Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KESEHATAN MENTAL PADA KELOMPOK IBU HAMIL

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Agustina Arni Estasari Kinasih (201823002)


2. Angelina Andesta Cininta (201823007)
3. Archangel Nastasya Sylviandari (201823010)
4. Brigitta Adelia Dewandari (201823014)
5. Cornellya Peni Koban (201823017)
6. Fina Marlina (201823022)
7. Oktavia Caresa N (201823035)
8. Tricia Margaretha Yoslin (201823043)

Dosen Pengampu:

1. Yulia Wardani, MAN


2. C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp.,M.Sc

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa Kesehatan
Mental Pada Ibu Hamil dengan tepat waktu dan tanpa ada suatu halangan apapun.

Tugas ini penulis susun dalam pemenuhan tugas dari mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa I sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis dalam perkuliahan teori pada
semester IV di STIKes Panti Rapih Yogyakarta.

Dengan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada :

1. Ibu Yulia Wardani, MAN sebagai dosen pengampu


2. Ibu Ch Sri Hariujiningtyas, S.K.p.,M.,Sc
3. Teman-teman Prodi Profesi Ners Tingkat 2 STIKes Panti Rapih yang telah
mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas makalah Keperawatan Jiwa Kesehatan


Mental Pada Ibu Hamil masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bermanfaat dan membangun

Demikian tugas makalah Keperawatan Jiwa Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil penulis
susun, semoga dapat memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Anak I yang telah
diberikan.

Yogyakarta, 20 April 2020

Penulis
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Kajian Dalam Makalah
Pada pembahasan makalah ini terfokus pada:
1. Kesehatan mental pada ibu hamil
2. Upaya pencegahan dan cara penanganan sakit mental pada ibu hamil
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dari kesehatan mental secara umum
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dari kehamilan
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dari kesehatan mental pada ibu hamil
4. Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri sehat mental pada ibu hamil
5. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala sakit mental pada ibu hamil
6. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sakit mental pada
ibu hamil
7. Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam stressor yang dialami ibu hamil
8. Mahasiswa dapat menyebutkan peran perawat dalam terhadap kesehatan mental ibu
hamil
9. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menjaga kesehatan mental pada ibu hamil
10. Mahasiswa dapat menjelaskan Upaya Pencegahan Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil
11. Mahasiwa dapat menjelaskan penanganan kesehatan mental pada kasus ibu hamil
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan Makalah Keperawatan Jiwa I yang berjudul “Keseahatan mental
pada ibu hamil” adalah bagi penulis sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Jiwa I dan
mampu memberikan manfaat bagi pembaca untuk lebih kesehatan mental pada ibu hamil
BAB II

ISI
1. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan terwujudnya keharmonisan fungsi-fungsi jiwa serta
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya (choresyo, Nulhaqim & Wibowo,
2015). Kesehatan mental juga merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis.
Seseorang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran maupun fisiknya juga
sehat. Kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu untuk menyadari
kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi keadaan stress yang normal dalam hidup,
mampu bekerja secara produktif dan sukses, serta dapat memberikan kontribusi terhadap
komunitas (WHO, 2017). Pengaruh pikiran pada tubuh dan tubuh pada pikiran tidak
dapat dipisahkan. Otak dan susunan syaraf adalah tuan, kepala, nahkoda mekanisme
tubuh. Sedangkan, menurut Santoso (2016) Kesehatan mental merupakan suatu
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, serta lingkungan
sekitar atau masyarakat. Sehat mental tidak hanya sehat pada dirinya sendiri, tapi dapat
menangani stress yang terjadi pada dirinya sendiri. Ciri sehat mental menurut WHO
yaitu :
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataanya, meskipun kenyataanya
itu buruk baginya.
2. Memperoleh kepuasan diri dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
4. Bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakai secara pembelajaran dikemudian hari.
7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
2. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015). Kehamilan merupakan
masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena ibu hamil membutuhkan dukungan dari
berbagai pihak, terutama dari suami agar dapat menjalani proses kehamilan sampai
melahirkan dengan aman dan nyaman (Musbikin, 2008).
3. Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil

Menurut Yuliana (2015) kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu,
karena ibu membutuhkan dukungan saat proses kehamilan terutama suami agar dapat
melahirkan dengan aman dan nyaman. Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan
perubahan fisik maupun psikososial seorang wanita. Menurut Lisbet (2013 dalam
Elisadevi, 2018) kondisi kesehatan mental ibu hamil selama kehamilan menjadi salah
satu faktor tingginya angka kematian ibu.

