Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

"PSIKOLOGIS IBU HAMIL "


Disusun Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Asuhan Kebidanan
Kehamilan

DosenPengampu : Dra. Henny Novita, SST., MA.Kes

DisusunOleh:

Kelompok 2 Kelas 1B Kebidanan

Anastya Noor Fadilah P17124020042

Anisa Safira P17124020045

Esti Wulandari P17124020053

Laely Dwi Alvisyarini P17124020063

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES


JAKARTA 1

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah Asuhan Kebidanan Kehamilan “PSIKOLOGIS IBU
HAMIL” dapat selesai pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan dan bertujuan agar pembaca dapat mengetahui
“PSIKOLOGIS IBU HAMIL”. Pada kesempatan ini juga, penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih yang ditujukan kepada:
1. Tuhan yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami
dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Dra. Henny Novita, SST., MA.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1

Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan, karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu arahan, koreksi, dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Jakarta, 21 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................ii
BAB 1...........................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................4
1.5 Metode Penulisan............................................................4
BAB II..........................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................5
2.1 Perubahan Psikologis Trimester 1................................5
2.2 Perubahan Psikologis Trimester 2................................6
2.3 Perubahan Psikologis Trimester 3................................8
2.4 Kebutuhan Psikologis Pada Ibu Hamil........................9
BAB III.......................................................................................16
PENUTUP..................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................16
3.2 Saran..............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................18
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan
merasa berbeda baik secara psikis maupun secara fisik. Perubahan yang
terlihat jelas adalah perubahan fisik yang ditandai dengan kenaikan berat
badan, perut yang membuncit dan payudara yang membesar. Perubahan
fisik tersebut mau tidak mau akan memberikan pengaruh juga terhadap
kondisi psikologis ibu. Adanya perubahan tersebut akan menimbulkan
suatu kesadaran dalam diri ibu tersebut bahwa ada yang tidak sama, dan
dapat memberikan efek negatif dan positif kepada ibu yang
bersangkutan (Gredler, 2002).
Pada beberapa wanita, kehamilan pertama juga menimbulkan hal-hal
yang berbeda yang tidak dirasakan oleh wanita lainnya secara umum.
Pada beberapa wanita kehamilan pertama dapat menjadi suatu beban dan
rasa terbuang karena tidak dapat melakukan aktivitas keseharian seperti
biasa sebelum adanya kehamilan. Dalam beberapa kasus terjadi wanita
yang merasa dirinya terbuang dan disisihkan dari pergaulan dan hal
tersebut akan menimbulkan tekanan secara psikologis yang dapat
menimbulkan stress pada wanita (Aprianawati dan Sulistyorini, 2010).
Banyak wanita yang melaporkan bahwa menjadi hamil adalah suatu
pengalaman kreatif yang memuaskan suatu narsistik yang mendasar.
Perilaku negatif terhadap kehamilan seringkali disertai dengan rasa takut
akan kelahiran anak atau peranan menjadi ibu. Selama kehamilan,
khususnya jika merupakan kehamilan yang pertama, ibu merekapitulasi
stadium awal perkembanganya sendiri, Rasa takut yang tidak disadari
dan khayalan yang berhubungan dengan kehamilan pertama sering kali
merupakan pusat konsep penggabungan dengan ibunya sendiri. Jika

