguguran.
 Riwayat KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga.
 Penyalahgunaan obat obatan.
 Kecemasan atau perasaan negatif tentang kehamilan tersebut.
c. Dampak Gangguan Mental Mayor dalam Kehamilan
Risiko pada bayi dalam janin dari ibu hamil yang mengalami gangguan mental mayor
dalam kehamilan atau kecemasan selama hamil, termasuk lahir dengan berat badan
yang kurang, kelahiran prematur (sebelum 37 minggu), skor APGAR rendah, dan
gangguan pernapasan dan gelisah. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa
gangguan mental mayor dalam kehamilan yang melanda ibu hamil juga akan turun
kepada janinnya. Wanita yang mengalami gangguan mental mayor dalam kehamilan
akan menurunkan peningkatan risiko stres pada anak mereka saat dewasa nanti.
Sementara risiko keturunan genetik bisa menjadi satu penjelasan potensial, Pearson,
mengatakan bahwa konsekuensi fisiologis gangguan mental mayor dalam kehamilan
yang dialami ibu dapat masuk ke dalam plasenta dan mempengaruhi perkembangan
otak janin.
d. Cara Mengatasi Gangguan Mental Mayor dalam Kehamilan
14
- Pada gangguan mental mayor dalam kehamilan pasca melahirkan, faktor
lingkungan seperti dukungan sosial memiliki efek besar dalam penyembuhan.
- Perawatan seperti terapi perilaku kognitif, jenis terapi berbicara tatap muka, telah
terbukti membantu wanita hamil dengan gangguan mental mayor dalam kehamilan
tanpa risiko efek samping yang mungkin timbul dari obat obatan psikoaktif.
- Penyedia layanan kesehatan profesional harus menyadari dan sigap untuk
mendukung wanita. Gangguan mental mayor dalam kehamilan sama pentingnya
dengan gangguan mental mayor dalam kehamilan pasca melahirkan, dan harus
segera ditangani sedini mungkin bukan hanya guna mencegah supaya deresi tidak
berlanjut setelah kelahiran.
- Melakukan konsleing dan mencari tahu apa sebabnya, selanjutnya dapat diberikan
semangat dan kegiatan untuk meningkatkan perasaan positif sehingga ibu hamil
merasa lebih baik dan lebih bersemangat dalam menjalani masa kehamilannya serta
dapat terbebas dari gangguan jiwa seperti gangguan mental mayor. Intinya ialah
dengan memberikan kebahagiaan sepenuhnya pada ibu hamil tersebut, sebab
dengan memiliki kondisi yang sehat normal serta selalu dalam keadaan bahagia,
maka ibu hamil akan bebas dari gangguan mental mayor.

4. GANGGUAN MENTAL PADA PUERPURIUM


 Pengertian Depresi Postpartum
Depresi postpartum adalah keadaan ketika seorang ibu merasakan rasa sedih, bersalah,
dan bentuk umum depresi lainnya dalam jangka waktu yang lama setelah melahirkan.
Hal ini sering dikarenakan karena kelahiran bayi itu sendiri. Kelahiran bayi dapat
memberikan dorongan perasaan dan emosi yang kuat, mulai dari kesenangan dan
kebahagiaan hingga ketakutan. Lonjakan emosi dari kebahagiaan hingga rasa sedih
dan ketakutan ini yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum.

 Faktor Risiko Depresi Postpartum


Depresi postpartum sering terjadi pada ibu yang baru pertama kali memiliki anak.
Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak selanjutnya. Berikut faktor
risiko yang dapat meningkatkan risiko depresi postpartum, yaitu:
 Riwayat gangguan depresi sebelumnya.
 Riwayat gangguan bipolar.

15
 Riwayat depresi postpartum pada kehamilan sebelumnya.
 Mengalami kejadian yang berat dalam satu tahun terakhir yang mengganggu
emosi dan psikis.
 Bayi memiliki kebutuhan khusus atau keadaan khusus.
 Bayi kembar, atau kehamilan triplet yang membutuhkan perhatian lebih.
 Kesulitan dalam memberikan ASI.
 Memiliki permasalahan dengan pasangan.
 Masalah finansial saat menjelang persalinan.
 Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.

 Penyebab Depresi Postpartum


Tidak ada penyebab tunggal yang menyebabkan depresi postpartum. Namun,
permasalahan psikis maupun perubahan kondisi fisik memiliki peran dalam depresi
postpartum.
 Perubahan fisik. Setelah persalinan, terdapat perubahan hormon yang sangat besar
dalam tubuh perempuan (terutama hormon wanita estrogen dan progesteron).
Hormon tubuh lain, seperti yang diproduksi oleh tiroid juga mengalami perubahan
sebagai akibat penyesuaian dari perubahan tersebut. Hormon tiroid ini yang salah
satunya berperan dalam memberikan perubahan mood setelah melahirkan.
 Permasalahan psikis. Memiliki bayi (terutama untuk yang pertama kali) sering
kali menyebabkan ibu menjadi cemas dan tidak percaya diri dengan
kemampuannya merawat bayi baru lahir. Perasaan seperti ini yang berkepanjangan
dapat menyebabkan ibu jatuh dalam keadaan depresi.