Sedangkan menurut Purnamasari (2019) pada saat hamil, seorang wanita akan
mengalami perubahan hormon dan fisiologis yang memicu gangguan neurologis dan
kejiwaan. Masalah yang sering muncul khususnya pada trimester 2 dan 3 adalah masalah
psikologis seperti kecemasan yang sering dikeluhkan oleh ibu hamil.

Ibu dalam menjalani setiap proses kehamilan, harus merasa sehat, bahagia, aman,
dan nyaman. Kesehatan mental yang terganggu akan menciptakan kekhawatiran dan
kecemasan pada Ibu hamil. Kehamilan merupakan suatu peristiwa istimewa yang indah,
apabila dijalani dengan emosi yang positif, dan akan menjadi suatu masalah psikologis
apabila dijalani dengan emosi yang negatif. Oleh karena itu, kesehatan mental wanita saat
kehamilan adalah sangat penting untuk menghindari masalah psikologis yang mungkin
terjadi selama kehamilan.Kondisi kesehatan mental ibu hamil selama kehamilan menjadi
salah satu faktor tingginya angka kematian ibu. Menurut WHO dalam jurnal Elvina
(2018) ibu hamil yang mengalami gangguan pada kecemasan yang berdampak terjadinya
depresi sebanyak 13% dan biasanya depresi akan mengarah pada tindakan bunuh diri.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Lee Lam Marie, Chong, Chui dan Fong dalam
jurnal Elvina (2018) mencapai lebih dari setengan atau 54% dan lebih dari sepertiga atau
37% dari perempuan yang mengalami kecemasan saat hamil dan memiliki gejala depresi.
Kecemannya terjadi pada saat kehamilan hingga menjelang persalinan. Terdapat 20%
lebih wanita hamil merasa ketakutan dan 6% dapat menggambarkan rasa takut yang
melumpuhkan. Menurut Istikhomah (2015) dalam jurnal Elvina (2018) mengatakan
bahwa saat kehamilan banyak wanita yang mengalami perubahan baik secara psikologis
dan emosionalnya. Perempuan yang mengalami perubahan tersebut sangat
membuttuhkan adaptasi atau penyesuaian dalam pola hidup saat hami. Astria (2009) telah
melakukan sebuah penelitian bahwa kecemasan terjadi sejak hamil, dan akan meningkat
pada saat menjelang trimester ke 3.
4. Ciri Sehat Mental Pada Ibu Hamil

Menurut Kartini Kartono (2000:82-83), mengemukakan empat ciri-ciri khas pribadi yang
bermental sehat meliputi:

1. Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah melakukan
adaptasi terhadap tuntutan lingkungan, standard, dan norma social serta perubahan social
yang serba cepat.
2. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadiansendiri sehingga mampu
memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.
3. Dia senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu mengembangkan secara riil
segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan hidup, dan selalu mengarah pada
transendensi diri, berusaha melebihi keadaan yang sekarang.
4. Bergairah, sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya, efisien dalam setiap
tindakannya, serta mampu menghayati kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan
kebutuhannya

Ciri-Ciri Sehat Mental pada ibu hamil,antara lain sebagai berikut ;