1
ibunya sendiri merupakan model peran yang buruk, rasa kompetensi
maternal wanita tersebut mungkin terganggu, dan tidak adanya
kepercayaan sebelum dan sesudah kelahiran bayi terjadi (Kartono,
1998).
Ibu hamil dituntut menjaga hati, perasaannya agar tidak terpancing
emosi. Karena emosi disini akan mengganggu pertumbuhan janin
didalam perutnya. Jadi suami atau orang terdekat disekitar ibu hamil
harus menjaga kestabilan emosi dengan baik. Emosi itu merupakan
bentuk luapan perasaan bisa positif atau negatif yang ditunjukkan
kepada seseorang atau sesuatu. Reaksi emosi itu bisa berupa positif
berupa rasa senang, bahagia atau negatif berupa marah, sedih bahkan
menangis. Kadang ibu hamil cenderung memunculkan gangguan
emosional yang berupa perubahan fisik maupun psikis yang terjadi
selama kehamilan (Wulandari, 2004).
Dijelaskan Aprianawati dan Sulistyorini (2010) bahwa kecemasan
dapat menimbulkan individu mudah marah atau tersinggung, gelisah,
tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan
ingin lari dari kenyataan hidup. Kondisi ini dapat menyebabkan
kecemasan dan ketegangan lebih lanjut sehingga membentuk suatu
siklus umpan balik yang dapat meningkatkan intensitas emosional
secara keseluruhan. Oleh sebab itu, ibu hamil perlu mengendalikan diri
agar dapat menjaga kestabilan emosinya.
Ketidakstabilan emosi ibu hamil mempengaruhi tingkat kecemasan
ibu hamil. Kecemasan ibu hamil dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan
ekstrinsik. Dijelaskan oleh Kuncoro (dalam Puspitasari, dkk, 2010)
bahwa faktor-faktor intrinsik yang mempengaruhi kecemasan antara lain
keadaan pribadi individu, tingkat pendidikan, pengalaman yang tidak
menyenangkan, dan faktor ekstrinsik yaitu dukungan sosial yang dapat
diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan tempat tinggal
individu.
Salah satu faktor pendukung adalah adanya dukungan dari keluarga
khususnya dari anggota keluarga terdekat baik itu orangtua kandung

2
maupun orangtua dari suami dan yang paling utama adalah dari suami
ibu yang bersangkutan. Suami sebagai orang terdekat memberikan
pengaruh yang terbesar dalam kecemasan ibu menghadapi kehamilan.
Suami yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan isteri dapat
menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil dengan memberi masukan
atau tindakan-tindakan yang dapat menenangkan ibu hamil. Tindakan
suami kepada isteri yang sedang hamil dapat dilakukan dengan cara
mengantar isteri ke dokter untuk memeriksa kandungan atau menuruti
keinginan isteri yang berhubungan dengan kandungan, yaitu keinginan
makan yang disukai.
Dukungan keluarga yang diberikan kepada ibu hamil dapat berupa
persiapan dalam masa kehamilan. Selama ibu hamil mempersiapkan
kelahiran membutuhkan dukungan dari suami dan anggota keluarga
termasuk faktor eksternal, sehingga dapat memberikan ketenangan batin
kepada ibu hamil. Ketenangan batin ibu hamil mempengaruhi
kenyamanan dan kesiapan ibu hamil termasuk faktor internal, sehingga
ibu hamil tidak mengalami kecemasan.
Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Sarason dkk., (2000) bahwa
dukungan sosial keluarga memiliki peranan penting untuk mencegah
dari ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki dukungan sosial
yang lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi psikis
yang negatif. Keuntungan individu memperoleh dukungan sosial yang
tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi
kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam
memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang lebih tinggi,
serta tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi interpersonal
skill (keterampilan interpersonal), memiliki kemampuan untuk mencapai
apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk
beradaptasi dengan stres atau kecemasan.

3
1.2 Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini, maka penulis akan merumuskan tentang:
1. Bagaimana perubahan psikologis pada ibu hamil trimester I, II, dan
III?
2. Bagaimana kebutuhan psikologis pada ibu hamil yang mendapatkan
support keluarga dan sibling?
3. Bagaimana kebutuhan psikologis pada ibu hamil dengan tenaga
kesehatan?
4. Bagaimana kebutuhan psikologis pada ibu hamil dengan
lingkungannya?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam tujuan penulisan ini, maka penulis menuliskan tentang:
1. Mahasiswi dapat mengetahui dan memahami perubahan psikologis
pada ibu hamil trimester I, II, dan III
2. Mahasiswi dapat mengetahui dan memahami kebutuhan psikologis
pada ibu hamil yang mendapatkan support keluarga dan sibling
3. Mahasiswi dapat mengetahui dan memahami kebutuhan psikologis
pada ibu hamil dengan tenaga Kesehatan
4. Mahasiswi dapat mengetahui dan memahami kebutuhan psikologis
pada ibu hamil dengan lingkungannya

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah agar mahasiswi dapat memahami
tentang kebutuhan psikologis ibu hamil dalam berbagai aspek.

