Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TANTANGAN KESEHATAN MENTAL DALAM PERIODE NIFAS DAN


MENYUSUI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu:
Surachmindari, SST., M.Pd

Disusun Oleh:
Silvi Eka Wulandari (P17311193021)
Aurelia Putri Islamay (P17311193022)
Alvina Derby Maria T. (P17311193023)
Husnia Nur Wardana (P17311193024)
Hana Aisyatul Rohma (P17311193025)
Dila Trisna Wiyati (P17311193026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PENDIDIKAN PROFESI
KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Tantangan Kesehatan Mental Dalam Periode Nifas
dan Menyusui” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh dosen pengampu.
Terima Kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Perkembangan yaitu Ibu Surachmindari, SST., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan
serta kepada orang tua dan rekan-rekan yang senantiasa memberikan dukungan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kami berharap kepada pembaca agar dapat menyampaikan kritik maupun saran yang
bersifat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan kedepannya. Akhir kata, semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak baik penulis maupun pembaca.

Malang, 06 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Pengertian masa nifas......................................................................................................3

2.2 Pengertian Menyusui.......................................................................................................4

2.3 Tantangan proses adaptasi masa nifas.............................................................................5

2.4 tantangan kesehatan mental pada saat masa nifas...........................................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mental merupakan topik yang selalu menjadi perbincangan hangat di
tengah kehidupan bermasyarakat. Banyak yang sudah aware tentang bagaimana
pentingnya kesehatan mental dalam menjalin kehidupan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Namun, masyarakat juga masih membuat skala prioritas dan pemakluman
tentang siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan dukungan untuk kesehatan mentalnya.
Ibu postpartum atau pasca melahirkan (nifas dan menyusui), sayangnya tidak termasuk
dalam skala prioritas dan pemakluman tersebut. Masyarakat masih menganggap bahwa
ibu postpartum memang mempunyai kewajiban untuk belajar menerima hal baru dalam
hidupnya, tentang perannya sebagai ibu dalam mendidik anaknya, aktifitas sehari-
harinya yang berubah, bahkan waktu untuk dirinya yang tersita banyak untuk mengurus
kehidupan rumah tangganya. Padahal, hal itu jelas membuat ibu postpartum mengalami
tekanan dalam hidupnya.
Ibu dan anak merupakan dua orang insan yang memiliki ikatan sejak bayi masih
berada dalam perut ibu, ketika lahir pun bayi sepenuhnya bergantung pada ibunya baik
dari segi perawatan maupun gizi atau asupan makanannya. Dalam hal ini maka ibu akan
beradaptasi dengan kehidupannya yang baru. Kehidupan baru yang dimaksud disini
adalah dimana ibu mulai merawat bayinya sendiri yaitu saat periode masa nifas dan
menyusui (Lail, 2019).
Pada masa nifas ibu mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa. Masa
nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi psikologis mulai dari taking in,
taking hold, dan letting go. Tanggung jawab ibu mulai bertambah, reaksi seorang ibu
akan berbeda-beda selama hari-hari pertama melahirkan. Ibu akan selalu melihat ke
wajah bayinya, mengamati tubuh, sesekali mengelus pipi bayinya, dan menggoyangkan
ekstremitasnya sebelum kembali menatap wajah bayinya. Namun ada ibu yang merasa
tidak nyaman dengan bayi baru mereka karena beberapa alasan yang menyebabkannya.
Disisi lain ibu juga memberikan ASI pada bayinya hal inilah yang disebut periode
menyusui. ASI yang diberikan tersebut nantinya akan menimbulkan ikatan yang lebih
mendalam lagi. Ketika menyusui ibu tentunya harus memiliki pikiran dan pandangan
yang positif sebab emosi yang dimiliki oleh ibu menyusui akan berpengaruh pada bayi