1. Siap menjadi seorang ibu. Berbeda dengan kehamilan yang dikarenakan faktor kebobolan
di luar nikah, seorang ibu hamil yang sehat mental memang telah mempersiapkan
kehamilannya dan menerima bayi yang dikandungnya dan akan menjadi anaknya kelak.
2. Menjadikan pengalaman sebagai landasan di dalam kehamilannya. Pengalaman dapat
diterima dari orang terdekat atau pada kehamilan primipara maka kehamilan sebelumnya.
Kehamilan primipara membuat mental ibu lebih siap karena telah merasakan situasi
sebelumnya. Sehingga, ibu hamil dengan sehat mental biasanya telah mencari referensi
dan pengalaman dari orang terdekat atau melihat pengalaman situasional masa lalunya.
3. Memiliki pengetahuan terhadap peran yang akan dijalaninya. Faktor pendidikan ibu
hamil akan menentukan kesiapan mental. Pendidikan ibu hamil yang lebih tinggi akan
mempermudah untuk mempersiapkan tekanan sosial dan konflik peran antara menjadi
seorang ibu dan karirnya. Sehingga, ibu hamil yang sehat mental adalah yang memiliki
pengetahuan dan pendidikan yang baik terhadap peran yang dijalaninya baik selama
mengandung maupun nanti setelah melahirkan.
4. Dapat beradaptasi dengan faktor selama proses kehamilan, persalinan, dan post
persalinan. Faktor tersebut mencakup bagaimana ibu dapat mengontrol segala keinginan
selama kehamilan seperti mengidam, morning sick, dan tidak menjadi manja. Faktor saat
persalinan yaitu adalah lamanya waktu selama proses persalinan. Dan faktor post
persalinan adalah bagaimana ibu dapat merawat dan menyusui bayinya dan menerima
anaknya.
5. Mempunyai dukungan dari orang-orang di sekitarnya atau dukungan sosial yang dapat
menjadi pengendali stres ibu hamil. Dengan dukungan orang di sekitarnya dan sosial
maka ibu hamil akan merasa berkurang bebannya dan merasa lebih bahagia.

5. Tanda Gejala Ibu Hamil Tidak Sehat Mental


Beberapa tanda dan gejala ibu hamil tidak sehat mental adalah :
1. Kurang nafsu makan
2. Gelisah, cemas, gugup
3. Rasa takut berlebihan
4. Kehilangan kepercayaan diri
5. Tidak peduli pada lingkungan
6. Melakukan kekerasan atau melukai diri sendiri
7. Merasa tidak berdaya
8. Keringat dingin, mual muntah
9. Jika parah bisa timbul perasaan ingin bunuh diri

6. Faktor Yang Menyebabkan Ibu Hamil Tidak Sehat Mental

Faktor Psikologis menurut Pradyani (2015) dalam jurnal Elvina (2018) merupakan suatu
yang dapat mempengaruhi kehamilannya yang berasal dari dalam diri ibu hamil dan juga
dapat berasal dari luar ibu hamil. Faktor psikologis berasal dari internal yaitu latar
belakang kepribadian ibu dan adanya perubahan hormonal saat atau selama kehamilan.
Sedangakan faktor psikologi yang berasal dari eksternal dapat berupa pengalam sang ibu,
kecemasan dan gangguan emosi, dukungan dari keluarga dan khususnya dukungan dari
suami. Menurut (Romauli, 2011) faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan yaitu:
a. Stressor
1. Stressor internal
Stressor internal merupakan faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari diri
ibu sendiri. Adanya beban psikologi yang ditanggung oleh ibu dapat
menyababkan gangguan perkembangan bayi dan nantinya akan terlihat ketika
bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang yang kepribadian tidak baik,
tergantung pada kondisi stres yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang
menjadi seorang yang berkepribadian temperamental, autis atau orang yang
terlalu rendah diri.
2. Stressor eksternal
Stressor eksternal adalah stres yang timbul dari luar yang memberikan pengaruh
baik maupun pengaruh buruk terhadap psikologi ibu hamil. Pemicu stres yang
berasal dari luar misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran
dengan suami, tekanan dari lingkungan.
b. Dukungan Keluarga
Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu
dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan juga merupakan anggota dalam
suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama (Asmuji, 2014). Setiap tahap
usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun
psikologi. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi, dimana
sumber stres terbesar terjadi karena melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut.
Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif
dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.
c. Subtance abuse
Subtance abuse merupakan perilaku yang merugikan dan membahayakan bagi ibu
hamil termasuk penyalah gunaan atau penggunaan obat atau zat-zat yang
membahayakan ibu hamil. Pengaruh obat selama hamil tidak hanya tergantung dari
macam obat, akan tetapi tergantung daat obat diberikan. Obat yang diberikan pada ibu
hamil dapat menimbulkan efek pada janin, seperti kelainan bentuk anatomic atau
kecacatan pada janin, kelainan faal alat tubuh, gangguan pertukaran zat dalam tubuh.
Setelah itu hamil dengan ketergantungan obat atau pengguna NAPZA sangat
mempengarhi ibu dan janinnya terutama pada masa konsepsi trimester ke I
kehamilan, karena pada tahap ini merupakan tahap pembentukan organ. Contoh obat-
obatan tersebut adalah ganja, morfin, heroin, pethidin, jenis barbiturate, alkohol dan
lain-lain yang akan menyebabkan gangguan pada ibu dan janinnya. Janin akan
mengalami cacat fisik, kelahiran prematur dan BBLR, serta cacat mental dan sosial.
Ibu hamil dengan ketergantungan obat pada umunya takut melahirkan bayi cacat,
merasa gelisah, bingung dan takut akibat yang dialami oleh bayinya dengan minum
obat-obatan tersebut.
d. Partner abuse
Partner abuse merupakan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan. Hasil penelitian
bahwa korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami.
Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh
tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan
bayinya. Efek psikologi yang muncul ada ibu hamil adalah gangguan rasa aman dan
nyaman pada pasien. Sewaktu-waktu pasien akan mengalami perasaan terancam yang
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayinya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan menurut Hovey dan Magana (2007)
dalam Elisabeth (2018) adalah :
1. Dukungan dari keluarga
2. Dukungan sosial
3. Harga diri dan penerimaan diri
4. Pendidikan
5. Status sosial ekonomi
Sedangkan, faktor yang dapat mempengaruhi depresi menurut Wahyuni, Murwati dan
Supriyati (2014) dalam Elisabeth (2018):
1. Faktor pekerjaan
2. Faktor dukungan yang berasal dari keluarga
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan ibu hamil tidak sehat mental adalah :
1. Kecemasan, bisa terjadi karena kekhawatiran tentang persalinan yang akan
dilakukannya. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan seseorang
adalah dukungan keluarga, dukungan sosial, harga diri dan penerimaan diri,
pendidikan dan status sosial ekonomi.
2. Depresi, menurut Elisabeth (2018) Depresi merupakan suaru penderitaan yang dapat
menyebabkan seseorang menjadi menderita dan merasa dirinya menimbulkan
keburukan pada sekitarnya, sehingga orang yang depresi dapat menimbulkan adanya
suatu tindakan bunuh diri. Aspek-aspek yang ada dalam depresi adalah gejala psikis
(tak kasat mata, seperti perasaan tidak diinginkan), gejala fisiologis (kasat mata,
seperti tubuh gemetaran) dan gejala sosial (hubungan dengan lingkungan sekitar.
Depresi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pekerjaan dan dukungan
keluarga (Wahyuni, Murwati & Supiyati, 2014).
3. Kesejahteraan subjektif adalah persepsi dan penilaian diri individu itu sendiri
terhadap kualitas kehidupannya, kesejahteraan masing-masing individu berbeda-beda
tergantung bagaimana mereka menilai kehidupannya. Kesejahteraan individu dapat
dilihat dari 3 hal, yaitu keseimbangan emosi, keseimbangan psikologis dan kehidupan
sosial yang baik.

