Anda di halaman 1dari 40

-MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 1

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

Khiril Anan 152111002

Riftah Auliya 152111003

Granitia Mutiarasati 152111021

Adynda Iwelda 152111005

Silvia Pitaloka 152111039

Dosen Pembimbing :

Mawar Eka Putri, S. Kep, Ns, M. Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Ibu Hamil” untuk pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.
Dalam proses pembuatan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu
ibu Mawar Eka Putri, S. Kep, Ns, M. Kep, teman-teman dan serta orang tua yang telah memberikan
dukungan, motivasi maupun serta finansial.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tanjungpinang, 31 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................2
1.4 Manfaat .................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI .....................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Sehat Teori .....................................................................................................3
2.1.1 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Ibu Hamil ..............................................................3
2.1.2 Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan ...........................................3
2.1.3 Tanda Dan Gejala ...............................................................................................................6
2.1.4 Gambaran Kondisi Psikologis pada Wanita Hamil ............................................................7
2.1.5 Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan ........................................................... 11
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...................................................................................13
2.1.1 Pengkajian ........................................................................................................................13
2.1.2 Diagnosa...........................................................................................................................15
2.1.3 Intervensi, Evaluasi ..........................................................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................................20
3.1 Pengkajian ...........................................................................................................................20
3.2 Diagnosa..............................................................................................................................22
3.3 Intervensi .............................................................................................................................22
3.4 Implementasi, Evaluasi .......................................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................28
4.1 pengkajian ...........................................................................................................................28
4.2 Diagnosa..............................................................................................................................29
4.3 Intervensi .............................................................................................................................30
4.4 Implementasi .......................................................................................................................31
4.5 Evaluasi ...............................................................................................................................34
BAB V PENUTUP ...................................................................................................................36
5.1 Kesimpulan .........................................................................................................................36
5.2 Saran....................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTKA .................................................................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif sebagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa
yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain (Keliat, 2011).
World Health Organization (WHO) merumuskan sehat dalam arti kata yang luas, yaitu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau kelemahan/cacat. Kesehatan fisik telah lama menjadi perhatian manusia, tetapi jangan
dilupakan bahwa manusia adalah mahluk yang holistic, terdiri tidak hanya fisik tapi juga
mental dan social yang tidak dapat dipisahkan.
Hubungan antara kesehatan fisik dengan mental dapat dibuktikan oleh Hall dan Goldberg
tahun 1984 (Notosoedirjo, 2005), bahwa pasien yang sakit secara fisik menunjukkan adanya
gangguan mental seperti depresi, kecemasan, sindroma otak organic, dan lain-lain. Terdapat
tiga kemungkinan hubungan antara sakit secara fisik dan mental, pertama orang yang
mengalami sakit mental karena sakit fisiknya. Karena kondisi fisik tidak sehat, sehingga
tertekan dan menimbulkan gangguan mental. Kedua, sakit fisik yang diderita itu sebenarnya
gejala dari adanya gangguan mental. Ketiga, antara gangguan mental dan fisik saling
menopang, artinya orang menderita secara fisik menimbulkan gangguan secara mental, dan
gangguan mental turut memperparah sakit fisiknya.
Angka kejadian kecemasan pada ibu hamil Di Indonesia mencapai 373.000.000. Sebanyak
107.000.000, sekitar 28,7% diantaranya kecemasan pada ibu hamil menjelang persalinan atau
kesemasan trimester III (Depkes RI tahun 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heriani
(2016) menunjukkan bahwa 53,3% (dari 45 responden wanita hamil) mengalami kecemasan
dalam menghadapi persalinan. Kesimpulan kecemasan selama kehamilan berdampak pada
outcame janin yang dilahirkan. Saran agar ibu hamil trimester III untuk lebih aktif mencari
informasi baik media cetak elektronik, tenaga kesehatan dan lainnya tentang pengelolaan strees
dalam kehamilan,

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Ibu Hamil?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan sehat jiwa pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui konsep dasar teori tentang asuhan keperawatan sehat
jiwa pada ibu hamil
b. Mahasiswa/i mampu memahami konsep asuhan keperawatan asuhan keperawatan sehat
jiwa pada ibu hamil

1.4 Manfaat
Diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukkan bahan bacaan dipustaka dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Stikes
Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Bagi pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukkan bagi tenaga kerja
kesehatan dan masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan sehat jiwa pada ibu hamil
3. Bagi penulis
Dapat memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan sehat jiwa
pada ibu hamil

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Ibu Hamil
Kehamilan adalah suatu rangkaian dari mulai bertemunya sel sperma dengan sel telur
yang sehat dan dilanjutkan dengan fertilasi nidrasi dan implantasi (Sulistiyowati 2012).
Kehamilan diawali adanya janin dalam rahim seorang perempuan sebagai hasil konsepsi yang
berlangsung sejak peristiwa tertanamnya hasil konsepsi pada dinding endomtrium di dalam
uterus sampai lahirnya janin (Keliat, dkk, 2015).
Pada masa ini seorang ibu belajar untuk memahami dan memberikan respons positif
terhadap perubahan fisiologis psikologis dan sosial selama usia kehamilannya

2.1.2 Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan


A. Perubahan Peran Selama Kehamilan
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan psikologis
dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap peran barunya melalui
tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah peran
sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan) dan informal
melalui model peran (role model). Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita hamil
dan ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi untuk mencapai penerimaan peran
barunya sebagai seorang ibu.
2. Tahap Honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara mencoba
menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya sebagai penerima kasih
sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya. Untuk memenuhi
kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut dari pasangannya. Ia akan mencoba
menggambarkan figur ibunya dimasa kecilnya dan membuat suatu daftar hal-hal yang positif
dari ibunya untuk kemudian ia daptasi dan terapkan kepada bayinya nanti. Aspek lain yang
berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring dengan sudah mapannya beberapa persiapan yang

3
berhubungan dengan kelahiran bayi, termasuk dukungan semangat dari orang-orang
terdekatnya.
3. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik stabil dalam
penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan
berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu tentang informasi seputar persiapan
kelahiran, cara mendidik dan merawat anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi
kesehatan keluarga.
4. Tahap Akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap mengadakan
“perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin “menepati janji” mengenai
kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang akan ia
perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak.

B. Masalah Emosi Saat Kehamilan


a) Reaksi cemas
• Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan, terutama sekali
terhadap hal-hal yang masih tergolong wajar.
• Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya karena gejala klinik
yang ada, sangat tidak spesifik (twitchung, tremor, berdebar-debar, kaku otot, gelisah dan
mudah lelah, insomnia).
• Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi, sesak nafas, rasa
dingin ditelapak tangan, berkeringat dingin, pusing, rasa terganjal pada leher).
• Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang-kadang upaya ini kurang memberi hasil
tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan.
• Hanya pada pasien dengan reaksi cemas berat, berikan diazepam 3 x 2 mg per hari.
• Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan asupan
kalori/gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit.
b) Reaksi panik
• Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode yang relatif
singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
• Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging, jantung berdebar,
mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan tergolong lagi.