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam

4
penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu
penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Psikologis Trimester 1

Kehamilan Trimester pertama adalah pembentukan yang dimulai


dari konsepsi (pembuahan) sel telur dengan sel sperma (Fauziah, 2012).
Sedangkan menurut Rahmasari (2012) Kehamilan Trimester pertama
adalah suatu proses pembuahan yang terjadi dengan sempurna dengan
mencakup usia kehamilan minggu 1 hingga minggu 12 masa kehamilan.

Terjadinya pembuahan akibat bersatunya sel telur dengan sel


spermatozoa, kemudian diikuti oleh beberapa proses, pembelahan dan
selanjutnya hasil konsepsi melakukan nidasi atau implantasi, maka
selanjutnya hasil konsepsi mengalami pertumbuhan dan perkembangan
(Rukiyah, 2009).

Perubahan fisik wanita selama kehamilan mendapat banyak perhatian,


akan tetapi jarang yang memperhatikan perubahan psikologis, emosional
yang mungkin ibu hamil alami. Padahal, selain kesehatan fisik,
kesejahteraan emosional dan mental seorang ibu juga dapat memainkan
peran penting dalam kehamilan.

Selama sembilan bulan, suasana hati dan emosi ibu hamil naik turun.
Bisa sangat gembira karena memiliki bayi hingga perasaan tidak sabar,
takut karena persalinan dan berganti menjadi ibu semakin dekat.

Dalam beberapa bulan pertama kehamilan, Ibu akan mengalami


kelelahan, mual, nyeri punggung bawah dan sebagainya. Progesteron
juga dikaitkan dengan perubahan suasana hati, kewaspadaan, dan
menangis tanpa alasan.

5
Sangat umum bagi ibu yang baru pertama kali mengalami gejala
kecemasan ringan. Ini disebabkan oleh rasa takut kehilangan anak, dan
hampir setiap ibu hamil dalam situasi ini memiliki kekhawatiran yang
sama persis.

Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk
mendapatkan informasi kenyataan akan kehamilannya. Pada trimester I
sering kali timbul kecemasan dan rasa kebahagiaan bercampur keraguan
dengan kehamilannya antara iya atau tidak, terjadi perubahan emosi
sehingga berisiko tinggi terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman,
adanya perubahan hormonal, dan morning sickness.

Diperkirakan ada 80% ibu mengalami perubahan psikologis, seperti rasa


kecewa, sikap penolakan, cemas dan rasa sedih (Janiwarty, 2013).
Menurut asumsi peneliti masih banyaknya ditemukan responden yang
belum memiliki pemahaman yang baik tentang perubahan psikologis
pada trimester pertama. Jika dilihat dari karakteristik responden banyak
berusia muda, hal ini menyebabkan pengalaman mereka dalam masa
kehamilan di trimester pertama masih terbilang baru sehingga mereka
belum memahami betul perubahan yang terjadi memasuki masa
kehamilan trimester pertama.

2.2 Perubahan Psikologis Trimester 2

Trimester kedua kehamilan terjadi pada minggu ke 13-28 kehamilan.


Gejala kehamilan yang tidak nyaman pun juga mulai berkurang,
sehingga trimester kedua dianggap sebagai periode kehamilan yang
paling nyaman.