Menurut Penelitian Foebert, Moerland, Frattarelli, Onoye dan Matsu (2007 dalam
Elisadevi, 2018) menyatakan bahwa kesehatan mental selama kehamilan terlihat dari
empat hal yaitu, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, adanya kemungkinan depresi dan
kecemasan. Selain itu, kesejahteraan subjektif menjadi salah satu faktor terganggunya
kesehatan mental pada ibu hamil. Kesejahteraan subjektif merupakan penilaian diri
terhadap kualitas kehidupannya. Kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari 3 hal, yaitu :
a. Keseimbangan emosi
b. Keseimbangan psikologis, dan
c. Kehidupan sosial yang baik (Bornstein, Davidson, Keyes & Moore, 2003)
7. Macam-Macam Stressor Pada Ibu Hamil
Macam-macam stressor pada ibu hamil adalah :
1. Sulit tidur atau tidur berlebihan
2. Penurunan berat badan atau perubahan nafsu makan
3. Mudah tersinggung dan mudag marah
4. Sulit berkonsentrasi
5. Berprilaku aneh
Selain itu, menurut (Janiwarti & Herri, 2013) ibu hamil juga mengalami macam bentuk
gangguan psikologis pada masa kehamilan antara lain:
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada ibu atau wanita yang sedang
hamil. Didukung dengan pendapat Dini Kasdu, dkk (2009) mengatakan bahwa
hampir 10% wanita hamil mengalami depresi berat atau ringan dan depresi sering
terjadi dalam trimester pertama. Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami depresi ialah
adanya perasaan sedih atau perubahan kondisi fisiknya, kesulitan berkosentrasi
akibat jam tidur yang terlalu lama atau sedikit, hilangnya minat dalam melakukan
aktivitas yang biasa digemari ibu, putus asa, cemas, timbul perasaan tidak berharga
dan bersalah, merasa sedih, menurunnya nafsu makan. Depresi yang dialami ibu
hamil bisa berdampak pada kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan
jika gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak berkembang
menjadi anak yang tidak bahagia, sulit berjalan, tidak responsif terhadap orang lain,
mengalami masalah perilaku seperti agresif dan mudah stres.
2. Stress
Stres merupakan pemikiran yang negatif dan perasaan takut dan hal tersebut akar
penyebab terjadinya reaksi stres. Stres selama hamil mempengaruhi perkembangan
fisiologis dan psikologis bayi yang dikandungnya. Sebaliknya, jika ibu hamil yang
selalu berpikiran sehat dan positif akan membantu pembentukan janin, penyembuhan
internal dan memberikan nutrisi psikis yang sehat pada bayi. Dampak buruk stres
ketika hamil seperti pendapat Thomas Verny, bahwa semua yang dipikirkan ibu akan
tersalurkan melalui hormon syaraf ke bayinya. Verny menambahkan bahwa stres
ekstrem dan tak berkesudahan menyebabkan kelahiran prematur, berat badan di
bawah rata-rata, hiperaktif dan mudah marah.
3. Insomnia
Insomnia merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan tidak
tenang, kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Gangguan tidur selalu
menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas. Gangguan tidur lebih banyak berkaitan
dengan masalah psikis, seperti rasa kekhawatiran. Gejala insomnia ibu hamil dilihat
dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata dan selalu terbangun pada dini hari.
Dampak buruk dari insomnia bagi kesehatan antara lain: dapat menghambat fungsi
hormonal dan depresi, cenderung melakukan kesalahan dalam beraktivitas menjadi
tidak sabar saat menunggu dan merasa kecewa, mengalami gangguan pembelajaran
verbal, gangguan memori, gangguan artikulasi bicara, mengalami ketidakteraturan
dalam selektif aktivitas, terganggunya dalam pengambilan keputusan, kondisi emosi
gampang meledak, stres dan denyut jantung, gangguan pada ketrampilan motorik.
Faktor penyebab insomnia adalah stress, perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan,
depresi, lingkungan rumah yang ramai.
4. Perasaan tidak berarti
Perasaan tidak berarti pada ibu hamil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sikap
sinisme, adanya keinginan untuk mengakhiri hidup, mempertanyakan akan
penderitaannya, perasaan tidak berguna, gangguan aktivitas seksual dan adanya
keinginan untuk terus merusak diri sendiri. Faktor penyebab terjadinya perasaan
tidak berarti yaitu rasa kesepian, perasaan tidak berdaya, meragukan kredibilitasnya,
keraguan atas keimanannya kepada tuhan sehingga merasa takut bahwa tuhan tidak
mendengarkan doanya selama masa hamil, sulit menerima bantuan, perasaan ditolak
dari kelompoknya.
5. Perasaan Malu (Bersalah)
Faktor penyebab terjadinya perasaan malu atau bersalah pada ibu hamil ialah
dikarenakan adanya keinginan ibu hamil untuk menghapus peristiwa yang pernah
terjadi dan berusaha mengulang kembali masa lampaunya. Ciri-ciri ibu hamil yang
mengalami perasaan malu atau bersalah ialah: Sulit mengampuni diri sendiri,
memandang bahwa perubahan fisik dan bentuk tubuh sebagai bentuk hukuman dari
Allah SWT, sikap meremehkan orang lain, suka mengkambinghitamkan orang lain,