4
• Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat pandangan liar,
pernafasan pendek dan cepat dan takhikardi.
• Tenangkan secara verbal, sebelum psikoterapi atau medikamentosaa. Sebaiknya pasien
dirawat untuk observasi tehadap reaksi panik ulangan dan pemberian terapi.
• Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, cukup diberikan
dosis tunggal diazepam 5 mg IV.
c) Reaksi Obsesif-Kompulsif
• Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan, rangsangan
ataupun pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas, diikuti dengan
perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
• Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung atau
orang lain.
• Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-kompulsif
menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau dalam pengawasan tim medis yang
memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan wanita ini pada status
emosional yang normal.
• Pada kasus yang berat, beri diazepam 5 mg IV dan observasi ketat.
d) Depresi berat
• Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah, menyendiri,
penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai dan pada kasus yang
berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
• Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu
berkonsentrasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu.
• Gunakan anti depresan Amitryptyline 2 x 10 mg oral.
• Terapi kejutan listrik (ECT) digunakan apabila psikofarmaka gagal dan reaksi depresi
membahayakan pasien.
e) Perasaan panik/ gelisah
Berkaitan dengan kemampuanya untuk menjaga kehamilan sampai saat persalinan
sebagai seorang ibu hamil yang baik. Respon-respon psikologis tersebut terjadi karena ibu
merasa bahwa kehamilannya ini merupakan suatu ancaman, kegawatan, ketakutan dan bahaya
bagi dirinya dan sebagai akibat yang akan terjadi pada dirinya, sehingga mereka akan bersikap
tidak hanya menolak kehamilannya tetapi juga akan berusaha menggugurkan kehamilannya
bahkan kadang-kadang mencoba bunuh diri.

5
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologis yang terjadi :
1. Trimester 1 :
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga perode ini mempunyai resiko
tinggi untuk terjadi pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
2. Trimester II :
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih terfokus pada
berbagai perubahan tubuh yang terjadi saat kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan
hubungan bathiniah dengan bayi yang dikandungannya.
3. Trimester III :
Berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehingga wanita hamil
sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang akan
dihadapi (Ika Puspitasari, 2020).

2.1.3 Tanda Dan Gejala Saat Kehamilan


Trimester I
Subjektif : Objektif:
1. Tidak Menstruasi. 1. Areola mamae menghitam.
2. Ingin selalu diperhatikan oleh suami 2. Tes kehamilan positif
dan keluarga.
3. Merasa bahagia dengan kehamilan.
4. Merasa nyaman dan bahagia bila
disentuh, dibelai dan disayangi oleh
suami.
5. Merasakan perasaan yang berubah-
ubah dari waktu ke waktu.
6. Respons terhadap perubahan yang
terjadi:
b. Mual dan muntah di pagi hari.
c. Cepat lelah dan mengantuk.
d. Sering buang air kecil.
e. Payudara terasa penuh.
f. Tidak menyukai bau makanan
tertentu.

6
Trimester II
Subjektif : Objektif :
1. Takut jika suami meninggalkan 1. Perut mulai kelihatan buncit.
rumah dalam waktu relatif lama. 2. Payudara membesar.
2. Mulai merasakan gerakan janin.
3. Merasa senang dan bahagia dengan
gerakan janin.
4. Merasakan ada ikatan dengan
janin.
Trimester III
Subjektif : Objektif :
1. Merasakan ketidaknyamanan pada 1. Keluar cairan kuning dari puting
tubuh: sesak, mudah lelah, kram susu.
kaki. 2. Mepersiapkan segala kebutuhan
2. Merasa kepanasan, mudah bayi baik material maupun
berkeringat, sering berkemih, spiritual (nama terbaik, tempat
sesak napas, mudah Lelah kram melahirkan, upacara melahirkan,
kaki. perlengkapan bayi dan ibu, dan
3. Membayangkan hari kelahiran lain-lain).
dengan gembira.
4. Mencari informasi dari banyak
sumber tentang kehamilan,
kelahiran dan janin.
5. Memutuskan tempat alternatif
untuk melahirkan.

2.1.4 Gambaran Kondisi Psikologis pada Wanita Hamil


Selama kehamilan banyak wanita yang mengalami perasaan – perasaan :

7
1. Marah 5. Was – was
2. Tertekan 6. Kesal
3. Bersalah 7. Pilu
4. Bingung 8. Khawatir

Hal ini biasanya ditandai dengan gejala – gejala :

1. Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak.


2. Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan.
3. Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
4. Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
5. Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan.
6. Senantiasa berfikiran negatif.
7. Tanpa berwujud merasa tidak mampu.
8. Tiba-tiba takut atau gugup.
9. Tidak bisa memusatkan perhatian.
10. Lebih sering lupa.
11. Rasa bingung dan bersalah.
12. Makan amat sedikit atau amat banyak.
13. Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan.
14. Kehilangan kepercayaan dan harga diri.

Apabila kondisi - kondisi ini terjadi secara beruntun sedikitnya selama 2 minggu maka akan
menimbulkan kondisi psikologis yang bermasalah yang sifatnya memerlukan adanya pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikis pada masa hamil :
1. Sudah punya banyak anak
Banyak anak sebagian orang merasakan sebagai beban finansial yang harus di tanggung,
belum lagi di tambah kerepotan - kerepotan lainnya, apalagi jika dalam keluarga sudah ada
anak dengan jumlah lebih dari cukup.
2. Khawatir berubah penampilan
Bagi sebagian perempuan, penampilan merupakan nilai jual, perubahan bentuk wajah
dan tubuh akibat kehamilan dan persalinan dianggap akan mengurangi keindahan penampilan.
3. Kemampuan finansial dirasa tidak memadai.

8
Jika si kecil lahir di saat kondisi keuangan keluarga tengah morat marit memang
merepotkan, kondisi ini merupakan hal yang sangat menganggu kondisi psikologis seorang
ibu hamil.
4. Keluhan sulit tidur
Sulit tidur di malam hari dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi
berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja dan cenderung emosional.
Keluhan tidur umumnya muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga dimana janin
sudah tumbuh sedemikian besar sehingga terasa menyesakkan.
Ditrimester pertama, kadar hormon dalam tubuh ibu sedang mengalami perubahan
drastis yang sering memunculkan keluhan muntah – muntah, sehubungan dengan itu, keluhan
sulit tidur biasanya muncul karena sebab sebagai berikut :
1. Stres
2. Perubahan hormon
3. Dihantui kecemasan
4. Gangguan psikis

2.1.5 Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan


Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya
perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang hamil tiba-
tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang lazim dialami
oleh ibu-ibu yang sedang hamil. Jika kondisi psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan
lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya. Berikut beberapa cara yang
dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang mengandung:
1. Informasi
Cari informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri
ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat.
Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa
mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang
terjadi.
2. Komunikasi dengan suami
Bicarakan perubahan yang terjadi selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga
tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi. Apabila sudah dikomunikasikan, sang
suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
3. Rajin check-up
9
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya
mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
4. Makan
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan
janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan
yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi
ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah
hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
5. Jaga penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai
dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik
ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
6. Kurangi kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa
persalinan, ibu hamil dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan
terjadi setelah kelahiran sang bayi.
7. Dengarkan music
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi
negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian,
berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
8. Senam hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-
6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam
hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan,
melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi
dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan
itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi
semakin mantap.
9. Latihan pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini
bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.
( Lia Rosa Veronika Sinaga, 2020)

10
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Proses Keperawatan
1. Proses keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang. Riwayat Obstetri
meliputi hal-hal di bawali ini :
1) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan.
4) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi.
7) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat kunjungan
pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya penyakit infeksi,
prosedur infeksi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko tinggi
untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
2) Penyakit pada niasa kanak-kanak dan imunisasi.
3) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan pinggang).
5) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan tuberkulosis.
6) Riwayat dan perawalan anemia.
7) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
11
8) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman ringan.
9) Merokok (Jumlah batang per hari).
10) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko
terinfeksi toxoplasma.
11) Alergi dan sensitif dengan obat.
12) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
e. Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit kronis
(menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung, infeksi seperti
tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.
f. Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-obatan seperti kokain
dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk menghadapi
kehamilan dan persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada
ibu dan janin, terulama risiko mengalami komplikasi.
g. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi
akan memengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah
diukur pada posisi duduk dengan lengan sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
2) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa terjadi
pada keadaan cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu
menit penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi
diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama
kuat dan teratur.
3) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.
Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung.
Suara napas hams sama bilateral, ekspansi paru simetris, dan lapangan paru
bebas dari suara napas abdominal.
12
4) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan medis.
b) Sistem Kardiovaskuler
1) Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap
bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena
biasanya terjadi pada tungkai, vulva, dan rektum.
2) Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah pada
ekstremitas akibat perpindahan cairan intravaskular ke ruang intertisial.
Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol menyebabkan terjadinya
bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting edema. Edema pada tangan dan
wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari
hipertensi pada kehamilan.
c) Sistem Muskuloskeletal
1) Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan.
Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
2) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat
menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat badan sebelum
konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu berisiko
melahirkan bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Berat badan sebelum
konsepsi lebih dari 90 kg dapat menyebabkan diabetes pada kehamilan,
hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea, dan infeksi
postpartum.
3) Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan
diameternya yang berguna untuk persalinan per vaginam.
4) Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus
diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih harus