 Gejala Depresi Postpartum


Sebelum mencapai depresi postpartum, ada keadaan yang dinamakan baby blues
syndrome, yaitu gangguan perubahan mood setelah melahirkan. Depresi post partum
memiliki gejala yang mirip dengan baby blues syndrome, dengan durasi yang lebih
lama dan intensitas yang lebih berat, seperti: ( Gangguan perubahan mood, Cemas,
Sedih, Sensitif secara emosional terhadap sesuatu, Merasa bersalah, Menangis
berlebihan, Penurunan konsentrasi, Gangguan makan, Gangguan tidur, sulit tidur
(insomnia) atau terlalu banyak tidur, Menjauh dari keluarga, Kesulitan dalam merawat
bayi.)
16
 Diagnosis Depresi Postpartum
Diagnosis ditegakkan setelah dokter mengobservasi gejala yang dirasakan oleh ibu
melalui sesi wawancara mendalam yang dilakukan oleh dokter. Selama proses
observasi dokter mungkin akan melakukan:
 Memberikan kuesioner untuk diisi, terkait dengan gejala depresi yang dirasakan
 Pemeriksaan darah untuk mengetahui adakah gangguan hormon yang dapat
mendasari keluhan yang timbul.

 Komplikasi Depresi Postpartum


Jika tidak ditangani dengan tepat, depresi post partum dapat mengganggu hubungan
antara anak dengan ibu dan menyebabkan permasalahan dalam keluarga.
 Bagi ibu. Depresi postpartum yang dibiarkan dan tidak diberikan penanganan
dapat bertahan hingga bulanan. Hal ini meningkatkan risiko ibu terkena gangguan
depresi kronik dan episode depresi mayor lainnya.
 Bagi ayah. Depresi postpartum dapat menimbulkan efek yang berkepanjangan
dalam keluarga. Ibu dengan depresi postpartum dapat meningkatkan risiko depresi
pada ayah.
 Bagi anak. Anak dengan ibu yang mengalami depresi postpartum kemungkinan
memiliki gangguan emosi dan perilaku, seperti gangguan makan dan tidur, mudah
menangis, dan keterlambatan dalam bicara.

 Pengobatan Depresi Postpartum


Pengobatan depresi postpartum sering melibatkan psikoterapi atau menggunakan
obat-obatan, atau bahkan keduanya.
 Psikoterapi. Sebuah sesi yang digunakan untuk ibu dan mungkin ayah untuk dapat
bertemu dengan psikiater atau psikolog, kemudian membicarakan seluruh masalah
yang mendasari terjadinya depresi tersebut. Psikoterapi bertujuan untuk mencari
jalan bagaimana menyikapi suatu masalah, sehingga tidak menyebabkan beban
bagi ibu.
 Obat antidepresan. Obat-obatan antidepresan dapat diberikan oleh dokter jika
dibutuhkan. Meskipun dapat masuk dalam ASI, obat antidepresan kebanyakan
tidak menimbulkan efek samping bagi bayi.

17
 Pencegahan Depresi Postpartum
Jika memiliki riwayat gangguan kejiwaan seperti kecemasan atau depresi sebelumnya,
segera beritahukan kepada dokter saat melakukan pengecekan rutin kehamilan.
Selama kehamilan, Dokter akan mengobservasi gejala dan tanda dari depresi. Selama
kehamilan beberapa ibu memiliki kecenderungan untuk memiliki depresi ringan.
Setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir dokter akan merekomendasikan pemeriksaan
rutin untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda depresi atau baby blues syndrome.

18
BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu akan menghadapi banyak tantangan sebagai seorang ibu (Ardiyanti
dan Dinni, 2018). Pada ibu yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dapat
menimbulkan gangguang psikologi, baik gangguan psikologi ringan maupun berat. Gangguan
psikologis utama pada ibu hamil disebut dengan depresi materna(antepartum atau
postpartum). Antara lain gangguan mental minor dalam kehamilan tm 1 yaitu gangguan yang
berhubungan dengan kejiwaan karena dampak dari kondisi stres dan ketidaksiapan atau
lingkungan yang kurang mendukung selama kehamilan, gangguan mental minor pada
kehamilan lanjut yang merupakan kedepresian oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah
berusia lanjut untuk menjelang proses persalinannya. gangguan mental mayor dalam
kehamilan yaitu gangguan dalam jiwa (mood) yang mempengaruhi yang sering tidak
terdiagnosis dengan benar. Selanjutnya gangguan mental pada puerpurium yaitu keadaan
ketika seorang ibu merasakan rasa sedih, bersalah, dan bentuk umum depresi lainnya dalam
jangka waktu yang lama setelah melahirkan.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://erika-septiana.blogspot.com/p/gangguan-mental-minor-pada-kehamilan.html?m=1
https://dosenpsikologi.com/gangguan-mental-minor-dalam-kehamilan-trimester-1
https://id.scribd.com/presentation/245997379/Gangguan-Mental-Minor-pada-Kehamilan-Lanjut

20

Anda mungkin juga menyukai