merusak dirinya sendiri dengan keinginan aborsi, lekas marah, sedih, gelisah.
6. Perasaan Kecewa
Ciri-ciri perasaan kecewa yaitu putus asa, merasa tidak berarti, berusaha untuk
melarikan diri dari realita kehidupan, sering merasa sedih dan lesu, bersikap masa
bodoh, tidak mau berkomunikasi, tidak terlibat pada hal-hal spiritual, merasa
dikucilkan sehingga tidak menarima diri secara sosial. Faktor-faktor penyebab
perasaan kecewa pada ibu hamil adalah: (1) Sikap, baik itu tindakan suami atau
keluarga besarnya yang dianggap kurang menyenangkan, (2) Tindakan suami yang
dinilai kasar, (3) Sikap suami yang temperamental, (4) Tindak kekerasan rumah
tangga, (5) Hilangnya keperacayaan kepada suami, misalnya akibat perbuatan
selingkuh suami, (6) Tidak menginginkan kelahiran anak, (7) Kehilangan
kepercayaan kepada tuhan sebagai akibat stereotif bahwa dirinya sebagai orang yang
kurang diperhatikaan Tuhan.
7. Tekanan Batin
Penyebab tekanan batin berasal dari akibat perasaan terpisah dengan pasangannya
atau dengan orang tuanya, adanya tantangan (konflik) terhadap kebutuhannya,
perasaan tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, minimnya kehidupan rohani dan rasa
bersalah, penderitaan berat, kematian salah satu anggota keluarga, dan reaksi marah
kepada tuhan.Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami tekanan batin ialah: Ketakutan
akan kesendirian, sikap menarik diri, perasaan tidak berguna (apatis), menarik diri
dari kehidupan sosial, sikap sisnisme terhadap orang lain, gangguan tidur, gangguan
pada konsep diri, mengalami psikosomatik, memiliki konsep diri yang kurang
matang, tidak mau berkomunikasi secara terbuka, gelisah terkadang gampang marah,
mengalami depresi diikuti dengan rasa sedih yang mendalam.
8. Peran Perawat Pada Ibu Hamil
Peran perawat dalam kesehatan mental pada ibu hamil yaitu Mengedukasi ibu hamil agar
selalu melakukan ANC, karena mampu mengurangi kecemasan dan depresi yang
menyebabkan gangguan kesehatan mental ibu hamil
Adapun Peran perawat dalam upaya pencegahan prevensi primer, sekunder dan
tersier, yaitu :
a. Prevensi primer, dengan cara memodifikasi lingkungan yaitu mengubah,
memperbaiki atau mengjhilangkan linkungan atau situasi fisik, bio dan social
yang mengganggu dan dapat berakibat ke gangguan kesehatan jiwa. Dapat
dilakukan dengan konseling keluarga, pendidikan kesehatan jiwa bagi ibu hamil,
peningkatan kondisi kesehatan dan kehidupan selama kehamilan, mengurangi
kondisi lingkungan yang kurang bak serta mengurangi kesulitan psikososial
dalam dunia kerja.
b. Prevensi sekunder, dicegah dengan mengurangi durasi gangguan akibat
kegagalan. Dilakukan pemeriksaan segera mungkin untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab dan kemungkinan cara penanganan dalam menghadapi masalah
kehamilan.
c. Prevensi Tersier, prevensi ini diberikan kepada pasien dengan gangguan
kesehatan jiwa hingga terganggunya kemampuan fungsional dengan cara
rehabilitas atau pelayanan medis atau non medis. Pada prevensi ini, seorang ibu
harus diberikan perhatian khusus agar bayi dalam kandungan tetap aman dan
terhindar dari masalah psikologis ibu yang kacau.
Peran perawat juga dapat dilakukan dalam beberapa terapi yang diterapkan bagi
penderita kecemasan khususnya ibu hamil, yaitu :
a. Terapi individu, peran perawat dengan melakukan pendekatan terapeutik untuk
menumbuhkan rasa percaya antara perawat dan klien, mendorong klien dalam
mengeksplorasi masalah yang dihadapi dan kemampuan dalam mengatasi
masalah sehingga perawat dapat mengukur kemampuan dan pengetahuan pasien
terhadap penyelesaian masalah kehamilan.
b. Terapi keluarga, peran perawat yaitu memberikan dukungan kepada klien serta
keluarga untuk mencepai tujuan dan usaha dalam masa kehamilan. Peran perawat
dalam terapi keluarga, antara lain :
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan seluruh anggota keluarga
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klie dalam
mencapai tujuan dan usaha
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4) Memberikan penyuluhan, perawatan di rumah dan psikoedukasi.
Intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menangani kesehatan mental ibu
hamil, antara lain :
a. Saat persiapan melahirkan, memberikan informasi dan dukungan untuk memfasilitasi
persalinan dan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengembangkan dan
melakukan peran sebagai orang tua.
b. Pengurangan Kecemasan, dapat dilakukan dengan mengurangi tekanan, ketakutan
firasat, maupun ketidaknyaman terkait dengan sumber-sumber bahaya yang tidak
teridentifikasi. Aktivitas yang dapat dilakukan uaitu memberikan informasi faktual,
meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan, mendorong keluarga untuk
mendampingi pasien dengan cara yang tepat serta bantu pasien dalam
mengidentifikasi pemicu kecemasan/depresi selama kehamilan.

