Disusun Oleh:
Kelompok 4
Ika Nur Diana (P17331215005)
Siska Agneisya Mega Renita (P17331215011)
Salsabila Mutiara Firdaus (P17331215023)
Avida Rizka Wardani (P17331215035)
Arik Nur Faridah (P17331215039)
Anissa Adrilianingsih (P17331215041)
Nur Laili Oktafia (P17331215044)
Nur Halimah (P17331215044)
Tursina Intan Bastian (P17331215048)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, petunjuk, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“MenerapkanPengukuran Uji Psikologis Pada Nifas dan Menyusui”
Tugas ini ditulis sesuai dengan literatur yang kami dapatkan dari buku
penunjang dan sumber-sumber lain. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal
tersebut,kami mengucapkanterimakasih kepada Ibu Herawati
Mansur.,S.ST.,M.Pd.,M.Psi yang telah memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini serta kepada semua pihak yang turut membantu dan
memberikan dorongan pemikiran, materi, waktu, dan tenaga.
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Namun demikian, kami berharap semoga makalah
ini bermanfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
BAB I.......................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................
BAB II......................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1.1 JenisPsikologis...............................................................................................
BAB III
BAB IV................................................................................................................28
4.1 Kesimpulan...................................................................................................28
4.2 Saran..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
khawatir terhadap calon bayi yang akan dilahirkannya nanti, apakah lahir
dengan sempurna atau tidak. Pada masa nifas, ibu menjadi lebih sensitif
sehingga perubahan psikologis ini memiliki peranan yang sangat
penting.Tentunya pada ibu primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda. Multipara akan lebih mudah dalam mengantipasi keterbatasan
fisiknya dan lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya.
Sedangkan pada ibu primipara mungkin akan kebingungan dan frustasi
karenamerasa tidak mampu dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol
situasi. Maka dari itu ibu primipara lebih memerlukan dukungan yang lebih
besar
(Maritalia, 2017).
Peran menjadi orang tua akan sulit bagi orang tua yang baru pertamakali
memiliki anak. Pada minggu pertama masih belum siap menerima tugas-tugas
barunya sebagai seorang ibu. Proses perubahan peran menjadi seorang ibu
bukanlah hal yang mudah. Ibu post partum harus mengalami adaptasi terlebih
dahulu setelah melahirkan. Periode nifas dibagi menjadi tiga tahap.Tahap I
Taking-in (fase menerima), tahap II Taking-hold (dependen-mandiri), tahap
III Letting-go (fase interdependen). Pada tahap-tahap ini, ibu sering
mengalami perasaan tidak mahir dan tidak mampu dalam melakukan
keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong bayi, memberikan ASI
atau menyusui bayi, memandikan bayi, melakukan perawatan tali pusat, dan
memasang popok. Kesulitan yang dialami oleh ibu primipara remaja meliputi
kendala dalam merawat bayi, dan adanya faktor penghambat dari dalam
dirinya seperti : perasaan tidak mampu, pengalaman yang kurang, perasaan
rendah diri, dan faktor dari luar seperti kurang dukungan dari suami ataupun
keluarga, tenaga kesehatan, serta kondisi dari bayi (Yunita et al., 2013).
Pada ibu yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
dapat menimbulkan gangguang psikologi, baik gangguan psikologi ringan
maupun berat.Gangguan psikologis utama pada ibu hamil disebut dengan
depresi maternal (antepartum atau postpartum). World Health Organization
(2020) depresi pada ibu hamil merupakan permasalahan yang diperkirakan
6
akan menjadi beban penyakit terbesar nomor dua (Masyuni, et al., 2019) Salah
satu gangguan psikologi yang bisa terjadi pada ibu postpartum yaitu depresi
postpartum (Syafrianti, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian dari psikologi ?
2. Apa yang dimaksud jenis dan tujuan dari pengukuran dari psikologi pada
bufas dan menyusui?
3. Metode apakah yang tepat uji psikologis pada nifas dan menyusui?
4. Apakah hasil telaah jurnal terkait dengan topic?
5. Apakah instrumen pengukuran psikologi sesuai dengan ruang lingkup
nifas dan menyusui?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu psikologi.
2. Untuk mengetahui jenis dan tujuan dari pengukuran dari psikologi pada
bufas dan menyusui.
3. Untuk mengetahuimetode apakah yang tepat uji pskologis pada nifas dan
menyusui.
4. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal terkait dengan topic.
5. Untuk mengetahui instrumen pengukuran psikologi sesuai dengan ruang
lingkup nifas dan menyusui.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Fase taking hold, yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini, ibu memerlukan dukungan dan merupakan
kesempatan yang baik menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah
meningkat. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang
berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
b. Depresi Postpartum
Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan
afek disforik (kehilangan kebahagian/gairah) disertai dengan gejala-
gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan
(Wahyuni, 2010).
Depresi postpartum adalah perasaan sedih akibat berkurangnya
kebebasan bagi ibu, penurunan estetika dan perubahan tubuh,
berkurangnya interaksi sosial dan kemandirian yang disertai gejala
sulit tidur, kurang nafsu makan, cemas, tidak berdaya, kehilangan
kontrol, pikiran yang menakutkan mengenai kondisi bayi, kurang
memerhatikan bentuk tubuhnya, tidak menyukai bayi dan takut
menyentuh bayinya dimana hal ini terjadi selama 2 minggu berturut-
10
c. Postpartum Psikosis
Mengalami depresi berat seperti gangguan yang dialami penderita
depresi postpartum ditambah adanya gejala proses pikir (delusion,
hallucinations and inchorence of association) yang dapat
mengancam dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya
sehingga sangat memerlukan pertolongan dari tenaga profesional
yaitu psikiater dan pemberian obat (Olds, 2000, Pilliteri, 2003, Lynn
dan Pierre, 2007).
b. Pada Anak
1. Masalah perilaku
Anak-anak yangdari ibu yang mengalami baby blues lebih
memungkinkan memiliki masalah perilaku, termasuk masalah
tidur, tantrum, agresif, dan hiperaktif.