1
yang disusuinya (Pitriani, Risa, dkk. 2014). Dari hal tersebut maka banyak tantangan
yang harus dilewati ibu dan Bidan (dalam memberikan KIE) sehingga tidak menutup
kemungkinan bahwa ibu akan mengalami berbagai gangguan kesehatan mental yang
mempengaruhi psikologisnya.
Untuk itu disusunnya makalah ini agar kita tahu apa saja tantangan kesehatan mental
pada masa nifas dan menyusui. Dengan harapan bahwa kita sebagai calon bidan mampu
memahami kondisi mental ibu sehingga kita nantinya dapat memberikan KIE kepada ibu
secara baik dan benar yang diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan
kesehatan mental pada ibu nifas dan menyusui.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2. Apa yang dimaksud dengan menyusui?
3. Bagaimana tantangan proses adaptasi masa nifas?
4. Bagaimana tantangan kesehatan mental pada saat masa nifas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian masa nifas.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian menyusui.
3. Untuk mengetahui dan memahami tantangan proses adaptasi pada masa nifas.
4. Untuk mengetahui dan memahami tantangan kesehatan mental pada saat masa nifas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nifas


● Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu
6-8 minggu (Mochtar,2001).
● Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Prawirohardjo, 2009).
● Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu (Farrer, 2001).
● Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009: 238), Pembagian nifas dibagi 3 bagian,
yaitu :
1. Puerperium Dini : yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial : yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium : yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau
tahunan.
Pada masa nifas ibu mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa. Masa
nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah, reaksi seorang ibu berbeda-beda selama hari-hari pertama melahirkan. Ibu
akan selalu melihat ke wajah bayinya, mengamati tubuh, sesekali mengelus pipi bayinya,
dan menggoyangkan ekstremitasnya sebelum kembali menatap wajah bayinya. Namun
ada ibu yang merasa tidak nyaman dengan bayi baru mereka karena beberapa alasan
yang menyebabkannya. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi dalam masa
nifas adalah sebagai berikut :

3
1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga dan melahirkan sebelumnya.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan

2.2 Pengertian Menyusui


● Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi,
dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,
kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua
dan tahun-tahun berikutnya (Varney, 2008).
● Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi. Menyusui
adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air susu ibu
(ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan
dan menelan susu. Air susu ibu merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormone, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi
serta anti inflamasi (Rukiyah, 2010).
● Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam mempertahankan dan
melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya. Organ tubuh pada seorang wanita
menjadi sumber utama kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia, dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat
pengetahuan manusia mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Menyusui
merupakan suatu pengetahuan yang sudah ada sejak lama yang mempunyai peranan
penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Bayi yang baru lahir akan
menyusu lebih sering, rata-rata 10-12 kali menyusu tiap 24 jam. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit, sedangkan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Astutik, 2014).

4
2.3 Tantangan Proses Adaptasi Psikologis Nifas

Ada tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu:

A. Periode Taking In
Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu pasif terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik. Perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Nafsu makan bertambah
sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, kurangnya nafsu makan
menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
Ibu sangat bergantung pada orang lain, serta mengharapkan segala sesuatu
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan
sosial dari suami, keluarga, teman maupun tenaga kesehatan. Jika pada fase
ini ibu tidak mendapatkan dukungan, maka akan menjadi periode blues pada
fase berikutnya (fase taking hold). (Machmudah. 2015).
B. Periode Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini Ibu menjadi
sangat sensitif dan ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan
bagi diri dan bayinya.
Kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua
merupakan hal yang penting. Beberapa ibu sulit menyesuaikan diri terhadap
isolasi yang dialaminya karena ia harus merawat bayi. Ibu yang memerlukan
dukungan tambahan adalah ibu primipara yang salah satunya ibu yang berusia
remaja dan ibu yang tidak mempunyai suami. (Machmudah. 2015).
C. Periode Letting Go
Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. lbu menerima tanggung jawab
sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Fase ini merupakan fase yang penuh stress bagi orang tua. Kesenangan dan
kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Ibu dan pasangan harus
menyesuaikan perannya masing-masing dalam mengasuh anak, mengatur
rumah dan membina karier. (Machmudah. 2015).

