Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MASALAH KESEHATAN MENTAL MATERNAL

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
NURHALIZA SULEMAN
MIRA MUTIA
INDRAWATI HASAN
FIRJINIA RAHMOLA
JESIKA FRANSISKA MERUNG

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan
nikmat dari-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “MASALAH
KESEHATAN MENTAL MATERNAL” dapat diselesaikan, shalawat serta taslim
tak lupa kami kirimkan atas junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa
sallam yang telah membawa ummat ini dari alam gelap gulita menuju alam yang
terang benderang.

Dalam rangka penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak yang ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
memberikan arahan dan bimbingan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Walaupun dengan usaha maksimal telah kami lakukan, tapi sebagai


manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini, dan kiranya makalah ini dapat memberikan
masukan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan hal ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala
kekhilafan dan kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah
diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho dari Allah Subhanahu Wataala.
Amin….

Wassalamu’alaikum wr.wb

Gorontalo, Desember 2023

KELOMPOK 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian kesehatan mental maternal........................................................3
B. Masalah-masalah kesehatan mental maternal.............................................4
C. Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental maternal.............................5
D. Pelayanan masalah kesehatan mental maternal..........................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................8
A. Kesimpulan.................................................................................................8
B. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Beberapa penyebab ibu hamil nullipara mengalami kecemasan seperti stres
adalah ketakutan yang berlebihan terhadap rasa sakit, proses kelahiran dan
kecacatan pada bayinya. Stres terjadi karena berbagai macam stresor seperti
problem perekonomian, perubahan lingkungan tempat tinggal, permasalahan
sosial, kekerasan dalam rumah tangga atau masalah keluarga, kondisi
kehamilan, dan masalah dengan pekerjaan. Studi literatur yang dilakukan oleh
Biaggi, dkk. tahun 2016 telah melaporkan bahwa terjadi kecenderungan
ketakutan menjelang persalinan 33% lebih besar pada ibu nullipara
dibandingkan dengan multipara dan sekitar 22%. Rasa takut itu muncul saat
menghadapi persalinan, sehingga sebagian ibu hamil nullipara lebih memilih
persalinan sectio caesarea. Stres meningkatkan risiko sebanyak 8,229 kali
untuk mengalami komplikasi persalinan.
Stres di masa kehamilan akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu
dan kondisi tersebut dapat bertambah buruk oleh karena minimnya dukungan
dari pasangan ataupun keluarga. Faktor psikologis (internal) dan sosial
(eksternal) akan berpengaruh terhadap tingkat stres dan dukungan dari faktor
sosial, spiritual, dan relaksasi dianggap dapat menurunkan stress.
Beberapa kebijakan dan dukungan pemerintah serta organisasi terkait
terhadap masalah kesehatan mental (stres, depresi, serangan panik, ketakutan,
dan kecemasan berat) masyarakat telah mulai digalakkan termasuk sosialisasi
pedoman kesehatan jiwa dan psikososial bagi masyarakat telah dilakukan.
Kesehatan fisik dapat optimal manakala kesehatan mental terjaga. Oleh karena
itu, seseorang harus memiliki emosi yang positif dan penguatan efikasi diri
untuk mencapai kesejahteraan mental. Studi menyebutkan bahwa ibu hamil
yang tidak mampu mentolerir ketakutan dan nyeri saat persalinan cenderung
memilki efikasi diri yang rendah. Upaya meningkatkan efikasi diri ibu hamil
dapat dilakukan dengan mengedukasi dan menjelaskan pedoman penting
dalam meningkatkan kesadaran dan kesiapan psikologis mereka tentang
proses melahirkan. Edukasi persalinan menggunakan pendekatan yang
meningkatkan kesehatan mental ibu hamil. Edukasi periode antenatal yang
banyak dilakukan lebih banyak ke arah kondisi fisiologis sementara
pendekatan aspek psikologis sedikit terabaikan. Sebagian besar ibu hamil saat
melakukan pemeriksaan ataupun pertemuan edukasi lebih banyak sendiri
tanpa melibatkan pasangan (suami).
Data temuan studi oleh Rumaseuw, dkk. tahun 2018 di Indonesia
menyatakan bahwa suami ataupun pasangan lebih banyak mendampingi hanya
saat menjelang proses kelahiran, dan selama masa kehamilan sangat jarang.
Hal tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain riwayat ibu
hamil atau melahirkan, pendidikan dan pekerjaan suami. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan dalam mengurangi rasa takut, stres dan meningkatkan
fungsi mental adalah dengan menerapkan program dan pelatihan pendidikan
berbasis kesehatan mental Mindfulness-Based Childbirth Education (MBCE).
Studi MBCE terdahulu telah menunjukkan bahwa program ini dapat
meningkatkan efektivitas dalam mengatasi stres, kecemasan, ketakutan,
depresi dan menjalin hubungan interpersonal yang baik antara ibu hamil
dengan pasangannya. Manfaat lainnya yang dapat diperoleh seperti perubahan
perilaku positif ibu hamil terhadap perlangsungan persalinan dan bayi yang
akan dilahirkan. Efikasi diri Ibu hamil dapat meningkat dan terjaga manakala
mendapatkan dukungan/social support dari suami dan keluarga selama masa
kehamilan hingga melahirkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kesehatan mental maternal?
2. Apa saja masalah masalah kesehatan mental yang ada pada maternal?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan mental
maternal?
4. Pelayanan apa saja yang akan diberikan bidan pada masalah
kesehatan mental maternal?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kesehatan mental maternal
2. Untuk mengetahui masalah pada kesehatan mental pada maternal
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan
mental maternal
4. Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan bidan pada masalah
kesehatan mental maternal