Menurut Janiwarty (2013) Trimester kedua sering disebut sebagai


periode kesehatan yang baik yakni periode ketika wanita merasa nyaman

6
dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.
Secara umum periode trimester kedua dikelompokkan menjadi dua fase
yakni prequickeckening (sebelum ada pergerakan janin yang dirasakan
ibu) dan postquickeckening (setelah ada pergerakan janin yang
dirasakan ibu).

Dikutip dari How Stuff Works, setelah stres dan kecemasan pada


trimester pertama berlalu, perubahan emosional pada trimester kedua
dimulai. Meskipun perubahan psikologis tidak akan terlalu kuat, namun
bisa juga mengganggu. Banyak ibu hamil mulai merasa sadar diri
tentang beban yang mereka tanggung untuk menopang bayi mereka, dan
perasaan ini dapat menyebabkan mereka merasa rendah diri.

Pada trimester sebelumnya, seperti kelelahan, perubahan suasana


hati, mual di pagi hari biasanya hilang pada trimester kedua. Tapi
sebagai gantinya, Ibu mungkin akan menjadi pelupa dan kurang teratur
dari biasanya.

Peningkatan berat badan dan ekspansi fisik tubuh juga bisa


menimbulkan masalah pada tampilan. Meski emosi kehamilan pada
trimester ini biasanya tidak terlalu ekstrem, tapi tetap dapat
mempengaruhi secara signifikan.

Jadi menurut asumsi peneliti banyaknya responden yang telah


mengetahui tentang perubahan psikologis pada trimester kedua
disebabkan karena mereka telah mendapatkan pengetahuan baru dari
berbagai pihak seperti petugas kesehatan, hingga mencari informasi
sendiri dari berbagai sumber, sehingga mereka lebih siap dalam
memasuki kehamilan di trimester kedua ini dan mereka telah mengerti
tentang perubahan psikologi pada masa kehamilan. Disamping itu pada
kehamilan trimester kedua ini ibu mulai merasakan pergerakan janin
yang dikandungnya, sehingga untuk menambah pengetahuan tentang
kehamilan menjadi lebih semangat.

7
2.3 Perubahan Psikologis Trimester 3

Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu


ke – 28 sampai minggu ke- 40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin
sudah terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan
perkembangan utuh telah dicapai (Manuaba, 2010:79).

Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40 mingu


dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan kedudukan
sebagai orang tua , seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi,
sehingga disebut juga sebagai periode penantian (Vivian, 2011:118).

Perubahan psikologis ibu hamil periode trimester ketiga terasa lebih


kompleks dan lebih meningkat kembali dari kehamilan trimester
sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin
membesar. Kondisi ini tidak jarang menimbulkan masalah seperti posisi
tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau
kehidupan emosi yang fluktuatif. Sejumlah ketakutan terlihat selama
trimester ketiga ini. Wanita khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia
tidak akan tahu kapan dia melahirkan. Ibu lebih sering bermimpi tentang
bayinya, atau tentang proses persalinan serta ketakutan akan kehilangan
bayinya (Janiwarty, 2013).

Pelupa dan hal lain dari trimester sebelumnya mungkin masih Ibu alami.
Namun saat semakin mendekatinya tanggal kelahiran, Bunda mungkin
mulai mengalami sedikit kecemasan tentang persalinan.

Bunda juga akan mengalami lebih banyak sakit fisik, seperti sakit
punggung, leher, kaki dan tulang rusuk. Rasa sakit ini akan
memperburuk suasana hati.

Pada trimester ketiga, wanita mengantisipasi persalinan dan menghadapi


perubahan fisik yang signifikan. Sementara rasa takut kehilangan bayi
biasanya sudah hilang pada saat ini. Namun, ada kecemasan baru
menggantikannya yaitu ketakutan akan persalinan. Selain kekhawatiran

8
tentang persalinan, ibu hamil akan memiliki naluri untuk nesting,
mempersiapkan kedatangan bayi, mulai dari sibuk menata kamar,
membeli baju, dan peralatan bayi.