5
2.4 Tantangan Kesehatan Mental pada Saat Menyusui
Ibu dan anak merupakan dua orang insan yang memiliki ikatan sejak, yakni sejak
bayi masih berada dalam perut ibu sebagai janin, ketika lahir pun bayi sepenuhnya
bergantung pada ibunya baik dari segi perawatan maupun gizi atau asupan makanannya.
Anugerah seorang wanita adalah ketika ia dapat menyusui bayinya sendiri, dari asupan
ASI atau air susu ibu yang diberikan tersebut nantinya akan timbul ikatan yang lebih
mendalam lagi. Ketika menyusui ibu tentunya harus memiliki pikiran dan pandangan
yang positif sebab emosi yang dimiliki oleh ibu menyusui akan dimengerti dan
berpengaruh pada bayi yang disusuinya. Terdapat 12 pengaruh psikis ibu menyusui
terhadap bayi: (Lail, 2019).
1) Ibu yang menyusui dengan kondisi stres dan kelelahan.
Hormon oksitosin untuk produksi ASI (air susu ibu) tidak akan bekerja jika
sang ibu menyusui sedang dalam kondisi stres sehingga bayi pun menjadi stres
karena kekurangan ASI (air susu ibu). ASI akan tetap tersimpan dalam payudara
namun tidak mengalir karena hormon oksitosin yang sedang tersendat. Oleh
karena itu, ibu menyusui yang sedang menyusui harus dalam keadaan rileks.
Menjaga kondisi tubuh tetap fit juga berpengaruh terhadap lancarnya ASI.
2) Ibu menyusui yang takut dan tak percaya diri.
Ibu menyusui banyak yang merasa tidak percaya diri karena merasa ASI
yang dikeluarkan sangat sedikit setelah melahirkan bayi yang membuat bayi
menjadi merasa sedih. Ibu menyusui yang baru melahirkan memiliki jumlah ASI
yang masih sedikit, bukan berarti ASI yang dikeluarkan tidak banyak. Terlalu
banyak berpikir negatif dan khawatir yang berlebihan akan berpengaruh pada
hormon oksitosin yang bisa terhambat.
3) Jika ibu menyusui merasa kesakitan
Ibu menyusui yang merasa kesakitan pada saat putingnya dihisap akan
merasa tidak nyaman ketika menyusui buah hatinya. Rasa tidak nyaman tersebut
dapat berpengaruh terhadap kelancaran ASI (air susu ibu) yang dikeluarkan
sehingga berdampak pada bayi yang lebih susah minum. Jika merasa sakit
sebaiknya, berhenti menyusui terlebih dahulu sehingga rasa sakit yang dirasakan
tersebut hilang.
4) Jika ibu menyusui takut bentuk payudara berubah dan takut gemuk.
Ibu menyusui yang dari awal sudah merasa senang dapat menyusui sang
buah hatinya, akan lancar mengeluarkan ASI dibandingkan dengan ibu menyusui

6
yang merasa enggan menyusui anaknya setelah lahir. Hal ini dikarenakan ibu
menyusui yang dari awal memang berniat untuk menyusui akan merasa lebih
bahagia, perasaan senang seperti ini dapat melancarkan hormon oksitosin untuk
mengeluarkan ASI, sehingga bayi juga akan jauh lebih senang karena ibunya
sungguh-sungguh berkorban untuknya.
5) Jika ibu menyusui dalam kondisi bahagia.
Misalnya ketika melihat suami menggendong bayi dengan penuh kasih
sayang, hal yang membahagiakan dari menjadi seorang istri sekaligus ibu
menyusui adalah memiliki suami yang siap mendukung kapanpun dan
dimanapun, termasuk ketika diminta tolong untuk menggendong bayi. Ibu
menyusui yang bahagia melihat anaknya dirawat dengan penuh kasih sayang oleh
suaminya sendiri akan membuatnya bahagia dan otomatis akan berpengaruh baik
terhadap hormon oksitosin sehingga bayi menjadi bahagia karena memiliki kasih
sayang yang lengkap.
6) Ibu menyusui yang bahagia membuat bayi pandai.
Mendengarkan celoteh dan tangisan bayi bisa membuat hati ibu menyusui
bahagia dan wajahnya tersenyum. Semua hal yang dilakukan bayi dapat
membuatnya senang. Mood positif yang muncul dapat mengalirkan ASI lebih
banyak dan bayi mendapat nutrisi setiap hari dengan baik, sehingga kelak ia akan
menjadi anak yang pandai.
7) Perasaan ibu menyusui yang tenang membuat bayi rileks.
Perasaan tenang dapat membuat kinerja hormon oksitosin berjalan dengan
baik, perasaan yang tenang dan bebas dari rasa takut, khawatir, marah, kesal, dan
sedih akan membuat ibu menyusui rileks saat menyusui bayinya, sehingga bayi
pun akan menjadi rileks.
8) Bayi merasa dicintai dengan pemberian ASI.
Ibu menyusui yang didukung oleh orang-orang terdekatnya akan merasa
dicintai dan bahagia. Perasaan tersebut juga menular ke bayinya yakni bayi akan
merasa sangat dicintai oleh ibunya.
9) Mood ibu saat menyusui berpengaruh pada tumbuh kembang bayi.
Bagi bayi, ia dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih optimal melalui
ASI (air susu ibu) yang diberikan langsung oleh ibunya sendiri.
10) Bayi yang disusui dengan benar membuat emosinya baik.