2. Perkembangan kognitif terganggu
Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam berbicara dan
berjalan jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak
depresi. mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di
sekolah.
3. Sulit bersosialisasi
Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues biasanya
mengalami kesulitan membangun hubungan dengan orang lain.
Mereka sulit berteman atau cenderung bertindak kasar.
4. Masalah emosional
c. Pada Suami
Keharmonisan pada ibu yang mengalami baby blues biasanya
akan terganggu ketika suami belum mengetahui apa yang sedang di
alami oleh istrinya yaitu baby blues sindrom, suami cenderung akan
menganggap si ibu tidak becus mengurus anaknya bahkan dalam
melakukan hubungan suami istri biasanya mereka merasa takut
seperti takut mengganggu bayinya.
Dampak postpartum blues tidak hanya terjadi pada ibu, namun
12
berolahraga ringan, iklas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu,
membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap
fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru (Murtiningsih,
2012).
Dalam penanganan dibutuhkan pendekatan menyeluruh/ holistik.
Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelekual tentang pengalaman dan harapan-harapan
mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama- sama,
dengan melibatkan lingkungan suami, keluarga dan juga teman dekat
(Murtiningsih, 2012).
postpartum.
3. 15+ point : tingginya probalitas atau mengalami depresi postpartum
komplikasi.
2.1
3.1 Konsep Psikologi
3.1.1 Pengertian Psikologi
b. Pengukuran psikologis
1) Dilakukan secara tidak langsung.
2) Tidak mempunyai satuan ukuran.
3) Tidak adanya kesepakatan mengenai awal atau dari mana harus
mulai mengukur
Ciri-ciri khusus daripada pengukuran psikologi yang membedakan
dengan ciri-ciri pengukuran alamiah:
16
No Peneliti Judul
dan Artikel Nomor
tahun Artikel/ Metode Ringkasan Hasil
publika Asal Artikel
si
1 Sukma, Masalah Vol. 2 No. 3: Desain: cross a. Pada penelitian ini dari
Febi dan Menyusui Agustus 2020 / sectional faktor sosiodemografi
Revinel, sebagai e-ISSN: 2654- Populasi : semua menunjukkan bahwa
2020 Determinan 9352 | p-ISSN: ibu dengan rentang terdapat hubungan yang
Terjadinya 2715-9965 / 2 – 6 minggu tidak signifikan antar
Risiko Jurnal Bidan postpartum di usia ibu (nilai p=0,435),
Depresi Cerdas Puskesmas wilayah pendidikan (nilai
Postpartum kerja Jakarta Pusat p=0,595), paritas (nilai
pada Ibu Sampel: 121 ibu p=1,000), jarak
Nifas nifas dengan rumus kehamilan (nilai
Normal Stanley Lameshow p=1,000), dan pekerjaan
untuk estimasi (nilai p=1,000) dengan
proporsi yang risiko kejadian depresi
jumlah populasinya postpartum.
tidak diketahui. b. Pada faktor risiko ini
Variabel: didapatkan hasil bahwa
Variabel independen tidak ada hubungan yang
: kuesioner untuk signifikan antara
mengetahui sosio komplikasi persalinan
demografi ibu, (nilai p=1,000),
meliputi ibu nifas, komplikasi perinatal
usia, pendidikan, (nilai p=1, 000), jenis
paritas, jarak persalinan (nilai
kehamilan, p=0,694), dan pemberian
pekerjaan, ASI (nilai p=0,206)
penghasilan. dengan risiko terjadinya
Variabel dependen : depresi postpartum.
komplikasi c. Hasil analisis data
persalian, multivariat didapatkan
komplikasi tiga faktor yang
perinatal, persalinan, menyebabkan terjadinya
pemberian ASI, risiko depresi
masalah menyusui, postpartum, yaitu
dan dukungan penghasilan, dukungan
suami. suami, dan masalah
Instrument: menyusui. Pada variabel
Lembar kuesioner penghasilan,
23
5 Desain:
Populasi :
Sampel:
Variabel:
Instrument:
Analisis:
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun simpulan yang dapat kami tarik dalam makalah ini adalah:
1. Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku
yang menampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap
dan aspekaspek kepribadian yang lain.
2. Ciri-ciri alat ukur psikologi meliputi: validitas, reabilitas, dan norma.
3. Uji psikologis adalah bidang ditandai dengan penggunaan contoh
perilaku dalam rangka untuk menilai psikologis membangun, seperti
fungsi kognitif dan emosional, tentang individu tertentu
5.2 Saran
Semua orang perlu menyadari dan memahami bahwa suatu pengujian
tidak pernah menunjukkan tujuan akhir dari suatu penyelidikan. Pengujian
adalah suatu penilaian manusia, Hasil pemikiran manusia setelah daya
upaya keras dan bukan sesuatu yang bersifat mutlak dan fisik belaka.
Kontrol terhadap tes-tes psikologi perlu untuk menghindari makin
dikenalnya isi tes tersebut untuk sembarang orang, dan untuk diyakini
bahwa tes tersebut dilakukan oleh seseorang. Kita sebagai calon perawat
tentunya harus mengetahui tentang pengukuran dan uji psikologis guna
untuk memberikan edukasi kepada orang yang akan melaksanakan uji
psikologis nantinya.
27
DAFTAR PUSTAKA