Di masa terakhir jelang kehadiran si buah hati, menurut Tara peran


komunikasi dengan orang yang lebih berpengalaman soal melahirkan
patut diperbanyak, seperti mendatangi seminar atau konsultasi dengan
dokter. Selain itu, bunda juga harus memperbanyak ilmu soal menjaga
kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan.

2.4 Kebutuhan Psikologis Pada Ibu Hamil

A. Support Dari Keluarga Pada Ibu Hamil


1) Dukungan dari suami.
Suami adalah orang yang terdekat dari istri. Dukungan dari
suami selama hamil sangat diperlukan untuk kesiapan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan. Dukungan suami yang dibutuhkan
istrinya yang sedang hamil diantaranya adalah :
a. Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.
b. Suami merasa senang dan bahagia mendapat keturunan
c. Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini
d. Suami memperhatikan kesehatan istri.
e. Suami tidak menyakiti istri.
f. Suami menghibur / menenangkan ketika ada masalah yang
dihadapi istri.
g. Suami menasehati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja.
h. Suami membantu tugas istri.
i. Suami berdoa untuk kesehatan dan keselamatan istrinya.
j. Suami mengantar ketika periksa hamil.
k. Suami menemani jalan – jalan.
l. Suami merencanakan mendampingi pada saat melahirkan.

9
Suami yang menerima dan memahami perubahan yang terjadi
pada istrinya, akan merencanakan dan diskusi bersama istri
tentang rencana persalinan. Suami tidak hanya diperlukan untuk
menyiapkan biaya persalinan dan mencukupi kebutuhan
keluarga,tetapi suami penting untuk memperhatikan keadaan
istrinya selama hamil. Seorang istri yang merasa gembira selama
hamil, dia akan lebih bersemangat dan akhirnya mempunyai
tenaga yang kuat untuk melahirkan bayinya sehingga
mempermudah dalam persalinan yang artinya dapat mencegah
terjadinya persalinan lama.
2) Dukungan dari keluarga.
Kehamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran
dari seluruh anggota keluarga. Penerimaan kehadiran anggota
baru tergantung dari dukungan dari seluruh anggota keluarga,
tidak hanya dari suami saja. Ayah dan ibu kandung maupun
mertua, juga saudara kandung maupun saudara dari suami juga
perlu memperhatikan.dengan sering berkunjung, menanyakan
keadaan kehamilan, bisa juga lewat sms atau telpon dapat
menambah dukungan dari keluarga. Upacara adat istiadat yang
tidak mengganggu kehamilan juga mempunyai arti tersendiri
bagi sebagian ibu hamil sehingga hal ini tidak boleh diabaikan.
Keterlibatan kakek nenek dalam menyongsong kehadiran cucu
tergantung dengan banyak faktor diantaranya keinginan kakek
nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek nenek dan peran
kakek nenek dalam kontek budaya dan etnik yang bersangkutan.
Nenek dari ibu merupakan model yang penting dalam praktik
perawatan bayi. Ibu selalu teringat ketika ibunya dulu merawat
anaknya sehingga merasa menjadi suatu hal yang patut ditiru.
Nenek dari ibu dapat menjadi sumber pengetahuan dan
merupakan pendukung. Seringkali kakek nenek mengatakan
bahwa cucu dapat untuk mengatasi kesepian dan kebosanan.
Kakek nenek dapat dilibatkan untuk memberi semangat dalam