13
dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menetukan
keakuratannya. Pengukuran metode Mc Donald dengan posisi ibu berbaring.
d) Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak
memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah. Pemeriksaan
refleks tendon sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan adanya
komplikasi kehamilan.
e) Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis,
jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti cloasma
gravidarum, serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu dicatat.
Penampang kuku berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler baik.
f) Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g) Sistem Gatsrointestinal
1) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari
ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan
estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat
dianjurkan ke dokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur. Trimester
kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi.
2) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk
ibu hamil. Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot polos,
sehingga menyebabkan konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi bila
menderita diare.
h) Sistem Urinarius
1) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal
ini menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta
hipertensi pada kehamilan.

14
2) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada
ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula
darah.
3) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau
pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat.
4) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih
yang biasa terjadi pada ibu hamil.
i) Sistem reproduksi
1) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan pengeluaran kolostrum
perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
2) Organ reproduksi eksternal Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan
anus perlu diperiksa dari eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut
pada perineum.
3) Organ reproduksi internal Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak
hamil dan berwarna merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda
Chadwik.

B. Diagnosa keperawatan:
1) Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan.
2) Ketakutan b.d ketidakbiasaan
3) Gangguan pola tidur b.d faktor psikologis
4) Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri atau status peran sekunder akibat kehamilan
5) Disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubu

15
C. Intervensi, Evaluasi
No Diagnosa Intervensi Rasional Evaluasi
1 Gangguan citra tubuh 1. Terima persepsi diri klien dan 1. Untuk memvalidasi 1. Klien menerima perubahan citra
b.d perubahan berikan jaminan bahwa ia dapat perasaannya. tubuh
penampilan. mengatasi krisis ini. 2. Untuk meningkatkan rasa 2. Klien berpartisipasi dalam
2. Dorong klien melakukan kemandirian dan kontrol. berbagai aspek perawatan dan
perawatan diri. 3. Keterlibatan dapat dalam pengambilan keputusan
3. Kaji kesiapan klien, libatkan memberikan rasa kontrol dan tentang perawatan.
klien dalam pengambilan meningkatkan harga diri. 3. Klien mengkomunikasikan
keputusan tentang perawatan 4. Agar klien dapat perasaan terhadap perubahan
bila memungkinkan. mengungkapkan keluhannya citra tubuh.
4. Berikan kesempatan kepada dan memperbaiki 4. Klien menyatakan perasaan
klien untuk menyatakan kesalahpahaman. positif terhadap dirinya sendiri
perasaan tentang citra 5. Untuk mendukung adaptasi
tubuhnya. dan kemajuan yang
5. Bimbing dan kuatkan fokus berkelanjutan
klien pada aspek-aspek positif
dari penampilannya dan
upayanya dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan citra
tubuhnya.

16
2 Ketakutan b.d 1. Berikan informasi sesuai 1. Untuk mengurangi ansietas 1. Klien dapat mengidentifikasi
ketidakbiasaan tingkat pemahaman atau klien dan meningkatkan kerja sumber-sumber ketakutan.
penerimaan klien. sama. 2. Klien mengungkapkan rasa
2. Orientasikan klien ke 2. Untuk berorientasi terhadap nyaman dengan lingkungan
lingkungan sekitar. waktu, tempat, orang, sekitarnya.
3. Orientasikan keluarga pada kejadian. 3. Klien tidak memperlihatkan
kebutuhan khusus klien dan 3. Tindakan ini dapat membantu tanda-tanda fisik atau gejala-
izinkan anggota keluarga memberikan dukungan yang gejala ketakutan.
berpartisipasi dalam efektif.
memberikan perawatan. 4. Untuk membantu klien
4. Atur anggota keluarga untuk mengurangi ketakutannya
tinggal bersanma klien.
3 Gangguan pola tidur 1. Berikan kesempatan klien 1. Mendengar aktif dapat 1. Klien dapat mengidentifikasi
b.d faktor psikologis untuk mendiskusikan keluhan membantu menentukan faktor-faktor yang dapat
yang mungkin menghalangi penyebab kesulitan tidur. menghalangi atau mengganggu
tidur. 2. Tindakan ini memungkinkan tidur
2. Rencanakan asuhan asuhan keperawatan yang 2. Klien dapat tidur beberapa jam
keperawatan rutin yang konsisten dan memberikan dimalam hari.
memungkinkan pasien tidur waktu untuk tidur tanpa 3. Klien dapat mengungkapkan
tanpa terganggu selama terganggu. perasaan cukup beristirahat.
beberapa jam. 3. Susu dan beberapa kudapan 4. Klien tidak menunjukkan tanda-
tinggi protein, seperti keju tanda fisik deprivasi tidur.

17
3. Berikan bantuan tidur, kepada dan kacang, higiene pribadi 5. Klien tidak menunjukkan gejala
klien, seperti bantal, mandi secara rutin, yang dapat perilaku yang berkaitan dengan
sebelum tidur, makanan atau mempermudah tidur. tidur, seperti gelisah.
minuman, dan bahan bacaan. 4. Tindakan ini dapat 6. Klien melakukan latihan
4. Ciptakan lingkungan tenang mendorong istirahat dan tidur. relaksasi sebelum tidur.
yang kondusif untuk tidur. 5. Upaya relaksasi yang
5. Berikan pendidikan kesehatan bertujuan biasanya dapat
kepada klien tentang teknik membantu meningkatkan
relaksasi. tidur
4 Ansietas b.d 1. Kaji tingkat ansietas (ringan, 1. Untuk mengurangi tingkat 1. Ansietas berkurang, dibuktikan
ancaman terhadap sedang, berat, panik). kecemasan. dengan menunjukan
konsep diri atau 2. Beri kenyamanan dan 2. Untuk mengurangi rasa keterampilan interaksi sosial
status peran sekunder ketentraman hati pada klien. khawatir klien. yang efektif.
akibat kehamilan 3. Singkirkan stimulasi yang 3. Agar klien menjadi lebih 2. Menunjukkan kontrol ansietas,
berlebihan. tenang. seperti : mempertahankan
penampilan peran.
3. Meneruskan aktivitas yang
dibutuhkan meskipun ada
kecemasan.
5 Disfungsi seksual b.d 1. Sediakan lingkungan yang 1. Tindakan ini mendorong klien 1. Klien mengakui adanya masalah
perubahan struktur tidak mengancam, dan dorong untuk bertanya tentang hal atau kemungkinan masalah
atau fungsi tubuh dalam fungsi seksual

18
klien untuk bertanya tentang khusus yang berkaitan dengan 2. Klien menyatakan perasaan
seksualitas pribadi. keadaan saat ini. mengenai perubahan seksualitas
2. Berikan kesempatan klien 2. Tindakan ini meningkatkan 3. Klien mengungkapkan
mengungkapkan perasaan komunikasi dan pemahaman pemahaman mengenai penyebab
secara terbuka dalam diantara klien dan pemberi disfungsi seksual.
lingkungan yang tidak asuhan. 4. Klien mengungkapkan keinginan
mengancam. 3. Untuk berbagi keluhan dan untuk mendapatkan konseling.
3. Anjurkan klien untuk memperkuat hubungan
mendiskusikan keluhannya 4. Mengkomunikasikan keluhan
dengan suami atau istri atau perhatian dan penerimaan
pasangan.
4. Berikan dukungan untuk suami
atau istri atau pasangan