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL MATERNAL


Kesehatan mental maternal merupakan suatu keadaan yang rentan terjadi
pada ibu hamil maupun ibu pasca melahirkan. Depresi postpartum adalah
penyakit mental pada ibu hamil yang muncul 2 – 4 minggu setelah ibu
melahirkan. Salah satu factor yang mempengaruhi depresi postpartum yaitu
factor dukungan social suami. Dukungan social suami merupakan suatu
bentuk dukungan dari suami kepada istri yang tujuannya adalah istri yang
mempunyai masalah merasa diperhatikan oleh suami, mendapatkan
dukungan , merasa dicintai dan dihargai oleh suami.

B. MASALAH KESEHATAN MENTAL PADA MATERNAL


a. Depresi
Gangguan mental yang paling sering dialami, gangguan mental ini
ditandai dengan kesedihan yang terlalu lama hingga penderitanya
merasa stress, putus asa, perasaan tidak berharga hingga berpengaruh
pada kesehatan fisik yang sulit dideteksi oleh medis.
b. Kecemasan
Perasaan yang diawali karena tidak mampunya seseorang dalam
mengendalikan pikiran dan perasaannya. Rasa cemas dapat
berkembang menjadi rasa cemas yang sangat membebani dan dapat
memburuk seiring berjalannya waktu. Gangguan ini meliputi gangguan
obsesi kompulsif (OCD) dan fobia.
c. Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD)
Gangguan kesehatan mental yang terjadi setelah seseorang melihat
atau mengalami peristiwa traumatis. Peristiwa ini dapat berupa
kejadian kejadian yang mengancam jiwa seperti bencana alam,
kecelakaan, penganiayaan dan pelecehan sexual.
d. Gangguan Bipolar
Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang
tidak normal perubahan yang terjadi cukup ekstrem dari perasaan hati
sangat bahagia menjadi sangat sedih.
e. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
Gangguan berupa kecemasan dan ketakutan berlebihan apabila tidak
melakukan suatu hal yang muncul dari pikiran berlebihan (obsesi)
yang menimbulkan kompulsif atau perilaku repetitif.
f. Gangguan Psikosis
Gangguan tipe mental disorder yang parah, menyebabkan persepsi
seorang tidak normal dengan ditandai halusinasi dan delusi,
skizofrenia adalah salah satu gangguan mental psikosis.
g. Baby blues
Depresi ringan yang terjadi pada ibu dalam masa beberapa jam setelah
melahirkan, dan kemudian dia akan hilang dengan sendirinya jika
diberikan pelayanan psikologis yang baik.

C. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


MENTAL MATERNAL
1. Dukungan Keluarga
Kurangnya dukungan suami dan keluarga merupakan faktor penyebab
terganngunya psikis ibu dimasa kehamilannya, ibu hamil dengan
dukungan suami dan keluarga yang kurang ini dapat menyebabkan ibu
merasa jika dirinya dan kehamilannya tidak begitu berarti bagi suami dan
keluarganya, dengan demikian ibu hamil akan mengalami stres karna
merasa dirinya tidak penting dimata suami dan keluarganya (Stepowicz et
al., 2020). Dalam Penelitian Martini tahun 2014 dalam penelitannya
mengatakan dukungan suami memiliki pengaruh sekitar 6,013 kali
mengalami depresi postpartum dibandingkan dengan ibu yang
memperoleh dukungan yang baik oleh suami (Arimurti et al., 2020)
2. Status Ekonomi
Penelitian (Tang et al., 2019) dalam studinya menunjukkan bahwa
penyebab stres pada wanita masa prenatal ringan hingga sedang yang
dialami oleh ibu hamil yang ditemuka n terkait dengan pendapatan rumah
tangga. Penelitian lain juga menemukan bahwa munculnya gejala stres dan
kecemasan prenatal berhubungan dengan status ibu rumah tangga atau
wanita yang tidak bekerja (Rusli et al., 2011), selama kehamilan memiliki
risiko stres dan kecemasan prenatal yang lebih tinggi dari pada mereka
yang tetap bekerja (San Lazaro Campillo et al, 2017). Keluar dari
pekerjaan dapat berarti tekanan ekonomi yang lebih besar, lebih banyak
konflik keluarga, status sosial ekonomi yang lebih rendah, perilaku yang
lebih tidak sehat (seperti minum dan merokok), kesepian karena banyak
waktu luang tanpa pendamping, dan rasa keterikatan karena
ketergantungan ekonomi (San Lazaro Campillo et al., 2017). Ekonomi
dikaitkan dengan kejadian stres pada ibu dengan cara dan gaya hidup
seseorang (Muzakkir et al., 2019), ekonomi dapat menjadi pencetus
depresi dalam kehamilan adalah faktor sosial ekonomi berupa gaya hidup
(Kusuma, 2019)
3. Lingkungan Sosial
Lingkungan dan dukungan sosial selama kehamilan sangat diperlukan
karena dapat mengurangi kepekaan biologis terhadap stres psikologis
(Keskin et al., 2022), dukungan sosial dianggap mampu memberikan
penguatan terhadap kepercayaan ibu selama masa kehamilannya dan juga
dapat memberikan gambaran positif tentang apa yang dijalani oleh ibu
hamil, dukungan sosial juga mampu mengurangi kecemasan ibu hamil saat
dirinya akan menghadapi persalinan (Fathnezhad-Kazemi & Hajian,
2019).
4. Pengalaman Dan Pengetahuan
Pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi psikis dimasa
kehamilan, ibu hamil yang pengetahuannya kurang tentang kehamilan,
persalinan dan juga cara pengasuhan bayi setelah melahirkan ini
merupakan penyebab kecemasan yang dapat dialami oleh ibu hamil
(Lagadec et al., 2018). Ibu hamil pertama kali tingkat ketakutan yang
dirasakan akan lebih besar dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah
melahirkan sebelumnya Stepowicz et al., 2020), ibu hamil pertama lebih
sering mengalami kecemasan, stres, ketakutan hingga depresi saat masa
kehamilan (Giarratano et al., 2019)
D. PELAYANAN MASALAH KESEHATAN MENTAL MATERNAL
Bidan adalah pemberi layanan utama secara komprehensif pada ibu
termasuk layanan psikologis. Namun, bidan merasa kesulitan dalam
tatalaksana gangguan psikologis pada ibu bahkan upaya pencegahannya.
Sehingga bidan perlu mendapat pelatihan tentang pengenalan dan
psikoedukasi pada ibu. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi
kesehatan mental maternal pada bidan dan bidan dapat mempraktikan
psikoedukasi pada ibu sehingga dapat mencegah gangguan psikologis pada
ibu. Metode pada kegiatan ini yaitu pemberian materi tentang pengetahuan
dasar dan gangguan jiwa ibu, dukungan sebaya, teknik dasar konseling,
psikoedukasi, dan kunjungan rumah oleh bidan, psikolog, dan dokter
spesialis kedokteran jiwa setelah itu dilakukan roleplay tentang konseling
dan psikoedukasi dan kegiatan terakhir adalah praktik psikoedukasi melalui
kunjungan rumah pada ibu yang dibimbing oleh fasilitator. Hasil dari
kegiatan ini yaitu 12 bidan yang mengikuti kegiatan ini, meningkat
pengetahuan dan praktik tentang psikoedukasi pada ibu. Program ini akan
berlanjut menjadi program psikoedukasi yang terintegrasikan pada
pelayanan kesehatan ibu di puskesmas misanya pada kelas ibu hamil.
Salah satu strategi umum untuk membantu mencegah atau mengurangi
komplikasi kehamilan dan hasil kelahiran yang merugikan sebagai
konsekuensi dari penyakit mental adalah dengan memberikan dukungan
sosial yang kuat untuk ibu hamil (Schetter, 2011). Dukungan sosial
ditandai dengan sejauh mana hubungan sosial memenuhi kebutuhan khusus
(misalnya emosional, instrumental, kasih sayang, dan/atau dukungan sosial
yang nyata) atau tingkat integrasi sosial (Berkman, 2000). Dukungan sosial
diasumsikan untuk meningkatkan interaksi positif individu yang dapat
membantu mengurangi depresi, stres, dan kecemasan, dan karena itu
mengurangi risiko hasil kehamilan dan kelahiran yang merugikan.
Dukungan sosial juga dapat memberikan mekanisme koping tambahan
yang sesuai bagi ibu hamil untuk menangani stress (Bedaso et al, 2021)

Selanjutnya, ibu dapat melakukan kegiatan-kegiatan berikut.