10
mempersiapkan menjadi orangtua baru.Dukungan kakek nenek
dapat berpengaruh untuk menstabilkan keluarga yang sedang
mengalami krisis perkembangan yaitu dalam kehamilan dan
menjadi otangtua baru. Kakek nenek dapat membantu anak–anak
mereka mempelajari ketrampilan menjadi orangtua dan
mempertahankan tradisi budaya. Anda akan selalu memberikan
pelayanan kebidanan kepada ibu hamil pada berbagai setting
pelayanan, baik primer, sekunder maupun tertier. Dalam
menjalankan asuhan kehamilan, upayakan Anda tidak terjebak
pada suatu kegiatan rutinitas kebiasaan lama yang tidak berdasar
pada suatu evidence based menuju asuhan yang terfokus
(refocusing asuhan), senantiasa menelaah issu terkini dalam
asuhan kehamilan agar mampu mengembangkan pelayanan
kehamilan. Asuhan kehamilan memerlukan acuan, patokan atau
indikator, hal inilah yang disebut standar asuhan kebidanan.
Sehingga pelayanan kebidanan bisa diberikan secara efektif dan
efisien.

B. Support Dari Tenaga Kesehatan Pada Ibu Hamil


Tenaga kesehatan yang paling dekat dengan ibu hamil adalah
bidan,
karena bidan merupakan tenaga kesehatan dari lini terdepan
yang mempunyai tugas untuk menjaga dan meningkatkan
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk ibu hamil. Bidan harus
memahami perubahan–perubahan yang terjadi pada ibu hamil
baik secara fisik maupun psikologis. Dengan memahami
keadaan pasien maka bidan dapat memberi pelayanan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Dukungan dari bidan yang diperlukan
ibu hamil adalah :
1. Bidan melayani ibu dengan baik dan ramah.
2. Bidan menjalin hubungan baik dan saling percaya.

11
3. Bidan memberi kesempatan pada ibu untuk bertanya dan
menjawab setiap pertanyaan dengan jelas.
4. Bidan meyakinkan bahwa ibu akan melalui kehamilan
dengan baik.
5. Bidan memberi semangat pada ibu dalam rangka
menghadapi persalinan.
6. Bidan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi ibu
hamil
7. Bidan meyakinkan bahwa akan mendampingi selama dalam
persalinan.
8. Bidan juga bisa menjadi pendamping dan pembimbing pada
klas ibu hamil.

C. Rasa Aman Dan Nyaman Selama Kehamilan


Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman yang
dapat didapat dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh
rasa aman dan nyaman maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima
kehamilan dengan senang hati. Rasa aman dan nyaman dari orang
sekitar terutama dari orang terdekat yaitu bapak dari bayi yang
dikandungnya. Maka perlu dukungan orang terdekat untuk
memperoleh rasa aman dan nyaman. Misalnya perasaan nyeri di
pinggang pada saat hamil tua, respon ibu hamil terhadap nyeri bisa
berbeda – beda, apabila ibu hamil tersebut cukup mendapat
dukungan dari orang sekitar maka mungkin tidak terlalu merasakan
nyeri, tapi sebaliknya jika ibu hamil tidak mendapat dukungan dari
orang terdekat maka nyeri akan dirasakan sangat mengganggu.
Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman ini dapat dilakukan
relaksasi atau dukungan dari orang terdekat. Rasa nyaman saat hamil
dapat dirasakan jika ibu hamil dengan posisi duduk, berdiri dan
berjalan dengan benar, melatih relaksasi sehingga dapat mengurangi
nyeri pada pinggang dan perasaan serta pikiran yang tenang.

12
D. Persiapan Menjadi Orangtua
Pasangan yang menanti anggota baru dalam keluarga yaitu
datangnya seorang bayi adalah merupakan tanggung jawab besar.
Bagi seorang ayah merupakan beban besar dari segi biaya termasuk
biaya kehamilan, biaya persalinan, biaya peralatan yang diperlukan
ibu dan bayinya, kebutuhan tambahan setelah anaknya lahir, semua
ini harus disiapkan dengan perencanaan matang. Disamping itu juga
perlu persiapan psikologis untuk merawat bayinya dan anak yang
sebelumnya (sibling). Kalau ayah belum siap maka dapat
menimbulkan gangguan psikologis pada suami sehingga dapat
mengurangi dukungan pada istri yang sedang hamil. Ibu yang
sedang hamil juga harus sudah menyiapkan diri menjadi ibu karena
akan bertambah beban dan tanggung jawabnya karena kehadiran
bayinya. Mungkin ibu akan lebihrepot dalam menjaga bayinya, akan
kurang tidur, kurang waktu merawat tubuhnya, tidak dapat bekerja
seperti biasanya, kurang waktu untuk rekreasi dsb. Jika ibu tidak
dengan senang hati melaksanakan kewajiban sebagai orangtua maka
dapat timbul stress dan kemungkinan akan menderita post partum
blues pada saat setelah persalinan.