7
ASI dapat memenuhi semua kebutuhan dasar bayi untuk tumbuh dan
berkembang, baik kebutuhan fisik seperti gizi dan kesehatan serta kebutuhan
kasih sayang, yakni psikologis, emosi, kedekatan attachment atau bonding ibu
menyusui dengan bayi serta kebutuhan rangsangan panca indranya.
11) Ibu yang tenang ketika menyusui membuat bayi memiliki panca indera yang
sehat.
Proses menyusui pun akan membentuk hubungan emosi yang kuat, seperti
kehangatan, rasa saling membutuhkan, disayang, dicintai, saling bergantung
(emotional bonding). Panca indera bayi pun menjadi semakin berkembang, yaitu
melalui tatapan mata, sentuhan kulit dan pelukan, senandung atau perkataan ibu
menyusui melalui pendengaran bayi, membaui khasnya ASI dan aroma tubuh ibu
menyusui, serta gerakan-gerakan atau posisi anggota tubuh ibu menyusui saat
menyusui.
12) Ibu menyusui yang berpikir positif membuat bayi berkembang dengan positif.
Proses menyusui bagi bayi juga dapat mengembangkan ikatan batin dengan
ibu yang menyusuinya dan kedekatan yang terjalin berkembang ke arah yang
positif (attachment). Menyusui juga dapat mengembangkan proses belajar atau
kecerdasan bayi. Ibu menyusui yang sedang menyusui penting untuk menjaga
emosi dan suasana hati. Jika mood buruk, akan berpengaruh pada produksi ASI
(air susu ibu) yang sedikit. Berpikiran selalu positif dan ceria akan memperlancar
keluarnya ASI menjadi lebih banyak. Memang peran ibu begitu besar untuk bayi,
dengan suasana hati yang positif dan kebahagiaan maka akan membuat bayi
tumbuh dengan baik serta memiliki pandangan ke depan yang positif pula.

Tantangan-Tantangan Ibu Menyusui


Menyusui anak tidak semudah yang dibayangkan ataupun dilihat. Kadang ada
peristiwa digigit, susu tidak keluar, dan lain-lain. Apalagi jika anak sudah berusia 12
bulan ke atas. Ada banyak kendala lain yang harus diatasi. Berikut tantangan-tantangan
ibu menyusui saat menyusui anaknya: (Sears, 2007).
1) Si pelari maraton
Pada awal bulan jangan kaget jika bayi memiliki hari-hari ketika ia ingin
disusui terus-menerus, dan anda merasa tidak ada hal lain yang bisa dilakukan
selain menyusuinya. Bayi tengah menuju pertumbuhan yang cepat, yang biasanya
terjadi ketika bayi berusia 3 minggu, 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan, dengan