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Telah dilakukan pengkajian pada Ny.N usia 35 tahun jenis kelamin perempuan
dilakukannya pengkajian pada 29 November 2021 di Pelamongan sari RT 003/RW 011, dengan
pekerjaan karyawan swasta Pendidikan D3 perbankan suku bangsa Indonesia agama islam.
a. Faktor Presdiposisi
Pasien mengatakan akhir-akhir ini merasakan cemas yang berlebihan akibat akan
melahirkan anak ketiga. Cemas tersebut disebabkan karena mendekati hari perkiraan lahir
(HPL) dan dirinya merasa ada beberapa hal yang berbeda dibandingkan dengan kehamilan
sebelumnya. Pasien sangat cemas karena pasien takut terjadi apa-apa dengan bayinya dan
dirinya. Ketika cemas yang dilakukan pasien yaitu pasien pasien selalu memikirkan hal positif
dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi rasa cemasnya. Sebelumya
pasien mengatakan belum pernah mengalami cemas yang berlebihan seperti ini.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan pengecekan tanda-tanda vital (TTV) meliputi:
suhu tubu 36,5C0, tekanan darah 100/60 mmHg, pernafasan 85x/menit, nadi 18x/menit, berat
badan 66 kg, tinggi badan 154 cm, bentuk kepela masochepal, rambut pasien berwarna hitam,
kulit berwarna sawo matang, hidung simetris dan bersih, tidak terdapat gangguan menelan,
tidak ada kesulitan bicara.
c. Faktor Prepitasi
Pasien memiliki Riwayat imunisasi lengkap, nutrisi pasien seimbang, dan Latihan fisik
pasien cukup, dalam faktor-faktor psikologis dan sosiobudaya psikoseksual, pemenuhan fase
oral Ketika balita ibunya meneteki pasien sendiri bahkan hingga pasien sudah memiliki anak
pasien juga meneteki anaknya sediri. Dalam pemenuhan kepuasan fase anal toilet traning
(bladder dan Bowel training pasien terpenuhi. Pada pemenuhan kepuasan fase phalik pasien
pakaian dan permainan sesuai jenis kelamin. Berikutnya dalam pemenuhan kepuasan fase laten
pasien diberi kesempatan bergaul dengan teman sebaya sedangkan dalam pemenuhan kepuasan
fase genital pasien diberikan kesempatan bergaul dengan lawan jenis.
Pada psikososial dalam membantu rasa percaya pasien segera membatu bila anak meminta
pertolongan, dalam meningkatkan ontonomi pasien memberi kesempatan anak mengeksplorasi
lingkungan, sedangkan dalam merangsang inisyatif pasien memberi kesempatan ikut

20
melakukan pekerjaan rumah, dalam mengemabngkan percaya diri pasien diberi kesempatan
bermain dengan teman sebaya, pembentukan identitas memiliki cita-cita yang jelas dan
realistis, keintiman dengan orang lain memiliki calon/pasangan hidup yang dikehendaki, dalam
produktif pasien pekerjaan belum mapan, sedangkan dalam kepuasan hidup pasien puas dengan
kehidupannya merasa berarti.
Kognitif pasien dalam merangsang sensori pada usia bayi melihatkan benda berwarna
bergerak, melatih menggenggam benda, meneteki, mengajak bicara/bercanda.
Mengembangkan berfikir konkrit memberi kesempatan anak bertanya bercerita. Dalam formal
operasional pasien melatih berfikir abstrak.
Moral mengajarkan nilai-nilai agama dan norma sosio budaya, pasien memberikan hadiah
terhadap ketaatan, pasien tidak memberikan hukuman terhadap pelanggaran, tetapi pasien
melatih disiplin diri.
d. Penelitian Terhadap Stresor
Penilain pasien terhadap streesor/stimulasi tumbuh kembang dan prilaku sosial yang
tampak pada pasien adalah tantangan, yang dilakukan pasien adalah mencari infor masi dan
terkadang lari dari stressor, presepsi individu terhadap masalah cemas.
e. Sumber Koping Kemampuan Personal
Pada problem solving skill pasien baik, semangat cukup, sosio skill cukup intelegensia
rata-rata. Dalam pngetahuan pasien mengenai tumbuh kembang baik, sistem pendukung baik,
koping cukup, pola asuh cukup dan konsep diri positif. Dukungan sosial pasien mengatakan
dukungan keluarga, kelompok, dan masyarakat cukup baik dan pasien mengatakan dirina
mengikuti kegiatan pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan mengikuti kegiatan
pengajian yang diselenggarakan RT. Dalam asesmen material kecukupan penghasilan untuk
kebutuhan pasien cukup, kekaayaan yang dimiliki cukup, dan klie menyatakan pelayanan
Kesehatan terjangkau. Pada keyakinan pasien mengatakan dirinya adalah seorang muslim dan
melakukan solat 5 waktu dan pasien mengikuti pengajian disekitar rumah. Motivasi pasien
didapat dari suami yang selalu memberi semangat padanya.
f. Kebiasan Koping Yang Digunakan
Kebiasaan koping yang digunakan pasien saat mengalami cemas, pasien mengatakan
dirinya berbicara dengan oranglain mengenai apa yang dirasakan dan mengganggu pikiranya,
dan pasien berusaha menyelesaikan masalahnya.

21
g. Analisa Data
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 November 2021 didapat data:
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Cemas dan Gelisah Ansietas
1. Ppasien mengatakan cemas karena
saat pemeriksaan dipuskesmas didapat
data bahwa pembesaran fundus uteri
meningkat sangat cepat dan pasien
khawatir terjadi masalah pada bayinya,
2. Pasien mengatakan cemas dan gelisah
karena mendekati hari perkiraan lahir

Data Objektif :
1. Data objektif: pasien tampak cemas,
Pasien tampak gelisah suhu tubuh
36,5C0, tekanan darah 100/60
mmHg, pernafasan: 18x/menit, nadi:
85x/menit.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Ansietas b.d Krisis Situasional (D.0080)

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Dari hasil pengkajian pada tanggal 29 November 2021 didapat data subjektif dan data
objektif, masalah keperawatan yang mucul adalah ansietas. Selanjutnya, merancang rencana
keperawatan pada pasien setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 tatap muka dengan
waktu 1x15 diharapkan pasien dapat mengatasi ansietas yang dirasakan.

Intervensi yang akan dilakukan:

22
Diagnosa Intervensi
Ansietas b.d Krisis 1. SP 1 pasien
Situasional Assessment ansietas dan Latihan relaksasi dengan
melakukan membina hubungan saling percaya, melakukan
kontrak pertemuan Latihan pengendalian ansietas, bantu
pasien mengenal ansietas, latih Teknik relasasi.
2. SP 2 pasien
Evaluasi assessment ansietas, fungsi relaksasi dan Latihan
hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual dengan
mempertahankan rasa percaya pasien, melakukan kontrak
ulang Latihan pengendalian ansietas, Latihan hipnotis 5
jari dan kegiatan spiritual.
3. SP 1 keluarg
Diskusikan hal terkait pasien dan cara merawat dengan
cara membina hubungan rasa saling percaya satu sama
lain, keluarga menyepakati terikatnya beberapa pertemuan
dengan topik melatih bagimana Langkah merawat
keluarga dengan ansietas, bantu keluarga memahami
ansietas dengan memberikan penjelasan ansietas, proses
terjadi ansietas, penyebab ansietas, tanda gejala ansietas,
akibat ansietas.
4. SP 2 keluarga
Memonitor dan evaluasi hasil peran keluarga atau pihak
orang terdekat dalam merawat pasien dengan cara
mempertahankan hubungan saling percaya pada pihat
terdekat, melakukan kontrak dengan topik training
bagaiman merawat dan memonitor keluarga dengan
ansietas, meminta keluarga untuk mendampingi saat
merawat dan melatih pasien hipnotis 5 jari dan melakukan
kegiatan aktivitas pemenuhan jiwa spiritual,
mendiskusikan kepeda pihak terdekat tentang monitoring
serta hal yang harus dilakukan terhadap keadaan pasien
yang perlu ditangani dan cara merujuk pasien.