 Lakukan aktivitas fisik berupa olahraga sesuai kemampuan dan latihan
relaksasi.
 Ibu hamil perlu istirahat dan tidur yang cukup.
 Ibu hamil harus makan-makanan yang bergizi.

Ibu bias mengisi dengan kegiatan lain, seperti lebih mendekatkan diri pada kepada
Tuhan sesuai keyakinan masing-masing, misalnya dengan mengaji, berzikir,
mendengarkan khotbah, dan mendengarkan lagu rohani, untuk menentramkan hati
dan lebih pasrah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

Latihan Relaksasi
 Duduklah dengan posisi yang nyaman dengan lengan dan kaki tidak
bersinggungan
 Tarik nafas pelan melalui hidung dan mulut, ditahan selama delapan detik
 Diam dan lembut katakana pada diri sendiri “Atas izin Tuhan saya mengisi
tubuh saya dengan ketenangan”
 Buang nafas perlahan melalui mulut, mengosongkan paru-paru
 Diam dan dengan lembut katakatakan pada diri sendiri “ats izin
Tuhan,saya membiarkan ketegangan mengalir menjauh”
 Ulangi sebanyak 5 kali secara perlahan.

Komunikasikan dengan suami bahwa ibu perlu dukungan suami dan keluarga.
Sampaikan perasaan dan keluhan yang dirasakan ibu kepada suami, orang tua,
atau teman, yang nyaman sebagai tempat mencurahkan isi hati.

 Lakukan pekerjaan rumah tangga bersama-sama suami.


 Hindari pikiran negative yang menggangu ibu.
 Selalu berfikir positif dari setiap perubahan hidup sebelum hamil, selama
hamil, dan setelah melahirkan.
 Aturlah waktu dalam aktifitas setiap hari.
 Lakukan aktifitas sosial seperti biasanya dilingkuan ibu.
Suami dan keluarga dapat melakukan kegiatan untuk mencegah mengatasi
depresi ibu hamil dan nifas sebagai berikut.
 Suami memahami kondisi istri dan memaklumi perubahan yang terjadi
pada istri. Suami selalu manjaga, mengantar, dan melindungi kehamilan
istri ketika dalam perjalanan. Istri merasa aman.
 Suami memotivasi dan memberikan dukungan perhatian yang lebih baik
ketika ibu manjalani kehamilan. Istri merasa aman dan termotivasi akan
kehadiran peran suami disisinya.
 Suami dan keluarga selalu menyapa dan menanyakan kondisi
kehamilannya,membantu pekerjaan rumah istri, dan memberikan
kesempatan kepada ibu hamil untuk mengikuti kegiatan sosial selama
hamil
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan dan
gangguan mental pada ibu hamil, dalam penelitian ini penyebab yang
dapat menimbulkan gangguan mental pada ibu hamil yaitu, status
dukungan suami dan keluarga, status ekonomi, lingkungan sosial dan juga
pengalam serta pengetahuan ibu.
B. SARAN
Mengetahui dampak yang akan terjadi saat ibu hamil mengalami
gangguan kesehatan mental pada saat kehamilan, persalinan bakan hingga
pasca persalinan, sehingga pentingnya dilakukan peningkatan pengetahuan
ibu hamil mengenai cara penanganan stres dimasa kehamilan serta
meningkatkan dukungan keluarga selama kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Atik Sunarmi,2023.Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Pada Ibu


Hamil,Kota Manado.Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol.1 No.3

Leila Nisya Ayuanda,eat,all. 2019 Pendidikan Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil
Dalam Upaya Peningkatan Kebugaran Maternal,Pekalongan.Jurnal Batik
Mu,Vol.2 No.2

Ni Luh Putu Novita Rosana Lestari,eat,all.2021.Penyembuhan Gangguan Mental


Dengan Terapi Shirodhara Dalam Pengobatan Ayurveda,Denpasar.Jurnal Yoga
Dan Kesehatan Vol.4 No.4

Anda mungkin juga menyukai