8
sedikit perlambatan pertumbuhan diantara waktu-waktu itu. Bayi tengah mengikuti
hukum persediaan dan permintaan: semakin banyak yang dia hisap, maka semakin
banyak air susu yang anda produksi, dan semakin bertambah baik
pertumbuhannya.
2) Si tukang isap sedikit, lihat sebentar
Terkadang, antara usia 2 atau 6 bulan, bayi akan mengisap sebentar,
melepaskannya, mengisap lagi sebentar, melepaskan lagi. Pada usia ini, bayi sudah
dapat melihat berbagai benda secara jelas di sekeliling ruangan atau kamar tidur.
Bayi memperhatikan orang-orang yang lewat, dan begitu mudah teralih
perhatiannya oleh segala hal yang terjadi di lingkungannya, yang membuatnya
berhenti mengisap untuk sekedar melihat-lihat.
Ibu yang berpengalaman dapat mengatasi hal ini dengan menggunakan strategi
yang terlindung. Beberapa kali dalam sehari, bawalah bayi ke ruang yang gelap,
tenang, dan tidak menarik. Buat ia sibuk dengan urusan menyusunya. Tindakan
lain juga dapat dilakukan seperti, menutupi wajah bayi dengan menggunakan kain
atau menggendongnya dalam alat untuk menggendong sambil disusui.
3) Si tukang isap, lalu tidur
Sebagian besar bayi menyusu paling tidak selama 20 menit, setiap 3 jam
sekali, bayi jenis ini senang mengisap sambil tidur. Dia menghisap beberapa menit,
tidur sebentar, isap lagi, tidur lagi, begitu seterusnya. Bila bayi anda sudah
mendapat cukup berat badan (cukup ASI), dan anda memiliki waktu untuk
menyenangkan diri, angkatlah kaki anda, nyalakan musik, dan nikmati aktivitas
yang panjang ini. Tahap ini akan segera berlalu. Jika bayi anda mengantuk tidak
mendapat berat badan yang cukup (kurang ASI), cobalah untuk mengubah cara
menyusui guna membuatnya bagun sehingga cukup waktu baginya untuk mengisi
perut.
4) Si ahli pencicip makanan
Bayi ini dapat berlama-lama menyusu seakan-akan menikmati setiap tetes dan
sentuhan dalam aktivitas menyusunya. Ia tidak saja menikmati cita rasa ASI, tetapi
juga seluruh suasana yang ada saat itu. Sambil menikmati setiap menit pemberian
ASI ini, bayi menjilat, mengisap, bermanja, mendekap, dan memperpanjang saat-
saat menyusu. Sebagai kesenangan lainnya untuk memperlama saat berakhirnya
aktivitas ini, ia akan memalingkan muka, seakan-akan semuanya sudah selesai,

9
hanya untuk mengecap-ngecapkan bibirnya, sedikit meregangkan badannya, dan
membetulkan posisinya untuk melanjutkan lagi tahap makan berikutnya.
5) Si penghentak
Bayi jenis ini merupakan saudara dekat bayi yang senang menghisap sedikit
sambil melihat-lihat. Ia sering menarik kepalanya ke belakang atau samping saat
menyusu, tetapi kadang-kadang ia lupa melepaskan isapannya.
Untuk menyelamatkan puting susu anda, gunakan penyangga yang dapat
menahan dengan aman bagian belakang leher bayi di lengan anda. Susui bayi
dalam pelukan anda untuk membuat posisi kepalanya tidak berubah. Akhirnya,
bersiaplah untuk menyelipkan jari telunjuk anda ke mulut bayi untuk melepaskan
isapannya, saat bayi mulai menarik kepalanya.
6) Si pengisap bersuara
Bayi jenis ini sering dijuluki sebagai jaws (sejenis ikan hiu raksasa). Ketika
anda begitu menikmati proses menyusui, mulai mengantuk, dan terbang ke
kedalaman laut yang tenang, tiba-tiba bayi anda menjepitkan isapannya, dan puting
susu anda yang lembut menjadi seperti gelang-gelang mainan untuk digigit. Hal ini
terjadi ketika bayi berusia sekitar 5 atau 6 bulan, saat ia mulai mengalami rasa sakit
pada gusi menjelang tumbuh gigi. Bila gusi bayi terluka saat menyusu, dia dapat
beranggapan bahwa payudara anda adalah sumber untuk menyamankan giginya.
Biarkanlah bayi anda mengulum dan menggigit-gigit jari-jari anda sebelum
dan sesudah menyusu, karena hal itu bisanya akan menenangkan bayi jenis ini.
Begitu anda merasa bahwa gusi si bayi mencengkeram, taruhlah jari anda di antara
gusi dan puting susu, atau gunakan jari telunjuk untuk menekan rahang bawah
bayi, sebagai pengingat untuk menghargai payudara yang menyediakan santapan
baginya.
7) Si pemutar
Bayi-bayi usia 6 atau 9 bulan senang memelintir atau memutar-mutar payudara
ibu dengan bagian atas tangan mereka, yang dapat mengganggu atau memain-
mainkan tangannya di wajah anda. Hal yang ingin ibu batasi adalah jika bayi
memutar-mutar puting susu yang lainnya. Hal ini sering kali dimulai dengan
menyentuh atau menggenggam, seakan-akan bayi ingin memastikan bahwa puting
itu tetap di sana saat ia butuhkan. Hal ini memang tampak sangat indah, tetapi bila
hal ini terlalu sering terjadi bisa membuat ibu jengkel.
8) Si pesenam