23
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa Ansietas SP 1 pasien assessmen ansietas dan S : pasien mengatakan
30 Latihan relaksasi cemas, bingung dan
November 1. Bina hubungan saling percaya khawatir dengan
2021 2. Bantu pasien mengenali ansietas kehamilanya
3. Ajarkan Teknik nafas dalam O : pasien tampak cemas,
a. Tujuan tampak gelisah, didapat suhu
Tujuan Teknik nafas dalam untuk
tubuh 36,5 C0, TD 100/60
mengurangi stress, baik stress fisik
maupun emosinal , menurunkan mmHg, pernafasan
intensitas nyeri dan ecemasan.
18x/menit, dan nadi
b. Prosedur Teknik nafas dalam
1) Ciptakan linkungan yang tenang 85x/menit
2) Usahakan untuk tetep santai dan
A : Masalah mulai teratasi
tenang
3) Tariknafas dalam-dalam melalui P : Melanjutkan Plan SP2
hidung untuk mengisi paru-paru
dengan udara dengan
menghitung 1,2,3
4) Perlahan-lahan hembuskan
udara melalui mulut sambal
rasakan ekstremitas atas dan
bawah rileks
5) Anjurkan nafas dengan ritme
normal 3 kali
6) Tarik nafas kembali melalui
hidung dan buang nafas melalui
mulut perlahan-lahan
7) Saat konsentrasi fokuskan pada
apa yang nyaman
8) Anjurkan untuk mengulangi
proses tersebut sampai ansietas
berkurang

4. Mengajarkan relaksasi otot


a. Tujuan relaksasi otot
Mengurangi ansietas , Untuk
membedakan perasaan yang anda
alami ketika sekelompok otot
rileks dan ketika otot anda tegang.
b. Prosedur relaksasi otot
1. Identifikasi tingkat ansietas

24
2. Kaji kesiapan pasien,
bagaimana perasaan pasien
3. Ruang sejuk, tidak bising dan
alami
4. Siapkan tempat tidur atau kursi
yang dapat menompang bahu
pasien
5. Jelaskan tujuan pengobatan
dan prosedur yang akan
dialami
6. Pasien berbaring atau duduk
bersandar (sandaran untuk kaki
atau bahu)
7. Latihan nafas dalam dengan
menarik nafas melalui hidung,
hembuskan melalui mulut
8. Mengidentifikasi dengan
pasien area otot yang sering
tegang, seperti dahi, tengkuk
leher, bahu, pinggang, lengan
betis
9. Bombing pasien untuk
mengencangkan otot 5-7 detik
kemudian instruksikan pasien
untuk mengendurkan otot
selam 20-30 detik
10. Kencangkan dahi (kerutkan ahi
keatas keatas) selama 5- 7
detik, lalu bersantai 20-30
detik. Minta pasien untuk
merasakan rileks
11. Remas bahu, Tarik keatas
selama 5-7 detik, alau rileks
sema 20-30 detik. Minta pasien
untuk merasa rileks dan
merasakan aliran darah
mengalir dengan lancer.
Rabu Ansietas SP2 pasien evaluasi assessment ansietas, S : pasien mengatakan sudah
1 kegunanaan hipnotis 5 jari dan kegiatan tidak begitu cemas, pasien
Desember spiritual. mengatakan lebih bisa
202 1. Melatih hipnotis 5 jari berfikir positi dan terus
a. Tujuan

25
Hipnotis 5 jari memiliki hak berdoa untuk kelaancaran
sebagai salah satu metode proses lahiranya nanti
relaksasi untuk mengatasi ansietas. O : pasien tampak kurang
b. Prosedur hipnotis 5 jari berkonsentrasi
1) Atur posisi pasien senyaman A : Masalah teratasi
mungkin Sebagian
2) Tutup mata dan perlahan P : Evaluasi SP1 pasien dan
lakukan Teknik nafas dalam SP2 pasien
sebanyak 3 kali. Minta pasien
untuk rileks
3) Minta pasien untuk
menghubungkan ibu jari
dengan jari telunjuk dan minta
pasien untuk bayangkan
kondisinya Ketika dia begitu
sehat.
4) Hubungkan ibu jari dengan jari
tengah, minta pasien
membayangkan Ketika
mendapatkan hadiah atau
barang yang sangat disukai
5) Hubungkan ibu jari dengan jari
manis bayangkan Ketika anda
berada di tempat paling
nyaman dan membuat anda
merasa sangat Bahagia.
6) Hubungkan ibu jari dengan jari
kelingking bersama- sama dan
bayangkan Ketika anda
mendapatkan penghargaan
7) Tarik nafas, lalkukan perlahan,
lakukan 3 kali
8) Buka Kembali mata anda

26
9. Masukan dalam kegiatan harian pasien
Kamis Ansietas Melakukan evaluasi SP1 pasien dan S : pasien mengatakan lebih
2 evaluasi SP2 pasien rileks, pasien mengatakan
Desember lebih dapat berfikir positif
2021 O : pasien tampak rileks,
pasien tampak terus berdoa
untuk kebaikan persalinan
dan calon bayinya, pasien
mampu mempertahankan
kontak mata
A : Masalah teratasi
P : SP 1 keluarga

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini membahas tentang proses-proses penting yang terjadi dalam proses
keperawatan antara teori dan hasil selama melakukan asuhan keperawatan klien ny.n dengan
prioritas masalah ansietas pada ibu hamil trimester III di kelurahan Pelamongan Sari Semarang,
yang dilakukan pengkajian pada tanggal 29 November 2021 dan dilakukan asuhan keperawatan
kurang lebih selama 3 kali kunjungan lamanya, melalui pendekatan proses keperawatan, meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.

4.1 PENGKAJIAN

Dalam pengkajian pasien dapat dengan metode wawancara, observasi dilakukan pada pasien
dan anggota keluarga, tanda dan gejala yang dialami oleh pasien ansietas dapat ditemukan dengan
menggunakan metode tersebut, dengan memeberi beberapa pertanyaan (Nurhalimah, 2016). Dari
hasil pengkajian, didapat data pasien sebagai berikut: pasien Bernama Ny.N berusia 35 tahun, jenis
kelamin perempuan dan agama islam, Pendidikan pasien D3 perbankan, dan status pernikahan
pasien sudah menikah dan G3 P2 AO, Pasien saat ini mengandung anak ketiga dengan usia
kehamilan pada trimester III, pasien mengatakan cemas, cemas yang dirasakan pasien karena rasa
takut. Takut akan hal yang tidak diinginkan bila terjadi pada calon bayinya dan dirinya.
Menurut Stuart (2013) ansietas dapat menyerang pada siapa saja termasuk pada ibu hamil
yang akan melahirkan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang dialami ibu hamil
yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan dapat menimbukan beberapa reaksi antara
lain rasa senang, sensitive, mudah sedih , kecewa, tersinggung, cemasa bahkan stress (Diani &
Susilawati, 2013).
Faktor presdiposisi atau penyebab terjadinya ansietas pada Ny.N yaitu faktor psikologis yang
dapat dilihat dari pandangan interpersonal karena perasaan takut tidak ada penerimaan dan rasa takut
kehilangan jika terjadi hal- hal yang tidak diinginkan dipersalianannya.
Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan Stuart (2013) mengenai terjadinya
ansietas salah satunya adalah faktor psikologis dimana menurut pandangan interpersonal, Ansietas
ialah konflik emosional yang terjadi antara dua unsur kepribadian (id maupun superego). Id
mewakili impuls naluri dan primitif, dan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
mengikuti norma budaya seseorang. Fungsi ego adalah untuk menengahi kebutuhan 2 elemen yang
berlawanan, dan fungsi ansietas merupakan untuk memperingatkan ego terhadap bahaya. Hal ini