9. Cara Menjaga Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil


Menurut Retno (2011) Intervensi yang efektif dalam mengurangi kecemasan merupakan
teknik relaksasi yang dapat mengubah otot tidak menjadi tegang, karena pada saat cemas
akan terjadi ketegangan pada serabut otot skeletal.
Cara menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, menurut Mintarsih (2017):
1. Keluarga dapat menciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan, aman dan
nyaman bagi ibu hamil, sehingga dapat membantu dalam pembentukan
perkembangan bayi secara fisik dengan sempurna dan memiliki mental yang sehat.
2. Adanya pendampingan kelas ibu hamil dapat mempermudah ibu hamil dalam
mendampingi perkembangan kesehatan pada kehamilannya, sehingga kecemasan
akan kondisi ibu dan janin dapat teratasi.
3. Memberikan bimbingan dan konseling untuk membantu ibu agar dapat mengatasi
masalah yang dihadapinya serta yang dapat mengganggu pikiran sang ibu

10. Upaya Pencegahan Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil


Upaya pencegahan prevensi primer dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat (ibu hamil), perbaikan keadaan-sosio ekonomi konseling genetik dan
tindakan kedokteran seperti perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang
baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi.
Susanti (2010) mengatakan bahwa teknik relaksasi merupakan salah satu
intervensi non-farmakologis yang efektif untuk mengurangi cemas pada ibu hamil dengan
dilakukan meditasi, yoga, doa, imagery, dan latihan nafas dalam. Menurut Walyani
(2015) penanganan ansietas pada ibu hamil dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Support keluarga
Dukungan selama masa kehamilan dangat dibutuhkan bagi ibu hamil karena
ibu akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan tersebut.
Diantaranya yaitu :
1) Suami
Peran suami untuk mendukung masa kehamilan terbukti
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan
proses persalinan serta dapat memicu produksi ASI. Tugas penting suami
yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri agar
dapat mengkonsultasikan masalah yang dialaminya selama kehamilan.
2) Keluarga
Lingkungan keluarga dan lingkungan menjadi pengaruh keadaan
emosi ibu hamil. Wanita hamil memiliki ketergantungan terhadap
lingkungan dan pasangan suami istri harus menjadi bagian dalam
mempersiapkan diri menjadi orang tua. Bentuk dukungan ini dapat
berupa :
a. Doa bersama atau kegiatan rohani bersama masyarakat
b. Membicarakan pengalaman hamil dan melahirkan
c. Menunggu ibu ketik melahirkan
b. Support Tenaga Kesehatan/Perawat
Aktif : melalui kelas antenatal, memberikan pendidikan kesehatan
Pasif : memberikan kesempatan ibu untuk berkonsultasi tentang masalah
kehamilanya.
11. Contoh Kasus dan Penanganan Perawat Pada Kesehatan Mental Ibu Hamil

Kasus :

Ny. A, berusia 23 tahun, golongan darah AB dan status perkawinan telah menikah. Ny.A
beragama islam dan pendidikan terakhir SMK . Ny.A bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan bertempat tinggal di Jalan Antariksa, Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia. Ny. A mengatakan cemas akan kehamilannya dan merasa tidak nyaman. Ny. A
merasakan banyak perubahan yang terjadi pada tubuh klien, baik fisik maupun psikologi
terhadap kehamilan, hal tersebut yang menyebabkan timbulnya rasa cemas dan takut yang
dirasakan oleh Ny. A.

Berdasarkan masalah yang ditemukan maka penanganan yang tepat untuk kesehatan
mental sang ibu dengan cara,:

1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi fisik. Hal ini
dikarenakan tingkat kecemasan klien dan reaksi fisik tergantung dari tingkat
kecemasan yang dialami.
2. Dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan ketenangan serta rasa
nyaman. Tindakan dilakukan untuk menciptakan rasa Ketenangan dan rasa nyaman
pada klien sehingga rasa cemas pada klien menurunkan.
3. Observasi tanda-tanda cemas berat. Tindakan ini dilakukan agar dapat mengetahui
tingkatan kecemasan yang dialami klien.
4. Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, serta terapi okupasi.
Tindakan ini dilakukan Untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus pada
klien.
5. Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat rekreasi. Hal
ini dikarenakan Sumber komunitas yang tersedia dapat menjadi sarana untuk
menurunkan kecemasan pada klien.
6. Berikan informasi atau edukasi mengenai kehamilan dan persalinan. Tindakan ini
Dapat menurunkan kecemasan klien
7. Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empati secara verbal dan
non verbal secara bergantian. hal ini dilakukan karena Sentuhan dan sikap empati
secara verbal dan non verbal dapat menurunkan cemas pada klien.
8. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang
tenang,kontak yang terbatas dengan orang lain jika dibutuhkan,serta pembatasan
penggunaan kafein dan stimulan lain. Tindakan ini dilakuakn untuk Menurunkan
cemas yang klien rasakan.
9. Berikan pijatan punggung jika diperlukan. Dengan pemberian pijatan lembut pada
punggung dapat meningkatkan relaksasi pada klien sehingga cemas menurun.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa keperawatan
dalam memberikan pelayaan kebutuhan asuahan keperawatan jiwa pada ibu hamil
dan dapat menerapkannya dikehidupan sehari-hari
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang keperawatan jiwa pada ibu hamil sehingga dapat memaksimalkan untuk
memberikan health education dalam pencegahan dan penanganan kasus tentang
kesehatan mental pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Yesie. (2019). Gentle Birth. Gransindo

Azizah, L. M. R., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik.

Bingan, E. C. S. (2019). Pengaruh Prenatal Gentle Yoga dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan
pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kesehatan, 10(3), 466-472.

Elisadevi, N., & Lestari, S. (2018). Status Kesehatan Mental Ibu Hamil di


Banjarnegara (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Elvina, L., ZA, R. N., & Rosdiana, E. (2018). Faktor Yang Berhubungan dengan Kesiapan
Psikologis Ibu Hamil Trimester III dalam Menghadapi Persalinan. JOURNAL OF
HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE, 4(2), 176-184.

Ervina, Nina. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Gangguan Rasa Aman dan Nyaman: Cemas pada Ibu Hamil Trimester III di Kelurahan
Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia. Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara.

Mahfud, D., Mahmudah, M., & Wihartati, W. (2017). Pengaruh Ketaatan Beribadah Terhadap
Kesehatan Mental Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Jurnal Ilmu Dakwah, 35(1), 35-51.

Mintarsih, W. (2017). Pendampingan Kelas Ibu Hamil Melalui Layanan Bimbingan dan
Konseling Islam untuk Mengurangi Kecemasan Proses Persalinan. Sawwa: Jurnal Studi
Gender, 12(2), 277-296.

Nugraheni, H., & Indarjo, S. (2018). Buku Ajar Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah.
Deepublish.

RAHMAWATI, S. (2017). HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PSIKOLOGIS IBU


PADA MASA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JANTI KOTA
MALANG (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Retnowati, S. (2011). Pengaruh pelatihan relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu
hamil pertama. Psikoislamika: Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 8(1).
Rusli, R. A., Meiyuntariningsih, T., & Warni, W. E. (2012). Perbedaan depresi pasca melahirkan
pada ibu primipara ditinjau dari usia ibu hamil. Jurnal Insan Media Psikologi, 13(1).

Santoso, M. B. (2016). Kesehatan Mental dalam Perspektif Pekerjaan Sosial. Share: Social Work
Journal, 6(1).

Siboro, P. A. (2020). Panggilan Kpeada Pelayanan Perorangan. The Siboro Institute

Sitanggang, B., & Nasution, S. S. (2012). Faktor-Faktor Status Kesehatan pada Ibu Hamil.

SMAN, S. S. (2020). BUNGA RAMPAI KARYA ILMIAH SISWA-JILID III: LAPORAN TEMU


SOSIAL ILMIAH. Pustaka Kaji.

TIRTAWATI, A. A. R. (2016). KESEHATAN MENTAL SUMBER DAYA MANUSIA PARA


GURU (Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Diklat/Pelatihan). Widya Accarya, 5(1).

Widyaningrum, D. A. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI IBU HAMIL DALAM


MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) di Polindes Bringin, Kecamatan
Ngrandu, Kabupaten Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).

Wulandari, R. P., Nurdiati, D. S., & Fitriahadi, E. (2020). Kesehatan Mental Masa Nifas

Anda mungkin juga menyukai