10
Pada saat anda (ibu) dan bayi berdekapan dengan tenang dalam posisi yang
menyenangkan, tiba-tiba saja bayi mulai menendang-nendangkan bagian atas
kakinya, seakan-akan menjaga waktu dengan irama isapannya. Bayi mencoba
semua bentuk gerakan saat menyusu, bahkan berputar-putar sampai 180 derajat
tanpa melepaskan isapannya.
Cara mengatasi bayi jenis ini adalah tempatkan bayi dalam gendongan agar
tidak meliukkan kepala ke belakang dalam rangka mengamati lingkungannya
sambil tetap mengisap puting susu ibu. Cobalah mengempit bayi, desakkan kaki
bayi ke lengan dan badan anda sementara bayi masih dalam gendongan anda. Bayi
pun tidak suka bila kepalanya menjuntai saat menyusu, maka untuk memberi rasa
aman, kaitkan kaki bagian atas bayi ke lengan anda.
9) Si pengudap kue
Anak jenis ini senang disusui sambil berjalan atau berlari. Ketika anak anda
yang sudah dapat berjalan terlalu sibuk untuk dapat berlama-lama menikmati
santapannya, cobalah untuk menyusui selama 2 menit, beberapa kali dalam sehari.
Balita yang berusia 1 atau 2 tahun atau disebut sebagai batita seringkali melewati
masa-masa ketika mereka ingin mengisap sesering yang mereka lakukan saat
masih bayi.
10) Si penerkam
Terjadi pada ibu yang tengah menyusui anak batitanya. Ketika anda sedang
bersantai tiba-tiba anak (bayi) anda menerkam anda dengan melintasi pangkuan
anda dan bergerak di bawah blus (baju) anda. Coba amati ini dari sudut
pandangnya. Ketika anda duduk di tempat favoritnya untuk menyusu, yang
memicu bayi untuk memainkan kembali ingatannya tentang berada dalam dekapan
ibu dengan nyaman. Inilah cara seorang ibu yang ingin menyapih bayi
menjinakkan si penerkam.

Tantangan Menyusui Anak Usia 12 Bulan: (Savitri, 2018).


1) Tidak mau lepas
Balita usia 12 bulan keatas seringkali menyusu hingga berjam-jam, biasanya
terjadi pada malam hari. Ini bukan karena anak haus atau lapar, namun lebih karena
ingin mendapatkan kenyamanan.
2) Banyak gaya