28
dibuktikan dengan ketakutan pasien dengan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya
kematian pada dirinya dan bayinya.
Tingkat ansietas yang dialami Ny.N merupakan tingkat ansietas sedang. Manifestasi ansietas
sedang yang muncul pada pasien yaitu berupa respon fisiologi sering terjadi nafas pendek, respon
kognitif yang muncul pada pasien adalah bingung, sedangkan respon prilakuk yang muncul pada
pasien adalah banyak bicara dan susah tidur (Stuart, 2013). Tanda gejala yang dialami Ny.N menurut
PPNI (2016) tanda gejala mayor yang dialami yaitu merasa bingung, merasa khawatir, tampak
tegang, tampak gelisah dan sulit tidur. Sedangkan tanda gejala minor yang dialami pasien adalah
mengeluh pusing, frekuensi nafas meningkat, kontak mata buruk, dan sering berkemih.
Didapat data subjek pasien mengatakan cemas karena saat periksa kehamilnya dipuskesmas,
didapat hasil Hb rendah, pasien merasa khawatir terjadinya masalah pada bayinya, pasien juga
mengatakan dirinya cemas dan
gelisah karena mendekati hari perkiraan lahir (HPL) kehamilanya. Sedangkan data subjektif
yang didapat pasien terlihat khawatir, gelisah, cemas, suhu tubuh 36,50C, tekanan darah 100/60
mmHg, Respiratory rate 18x/mnt, dan nadi 85x/menit.
Hal ini sesuai dengan teori pengkajian stuart, dimana dilakukan pengkajian perilaku. Ansietas
dapat dinyatakan secara langsung maupun tidak langsung, dinyatakan secara langsung terjadinya
perubahan fisiologi dan perilaku, sedangkan tidak langsung dapat melalui respon kognitif dan
akfektif, termasuk terjadinya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan sebagai pertahanan
ansietas. Dalam mengkaji ansietas dari reaksi emosional yang mucul atau respon afektif, melalui
gambaran subjektif dari pengalaman pribadi pasien (Stuart, 2013).

4.2 DIAGNOSA

Dalam menegakan diagnosa penulis menggunakan standar diagnosa keperawatan Indonesia


(SDKI D.0080). Berdasarkan pengkajian yang didapat pada Ny.N penulis merumuskan masalah
keperawatan ansietas. Ansietas adalah rasa tidak nyaman atau ketakutan yang samar-samar disertai
dengan reaksi (karena alas an yang tidak jelas atau diketahui individu (Stuart, 2013).
Data yang memperkuat penulis bahwa diagnosa yang muncul adalah ansietas yaitu didapat
data subjektif yang diperoleh dari Ny.N yaitu pasien mengatakan cemas dan khawati karena saat
periksa ke puskesmas didapat hasil bahwa Hb rendah, pasien menjadi khawatir terjadi masalah pada
bayinya. Pasien juga merasa cemas karena mendekati hari perkiraan lahir (HPL). Data objektif yang
diperoleh adalah pasien tampak gelisah, merasa takut, tampak khawatir.
Sebuah gangguan ansietas dapat ditegakkan jika batas karakteristik terpenuhi, yaitu tanda
gejala mayor bingung, khawatir akan kosekuensi dari kondisi yang dihadapi, kesulitan untuk

29
berkonsentrasi, terlihat gelisah, terlihat gugup, susah tidur dan tanda gejala minor mengeluh pusing,
anoreksia, palpitasi merasa tidak berdaya, peningkatan laju pernafasan, nadi meningkat,
meningkatnya tekanan darah, berkeringat, tremor, pucat, suara bergetas, kontak mata buruk, sering
buang air kecil, berorietasi pada masa lalu (PPNI, 2016). Karena hal itu penulis menegakkan
diagnosa ansietas, karena data yang didapat dan keluhan utama pasien mendukung untuk
mengangkat diagnosa keperawatan ansietas.
Dalam penegakan diagnosa seharusnya penulis tidak hanya mengacu pada batasan
karakteristik tanda gejala yang dialami klien tetapi juga dapat dilakukannya penilaian Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS), hal ini juga dapat membatu penulis dapat mengetahui tingkat
keparahan ansietas yang dialami klien.
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalah kuesioner psikologi yang dapat diunakan oleh
dokter untuk menilai tingkat keparahan kecemasan pada oasien dengan ansietas. Skala penilaian
ansietas terdiri dari 14 item dan dirancang untuk menilai tingkat keparahan ansietas pasien. Dari 14
item berisi sejumlah gejala, dan setiap kelompok dejala dinilai dari sekala 0 sampai 4, dengan 4
paling parah. Skor ini digunakan untuk menghitung skor total untuk mengetahui tingkat keparahan
ansietas yang dialami klien (Shodiqoh & Syahrul, 2014).

4.3 INTERVENSI

Penulis telah merencanakan program atau intervensi untuk memecahkan masalah atau
mengatasi masalah pasien dengan melakukan membina hubungan saling percaya antara perawat,
pasien dan keluarga. Hal ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami pasien saat ini.
Intervensi yang pertama yang dilakukan perawat pada pasien untuk mengatasai ansietas
adalah SP 1 pasien, menkaji tentang ansietas dan mengajarkan cara relaksasi dengan cara menjalin
hubungan saling percaya, melakukan kontrak waktu, tempat dan tema, membatu pasien
mengidentifikasi ansietas, selanjutnya Latihan relaksasi dengan tariknafas dalam. Tahapan yang
dilakukan dalam relaksasi Tarik nafas dalam yaitu minta pasien untuk Tarik nafas dalam melalui
hidung tahan selama 3 hitungan lalu hembuskan melalui mulut, ulang sebanyak 3 kali.
Intervensi kedua yaitu SP 2 pasien, mengealuasi assessment ansietas sebelumnya, manfaat
relaksasi dan melatih hipnotis 5 jari dan melakukan kegiatan spiritual. Tahapan yang dilakukan pada
intervensi kedua adalah ikut menguatkan rasa percaya yang dimiliki pasien, melakukan kotrak
Latihan mengotrol ansietas, melakukan Latihan hipnotis 5 jari dan aktivitas kegiatan sepiritual.
Prosedur yang untuk melakukan hipnotis 5 jari yaitu pecamkan kedua mata, dekatkan ibu jari
dengan jari telunjuk minta pasien menggali dan menyukuri keadaan saat ini, lalu dekatkan ibu jari
dengan jari tengah minta pasien membayangkan orang-orang terdekat yang dicintai, berikutnya

30
dekatkan ibu jari dengan jari manis minta pasien meningkatkan kepercayaan diri dengan
membayangkan perasaan Ketika dipuji orang lain, selanjutnya dekatkan ibu jari dengan jari
kelingking minta pasien memikirkan pengalaman yang menyenangkan.
Hal ini juga sudah sesuai dengan teori yang telah dituliskan Nathan dan Gorman (2007) dalam
Stuart (2013) pada gangguan ansietas menyeluruh dapat dilakukan tritmen membangbunkan
rileksasi, olahraga, dan terapi kognitif dengan tujuan mengangkat proses khawatir dibawah kotrol
pasien.
Intervensi ketiga yaitu SP 1 Keluarga, mendiskusikan terkait pasien dan cara merawat pasien.
Tahapan yang dilakukan pada intervensi ketiga adalah menjalin hubungan rasa percaya satu sama
lain, melakukan kontrak pertemuan dengan topic melatih bagaimana merawat ansietas, membantu
keluarga memahami ansietas.
Intervensi keempat yaitu SP 2 keluarga, monitoring dan evaluasi hasil peran keluarga atau
orang terdekat dalam merawat pasien. Tahapan yang dilakukan pada intervensi keempat adalah
mempertahankan keyakinan kepada keluarga atau orang terdekat, melakukan kontrak dengan topik
training dan follow-up.
Setelah melakukan rencana keperawatan penulis mengalami hambatan, diamana penulis tidak
melakukan SP1 keluarga dan SP 2 kelurga karena penulis terlalu focus pada pasien dan saat penulis
melakukan kunjungan ke rumah pasien, keluarga terdekat sedang tidak ada dirumah, suami pasien
sedang bekerja dan pekerjaan tersebut tidak dapat ditinggalkan. Pasien berada dirumah Bersama
dengan mertua yang sudah lanjut usia, sehingga penulis tidak memungkinkan melakukan SP
keluarga pasien dengan mertua pasien yang tidak kooperatif.