E. Persiapan Sibling
Kehadiran seorang adik baru dalam rumah dapat menyebabkan
perasaan cemburu dan merasa adik adalah saingannya (rival sibling).
Untuk mencegah itu semua maka sejak hamil calon kakak harus
sudah disiapkan dengan baik untuk menyambut kelahiran adiknya.
Respon sibling dapat dipengaruhi oleh persiapan menghadapi
datangnya adik, sikap orangtua, umur, lama waktu berpisah dengan
orangtua, peraturan kunjungan rumah sakit dan perhatian selama

13
berpisah dengan ibunya. Anak umur lebih dari 3 tahun sudah dapat
diajak komunikasi untuk disiapkan menerima adiknya.Orangtua dan
lingkungan sering tidak sadar bahwa tindakannya sangat
menyakitkan sang kakak dan akhirnya membuat sang kakak menjadi
tidak sayang pada adiknya, padahal sebelumnya sudah disiapkan
untuk menerima adiknya, misalnya seorang anak sudah disiapkan
untuk menerima kelahiran adiknya, sejak adik dalam kandungan
sudah diberi peran untuk komunikasi dengan adik dengan cara diajak
meraba perut ibunya ketika ada gerakan janin. Ketika adiknya sudah
lahir diberi peran juga dengan diminta mengambilkan popok untuk
adiknya sehingga sang kakak merasa senang dan menerima adiknya.
Tetapi ketika ada anggota keluarga lain atau tetangga yang dating
menengok adik selalu memuji adik, memberikan hadiah selalu untuk
adik maka sang kakak dapat berubah menjadi benci pada adik, tidak
sayang pada adik karena merasa semua orang lebih memperhatikan
adiknya, Jadi perhatian kepada sang kakak tidak hanya pada saat
sebelum adiknya lahir tetapi seterusnya jangan sampai kakak merasa
perhatiannya dirampas oleh adiknya. Orangtua yaitu ibu dan ayah
mempunyai tugas penting yang terkait dengan penyesuaian dan
permusuhan antar saudara kandung. Tugas tersebut antara lain :
1) Orangtua harus membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi
dan diinginkan. Meskipun orangtua sibuk dengan kedatangan
bayi tetapi harus tetap memperhatikan anak yang lebih tua
supaya tidak merasa ada saingan.
2) Mengatasi rasa bersalah yang timbul dari pemikiran bahwa anak
yang lebih tua mendapat perhatian dan waktu yang kurang.
3) Mengembangkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu
mengasuh lebih dari satu anak.
4) Menyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru
yang akan lahir.
5) Memantau perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang
masih lemah dan mengalihkan perilaku agresif.

14
Untuk mempersiapkan orangtua dan anak kandung yang lebih tua,
klas persiapan untuk saudara kandung sangat efektif. Respon saudara
kandung terhadap kehamilan menurut umur:
1. Umur satu tahun, tidak banyak menyadari proses kehamilan
ibunya.
2. Umur dua tahun, menyadari perubahan tubuh ibunya yang
semakin besar perutnya. Mengalami kemunduran perilaku : lebih
manja, saat makan biasanya sudah mau belajar makan sendiri
sekarang selalu minta disuap.
3. Umur tiga atau empat tahun : sudah bisa menerima kehamilan
ibunya, mereka senang mendengar bunyi jantung janin dan
merasakan gerakan janin dalam rahim.
4. Anak usia sekolah: ingin tahu lebih secara rinci, sehingga banyak
mengajukan pertanyaan–pertanyaan, bagaimana bayi masuk
kedalam perut ibunya, bagaimana nanti bisa keluar? Mereka ikut
menantikan kehadiran adik baru, senang diajak berbelanja untuk
perlengkapan bayi. Persiapan untuk sibling supaya menyesuaikan
dengan umur sehingga persiapan yang dilakukan orangtua bisa
tepat, akhirnya sibling akan dapat menerima kehadiran adiknya
dengan senang hati tanpa ada cemburu.