11
Beberapa balita usia 12 bulan ke atas kadang-kadang menyusu dengan
beragam gaya. Mulai dari telentang, menungging, tengkurap hingga berdiri.
3) Menggigit puting
Di usia 12 bulan ke atas, lebih banyak gigi susu yang mulai tumbuh. Kadang-
kadang anak menggigit puting saat menyusu, baik disengaja maupun tidak.
4) Menarik-narik puting
Kadang-kadang konsentrasi bayi pecah saat sudah kenyang. Ia memilih
bermain-main dengan puting ibunya. Beri pengertian dengan lembut dan alihkan
perhatiannya dengan memberinya mainan.
5) Bayi semakin besar
Semakin bertambah usianya, semakin bertambah berat badannya. Balita usia
12 bulan ke atas umumnya memiliki berat badan 10-12 kg. Berat badannya
mungkin membuat ibu mudah pegal dan lelah ketika menyusui.
6) Menyusu sekarang juga
Balita ibu bisa saja tiba-tiba berteriak minta disusui berusaha membuka
kancing baju ibu. Jika hal ini terjadi di tempat umum, tentunya akan membuat ibu
tidak nyaman. Sebelum mengajaknya pergi, ajak anak bicara terlebih dahulu agar
ia tidak merengek saat meminta ASI.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan
terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran menjadi seorang ibu
memerlukan adaptasi baik secara fisiologis maupun psikologis.
Pada masa nifas (puerperium), ibu akan mengalami fase taking in, taking hold dan
letting go. Selain itu, tahap menyusui anak juga tidak semudah yang dibayangkan
ataupun dilihat. Kadang ada peristiwa digigit, susu tidak keluar, dan lain-lain hal ini
tentunya berdampak pada psikologis seorang ibu. Sehingga dalam melalui fase –fase
tersebut, ibu nifas dan menyusui tentunya harus memiliki pikiran dan pandangan yang
positif dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu. Sebab emosi yang dimiliki oleh
ibu pada masa nifas dan menyusui dapat dimengerti dan berpengaruh terhadap kondisi
bayi yang disusuinya. oleh sebab itu, dalam menghadapi tantangan kesehatan mental dan
adaptasi psikologis ibu masa nifas dan menyusui memerlukan asuhan yang tepat dari
seorang bidan agar masa nifas dan menyusuinya dapat berjalan dengan lancar. Peran
bidan sangat berpengaruh dalam mencegah maupun mengatasi gangguan psikologi
terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan.
3.2 Saran
Bagi Tenaga Kesehatan
1. Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti
tentang asuhan pada ibu nifas dan menyusui. Sehingga dapat memberikan
pelayanan dan pendekatan terapeutik seoptimal mungkin pada setiap ibu post

13
partum agar keadaan ibu secara fisiologis dan psikologis tetap baik. Keadaan ibu
yang baik akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan perawatan pada bayi
menjadi lebih baik.
2. Bidan diharapkan mampu menjalankan perannya dengan baik dalam asuhan
kebidanan nifas dan menyusui dengan memberikan edukasi dan pendekatan
kepada ibu nifas dan menyusui terkait bagaimana mengenali dan menghadapi
tantangan kesehatan mental pada masa tersebut.
3. Bidan juga dapat memberikan dorongan pada ibu untuk bersikap terbuka dan
bidan harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik serta dapat
mendengarkan serta memperhatikan masalah ibu sehingga dapat memenuhi
kebutuhan emosi ibu.
Bagi Ibu nifas dan Menyusui
1. Bersikap terbuka dalam komunikasi apabila terdapat kendala dalam menjalani
masa nifas dan menyusui kepada bidan dan keluarga.
2. Mengikuti kelas ibu hamil dan melakukan konseling dengan bidan selama masa
kehamilannya, agar jika ada indikasi yang menyimpang dapat segera
mendapatkan penanganan yang sesuai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kustriyani, Menik, dkk. 2021. Post Partum, Menyusui dan Cara Meningkatkan Produksi ASI.
Pasuruan: Qiara Media
Lail, Nurul Husnul. 2019. Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jakarta: LPU-UNAS.
Machmudah. 2015. Gangguan Psikologis Pada Ibu Postpartum: Postpartum Blues. Jurnal
Keperawatan Maternitas . Volume 3, No.2 119-120
Mansur, Herawati dan Temu Budiarti. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Pitriani, Risa, dkk. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III).
Yogyakarta: Deepublish
Savitri, Astrid. 2018. Buku Pintar 365 Hari MPASI Terlengkap. Yogyakarta: Idesegar.
Sears, William, dkk. 2007. The Baby Book Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang
Bayi Anda Sejak Lahir Hingga Usia Dua Tahun. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Zubaidah, dkk. 2021. Asuhan Keperawatan Nifas. Yogyakarta: Deepublish.

15

Anda mungkin juga menyukai