4.4 IMPLEMENTASI

Implementasi pertama yang dilakukan oleh penulis adalah membina hubungan saling percaya.
Menurut (Nurhalimah, 2016) hubungan saling percaya antara perawat dan pasien sangatlah penting
karena terjalinnya hubungan saling percaya, dapat mengundang pasien untuk memngungkapkan
semua kekhawatiran mereka dan ikut bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
sepanjang berhubungan dengan perawat. Dalam meningkatkan hubungansaling percaya antara
perawatan dan pasien, perawat harus menumbuhkan perilaku caring bagi pasien hal tersebut juga
dapat membatu meningkatkan penyembuhan fisik, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman
(Watson, 2012) dalam (Firmansyah et al., 2019).
Dalam hal ini penulis tidak mengalami kesulitan karena setelah perawat menyampaikan tujuan
dari tindakan ini pasien perlahan mencerikan pemasalahanya dan pasien ingin segera
menghilangkan rasa cemas yang dialaminya.

31
Implementasi hari pertama yaitu SP 1 pasien: assessment ansietas dan Latihan relaksasi.
Assessment adalah seorang perawat memperoleh pengertian tentang pasien yang berguna untuk
membuat keputusan mengkonstruksikan kerangka kerja (Nurhalimah, 2016). Hal ini dapat
membantu pasien untuk mengenal ansietas yang dialaminya, dengan cara bercerita tentang perasaat
yang dirasakan saat ini, lalu memberitahu penyebab ansietas, perilaku apa saja yang dapat
menyebabkan ansietas.
Pasien harus mengenal ansietas sebab semakin meningkatnya pengetahuan pasien dengan
ansietas dan cara mengatasinya maka akan semakin cepat pasien dapat menyelesaikan
permasalannya, dan ansietas yang dirasakan lama kelamaan akan menghilang. Deangan hasil yang
diperoleh pasien mau dan mampu bercerita dengan terbuka.
Selanjutnya penulis membantu pengenalan apa itu ansietas, ansietas adalah rasa tidak nyaman
atau ketakutan yang samar-samar disertai dengan reaksi (karena alasan yang tidak jelas atau tidak
diketahui individu) (Stuart, 2013). Selanjutnya penulis menjelaskan penyebab terjadinya ansietas
yaitu krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi,ancaman terhadap kematian, kekhawatiran
mengalami kegagalan.
Setelah melakukan pengenalan, pemahaman dan penghayatan ansietas penulis mengajarkan
teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk mengatasi cemas. Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam
dalah untuk mengurangi stress maupun emosional yaitu untuk menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002) dalam (Nurhalimah, 2016). Sedangkan menurut
Stuart (2013) latihan relaksasi bertujuan selain untuk memecahkan masalah, dapat mengatasi stress
dengan cara mengatur emosional yang berkaitan denagan ansietas, hal ini juga merupakan
mempromosikan respon relaksasi.
Selanjutnya penulis mengajarkan prosedur teknik Tarik nafas dalam dan mencontohkan
kepada pasien sebelum pasien mempraktikannya, prosedur pertama yang dilakukan adalah
menciptakan lingkungan yang tenang, usahakan rileks dan tenang, Tarik nafas dalam melalui hidung
tahan 3 hitungan
selanjutnya perlahan lahan hembuskan melalui mulut, ulang selama 3 kali, lalu minta pasien
mempraktikan. Dalam melakukan terapi atau tindakan yang pertama penulis mengalami kesulitan
karena pasien kurang focus saat diajak bicara. Pasien terlihat tegang dan khawatir.
Dalam hal ini penulis seharusnya memotivasi dalam kegiatan, penulis perlu mendorong minat
pasien dalam melaksanakan aktivitas, penulis bisa menyarankan kegiatan fisik, seperti halnay
berjalan kaki, olah raga, atau melakukan kegiatan yang merupakan hobi pasien.
Selanjutnya dilanjutkan implementasi kedua SP 2 pasien: evaluasi assessment ansietas,
manfaat teknik relaksasi dan Latihan hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual. Setelah melakukan
32
evaluasi kegiatan assessment ansietas penulis melanjukan menjelaskan manfaat ansietas dan melatih
hipnotisan 5 jari. Teknik relaksasi ialah penggunaan teknik pereganagn untuk mengurangi tanda dan
gejala ketiknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot dan kecemasan. Kemudian perawat
menjelaskan prosedur hipnotis 5 jari dan meminta pasien untuk mempraktikkan.
Hipnotis 5 jari adalah tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat (Febtrina, 2019).
Prosedur yang dilakukan yang pertama atur posisis pasien senyaman mungkin pejamkan mata Tarik
nafas dalam secara perlahan selama 3 kali, minta pasien untuk dekatkan ibu jari dengan jari telunjuk
minta pasien untuk membayangkan saat pasien sehat, lalu minta pasien dekatkan ibu jari dengan jari
tengah lalu minta pasien membayangkan Ketika mendapat hadiah atau barang yang disukai,
selanjutnya minta pasien dekatkan ibu jari dengan jari manis minta pasien membayangkan Ketika
berada ditempat yang nyaman, berikutnya minta psien mendekatkan ibu jari dengan jari kelingking
minta pasien membayangkan Ketika mendapatka sesuatu yang berharga, Tarik nafas perlahan
melalu hidung selama 3 kali, buka mata perlahan (Nurhalimah, 2016).
Selanjutnya penulis mengajarkan kegiatan sepiritual. Kegiatan sepiritual adalah kegiatan
memberikan pengertian keterhubungan antara interpersonal dengan diri sendiri, interpersonal
dengan orang lain transpersonal dengan yang tidak terlihat. (Tuhan atau yang tertinggi) (Minner-
William, 2006) dalam (Supriani et al., 2017). Dalam hal ini penulis memberikan kegiatan spiritul
agar dapat dilakukan pasien untuk mengatasi ansietas dengn cara berdzikir, berdoa, dan melakukan
ibadah.
Untuk melakukan implementasi kedua penulis tidak mengalami hambatan karena pasien dapat
melakukan hipnotis 5 jari dengan dukungan dan arahan dari perawat. Dibuktikan dengan pasien
mampu mengikuti kegiatan dengan kooperatif dan tenang, pasien melakukan kegiatan yang
diajarkan perawat.
Selanjutnya dilanjutkan implementasi hari ketiga diamana penulis melakukan evaluasi SP 1
pasien dan SP 2 pasien. Pada pertemuan ketiga ini perawat mengevaluasi Kembali SP 1 pasien dan
SP 2 pasien diaman perawat melakukan follow-up assessment ansietas, teknik relaksasi Tarik nafas
dalam dan hipnotis 5 jari. Disini perawat meminta pasien untuk menjelaskan Kembali apa itu
ansietas, apa penyebab ansietas dan meminta Kembali pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Tarik nafas dalam, hipnotis 5 jari dan pendekatan sepiritual.
Dalam implimentasi ketiga ini penulis tidak mengalami kesulitan. Karena didapat hasil bahwa
pasien mampu menjelaskan apa itu ansietas, apa penyebab ansietas, dan pasien mampu melakukan
teknik relaksasi Tarik nafas dalam, hipnotis 5 jari dan kegiatan seperitual. Pasien juga mampu
mempertahankan kontak mata dengan baik dan melakukan kegiatan secara rileks.