F. Dukungan Lingkungan
1. Diperolehnya dari ibu-ibu pengajian/ perkumpulan/ kegiatan
yang berhubungan dengan keagamaan/ sosial dalam bentuk doa
untuk kesehatan ibu hamil dan bayinya.
2. Membicarakan dan menasihati tentang pengalaman hamil dan
melahirkan
3. Adanya diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil
untuk periksa
4. Menunggu ketika melahirkan
5. Mereka dapat menjadi seperti saudara bagi ibu hamil.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diperkirakan ada 80% ibu mengalami perubahan psikologis, seperti
rasa kecewa, sikap penolakan, cemas dan rasa sedih (Janiwarty,
2013). Menurut Janiwarty (2013) Trimester kedua sering disebut
sebagai periode kesehatan yang baik yakni periode ketika wanita
merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal
dialami saat hamil. Secara umum periode trimester kedua
dikelompokkan menjadi dua fase yakni prequickeckening (sebelum
ada pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickeckening
(setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).

Perubahan psikologis ibu hamil periode trimester ketiga terasa lebih


kompleks dan lebih meningkat kembali dari kehamilan trimester
sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin
membesar.

Kondisi ini tidak jarang menimbulkan masalah seperti posisi tidur


yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau kehidupan
emosi yang fluktuatif. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester
ketiga ini. Wanita khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak
akan tahu kapan dia melahirkan. Ibu lebih sering bermimpi tentang
bayinya, atau tentang proses persalinan serta ketakutan akan
kehilangan bayinya (Janiwarty, 2013).

16
3.2 Saran
pemberian konseling kepada ibu hamil yang berpendidikan rendah,
paritas grandemultipar, maupun ibu hamil pada trimester pertama,
kedua dan ketiga tentang kondisi psikologis maupun fisik ibu hamil
selama masa kehamilan. Serta memberikan informasi tentang
bagaimana penanganan dan cara mengendalikan perubahan
psikologis ibu hamil sehingga dapat mengatisipasi masalah yang
akan timbul disetiap trimester selama kehamilan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hawari. 2016. Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta :FKU

Kemenkes RI. 2015. Modul Pembelajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan.


Jakarta : BPPSDMK Kementrian Kesehatan RI.

Mezy, B. 2016. Manajemen Emosi Ibu Hamil. Yogyakarta : Serambi


Semesta.

M indrastuti. 2012. Perubahan Psikologi Pada Ibu Hamil. Universitas


Muhammadiyah Surakarta

Program Studi Kebidanan, 2018. STIK Bina Husada Palembang .


GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA KEHAMILAN. Babul Ilmi_Jurnal
Ilmiah Multi Science Kesehatan. 9 (2).

Rahmawati, L., Ningsih, M.P. 2017. Gambara Pengetahhuan Ibu Hamil


Tentang Perubahan Psikologis Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pariaman. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 8 (1) : 1-9.

Rinata, E & Andayani, A. 2018. Karakteristik Ibu dan Dukungan Keluarga


Dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu
Kesehatan. 16(1)

18
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Psikologis pada Ibu
Hamil”. Telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah
dikoreksi oleh tim.

Jakarta, 21 Januari 2021

Dosen Penanggung Jawab

Fitrah Ivana Faisal, SST.,


M.Kes

19

Anda mungkin juga menyukai