33
Pada implementasi ini, penulis melakukan perawatan pada pasien selama kurang lebih 3
hari. Penulis begitu focus pada pasien sehingga belum
pernah melakukan penelitian atau pengkajian yang tepat terhadap keluarga pasien,
dikarenakan keluarga sibuk dengan pekerjaan. Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk
hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dan efek stress yang buruk (Kaplan&sadock,
2008) dalam (Pratama et al., 2018). dalam hal ini keluarga merupakan salah satu peran penting
dalam pemulihan pasien. Menurut Diani & Susilawati (2013) dukungan sosial yang diterima ibu
hamil dapat mempengaruhi untuk mengurangi ansietas.
Dalam hal ini tak memungkiri dapat terjadinya kekambuhan dengan masalah yang dihadapi
pasien, kekambuhan tersebut juga dapat mengakibatkan masalah yang lebih parah. Dalam mengatasi
hal ini keluarga dapat melakukan atau menambah koping keluarga yang efektif melalui penerimaan
diri terhadap kekambuhan pasien gangguan jiwa dan keluarga dapat mengajarkan Kembali Latihan
relasasi Tarik nafas dalam dan hipnotis lima jari hal ini dapat mengurangi ketegangan saat pasien
mengalami kekambuhan, dan segera konsul Kembali dengan tenaga Kesehatan (PH et al., 2018).

4.5 EVALUASI

Evaluasi keperawatan meliputi evaluasi formatif yang merupakan hasil observasi dan Analisa
perawat terhadap respon pasien, setelah intervensi perawat. Yang selanjutnya evaluasi sumatif
adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan Analisa satatus Kesehatan pasien sesuai
kerangka waktu yang telah ditetapkan pada tujuan perawat (Oktaviany, 2020).
Dari hasil tindakan keperawatan 3 hari penulis pada pasien terdiagnosis gangguan ansietas
Sebagian masalah dapat teratasi. Hasil pengkajian pasien mampu mengenali ansietas, tanda dan
gejala ansietas, pasien mampu mengatasi ansietas denagan teknik relasasi Tarik nafas dalam dan
hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual.
Evaluasi hari pertama pada hari kamis, tanggal 30 November 2021 didapat hasil yakni respon
subjektif pasien mengatakan sudah memahami apa itu ansietas dan cara menanganinya. Respon
onjektif pasien terbuka dengan perawat dengan bercerita masalah yang dialami hal-hal yang
dirasakan dan mengganggu pikiranya, pasien terlihat melakukan teknik reklaksasi nafas dalam.
Assessment yaitu asietas (+) plenning perawat lanjutkan SP 2 pasien, latih relaksasi tarik nafas
dalam 3x sehari, pada pukul 07.00, 11.00, 16.00 WIB.
Evaluasi hari kedua pada 1 Desember 2021 didapatkan hasil yakni respon subjektif pasien
mengatakan rasa cemas yang dirasakan semakin berkurang dan pasien mengatakan dirinya merasa
lebih tenang. Sedangkan respon objektif yang didapat adalah pasien tampak lebih rileks dari
sebelumnya dan pasien kooperatif untuk dilatih hipnotis 5 jari, assessment yaitu ansietas (+),

34
planning membimbing pasien untuk membuat jadwal harian dan memotivasi pasien untuk
mempraktekan SP 1 pasien dan SP 2 pasien dalam 3x sehari, pada pukul 07.00, 11.00, 16.00 WIB.
Evaluasi hari terakhir atau ketiga dilakukan pada 2 Desember 2021 didapat hasil yakni respon
subjektif pasien mengatakan rasa cemas tidak muncul sesering dulu, pasien juga mengatakan sudah
bisa mengatasi rasa cemasnya dengan melakukan relaksasi Tarik nafas dalam dan hipnotis 5 jari.
Sedangkan respon objektif yang didapat adalah pasien tampak tenang dan pasien kooperatif.
Assessment ansietas (+), planning membimbing pasien membuat jadwal harian dan latih pasien
Tarik nafas dalam dan hipnotis 5 jari 3x sehari pada pukul 06,00, 11.00, 16.00 WIB.

35
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik biologis, psikologis
maupun adaptasi pada wanita. Kehamilan dan nifas kadang-kadang dapat menimbulkan
psikosis. Insidens gangguan jiwa pada kehamilan lebih rendah dibanding post partum dan di
luar kehamilan. Post partum 10-15%, diluar kehamilan 2-7%. Hasil penelitian sampai saat ini
menunjukkan etiologi yang multifaktorial.Beberapa faktor yang dilaporkan seperti faktor
hormonal, neuroendokrin, biokemikal, psikologik, sosial, budaya, genetik dan kepribadian, atau
hubungan timbal balik diantara faktor-faktor tersebut.
Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain : gangguan cemas
menyeluruh, gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif. Pengobatan wanita hamil dengan
agen psikotropik mencakup mereka dengan penyakit psikiatrik sebelumnya atau bila gangguan
emosional timbul selama kehamilan dan cenderung memiliki gangguan yang lebih berat.
Pada masing–masing kasus, perlu dipertimbangkan efek samping obat pada bayi
dibandingkan resiko ibu tanpa diterapi. Bagaimanapun pasien dengan gangguan jiwa yang berat
harus ditangani oleh ahli psikiatri, yang dapat dikonsultasikan dengan ahli obstetri untuk
pemberian obat pada wanita hamil. Terapi psikososial dalam kehamilan meliputi : terapi
perilaku, psikoterapi interpersonal, terapi kelompok, terapi keluarga dan psikoterapi suportif.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam menerapkan “Asuhan Keperawatan Sehat
Jiwa Ibu Hamil” sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada perawat dalam melaksanakan pengkajian dan asuhan keperawatan,
sebaiknya lebih meningkatkan pendekatan serta hubungan saling percaya, tujuan yang
dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
2. Perawat hendaknya dapat membuat rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan klien dan memprioritaskan masalah tersebut.
3. Dalam perencanaan tindakan keperawatan yang diharapkan terjadi kerja sama yang baik
antara perawat dan klien, keluarga klien dan tim kesehatan lainnya.
4. keperawatan yang belum tercapai hasilnya sesuai tujuan diharapkan kelanjutannya oleh
perawat lainnya agar hasil yang telah ditetapkan dapat dicapai

36
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga Veronika lia rosa. 2020. Pelaksanaan Senam Hamil Sebagai Upaya Mempersiapkan Fisik
Dan Psikologis Dalam Menghadapi Persalinan Di Bpm Mariana Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol.
6 No. ISSN : 2615-109X.
Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press.

Cenceng. 2015. PERILAKU KELEKATAN PADA ANAK USIA DINI (PERSPEKTIF JOHN
BOWLBY). Lentera, Vol. IXX, No. 2. Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Vol. 5
No.2. e ISSN: 2477- 4715

Puspitasari Ika,dkk. 2020. Gambaran Kecemasan Ibu Hamil Trimester III.

Irma fedora. 2019. Ibu hamil dan nifas dalam ancaman deperesi. CV pena persada. Purwokerto.

Mintarsih Widayat. 2017. PENDAMPINGAN KELAS IBU HAMIL MELALUI LAYANAN


BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGURANGI KECEMASAN
PROSES PERSALINAN. Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Vol.12 No.
2.

Puspitasari Ika,dkk. 2020. Gambaran Kecemasan Ibu Hamil Trimester III. Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
KTI Sintiya ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.N DENGAN PRIORITAS MASALAH
ANSIETAS PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI KELURAHAN PELAMONGAN
SARI SEMARANG, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 2022

37

Anda mungkin juga menyukai